Al-Qur’an.
3
Koperasi syariah merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Dari segi
jumlahnya di Indonesia, koperasi syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan
syari’ah lainnya. Kehadiran koperasi syariah di Indonesia, selain ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, juga
memiliki misi penting dalam pemberdayaan usaha kecil dan menengah di wilayah kerjanya. Hal ini didasarkan pada visi koperasi syariah bahwa pembangunan
ekonomi hendaknya dibangun dari bawah melalui kemitraan usaha. Islam mengangap riba sebagai satu unsur yang merusak masyarakat
secara ekonomi, sosial maupun moral. Oleh karena itu, Al-Qur’an melarang umat Islam memberi atau memakan riba.
Melihat kenyataan berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat eksistensi koperasi syariah ini di Indonesia menjadi
sebuah judul skripsi dengan judul ”Keberadaan Koperasi Syariah Di Indonesia Studi Komparatif Dengan Koperasi Konvensional Dan Perbankan Syariah”
B. Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Bagaimana keberadaan koperasi syariah sebagai salah satu lembaga
keuangan di Indonesia?
3
Ilmi Makhalul, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Jakarta: UI Press, 2002, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
2. Apa saja perbedaan koperasi syariah dengan koperasi konvensional dan
perbankan syariah? 3.
Bagaimana penerapan prinsip syariah pada koperasi syariah, perbankan syariah, dan prinsip operasional koperasi konvensional studi komparatif?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui keberadaan koperasi syariah sebagai salah satu
lembaga keuangan di Indonesia b.
Untuk perbedaan koperasi syariah dengan koperasi konvensional dan perbankan syariah
c. Untuk mengetahui penerapan prinsip syariah pada koperasi syariah,
perbankan syariah, dan prinsip operasional koperasi konvensional studi komparatif
2. Manfaat
a. Secara teoretis
Menambah wawasan serta pengetahuan terhadap lembaga koperasi syariah sebagai bagian dari lembaga keuangan yang ada di Indonesia.
b. Secara praktis
Dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya para pelaku usaha mengenai lembaga keuangan koperasi syariah. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengalaman masyarakat mengenai prinsip-prinsip syariah dalam Islam, khususnya
yang penerapannya pada koperasi syariah.
Universitas Sumatera Utara
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang bertemakan mengenai lembaga keuangan syariah, sudah cukup banyak yang diangkat dan dibahas, namun penulisan dengan judul
Keberadaan Koperasi Syariah Di Indonesia Studi Komparatif Dengan Koperasi Konvensional Dan Perbankan Syariah
, belum pernah ditulis sebagai skripsi. Dengan demikian penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan
skripsi lainnya, sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral maupun akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan
Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
syariah sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
4
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi syariah yaitu:
Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.
a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi syariah yang menjadi anggota
yang memiliki lingkup lebih luas. Umumnya koperasi, termasuk koperasi syariah dikendalikan secara
bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan
koperasi biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU biasanya dihitung
4
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789163094Chapter20I.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan
oleh si anggota. Masalah kesenjangan ekonomi muncul ke permukaan sebagai sebuah fakta
yang tidak dapat dipungkiri. Ketimpangan dalam distribusi pendapatan terjadi dan terus berlangsung antara lain disebabkan sangat kecilnya akses lembaga
perbankan yang ada di tengah-tengah masyarakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kelompok masyarakat berpenghasilan kecil. Sementara kesempatan
berusaha maupun pemerataan kesejahteraan sosial agaknya masih tetap belum terjamin karena tidak menyentuh kebutuhan dan persoalan mendasar masyarakat
bawah. Umat Islam yang berkeyakinan bahwa produk perbankan konvensional
mengandung riba, berdampak pada pengusaha kecil yang sulit mengembangkan usahanya karena kesulitan mendapatkan dana investasi dan modal kerja.
Ketimpangan sosial ekonomi akan semakin nyata antara perkembangan usaha kecil yang puluhan juta unit banyaknya dengan perkembangan usaha besar yang
relatif cepat tetapi berjumlah sedikit. Hal ini memicu pertentangan sosial dan dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Selain itu terbentuknya
lembaga keuangan Islam juga bersumber dari adanya larangan riba di dalam Al- Qur’an dan Hadits. Larangan Al-Qur’an yang berkenaan dengan riba terdapat
dalam surat Al Baqarah ayat 275, 276, 278, 279, 280, Surat Al-Imran ayat 130, Surat Ar-Rum ayat 39, Surat An-Nisa ayat 161.
Berdirinya lembaga keuangan Islam juga didasari oleh kenyataan adanya praktek sistem bunga. Sistem bunga adalah tambahan pembayaran atas uang
Universitas Sumatera Utara
pokok pinjaman. Berdasarkan batasan tersebut pengertian bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi
pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersbut disebut pokok utang principal.
5
Pemerataan sistem bunga pada kenyataannya membawa akibat negatif yaitu masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil
perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramal secara pasti. Sementara itu dia tetap wajib membayar persentase berupa pengambilan sejumlah
uang tertentu yang tetap berada di atas jumlah pokok pinjaman. Keadaan ini bertentangan dengan ketentuan Allah dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 34
yang intinya bahwa hanya Allah yang dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi di masa datang, sedangkan manusia tidak akan bisa meramalnya. Selain itu hal ini
akan semakin memberatkan nasabah karena dengan penetapan persentase jumlah bunga akan menjadi kelipatan perseratus dari sisa pinjaman dikalikan dengan
jangka waktu pinjaman, sehingga dalam jangka waktu tertentu bisa terjadi suatu saat jumlah yang harus dikembalikan nasabah berlipat ganda dari pokok
pinjaman, misalnya pinjaman dikenakan bunga 12 pertahun, maka dalam jangka waktu 10 tahun bunganya akan menjadi 120 dari pokok pinjaman.
Keadaan tersebut akan lebih parah lagi apabila nasabah tidak dapat mengembalikan tepat pada jatuh temponya karena kewajiban membayar bunga
akan terus berlangsung sebelum pinjaman dilunasi. Sehingga semakin nasabah tidak mampu untuk membayar, maka nasabah semakin terbebani bunga yang
semakin berat.
5
http:id.wikipedia.orgwikiSuku_bunga. Diakses tanggal 5 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan persentase bunga seperti itu jelas mempunyai pengertian yang sama dengan pengertian bunga berbunga karena setiap bunga yang sudah jatuh
tempo dan tak terbayar akan dianggap sebagai bagian utang. Sistem perbankan yang ada sekarang ini memiliki kecendrungan terjadinya konsentrasi kekuatan
ekonomi di tangan kelompok elite, para bankir dan pemilik modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan kerawanan berupa benturan-benturan, bahkan konflik antar kelas sosial yang pada gilirannya keadaan seperti ini akan
mengganggu stabilitas nasional maupun perdagangan nasional. Dalam masyarakat yang maju seperti Amerika Serikat, kekuatan pokok ekonomi bukanlah terletak
pada keahlian, melainkan pemulihan dan kendali atas modal abstrak yaitu kekuatan pokok yang berada di tangan sebagai pemegang saham utama pada
perusahaan besar dan modern. Bank-bank yang ada sekarang dikatakan tidak berhasil dalam upaya
pemerataan pendapatan karena pranata pembayaran bunga tetap menjamin dari debitur secara terus-menerus ke arah kreditur. Jumlah debitur semakin lebih
banyak dari pada jumlah kreditur. Peminjaman yang diperoleh pada umumnya menjadi nilai tambah bagi debitur untuk membayar bunga kepada kreditur,
terutama untuk jenis pinjaman yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu bank dengan pranata bunga menciptakan suatu keadaan yang kaya semakin kaya, dan
yang miskin semakin miskin. Beroperasinya lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syari’at Islam
diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah
Universitas Sumatera Utara
prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya dipengaruhi atau dibatasi oleh ajaran Islam. Sehingga sistem ekonomi Islam bukanlah suatu pemikiran yang
bersifat final melainkan terus berkembang melalui kerja ijtihad.
6
Baitul Maal wat Tamwil BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat.
Maal Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta. Kendati awalnya
hanya merupakan Kelompok Swadaya Masyarakat Syariah namun demikian memiliki kinerja layaknya sebuah Bank. Diklasifikasinya BMT sebagai KSM
guna menghindari jeratan hukum sebagai bank gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia Pola Hubungan kerja sama antara Bank dengan kelompok
Swadaya Masyarakat hasil kerjasama Bank Indonesia dengan LSM Jerman GTZ. Dari segi jumlah, BMT pun merupakan lembaga keuangan syariah yang paling
banyak apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan syari’ah lainnya. Kehadiran BMT di Indonesia, selain ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi, juga memiliki misi penting dalam pemberdayaan usaha kecil dan menengah di wilayah kerjanya. Hal
ini didasarkan pada visi BMT bahwa pembangunan ekonomi hendaknya dibangun dari bawah melalui kemitraan usaha.
Berdasarkan kesesuian prinsip koperasi dalam Islam dan hukum kebolehan koperasi dalam Islam, maka koperasi adalah sebuah lembaga yang dapat
diterapkan untuk BMT. Kebolehan ini juga didasarkan pada relevansi konsep
6
http:www.bi.go.idNRrdonlyres15979C52-188F-461C-9AAA-7AB6445413943016 bempvol2no1jun99.pdf. Diakses tanggal 5 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
antara koperasi dan BMT.
7
Terdapat kesamaan konsep antara koperasi dan BMT sehingga hal ini mendukung dijadikannya koperasi sebagai badan hukum untuk
BMT. BMT yang berbadan hukum koperasi harus mengganti sistem bunga yang biasa diterapkan dalam sistem perkoperasian di Indonesia dengan sistem yang
sesuai dengan prinsip Islam yaitu bagi hasil, sehingga merancang sebuah konsep lembaga koperasi syariah adalah suatu kebutuhan yang harus dilakukan.
8
F. Metode Penelitian