dan kewajiban.
42
Rasa setia kawan telah ada sejak dulu dalam masyarakat Indonesia yang asli namun ini saja belum cukup untuk dapat menopang Koperasi
agar mampu mencapai tujuannya. Maka oleh sebab itulah diperlukan “kesadaran berpribadi atau tahu akan harga diri” dan “percaya pada diri sendiri atau
kemampuan dari kemanunggalan para anggota sendiri”, sehingga kedinamikan dan hasrat untuk maju dari setiap anggota yang bermanunggal dalam Koperasi
Indonesia akan selalu ada.
43
Kedua landasan mental ini harus bersatu padu, saling memperkuat satu dengan yang lain. Dalam kehidupan berkoperasi keduanya
diperlukan sebagai dua unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi, serta saling awas mengawasi.
44
B. Prinsip-prinsip Koperasi
Pengertian sendi dasar atau prinsip-prinsip Koperasi adalah pedoman-
pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha dan bekerjanya Koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orang-orang yang terbatas
kemampuan ekonominya.
45
International Cooperative Alliance ICA atau Perserikatan Koperasi Internasional mengartikan prinsip atau principle sebagai
praktik-praktik atau kegiatan-kegiatan utama yang sangat diperlukan dalam mencapai tujuan-tujuan dari gerakan Koperasi. Prinsip Koperasi ini merupakan
esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakannya dari badan usaha lain.
46
42
G. Kartasapoetra et. al, Koperasi yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991,hal. 7.
Prinsip-Prinsip
43
Ibid
44
Sudarsono dan Edilius, Koperasi dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hal. 79.
45
Anoraga, Op. cit., hal. 10.
46
Penjelasan Pasal 5 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
Koperasi ini telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman dan keadaan.
Rochdale adalah sebuah kota kecil di Inggris, di mana untuk pertama
kalinya Koperasi konsumsi didirikan.
47
Koperasi Rochdale telah memulai
usahanya sejak tahun 1844. Cita-cita dari Rochdale Pioneers, yang dinyatakan
sebagai peraturan dari perkumpulan itu kemudian dikenal sebagai asas-asas
Rochdale atau Rochdale Principles, telah mengilhami cara kerja dari
gerakangerakan Koperasi sedunia.
48
Kedelapan buah asas Rochdale tersebut adalah:
49
1.
Pengendalian secara demokrasi Democratic control
2. Keanggotaan yang terbuka Open membership
3. Bunga terbatas atas modal Limited interest on capital
4. Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota proporsional dengan
pembeliannya The distribution of surplus in dividend to the members in proportion to their purchases
5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan Trading strictly on a
cash basis 6.
Tidak boleh menjual barang-barang palsu dan harus murni Selling only pure and unadulterated goods
7. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asas-asas
Koperasi dan perdagangan yang saling membantu Providing for the
47
Pachta, Op. cit., hal. 25.
48
Hendrojogi, Op. cit., hal. 31.
49
Ibid
Universitas Sumatera Utara
education of the members in Co-operative principles as well as for mutual trading
8. Netral dalam aliran agama dan politik Political and religious neutrality
Dalam perkembangannya tidak semua prinsip Rochdale tersebut diterapkan dan dipatuhi oleh perkumpulan Koperasi di dunia. Penyebabnya antara
lain adalah keraguan bahwa prinsip Rochdale tersebut akan cocok untuk semua jenis Koperasi. Karena Rochdale merupakan Koperasi konsumsi sedangkan saat
itu Koperasi telah berkembang meliputi berbagai bidang. Atas dasar hal tersebut maka International Cooperative Alliance ICA berusaha untuk menentukan
prinsip-prinsip Koperasi yang dapat berlaku secara umum. Prinsip-prinsip Koperasi ICA inipun telah mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu.
Prinsip-prinsip Koperasi ICA yang terakhir dan berlaku hingga sekarang lahir melalui Kongres Seratus Tahun ICA yang diadakan pada bulan September
1995. Kongres tersebut mengesahkan pernyataan ICA tentang Identitas Koperasi yang memuat definisi Koperasi, nilai-nilai Koperasi, dan prinsip-prinsip Koperasi.
Selanjutnya Rapat Anggota ICA menyatakan bahwa prinsip-prinsip Koperasi yang tercakup dalam identitas Koperasi tersebut akan menggantikan
prinsipprinsip Koperasi yang telah diterima dan disetujui oleh ICA dalam kongresnya di Wina pada tahun 1966.
50
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
51
1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka;
2. Pengawasan demokratis oleh anggota;
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi;
4. Otonomi dan kemandirian;
50
Ibid, hal. 45.
51
Ibid, hal. 46-48
Universitas Sumatera Utara
5. Pendidikan, pelatihan, dan penerangan;
6. Kerja sama antar Koperasi;
7. Kepedulian terhadap masyarakat.
Dari perkembangan prinsip-prinsip Koperasi tersebut, Indonesia telah banyak memanfaatkan ide-ide dari prinsip Koperasi untuk dapat ditetapkan
sebagai prinsip-prinsip Koperasi Indonesia. Tentunya prinsip-prinsip Koperasi Indonesia telah disesuaikan dengan keadaan dan kondisi agar sesuai untuk
diterapkan di Indonesia. Prinsip-prinsip Koperasi di Indonesia diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Prinsip-prinsip
tersebut adalah: 1.
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna
bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun.
52
Prinsip ini juga berarti bahwa setiap anggota Koperasi dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat-syarat
pengunduran diri yang ditentukan di dalam Anggaran Dasar Koperasi tersebut. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan
tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
53
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
Artinya Koperasi Indonesia tidak mengenal perbedaan jenis kelamin, agama, suku, status ekonomi atau apapun dalam hal keanggotaannya.
52
Penjelasan Pasal 5 ayat 1
53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota.
54
Karena pada prinsipnya para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi
dalam Koperasi, dan Koperasi Indonesia adalah milik anggota dan untuk anggota.
55
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota; Oleh karena itu sudah seharusnya bila kepengurusan Koperasi
terbuka untuk setiap anggota. Artinya setiap anggota memiliki hak untuk mengajukan diri sebagai pengurus Koperasi.
Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi.
56
Prinsip ini mencerminkan watak non kapitalis, dan karena bukan merupakan
perkumpulan modal, maka sisa dari hasil usaha bila dibagikan kepada anggota, dilakukan tidak berdasarkan modal yang dimiliki seseorang
dalam Koperasi tetapi berdasarkan perimbangan jasausaha dan kegiatannya dalam penghidupan Koperasi itu.
57
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
Prinsip ini juga mencerminkan adanya sifat kekeluargaan dan keadilan di dalam badan
usaha Koperasi.
Pada dasarnya Koperasi bukanlah merupakan perkumpulan modal sehingga Koperasi tidak diperuntukkan bagi pihak yang semata-mata
54
Ibid.
55
Hadhikusuma, Op. cit., hal. 48.
56
Penjelasan Pasal 5 ayat 1.
57
Anoraga, Op. cit., hal 15.
Universitas Sumatera Utara
mencari keuntungan dengan modal besar yang dimilikinya. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga
terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan.
58
5. Kemandirian;
Arti terbatas disini adalah diberikan secara wajar dan tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada
pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri.
59
6. Pendidikan perkoperasian;
Sikap ini penting dalam menghadapi perekonomian dan dunia usaha Indonesia yang
penuh tantangan dan rintangan. Tanpa adanya kemandirian maka akan sulit bagi Koperasi untuk dapat berkembang dan mencapai
tujuantujuannya.
Prinsip ini diterapkan dalam rangka pengembangan suatu Koperasi. Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian merupakan hal yang penting
dalam meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan anggota, pengurus serta masyarakat umum. Dengan pendidikan ini diharapkan para
anggota memiliki pengertian tentang seluk beluk dan lika liku Koperasi, dan dari pengertian yang diperoleh tersebut akan tumbuh kesadaran
berkoperasi dan kesetiaan pada Koperasi pada diri dan jiwa para anggota
58
Penjelasan Pasal 5 ayat 1.
59
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Koperasi, yang dapat meningkatkan taraf partisipasi anggota terhadap Koperasi.
60
7. Kerja sama antar Koperasi.
Kerja sama antar Koperasi ini adalah suatu keharusan kalau Koperasi ingin tetap hidup dan demi untuk pertumbuhan gerakan Koperasi dalam
memperjuangkan kebebasan dan menjunjung martabat manusia.
61
Kerja sama antar Koperasi ini juga penting dalam memperkuat solidaritas antar
Koperasi dan dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama ini dapat dilakukan antar Koperasi di tingkat lokal, regional, nasional, dan
internasional. Kerja sama antar Koperasi ini akan dapat memperkuat dan memperkokoh Koperasi sebagai suatu badan usaha ekonomi dalam
membangun tatanan perekonomian nasional, sehingga dapat mewujudkan keinginan dari ketentuan Pasal 33 UUD 1945 dimana Koperasi sebagai
sokoguru perekonomian bangsa Indonesia.
62
C. Bentuk dan Jenis Koperasi Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959 tentang Perkembangan