12
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan timbulnya pelanggaran atas Hak Cipta Karya Arsitektur?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi pelanggararan atas hak Cipta Karya Arsitektur?
sehingga judul tesis ini dapat dijamin keasliannya sepanjang mengenai judul dan permasalahan seperti yang diuraikan diatas, dengan ini dapat
dikatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam penulisan tesis ini tidak melanggar hak cipta pihak lain baik secara langsung ataupun tidak langsung
termasuk dalam pengutipan dari sumber lain. Oleh karena itu, dapat dipertanggung jawabkan bahwa hasil penelitian ini tesis memiliki keaslian
atau originalitas. Disamping itu masalah pemahaman, pengkajian dan penelitian dalam hubungan dengan konteks persoalan Hak Cipta Arsitektur
masih termasuk langka dan jarang.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan
menghadapkannya pada
fakta-fakta yang
dapat menunjukkan
ketidakbenarannya
14
. Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variabel bebas tertentu dimasukkan dalam penelitian, karena
14
J.J. M. Wuisman, dan M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, FE UI, Jakarta, 1996, hlm. 203.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
13
berdasarkan teori
tersebut variabel
bersangkutan memang
dapat mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab.
15
selain itu teori ini bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap topik yang sedang dikaji, disamping itu teori ini dapat memberikan bekal
kepada kita apabila akan mengemukakan hipotesis dalam tulisan.
16
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang
menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis
17
. Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan
dan menginterprestasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa maksud kerangka teori adalah pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen
serta pengetahuan kita sendiri yang merupakan kerangka dari pemikiran dan sebagai lanjutan dari teori yang bersangkutan, sehingga teori penelitian dapat
digunakan untuk proses penyusunan maupun penjelasan serta meramalkan kemungkinan adanya gejala-gejala yang timbul.
15
Lexy J. Molloeng, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35
16
Mukti Fajar ND. Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, yokyakarta, 2010, hal. 144
17
M. Solli Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
14
Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada, kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori
kepastian hukum. Teori Kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian yaitu pertama
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja
yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang
melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang
telah di putuskan.
18
Hukum dibentuk bukan tanpa visi atau dibuat secara tak bermaksud, hukum pada umumnya dibentuk atau dibuat dengan visi atau tujuan untuk
memenuhi rasa keadilan, kepastian, dan ketertiban.
19
Penganut aliran normatif positivisme, secara dogmatis lebih menitikberatkan hukum pada aspek
kepastian hukum bagi para pendukung hak dan kewajiban.
20
18
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal 158
19
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum suatu kajian filosofi dan sosiologi, Gunung Agung, Jakarta, 2002, hal. 85
20
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 57
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
15
Penganut aliran positivisme lebih menitikberatkan kepastian sebagai bentuk perlindungan hukum bagi subjek hukum dari kesewenang-wenangan
pihak yang lebih dominan. Subjek hukum yang kurang bahkan tidak dominan pada umumnya kurang bahkan tidak terlindungi haknya dalam suatu
perbuatan dan peristiwa hukum. Kesetaraan hukum adalah latar belakang yang memunculkan teori tentang kepastian hukum. Hukum diciptakan untuk
memberikan kepastian perlindungan kepada subjek hukum yang lebih lemah kedudukan hukumnya.
21
Kepastian hukum bermuara pada ketertiban secara sosial. Dalam kehidupan sosial, kepastian adalah menyaratakan kedudukan subjek hukum
dalam suatu perbuatan dan peristiwa hukum. Dalam paham positivisme, kepastian diberikan oleh negara sebagai pencipta hukum dalam bentuk
undang-undang. Pelaksanaan kepastian dikonkretkan dalam bentuk lembaga yudikatif yang berwenang mengadili atau menjadi wasit yang memberikan
kepastian bagi setiap subjek hukum.
22
Dalam hubungan
secara perdata,
setiap subjek
hukum dalam
melakukan hubungan hukum melalui hukum kontrak juga memerlukan kepastian hukum. Pembentuk undang-undang memberikan kepastiannya
melalui pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perjanjian yang
21
Mario A. Tedja, 4 desember 2012, Teori Kepastian dalam Perspektif Hukum,
http:mariotedja.blogspot.com201212teori-kepastian-dalam-prespektif-hukum.html, Internet,
diakses tangal 30 Desember 2012
22
Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
16
berlaku sah
adalah undang-undang
bagi para
subjek hukum
yang melakukannya dengan itikad baik. Subjek hukum diberikan keleluasaan
dalam memberikan kepastian bagi masing-masing subjek hukum yang terlibat dalam suatu kontrak. Kedudukan yang sama rata dipresentasikan dalam
bentuk itikad baik. Antar subjek hukum yang saling menghargai kedudukan masing-masing subjek hukum adalah perwujudan dari itikad baik.
23
Kepastian dalam melakukan kontrak tidak hanya dari suatu akibat suatu kontrak yang hendak diinginkan, akan tetapi juga pada substansi
kontrak itu sendiri. Pembentuk undang-undang juga mewajibkan kepastian dalam merumuskan suatu kontrak. Pasal 1342 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan juga harus jelas sehingga tidak dapat menyimpang dari penafsiran yang sudah dijelaskan.
Oleh karena kontrak merupakan undang-undang bagi para subjek hukum maka segala sesuatu yang tertulis harus pasti diartikan oleh para subjek
hukum. Jika suatu kontrak tidak memberikan kepastian dalam hal isinya maka kedudukan subjek hukum yang lemah akan tidak terlindungi dan menjadi
tidak pasti.
24
Selain teori kepastian hukum, penelitian ini membutuhkan juga bantuan dari suatu konsep mengenai kepemilikan dari Locke, Hak Cipta
23
Ibid
24
Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
17
dikatakan berakar dari hukum alam sehingga mau tidak mau mengharuskan kita mempelajari pandangan dari John Locke.
Dalam pandangan John Locke, hak kepemilikan adalah sesuatu yang sah
dan diakui
karena setiap
orang mempunyai
hak untuk
memeliharamempertahankan dirinya.
Oleh karena
itu setiap
orang mempunyai hak untuk makan, minum dan segala sesuatu yang secara natural
manusia akan mengusahakannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Lebih lanjut Locke menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak atas
benda tertentu sebagai hak pribadinya. Atas dasar pemikiran ini maka Locke ingin membangun teori hak kepemilikan bahwa secara natural setiap orang
memang sejak awal sudah mempunyai hak-hak untuk menjadi kebutuhan pokoknya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
25
Locke dalam gagasannya mengenai kepemilikan, berkonsep bahwa Tuhan memberikan bumi kepada semua manusia secara sama, demi
mendukung kehidupan manusia.
26
Hak milik yang didasarkan pada pemberian Tuhan mempunyai
sifat yang masih
umum, kepemilikan ini
masih menunjukkan kepemilikan bersama.
27
Persoalan yang muncul kemudian ialah bagaimana supaya kepemilikan bersama itu beralih menjadi kepemilikan
pribadi. Dasar apa yang melegitimasi hak milik pribadi.
25
Ridwan, Hak Milik: Perspektif Islam, Kapitalis, dan Sosialis, Purwokerto, STAIN Press, 2010, hal. 112
26
Schmandt, Henry J. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. hal. 336.
27
Keraf, Sony, Hukum Kodrat Teori Hak Milik Pribadi, Yogyakarta, Kanisius, 1997, hal. 62.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
18
Locke mengatakan sesuatu yang telah disediakan oleh alam secara alamiah diberikan bagi seluruh umat manusia. Namun, hak kepemilikan itu
muncul apabila seseorang melakukan usaha-usaha kepemilikan yakni dengan adanya The ‘labor’ of his body and the ‘work’ of his hands atau telah
memperkerjakan badannya dan menghasilkan karya dari tangannya. Dengan kata lain, kerja merupakan dimensi mendasar dari hidup manusia, karena
kerja membuat hidup manusia lebih manusiawi. Kerja mempunyai peranan yang sangat penting untuk melegitimasi milik umum menjadi milik pribadi.
28
Negara berusaha mengatur hak-hak kepemilikan objek Hak Cipta selaku Hak Atas Kekayaan Intelektual dengan membuat aturan-aturan dalam
perundang-undangan. Aturan-aturan ini berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu dan kepentingan publik. Perbedaan kepentingan ini
pada akhirnya juga menimbulkan perbedaan pandangan atas kepemilikan hak dalam hukum Hak Cipta sehingga berdampak pada perlindungan hak-hak,
baik ekonomi maupun moral dari seorang Pencipta. Berangkat dari inilah, teori Locke akan digunakan pada penelitian ini yang berjudul Status
Kepemilikan Hak Cipta Berdasarkan hubungan Kerja.
29
2. Kerangka Konsepsional