modal kapital diartikan sebagai bagian dari nilai kekayaan yang dapat

b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Sedangkan wewenang pengawas adalah: a. Meneliti catatan yang ada pada Koperasi; b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

F. Modal Koperasi Mengutip pendapat dari Adam Smith penulis The Wealth of Nations

1776, modal kapital diartikan sebagai bagian dari nilai kekayaan yang dapat

mendatangkan penghasilan. 92 Modal juga merupakan salah satu faktor produksi selain sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa Koperasi lebih menekankan dirinya sebagai kumpulan orangorang dan bukan kumpulan modal seperti halnya Perseoan Terbatas. Meskipun begitu bukan berarti Koperasi sama sekali tidak memerlukan modal. Modal tetap diperlukan dalam menjalankan usaha Koperasi hanya saja modal bukan merupakan faktor utama. Di dalam Koperasi penekanan kepentingan kemanusian humanitas lebih diutamakan daripada kepentingan kebendaan. 93 Koperasi merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi sehingga diperlukan modal untuk menjalankan usahanya tersebut. Besar kecilnya nilai modal yang ada pada Koperasi menentukan pula besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan Koperasi tersebut. Sehingga dengan demikian faktor modal dalam usaha Koperasi ini merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju mundurnya Koperasi. Undang-Undang Perkoperasian 92 Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD 1945, Bandung: Angkasa, 1981, hal. 250. 93 Hadhikusuma, Op. cit., hal. 95. Universitas Sumatera Utara menentukan bahwa modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Yang dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. 94 1. Simpanan Pokok; Modal sendiri tersebut dapat berasal dari: Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib; Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Dana Cadangan; Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. 4. Hibah. Hibah adalah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa hidupnya orang tersebut. Modal Koperasi yang berasal dari hibah pemberian ini adalah pemberian harta kekayaan dari seseorang yang berupa kebendaan baik benda bergerak maupun tidak bergerak. 94 Penjelasan Pasal 41 ayat 2. Universitas Sumatera Utara Sedangkan berdasarkan Pasal 41 ayat 3 Undang-Undang Perkoperasian, modal pinjaman dapat berasal dari: 1. Anggota; 2. Koperasi lainnya danatau anggotanya; 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya; 4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; 5. Sumber lain yang sah. Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 ini sengaja tidak menyebut- nyebut adanya simpanan sukarela dalam permodalan Koperasi, karena jenis simpanan ini sudah tersirat dalam modal pinjaman, seperti yang tertera dalam Pasal 41 ayat 3. 95 Pada dasarnya Koperasi harus mampu mandiri dan memenuhi kebutuhan modalnya dengan modal yang berasal dari dalam Koperasi atau modal sendiri. Namun ternyata kenyataan yang sesungguhnya tidak semudah itu. Pada umumnya Koperasi belum dapat memanfaatkan modal sendiri dari simpanan anggota ini secara optimal, kecuali sebagai persyaratan formal untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang atau Anggaran Dasar. Akibatnya dalam mengembangkan usahanya Koperasi lebih banyak berpaling pada pinjaman dari luar. Padahal modal sendiri memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya lebih baik bila dibandingkan dengan modal yang berasal dari luar Koperasi. Hal ini berkaitan dengan beberapa alasan: 96 1. Alasan kepemilikan Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap Koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali 95 Hendrojogi, Op. cit., hal. 195. 96 Widiyanti, Op. cit., hal. 136. Universitas Sumatera Utara usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut. 2. Alasan ekonomi Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah, karena tidak dikenakan persyaratan bunga. 3. Alasan risiko Modal sendiri atau anggota juga mengandung risiko yang lebih kecil dibanding dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar. Selain dari berbagai bentuk modal Koperasi yang telah dijelaskan di atas, Koperasi juga dapat memperoleh modalnya yang berasal dari modal penyertaan. Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi terutama yang berbentuk investasi. 97 Modal penyertaan ini juga ikut menanggung resiko dalam Koperasi namun tidak memiliki hak suara dalam Rapat Anggota. Namun demikian, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian. 98 97 Penjelasan Pasal 42 ayat 1. 98 Ibid Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG KOPERASI SYARIAH

A. Sejarah Lahirnya Koperasi Syariah

Koperasi Syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia semakin marak. Baitul Maal Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha gurem disektor informal. 99 Kendati awalnya hanya merupakan Kelompok Swadaya Masyarakat Syariah namun demikian memiliki kinerja layaknya sebuah Bank. Diklasifikasinya BMT sebagai KSM guna menghindari jeratan hukum sebagai bank gelap dan adanya Program Hubungan Bank dan KSM PHBK, yakni adanya Pola Hubungan kerja sama antara Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat. Program ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan LSM Jerman GTZ. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan distribusi dalam bentuk kredit harus berbentuk Bank Pasal 26. Maka munculah beberapa LPSM Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat yang memayungi KSM BMT. LPSM tersebut antara lain: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil P3UK sebagai penggagas awal, 99 http:bmt-syariahal.blogspot.com200911perkembangan-koperasi-syariahal.html. Diakses tanggal 9 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara