Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT

PENYIMPANAN MAKANAN DAN MINUMAN DI SMU NEGERI 14 MEDAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

NIM. 071000210 Hesty Herlina Ompusunggu

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN

MAKANAN DAN MINUMAN DI SMU NEGERI 14 MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh

NIM. 071000210 Hesty Herlina Ompusunggu

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Skripsi Dengan Judul

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN

MAKANAN DAN MINUMAN DI SMU NEGERI 14 MEDAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 071000210

HESTY HERLINA OMPUSUNGGU

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Februari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Devi Nuraini Santi, MKes

NIP. 197002191998022001 NIP. 196811011993032005 Ir. Indra Chahaya S, MSi

Penguji II Penguji III

Ir.Evi Naria, MKes Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196803201993032001 NIP. 196501091994032002

Medan, Maret 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP.195310181982032001 dr.Ria Masniari Lubis, MSi


(4)

ABSTRAK

Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas makanan dan minuman, plastik juga sering digunakan sebagai pelapis kertas. Berdasarkan dari beberapa penelitian, plastik merupakan pengemas yang paling banyak digunakan. Makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009.

Metode penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 77 responden dari total populasi. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa (responden) kelas X SMU Negeri 14 Medan yang memilki pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 51 orang (66,24%), yang berpengetahuan dalam kategori sedang sebanyak 16 orang (20,78%), dan responden yang berpengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 10 orang ( 12,98%). Responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebanyak 56 orang (72,73%), responden yang memiliki sikap dalam kategori sedang sebanyak 10 orang (12,99%) dan dalam kategori kurang sebanyak 11 orang (14,28%). Responden yang memiliki tindakan dalam kategori baik sebanyak 23 orang (29,87%), responden yang memiliki tindakan dalam kategori sedang sebanyak orang 28 (36,36%) dan responden yang memiliki tindakan dalam kategori kurang sebanyak 26 orang (33,77 %).

Kesimpulan yang diperoleh adalah pengetahuan dan sikap responden dalam kategori baik dan tindakan dalam kategori kurang. Oleh karena itu perlu adanya keselarasan antara pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap yang baik hendaknya diaplikasikan melalui tindakan yang baik pula.


(5)

ABSTRACT

Plastic is one of the package material which’s easy and more flexible to use. Not only to pack food and drink but also can be used as paper laminated. Based on the research, plastic is the most used by people. Food and drink which are packed doesn’t fulfill the criteria of health may cause the various health disturbance.

The purpose of this research is to know of knowledge, attitude, and behaviour of students Class-X to plastic use as food and drink storage at SMU Negeri 14 Medan.

The research methodology used descriptive survey. The samples are 77 respondent which were taken from the population. Data collection was done through the interview using the questionaire and the data result is showed in distribution of frequency table.

The result of this research showed that (66,24%) respondent had knowledge in excellent category, (20,78%) respondent had knowledge in moderate category, and (12.98%) respondent had knowledge in poor category. (72,73%) respondent had attitude in excellent category, (12,99%) respondent had attitude in moderate category, (14,28%) respondent had attitude in poor category. (36,36%) respondent had action in excellent category, (12,99%) respondent had action in moderate category, (33,77%) respondent had action in poor category.

The conclusion that was achieved that knowledge and attitude of respondent in excellent category. Thus need to synchronize the knowledge, attitude and action. Good knowledge and attitude should be applied in their daily activities.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Hesty Herlina Ompusunggu

Tempat/ Tanggal Lahir

: Sidikalang, 08 Oktober 1983

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Status Perkawinan

: Telah Menikah

Jumlah Bersaudara

: 6 orang

Alamat Rumah

: Jl..Menteng Raya Gg. Benteng-1 No.19M Pasar

Merah Kecamatan Medan Denai- Medan

Riwayat Pendidikan

:

1. SD Negeri 7 NO.030285 Huta Gambir

SIDIKALANG (1989-1995)

2. SLTP Negeri 1 SIDIKALANG (1995-1998

3. SMU Swasta Khatolik Santo Petrus

SIDIKALANG (1998-2001)

4. Diploma-I Medan Polytechnic (2001-2002)

5. Akademi Keperawatan Gleneagles Medan (2003-

2006)

6. Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas

Sumatera Utara (2007-2009)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan.

Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan baik yang bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara .

2. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak memberikan motivasi, meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

4. Seluruh dosen di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, Msi., selaku dosen pembimbing Akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Drs. Sawaluddin, Msi., selaku kepala sekolah di SMU Negeri 14 Medan yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa kepada Papa (Th. Ompusunggu) dan mama (P. Br Sirait), juga

abangku Fransisco Ompusunggu, serta adik-adik tersayang Henni Ompusunggu SKM., Dedi Ompusunggu, Johannes Ompusunggu.

Terima kasih atas dukungan doa, kasih sayang, serta dukungan materil yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Khususnya Suamiku tercinta S. Tambunan dan anakku tersayang Anjany Lorenza Tambunan yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

9. Teman-teman stambuk 2007 ekstensi yang telah memberikan dukungan, kebersamaan dan pengalaman yang tidak terlupakan.

10.Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(9)

Seperti ada pepatah mengatakan ’tak ada gading yang tak retak’. Demikian juga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat-Nya atas kita sekalian. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik ... 5

2.2 Jenis-Jenis Plastik ... 5

2.2.1 PET — Polyethylene Terephthalate ... 5

2.2.2 HDPE — High Density Polyethylene ... 6

2.2.3 V — Polyvinyl Chloride ... 7

2.2.4 LDPE — Low Density Polyethylene ... 7

2.2.5 PP — Polypropylene ... 8

2.2.6 PS — Polystyrene ... 9

2.2.7 OTHER ... 10

2.3 Plastik Sebagai Kemasan ... 11

2.4 Cara Mengenal Jenis Plastik pada Kemasan ... 16

2.5Dampak Penggunaan Plastik terhadap Kesehatan ... 16

2.6 Dampak Penggunaan Plastik terhadap Kesehatan Lingkungan ... 18

2.7 Tips dalam Penggunaan Plastik ... 20

2.8 Perilaku ... 20

2.8.1 Defenisi Perilaku ... 20

2.8.2 Pengetahuan ... 22

2.8.3 Sikap ... 23

2.8.4 Praktik atau Tindakan ... 24


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel... 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Sekunder ... 29

3.5 Defenisi Operasional ... 30

3.6 Aspek Pengukuran ... 30

3.7 Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Karakteristik Responden ... 33

4.3 Pengetahuan ... 34

4.4 Sikap ... 36

4.5 Tindakan ... 38

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 41

5.2 Pengetahuan ... 41

5.3 Sikap ... 43

5.4 Tindakan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswa Kelas X di SMU

Negeri 14 Medan Tahun 2009... 33 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas X

di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009 ... 34 Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan

Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan Dan Minuman ... 35 Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan

Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan Dan Minuman

Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.5 Gambaran Sikap Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14

Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat

Penyimpanan Makanan dan Minuman Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.6 Kategori Sikap Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan

Makanan dan Minuman Tahun 2009 ... 37 Tabel 4.7 Gambaran Tindakan Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat

Penyimpanan Makanan dan Minuman Tahun 2009 ... 38 Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14

Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Lampiran 3. Permohonan Izin penelitian Lampiran 4. Izin Penelitian


(14)

ABSTRAK

Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas makanan dan minuman, plastik juga sering digunakan sebagai pelapis kertas. Berdasarkan dari beberapa penelitian, plastik merupakan pengemas yang paling banyak digunakan. Makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009.

Metode penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 77 responden dari total populasi. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa (responden) kelas X SMU Negeri 14 Medan yang memilki pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 51 orang (66,24%), yang berpengetahuan dalam kategori sedang sebanyak 16 orang (20,78%), dan responden yang berpengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 10 orang ( 12,98%). Responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebanyak 56 orang (72,73%), responden yang memiliki sikap dalam kategori sedang sebanyak 10 orang (12,99%) dan dalam kategori kurang sebanyak 11 orang (14,28%). Responden yang memiliki tindakan dalam kategori baik sebanyak 23 orang (29,87%), responden yang memiliki tindakan dalam kategori sedang sebanyak orang 28 (36,36%) dan responden yang memiliki tindakan dalam kategori kurang sebanyak 26 orang (33,77 %).

Kesimpulan yang diperoleh adalah pengetahuan dan sikap responden dalam kategori baik dan tindakan dalam kategori kurang. Oleh karena itu perlu adanya keselarasan antara pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap yang baik hendaknya diaplikasikan melalui tindakan yang baik pula.


(15)

ABSTRACT

Plastic is one of the package material which’s easy and more flexible to use. Not only to pack food and drink but also can be used as paper laminated. Based on the research, plastic is the most used by people. Food and drink which are packed doesn’t fulfill the criteria of health may cause the various health disturbance.

The purpose of this research is to know of knowledge, attitude, and behaviour of students Class-X to plastic use as food and drink storage at SMU Negeri 14 Medan.

The research methodology used descriptive survey. The samples are 77 respondent which were taken from the population. Data collection was done through the interview using the questionaire and the data result is showed in distribution of frequency table.

The result of this research showed that (66,24%) respondent had knowledge in excellent category, (20,78%) respondent had knowledge in moderate category, and (12.98%) respondent had knowledge in poor category. (72,73%) respondent had attitude in excellent category, (12,99%) respondent had attitude in moderate category, (14,28%) respondent had attitude in poor category. (36,36%) respondent had action in excellent category, (12,99%) respondent had action in moderate category, (33,77%) respondent had action in poor category.

The conclusion that was achieved that knowledge and attitude of respondent in excellent category. Thus need to synchronize the knowledge, attitude and action. Good knowledge and attitude should be applied in their daily activities.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah saja melainkan perlu keselarasan, keserasian, keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan mental spiritual. Hal ini sejalan jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan Indonesia sehat 2010, yaitu “meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999)

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Indonesia sehat 2010 perlu didukung dengan perilaku yang sehat dari setiap warga Negara Indonesia terutama pada generasi muda karena kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kualitas generasi mudanya dimana para generasi muda merupakan golongan usia produktif dan sumber daya yang penting bagi sebuah Negara (Depkes RI, 2001)

Kemasan plastik mulai berkembang sejak plastik ditemukan tahun 1862 oleh JL Baldwin yang diciptakan dari getah karet . Lalu berkembang lagi tahun 1866 oleh John Wesley Hyatt,. Dan sejak itulah mulai berkembang kemasan plastik untuk berbagai jenis makanan dan minuman.


(17)

Plastik yang paling banyak digunakan atau diperdagangkan adalah Poli Etilen (PE), Poli Vinyl Klorida (PVC), Poli Provilen (PP), Poli Styrene, Poli Etilen Teraphtalate (PET), Plastik yang jarang digunakan diantaranya Etilen Vinyl Asetat (EVA), Ionomer (IO), Coplimer Polivinyl Etilen Alkohol (CPEA), Poli Vinyliden Klorida (PVC) (Anonim, 2008).

Berdasarkan data tahun 2007, di Benua Eropa penggunaannya sangat dominant dibanding dengan kawasan lainnya. Di Benua Eropa kemasan plastik digunakan sebanyak 62%, metal 10%, gelas 10%, dan kertas 18%. Begitu juga di Asia penggunaan kemasan plastik sudah mencapai 40%, metal 14%, gelas 12% (Anonim, 2008).

Makanan yang dikemas dalam plastik yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan. Migrasi monomer terjadi, karena dipengaruhi suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu makanan yang dikemas plastik, semakin banyak pula monomer yang dapat bermigrasi ke makanan. Demikian pula dengan tingkat lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara makanan dan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi makin tinggi jumlahnya (Koswara, 2006).

University of Missouri telah melakukan tes laboratorium mengenai penggunaan Bisphenol-A pada produk botol susu bayi dan menemukan bahwa Bisphenol-A pada produk botol susu bayi plastik dari lima merk terkemuka di Amerika, sangat berpotensi untuk ikut larut dalam cairan. Menurut laporan ini kelima merk botol susu bayi yang masih dipersoalkan adalah Avent , Dr.Brown’s, Evenflo,


(18)

Gerber, dan Playtex. Bisphenol –A dengan dosis rendah dengan beberapa dampak kesehatan, seperti perubahan permanen pada organ kemaluan, meningkatkan kadar prostat, penurunan kadar prostat, penurunan kandungan hormon testosteron, memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang menjadi hiperaktif (Heldi, 2008).

Masih banyaknya ditemukan siswa/i SMU 14 khususnya kelas X yang masih menggunakan produk plastik sebagai tempat makanan dan minuman yang dibawa ke sekolah karena murah dan mudah dibawa ke mana-mana dan mengingat akan dampak kesehatan yang ditimbulkan karena penggunaan plastik sebagai kemasan makanan dan minuman, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Terhadap Penggunaan Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah adalah “Belum diketahuinya Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009”.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui ”Pengetahuan Sikap Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

2. Untuk mengetahui sikap siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan Terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. 3. Untuk mengetahui tindakan siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan

terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

2. Sebagai bahan acuan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti untuk mengetahui pengetahuan sikap tindakan siswa kelas X terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman di SMU Negeri 14 Medan


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik

Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dan bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak ), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan (Anonim, 2008).

2.2 Jenis-Jenis Plastik

2.2.1 PET — Polyethylene Terephthalate

Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %) Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai karena bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas,


(21)

akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).

2.2.2. HDPE — High Density Polyethylene

─ Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga.

─ Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, dan lain-lain.

─ HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

─ HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.

─ Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu (Heldi, 2008).


(22)

2.2.3 V — Polyvinyl Chloride

Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

─ Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol.

─ PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15 0C.

─ Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yanssg tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya)

2.2.4 LDPE — Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE. LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.


(23)

─ Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

─ Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia.

─ Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini (Koswara, 2006).

2.2.5 PP — Polypropylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.

─ Karakteristik botol ini yaitu: transparan, tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap


(24)

─ Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

2.2.6 PS — Polystyrene

Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.

- PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain.

- Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

- Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

- Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.


(25)

2.2.7 OTHER

Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER. Other (SAN : styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate, Nylon)

- Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.

- PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.

- Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.

- SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.


(26)

- Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.

- SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan

(Heldi, 2008)

2.3 Plastik Sebagai Kemasan

Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya, plastik jenis PVC (Polivinil Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil klorida. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak lagi. Kemasan plastik mulai diperkenalkan pada tahun 1900-an. Sejak itu perkembangan nya berlangsung sangat cepat. Sesudah Perang Dunia II, diperkenalkan berbagai jenis kemasan plastik dalam bentuk kemasan lemas (fleksibel) maupun kaku. Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal antara lain polietilen, polipropilen, poliester, nilon, serta vinil film. Bahkan selama dua


(27)

dasawarsa terakhir, pangsa pasar dunia untuk kemasan pangan telah direbut oleh kemasan plastik (Flinn dan Trojan, 1975).

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, 1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan erami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, 1989).

Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu: 1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan. 2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang


(28)

dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975).

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994).


(29)

komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton, 1979).

Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas benar bedanya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya balsam, damar, terpentin, oleoresin dan sebagainya. Tapi kini resin tiruan sudah dapat diproduksi dan dikenal sebagi resin sintetik, contohnya selofan, akrilik seluloid, formika, nylon, fenol formaldehida dan sebagainya (Heldi, 2008).

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).

Syarief (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b) termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset


(30)

melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.

Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Pada kemasan plastik, perubahan fisika kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.


(31)

2.4 Cara Mengenal Jenis Plastik pada Kemasan

1.Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah botol, dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel

2.Periksa keras atau lunak: PP ditekan akan balik kebentuk semula; HDPE ditekan tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih keras; PVC kurang keras

3.Periksa Permukaaan mengkilap atau tidak: PC, PET dan PVC mengkilat; PP mengkilat tapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengkilat

4.Test bakar : HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC berbau chlorine; PET berbau buah (Anonim, 2008).

2.5 Dampak Penggunaan Plastik terhadap Kesehatan 2.5.1 PET — Polyethylene Terephthalate

Di dalam membuat PET/PETE, menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan (Heldi, 2008). Senyawa antimoni juga dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal dimana tanda dan gejalanya seperti : konjungtivitis, insomnia, vertigo, sakit kepala, kram abdomen,


(32)

nausea, vomitus, nyeri otot, paringitis, diare (Handbook of Industrial Toxicology, 1976).

2.5.2 HDPE — High Density Polyethylene

Berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, bagi pekerja wanita senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, bila melahirkan anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan, Iritasi kulit dan saluran pernafasan (Heldi, 2008).

2.5.3 V — Polyvinyl Chloride

Jenis PVC (Polyvinyl Chloride) yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang, PVC mengandung DEHA di( 2-ethylhexyl) adipate suatu bahan pelembut yang ditambahkan pada jenis plastik ini agar tidak bersifat kaku dan rapuh sering digunakan dalam industri pegepakan dan pemprosesan makanan. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. (Anonim, 2008).

Polyvinyl Chloride masuk dalam tubuh manusia melalui pernafasan yang menimbulkan iritasi, dimana tanda dan gejala seperti: iritasi pada hidung, dermatitis, konjungtivitis (Handbook of Industrial Toxicology, 1976).

Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat (Crompton, 1979).


(33)

Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat (Anonim, 2008).

2.5.4 PS — Polystyrene

Jenis PS (Polystyrene) bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf (Handbook of Industrial Toxicology, 1976).

2.5.5 OTHER

Jenis OTHER seperti: PC (Polycarbonate) dianjurkan untuk tidak dipergunakan sebagai tempat makanan atau minuman karena bahan utamanya Bisphenol-A yang dapat bermigrasi ke dalam makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan yang sangat berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah sistem imunitas (Crompton, 1979).

2.6 Dampak Plastik terhadap Kesehatan Lingkungan

Dari segi kesehatan lingkungan sebagian masyarakat beranggapan bahwa apabila plastik bisa didaur ulang, maka selesailah masalah.Namun pada kenyataannya, daur ulang bukanlah solusi paling tepat untuk menyelesaikan timbunan sampah plastik. Beberapa jenis plastik dapat didaur ulang menjadi bahan plastik yang berbeda jenis, dan beda produksi pula. Namun hanya sekitar 1 hingga 5 persen jenis


(34)

plastik yang dapat didaur ulang. Artinya masih akan ada banyak plastik yang hanya akan berakhir di timbunan sampah,dan mencemari lingkungan. Ada alasannya mengapa kata "recycle" terletak di bagian paling akhir dari kalimat : "Reduce,Reuse,Recycle".Terkadang masyarakat lupa bahwa untuk mendaur ulang diperlukan banyak energi, yang kebanyakan membutuhkan minyak. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh bagi kelestarian bumi. Hal paling baik yang bisa kita lakukan adalah mengurangi pemakaian plastik, dan memakai kembali plastik yang masih dapat digunakan.

Laut yang terbentang luas kini tak biru dan tak bersih lagi. Sampah plastik kemasan makanan, botol minuman, atau jenis plasitk lainnya sangat mudah ditemui di sekitar pantai. Dari sekian banyak plastik yang dikonsumsi oleh manusia, 10 persen diantaranya berakhir di laut. Sampah ini sebagian besar berasal dari kapal penumpang, dari muara daratan, dan dari kegiatan wisatawan. Sekitar 400.000 relawan dari seluruh dunia menemukan sekitar 6 juta pon sampah. Sebagian besar diantarnya adalah kantong plastik dan kemasan Styrofoam. Sampah-sampah ini tentu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan di laut. Banyak burung-burung laut yang ditemukan mati, dengan perut penuh dengan sampah plastik kecil. Ratusan kura-kura, dan hewan laut lainnya mati setiap tahunnya karena memakan plastik. Mereka mengira plastik adalah jellyfish, sumber makanan utama mereka. Hal ini telah membuktikan, bahwa keberadaan sampah plastik membunuh banyak hewan laut, dan dapat mengancam kepunahannya. Kita, sebagai pengguna plastik, tentu saja memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kerusakan bumi ini (Heli, 2009).


(35)

2.7 Tips dalam Penggunaan Plastik

 Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas plastik pada microwave oven, bungkuslah makanan dengan daun pisang sebelum dikemas dalam plastik.  Gunakanlah botol bayi berbahan kaca, polypropilene, untuk dot berbahan

silikon. dan hindari plastik berbahan polycarbonate.

 Jika kita harus menggunakam plastik, akan lebih aman menggunakan plastik dengan kode 2,4,5, dan 7 (kecuali polycarbonate).

 Hindari plastik berbahan polycarbonate, jangan menyimpan makanan atau minuman dalam keadaan panas. Gunakan bahan stainless steel, kayu.

2.8 Perilaku

2.8.1 Defenisi Perilaku

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya keebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang menentukan kelangsungan hidup manusia seperti makan, minum, perlindungan diri dan jenis. Sedangkan kebutuhan yang lainnya hanyalah kebutuhan tambahan ( Purwanto, 1998).

Menurut Skiner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut disebut teori “ S-O-R “ atau Stimulus Organisme Respons.


(36)

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada prhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka ( ovet behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang


(37)

2.8.2 Pengetahuan(Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Secara garis besar pengetahuan seseorang dibagi dalam enam tingkatan, yakni a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginerpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan uintuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Sintesis (synthesis).

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(38)

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).

2.8.3 Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompoksosialnya (Sarwono, 1997).

Menurut Alport (1954) dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional tu evaluasi terhadap suatu objek atau evaluasi terhadap objek


(39)

Sikap dibagi atas beberapa tingkatan yakni : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespons ( responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.8.4 Praktik atau Tindakan (practice)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, yakni :


(40)

a. Persepsi (perception)

Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respons terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).


(41)

2.9 Kerangka Konsep

Baik

Sedang

Kurang

Penggunaan plastik sebagai tempat

penyimpanan makanan dan minuman

Perilaku Siswa : a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Tindakan Karakteristik

responden :

- Jenis kelamin - umur


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan atau pengemas makanan dan minuman.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan adalah di SMU Negeri 14 Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2009.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMU Negeri 14 Medan yang berjumlah 338 orang siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n =

1+ N (d2) N

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi yaitu


(43)

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang digunakan adalah: n =

1+ 338 (0,12) 338

=

1+ 338 (0,01) 338

= 77,16 77 siswa

Berdasarkan penghitungan besar sampel tersebut maka didapat sampel sebanyak 77 siswa. Untuk pengaambilan sampel dari tiap-tiap kelas maka dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu proporsional sampling. Dari perbandingan jumlah sampel yang dibutuhkan dengan jumlah populasi, diperoleh sample fraction dengan rumus :

Sample fraction = x100%

N n

= 100% 338

77

x

= 22,78 %

Maka jumlah sampel untuk masing-masing kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kelas X – 1 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 2 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 3 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 4 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 5 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 6 : 39 x 22,78 % = 9 orang


(44)

Kelas X – 7 : 40 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 8 : 39 x 22,78 % = 9 orang Kelas X – 9 : 20 x 22,78 % = 5 orang

Dalam pengambilan 77 sampel dari tiap-tiap kelas sesuai dengan proporsi tersebut maka digunakan metode pengambilan sampel yaitu random sampling dimana setiap unit (elemen) populasi diberi nomor, kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara acak dengan menggunakan undian.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data-data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penelitian yaitu berupa : a. Karakteristik siswa

b. Pengetahuan siswa terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman

c. Sikap siswa terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman

d. Tindakan siswa terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa gambaran umum sekolah dan jumlah siswa diperoleh dari SMA Negeri 14 Medan.


(45)

3.5 Defenisi Operasional

1. Umur adalah usia responden pada ulang tahun yang terakhir. 2. Jenis Kelamin adalah yang dikategorikan pria dan wanita.

3. Pengetahuan adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan pengetahuan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

4. Sikap adalah respon siswa dalam menjawab pertanyaan sikap terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. 5. Tindakan adalah tindakan siswa dalam menjawab pertanyaan tindakan

terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

6. Plastik adalah alat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (pengemas) makanan dan minuman.

3.6 Aspek Pengukuran

Menurut Pratomo yang dikutip oleh Sitorus (2008) bahwa skala pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan berdasarkan atas jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan, yaitu :

1. Kategori baik, apabila responden mendapat > 75% dari total skor 2. Kategori sedang, apabila responden mendapat 40%-75% dari total skor 3. Kategori kurang, apabila responden mendapat < 40% dari total skor


(46)

1. Pengetahuan

Untuk mengatahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap – tiap pertanyaan dalam kuesioner. Jumlah pertanyaan pengetahuan sebanyak 10 pertanyaan dengan skor untuk jawaban (a) adalah 0, jawaban (b) adalah 1, dan jawaban (c) adalah 2. Maka didapat total skor adalah 20 dan skor terendah 0. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut maka kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan total skor > 15

b. Tingkat pengetahuan sedang apabila responden dapat menjawab pertanyaan deangan total skor 10-15

c. Tingkat pengetahuaan kurang responden dapat menjawab pertayaan dengan total skor < 10

2. Sikap

Untuk mengetahui ukuran sikap dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap – tiap pertanyaan dalam kuesioner. Jumlah pertanyaan sikap sebanyak 10 dengan skor untuk jawaban untuk pertanyaan jawaban (setuju) adalah 2, jawaban (kurang setuju) adalah 1 dan jawaban tidak setuju adalah 0. Maka didapat skor tertinggi (total skor) adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut maka kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Sikap baik apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan total skor >15


(47)

b. Sikap sedang apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan total skor 10-15

c. Sikap kurang apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan total skor <10

3. Tindakan

Untuk mengetahui penilaian tindakan dari responden maka diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan dalam kuesioner. Jumlah pertanyaan tindakan adalah sebanyak 10, untuk jawaban (selalu) adalah 0, untuk jawaban (kadang-kadang) adalah 1, dan untuk jawaban (tidak pernah) adalah 2. Maka total skor adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut maka kriteria pengukuran adalah sebagai berikut:

a. Tindakan baik apabila responden l menjawab pertanyaan dengan total skor > 15

b. Tindakan sedang apabila responden menjawab pertanyaan dengan total skor 10-15

c. Tindakan kurang apabila responden menjawab pertanyaan dengan total skor < 10

3.7 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif untuk mendiskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa terhadap penggunaan bahan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. Hasil analisa data akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMU Negeri 14 terletetak di Jl.Pelajar Timur Ujung Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Sekolah ini didirikan pada tahun 1985. Jumlah seluruh siswa SMU Negeri 14 adalah sebanyak 855 orang, dimana siswa kelas X seluruhnya sebanyak 338 orang.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswa Kelas X di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009

No Umur Siswa Kelas X SMU Negeri 14 Medan Jlh Resp. Persentase

(%) 1

2 3

14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun

11 41 25

14,28 53,25 32,47 Total 77 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas ditunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden yang berumur 15 tahun yakni sebanyak 41 orang (53,25 %) sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur 14 tahun yakni 11 orang (14,28%)


(49)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas X di SMU Negeri 14 Medan Tahun 2009.

No Jenis Kelamin Siswa Kelas X SMU Negeri 14 Medan Jumlah Responden Persentase

(%) 1

2

Laki-Laki Perempuan

32 45

41,56 58,44

Total 77 100

Tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah perempuan yakni sebanyak 45 orang (58, 44 %) sedangkan responden laki-laki sebanyak 32 orang (41,56 %).

4.3 Pengetahuan

Pengetahuan responden yang diukur meliputi manfaat plastik, jenis dan tanda pengenal plastik, ciri-ciri tanda pengenal plastik,bahaya penggunaan plastik, kelebihan penggunaan plastik. Gambaran pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut .


(50)

Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan Dan Minuman Tahun 2009. No Pertanyaan Jawaban Pertanyaan

Skor 2 Skor 1 Skor 0 Jlh % Jlh % Jlh % 1 Manfaat Plastik 77 100 0 0 0 0 2 Cara Mengenali Jenis dan Tanda

Pengenal Plastik

33 42,86 29 37,66 15 19,48 3 Berapa kali pemakaian botol mineral 27 35,06 32 41,56 18 23,38 4 Ciri-ciri Tanda Pengenal Plastik 56 72,73 14 18,18 7 9,09 5 Penggunaan Plastik pembungkus

(cling wap) sebagai tempat makanan dan minuman panas

30 38,96 22 28,57 25 32,47

6 Kelebihan Plastik 65 84,42 12 15,58 0 0 7 Tanda-tanda pengenal plastik penting

dicantumkan pada kemasan plastik

77 100 0 0 0 0 8 Bahaya Plastik sebagai pengemas

makanan dan minuman panas

61 79,22 17 22,08 0 0 9 Penggunaan Plastik yang aman

sebagai tempat makanan dan minuman panas

54 70,13 15 19,48 8 10.39

10 Ciri-ciri plastik dikatakan berbahaya 31 40,26 18 23,38 28 36,36

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa seluruh responden orang tahu manfaat dan yakni sebanyak 77 orang ( 100 %). Dari tabel di atas , 77 responden (100%) menjawab bahwa penting (pertanyaan 7 dengan skor 2) tanda-tanda pengenal plastik dicantumkan pada kemasan makanan dan minuman yang terbuat dari plastik. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa reponden juga masih banyak yang kurang mengetahui tentang cara mengenali jenis dan tanda pengenal plastik yakni responden yang mendapat skor 1 sebanyak 29 orang ( 37,66 %) dan yang tidak tahu sama sekali sebanyak 15 orang (19,48 %). Dari 77 responden masih banyak yang kurang mengetahui tentang penggunaan plastik pembungkus (cling wap)


(51)

sebagai tempat makanan dan minuman panas yakni sebanyak 22 orang (28,57%) dan yang tidak tahu sama sekali sebanyak 25 orang (32,47%).

Dari tabel tersebut dapat dilihat juga bahwa hanya 27 responden (35,06%) yang mendapat skor 2 atas pertanyaan tentang berapa kali pemakaian botol mineral dan yang kurang tahu sebanyak 32 orang (41,56%) dan yang tidak tahu sama sekali sebanyak 18 orang (23,38%). Dari tabel tersebut juga ditunjukkan bahwa responden masih banyak yang kurang tahu tentang ciri-ciri plastik yang dikatakan berbahaya yakni 18 orang (23,38%) dan yang tidak tahu sama sekali sebanyak 28 orang (36,36 %).

Tabel 4.4. Kategori Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Plastik Sebagai Tempat Penyimpanan Makanan Dan Minuman Tahun 2009

No Kategori

Pengetahuan

Siswa Kelas X SMU Negeri 14 Medan Jlh Responden Persentase (%)

1 Baik 51 66,24

2 Sedang 16 20,78

3 Kurang 10 12,98

Total 77 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden lebih banyak yang berpengetahuan baik yakni 51 orang (66,24%) dan paling sedikit berpengetahuan kurang yakni 10 orang (12,98%).

4.4 Sikap

Sikap responden merupakan respon tertutupnya terhadap pertanyaan-pertanyaan atas sikap tentang bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.


(52)

Tabel 4.5. Gambaran Sikap Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat penyimpanan makanan dan Minuman Tahun 2009.

No Pertanyaan Jawaban Responden

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

n % n % n %

1 Plastik daur ulang tidak digunakan sebagai

kemasan makanan atau minuman 45 58,44 13 16,88 19 24,68

2 Setiap produk plastik dicantumkan tanda

pengenal plastik 77 100 0 0 0 0

3 Ada peraturan penggunaan plastik dalam

kehidupan sehari-hari 77 100 0 0 0 0

4 Kemasan plastik yang digunakan sebagai

tempat makanan panas diganti dengan kemasan yang alami seperti daun pisang

39 50,65 27 35,06 11 14,29

5 Kemasan plastik tidak digunakan sebagai

tempat makanan dan minuman panas 54 70,13 14 18,18 9 11,69

6 Makanan dan minuman panas didinginkan

terlebih dahulu kemudian dikemas ke dalam kemasan plastik

62 80,52 5 6,49 10 12,99

7 Kemasan plastik dikatakan memiliki kelebihan yang praktis , murah ,fleksibel , penggunaanya

77 100 0 0 0 0

8 Produk plastik yang memiliki ciri lebih kuat, dan jika ditekan akan mudah kembali kebentuk semula layak digunakan

42 54,55 17 22,08 18 23,37

9 Plastik yang digunakan sebagai kemasan

makanan dan minuman panas itu berbahaya bagi kesehatan

65 84,42 9 11,69 3 3,89

10 Botol mineral ( contoh : aqua ) digunakan

sekali pemakaian 27 35,06 23 29,87 20 25,97

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 77 orang responden (100%) yang setuju bahwa setiap produk plastik dicantumkan tanda pengenal plastik, ada peraturan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, dan setuju jika makanan dan minuman panas didinginkan terlebih dahulu kemudian dikemas ke dalam kemasan plastik. Sementara ada sebanyak 27 responden (35,06%) yang kurang setuju jika kemasan plastik yang digunakan sebagai tempat makanan panas diganti dengan


(53)

kemasan yang alami seperti daun pisang dan ada sebanyak 20 responden (25,97%) tidak setuju jika botol mineral ( contoh : aqua ) digunakan sekali pemakaian.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka sikap responden dikategorikan ke dalam kategori baik, sedang, dan kurang. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6 Kategori sikap Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat penyimpanan makanan dan Minuman Tahun 2009.

No Kategori

Sikap

Siswa Kelas X SMU Negeri 14 Medan Jlh Responden Persentase (%)

1 Baik 56 72,73

2 Sedang 10 12,99

3 Kurang 11 14,28

Total 77 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 56 responden (72,73%) yang memilki sikap dalam kategori baik dan 10 responden (12,99 %) yang memiliki sikap dalam kategori sedang dan yang memiliki sikap dalam kategori kurang terdapat 11 reponden (14,28 %).

4.5 Tindakan

Tindakan responden meliputi tindakan dalam penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan atau pengemas makanan dan minuman. Pilihan atas jawaban tindakan adalah selalu, kadang-kadang, dan tidak pernah. Uraian tindakan responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(54)

Tabel 4.7 Gambaran Tindakan Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat penyimpanan makanan dan Minuman Tahun 2009.

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Selalu

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Menggunakan produk plastik sebagai

kemasan makanan dan minuman 44 57,14 33 42,86 0 0

2 Tidak memperhatikan tanda dan jenis

pengenal pada kemasan plastik 14 18,18 35 45,45 28 36,36

3 Tidak menggunakan produk plastik yang dicantumkan jenis dan tanda pengenal plastik pada kemasan makanan dan minuman

17 22,08 25 32,47 35 45,45

4 Tidak menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih kuat, mengkilat dan jika ditekan akan kembali kebentuk semula

15 19,48 32 41,59 30 38,96

5 Produk plastik yang memiliki ciri ditekan tidak kembali, permukaan tidak mengkilat, jika dibakar akan menimbulkan bau wax (lelehan lilin)

20 25,97 42 54,55 15 19,48

6 Menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih keras, mengkilat, dan jika dibakar berbau phenol (alkohol)

18 23,38 25 32,47 34 44,15

7 Menggunakan botol minuman seperti botol

air mineral lebih dari satu kali pemakaian 35 45,45 28 36,37 14 18,18 8 Menggunakan botol minuman plastik yang

digunakan untuk tempat minuman panas 26 33,76 48 62,34 13 16,90

9 Terlebih dahulu tidak mendinginkan

makanan dan minuman panas sebelum dikemas dalam produk plastik

13 16,88 37 48,05 20 25,97

10 Menggunakan kemasan plastik untuk

mengemas makanan berminyak atau

berlemak yang panas 15 19,48 48 62,34 14 18,18

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut dapat dilihat bahwa seluruh responden kelas X SMU Negeri 14 Medan menggunakan produk plastik sebagai kemasan makanan dan minuman dimana sebanyak 44 orang (57,14%) selalu menggunakan produk plastik sebagai kemasan makanan dan minuman dan 33 orang (42,86%) yang kadang-kadang menggunakan produk plastik sebagai kemasan makanan dan minuman. Dari tabel


(55)

tersebut juga dapat dilihat bahwa hanya 13 orang (16,88%) yang terlebih dahulu mendinginkan makanan dan minuman panas sebelum dikemas dalam produk plastik.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka tindakan responden dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni tindakan dalam kategori baik, sedang dan kurang. Kategori responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden (Siswa Kelas X) SMU Negeri 14 Medan Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat penyimpanan makanan dan Minuman.

No Kategori

Tindakan

Siswa Kelas X SMU Negeri 14 Medan Jlh Responden Persentase (%)

1 Baik 23 29,87

2 Sedang 28 36,36

3 Kurang 26 33,77

Total 77 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 28 responden (36,36%) yang memiliki tindakan dalam kategori sedang, 26 responden (33,77%) yang memiliki tindakan dalam kategori kurang dan hanya 23 responden (28,87%) yang memilki tindakan dalam kategori baik.


(56)

41

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitan seperti yang telah ditunjukkan dalam tabel 4.1 diketahui bahwa responden berumur 14 tahun sampai dengan 16 tahun, dimana responden terbanyak adalah responden yang berumur 15 tahun yakni sebanyak 41 orang (53,25%).

Berdasarkan tabel 4.1 juga dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah yang memiliki jenis kelamin perempuan yakni 45 orang (58,44%). Hal ini disebabkan karena lebih sedikit populasi laki-laki daripada populasi perempuan kelas X di SMU Negeri 14 Medan sehingga peluang terpilihnya responden perempuan lebih besar.

5.2 Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (1993), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lama apabila didasari oleh pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan yang baik tentang bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman dapat mengurangi dampaknya terhadap kesehatan.

Berdasarkan hasil pengkategorian terhadap pengetahuan responden diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori baik. Uraian terhadap hasil pengetahuan responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 yang


(57)

42

menunjukkan bahwa semua responden mengetahui manfaat plastik 77 responden (100%), sebanyak 56 responden (72,73%) mengetahui ciri-ciri tanda pengenal plastik, sebanyak 61 responden (79,22%) mengetahui bahaya plastik sebagai pengemas makanan dan minuman panas, dan sebanyak 54 responden (70,13%) yang mengetahui tentang penggunaan plastik yang aman sebagai tempat makanan dan minuman panas. Sementara itu, dapat dilihat bahwa pengetahuan responden secara umum belum mengetahui tentang cara mengenali jenis dan tanda pengenal plastik yang di daur ulang yakni sebanyak 33 responden (42,86%). Begitu juga pengetahuan responden tentang penggunaan plastik pembungkus (cling wrap) sebagai tempat makanan dan minuman panas hanya 30 responden (38,96%) yang mengetahui hal tersebut dan hanya 27 responden (35,06%) yang tahu tentang berapa kali pemakaian botol mineral.

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan dikatakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik yakni sebanyak 51 orang (66,24%).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).


(58)

43

5.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).

Sikap responden mencakup persepsi responden teerhadap bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. Dari hasil penelitian sikap semua responden yakni 77 orang (100%) mengatakan bahwa mereka setuju jika setiap produk plastik dicantumkan tanda pengenal plastik. Begitu juga dengan sikap responden yang mengatakan setuju jika ada peraturan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari yakni sebanyak 77 responden (100%). Sikap responden yang menjawab setuju jika kemasan plastik tidak digunakan sebagai tempat makanan dan minuman panas yakni sebanyak 54 responden (70,13%) dan sikap responden kebanyakan menjawab setuju jika makanan dan minuman panas didinginkan terlebih dahulu kemudian dikemas dalam kemasan plastik yakni sebanyak 62 responden (80,52%). Sikap responden yang cukup baik ini didukung karena adanya pengetahuan yang baik tentang bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa secara umum sikap reponden sudah baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uraian pada tabel 4.5, dimana


(59)

44

sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman terdapat 7 pertanyaan dimana responden lebih banyak memiliki sikap yang positip. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 4.6 dimana terdapat 56 responden (72,73%) yang memiliki sikap dalam kategori baik. Banyaknya responden yang memiliki sikap dalam kategori baik didukung oleh tingkat pengetahuan yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan siswa dapat membentuk sikap siswa. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut (Purwanto,1998).

5.4 Tindakan

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas (Notoadmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian ternyata pengetahuan dan sikap responden tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari uraian tindakan yakni masih banyak responden yang menjawab selalu menggunakan produk plastik sebagai kemasan makanan dan minuman yaitu 44 orang (57,14%), hanya sebanyak 14 responden (18,18%) yang menjawab selalu memperhatikan tanda dan jenis pengenal pada kemasan plastik, hanya sebanyak 17 responden (22,08%) yang menjawab selalu menggunakan produk plastik yang dicantumkan jenis dan tanda pengenal plastik pada kemasan makanan dan minuman. Selain itu, hanya sebanyak 15 responden (22,08%) menjawab selalu menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih


(60)

45

kuat, mengkilat, dan jika ditekan akan kembali ke bentuk semula, hanya 15 responden (19,48%) yang menjawab tidak pernah dalam menggunakan produk plastik yang memiliki ciri ditekan tidak kembali, permukaan tidak mengkilat, jika dibakar akan menimbulkan bau wax (lelehan lilin), sebanyak 34 responden (44,15%) yang menjawab tidak pernah menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih keras, mengkilat, dan jika dibakar berbau phenol (alkohol), terdapat lebih banyak responden yang menjawab selalu yakni 35 orang (45,45%) dalam penggunaan botol minuman seperti botol air mineral lebih dari satu kali pemakaian, hanya 13 orang (16,90%) yang menjawab tidak pernah menggunakan botol minuman plastik untuk tempat minuman panas, hanya sebanyak 13 responden (16,88%) yang menjawab selalu terlebih dahulu mendinginkan makanan dan minuman panas sebelum dikemas dalam produk plastik dan hanya terdapat sebanyak 14 responden yang menjawab tidak pernah menggunakan kemasan plastik untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak yang panas.

Dari uraian tersebut maka diperoleh bahwa lebih banyak responden yang memiliki tindakan dalam kategori sedang dan kurang. Sementara sebelumnya telah disebutkan bahwa mayoritas pengetahuan dan sikap responden termasuk dalam kategori baik. Dimana terdapat sebanyak 23 responden (29,87%) yang memiliki tindakan dalam kategori baik, 28 responden (36,36%)yang memiliki tindakan dalam kategori sedang dan sebanyak 26 responden (33,77%) yang memiliki tindakan dalam kategori kurang.


(61)

46

namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses ini tidak selalu seperti teori tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya. Seperti halnya dalam penelitian ini diperoleh bahwa seseorang dapat bertindan negatif meskipun pengetahuan dan sikapnya positip. Tindakan yang negatif ataupun yang kurang tentang bahaya panggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman dipengaruhi oleh karena kemasan plastik dikatakan memiliki kelebihan yang praktis , murah ,fleksibel penggunaanya.

Dari segi kesehatan lingkungan sebagian masyarakat beranggapan bahwa apabila plastik bisa didaur ulang, maka selesailah masalah. Namun pada kenyataannya, daur ulang bukanlah solusi paling tepat untuk menyelesaikan timbunan sampah plastik. Beberapa jenis plastik dapat didaur ulang menjadi bahan plastik yang berbeda jenis, dan beda produksi pula. Namun hanya sekitar 1 hingga 5 persen jenis plastik yang dapat didaurulang. Artinya masih akan ada banyak plastik yang hanya akan berakhir di timbunan sampah,dan mencemari lingkungan. Ada alasannya mengapa kata "recycle" terletak di bagian paling akhir dari kalimat : "Reduce, Reuse,Recycle". Terkadang masyarakat lupa bahwa untuk mendaur ulang diperlukan banyak energi, yang kebanyakan membutuhkan minyak. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh bagi kelestarian bumi. Hal paling baik yang bisa kita lakukan adalah mengurangi pemakaian plastik, dan memakai kembali plastik yang masih dapat digunakan.

Laut yang terbentang luas kini tak biru dan tak bersih lagi. Sampah plastik kemasan makanan, botol minuman, atau jenis plasitk lainnya sangat mudah ditemui di sekitar pantai. Dari sekian banyak plastik yang dikonsumsi oleh manusia, 10


(62)

47

persen diantaranya berakhir di laut. Sampah ini sebagian besar berasal dari kapal penumpang, dari muara daratan, dan dari kegiatan wisatawan. Sekitar 400.000 relawan dari seluruh dunia menemukan sekitar 6 juta pon sampah. Sebagian besar diantarnya adalah kantong plastik dan kemasan Styrofoam. Sampah-sampah ini tentu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan di laut. Banyak burung-burung laut yang ditemukan mati, dengan perut penuh dengan sampah plastik kecil. Ratusan kura-kura, dan hewan laut lainnya mati setiap tahunnya karena memakan plastik. Mereka mengira plastik adalah jellyfish, sumber makanan utama mereka. Hal ini telah membuktikan, bahwa keberadaan sampah plastik membunuh banyak hewan laut, dan dapat mengancam kepunahannya. Kita, sebagai pengguna plastik, tentu saja memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kerusakan bumi ini (Heli, 2009).


(63)

48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengetahuan siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori baik yakni sebanyak 51 orang (66,24%).Sedangkan pengetahuan siswa atau responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sebanyak 16 orang (20,78% ) dan yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 10 orang (12,98%).

2. Sikap siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori baik yakni sebanyak 56 orang (72,73 %). Sedangkan siswa yang memiliki kategori sedang sebanyak 10 orang (12,99%) dan dalam kategori kurang sebanyak 11 orang (14,28%).

3. Tindakan siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori sedang dan kurang dimana terdapat 28 responden (36,36%) yang memiliki tindakan dalam kategori sedang (33,77% ) dan 26 responden yang memilki tindakan dalam kategori kurang. Sedangkan yang memiliki tindakan dalam kategori baik hanya 23 orang (29,87%).


(64)

49

6.2 Saran

1. Diharapkan agar pihak sekolah bekerja sama dengan pihak balai POM untuk memberikan informasi yang lebih banyak dan jelas tentang bahaya penggunaan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, seperti kanker dalam jangka panjang.

2. Kepada siswa diharapkan agar lebih memperhatikan tanda-tanda pengenal plastik sebelum digunakan sebagai kemasan untuk makanan dan minuman khususnya yang panas.

3. Kepada siswa juga diharapkan agar lebih selektif dalam memilih tempat penyimpanan makanan dan minuman, dan gunakan alternatif pengganti plastik seperti berbahan stainless steel, kaca juga kayu.

4. Kepada siswa jika harus menggunakan plastik, akan lebih aman menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate).


(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN ATAU

PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN

A.KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Umur :

B.PERILAKU 1. Pengetahuan

1. Apa manfaat plastik dalam kehidupan sehari-hari? a. Tidak tahu.

b. Wadah yang digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman.

c. Wadah yang digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman yang mudah di dapat dan sangat fleksibel penggunaannya.


(2)

2. Apakah adik tahu cara mengenali jenis dan tanda pengenal pada kemasan botol minuman plastik yang didaur ulang?

a. Tidak tahu.

b. Tahu, berbentuk segitiga terdapat angka tiga di dalamnya dibawah segitiga tercantum nama jenis plastik.

Contoh:

c. Tahu, berbentuk segitiga terdapat angka satu di dalamnya dibawah segitiga tercantum nama jenis plastik

Contoh:

3. Menurut adik-adik berapa kali pemakaian sebaiknya botol mineral dapat digunakan?

a. Tidak tahu

b. Dua kali pemakaian c. Sekali pemakaian

4. Menurut adik-adik apa ciri-ciri tanda pengenal plastik, contoh seperti pada kemasan botol mineral, botol jus? Dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.

a. Berada atau terletak di bagian dasar berbentuk segiempat yang di dalamnya terdapat angka dan di bawah segitiga tersebut terdapat nama jenis plastik


(3)

b. Berada atau terletak di bagian dasar berbentuk segitiga

c. Berada atau terletak di bagian dasar berbentuk segitiga yang di dalamnya terdapat angka dan di bawah segitiga tersebut terdapat nama jenis plastik. 5. Menurut adik-adik apakah penggunaan plastik seperti plastik pembungkus

(Cling wrap) sebagai kemasan makanan dan minuman panas boleh digunakan?

a. Tidak tahu. b. Boleh. c. Tidak boleh

6. Dapatkah adik-adik menyebutkan kelebihan plastik sehingga banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya sebagai kemasan makanan dan minuman?

a. Tidak tahu.

b. Praktis, murah, tidak terlalu membahayakan kesehatan konsumen. c. Praktis, murah dan mudah dibawa kemana-mana

7. Menurut adik-adik apakah penting tanda-tanda pengenal plastik dicantumkan pada kemasan makanan dan minuman yang terbuat dari plastik?

a. Tidak tahu. b. Tidak penting. c. Penting.


(4)

8. Menurut adik-adik bahayakah jika menggunakan plastik sebagai pengemas makanan dan minuman panas?

a. Tidak tahu. b. Berbahaya

c. Berbahaya dan menimbulkan penyakit

9. Menurut adik-adik bagaimana penggunaan plastik seperti kantong plastik pembungkus sebagai kemasan makanan dan minuman panas aman digunakan?

a. Tidak tahu.

b. Secara langsung makanan dan minuman panas di kemas dalam plastik c. Sebaiknya didinginkan terlebih lalu dikemas dalam plastik

10.Menurut adik-adik bagaimana ciri-ciri plastik dikatakan berbahaya? a. Tidak tahu. c. Jika dibakar berbau, keras b. Jika dibakar tidak berbau, lunak


(5)

2. Sikap

Buatlah tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di bawah ini

No Pertanyaan

Jawaban

S KS TS 1 Setujukah adik-adik jika plastik daur ulang tidak

digunakan sebagai kemasan makanan atau minuman? 2 Setujukah adik-adik jika setiap produk plastik dicantumkan

tanda pengenal plastik?

3 Setujukah adik-adik jika ada peraturan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari?

4 Apakah adik-adik setuju jika kemasan plastik yang digunakan sebagai tempat makanan panas diganti dengan kemasan yang alami seperti daun pisang?

5 Setujukah adik-adik jika kemasan plastik tidak digunakan sebagai tempat makanan dan minuman panas?

6 Setujukah adik-adik jika makanan dan minuman panas didinginkan terlebih dahulu kemudian dikemas ke dalam kemasan plastik?

7 Setujukah adik-adik jika kemasan plastik dikatakan memiliki kelebihan yang praktis , murah ,fleksibel , penggunaanya?

8 Setujukah adik-adik jika produk plastik yang memiliki ciri lebih kuat, dan jika ditekan akan mudah kembali kebentuk semula layak digunakan?

9 Apakah adik-adik setuju bahwa plastik yang digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman panas itu berbahaya bagi kesehatan?

10 Setujukah adik-adik jika botol mineral ( contoh : aqua ) digunakan sekali pemakaian ?

Keterangan : S (Setuju)

KS (Kurang Setuju) TS (Tidak Setuju)


(6)

3. Tindakan

Buatlah tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di bawah ini

No Pertanyaan

Jawaban S KK TP 1 Apakah adik-adik menggunakan produk plastik sebagai

kemasan makanan dan minuman ?

2 Apakah adik-adik tidak memperhatikan tanda dan jenis pengenal pada kemasan plastik?

3 Apakah adik-adik tidak menggunakan produk plastik yang dicantumkan jenis dan tanda pengenal plastik pada kemasan makanan dan minuman?

4 Apakah adik-adik tidak menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih kuat, mengkilat dan jika ditekan akan kembali kebentuk semula?

5 Pernahkah adik-adik menggunakan produk plastik yang memiliki ciri ditekan tidak kembali, permukaan tidak mengkilat, jika dibakar akan menimbulkan bau wax (lelehan lilin)?

6 Pernahkah adik-adik menggunakan produk plastik yang memiliki ciri-ciri plastik lebih keras, mengkilat, dan jika dibakar berbau phenol (alkohol)?

7 Apakah adik-adik menggunakan botol minuman seperti botol air mineral lebih dari satu kali pemakaian?

8 Apakah adik-adik pernah menggunakan botol minuman plastik yang digunakan untuk tempat minuman panas? 9 Apakah adik-adik terlebih dahulu tidak mendinginkan

makanan dan minuman panas sebelum dikemas dalam produk plastik?

10 Pernahkah adik-adik menggunakan kemasan plastik untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak yang panas?

Keterangan : S (Selalu)

KK (Kadang-Kadang) TP (Tidak Pernah)


Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Tahun 2010

11 54 105

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

18 99 119

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan di SMU Negeri 16 Medan

6 48 60

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Siswa Tentang Makanan Dan Minuman Jajanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Makanan (BTM) Tertentu Di SMP Negeri 3 Dan SMA Negeri 1 Binjai Tahun 2009

1 54 103

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Di Smk Negeri “X” Medan Tahun 2009

0 51 75

PENGARUH PENYULUHAN MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MAKANAN Pengaruh Penyuluhan Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan Pada Siswa SD Negeri Di Surakarta.

1 2 12

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP BAHAYA MINUMAN KERAS DI SMU MUHAMMADIYAH I SURAKARTA.

0 2 7

Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Di Bandung Mengenai Sanitasi Makanan Terhadap Sikap dan Perilaku Pemilihan Tempat Makan.

1 1 25

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN KONSUMSI MAKANAN BERSERAT PADA SISWA SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 1 96

PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN KONSUMSI MAKANAN DAN MINUMAN INSTAN PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

2 20 120