Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data Analisis Data

24 Disebut juga bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yaitu berupa kamus, majalah, surat kabar, dan media informasi lainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data dilakukan melalui 2 dua cara, data diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan library research dan penelitian lapangan field research. Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang- undangan, buku-buku teks, artikel-artikel, dan tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan pengumpulan data secara langsung dari pihak-pihak terkait dengan objek yang akan diteliti. Agar memperoleh data ini maka akan dilakukan dengan mewawancarai responden dan informan secara lisan dan terstruktur.

6. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipakai dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Studi dokumen, dilakukan secara tidak langsung digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 25 b. Observasi, dilakukan dengan mengamat-amati objek penelitian berupa karya- karya arsitektur yang tampak secara fisik atau hasil dari pada suatu ide atau gagasan, yang disebutkan dalam UUHC. c. Wawancara, dilakukan secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara, berupa wawancara terarah dan tersistematis yang ditujukan kepada responden dan informan.

7. Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul data sekunder dan data primer, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap data, baik melalui wawancara observasi, dan inventarisasi data tulis yang ada. Kemudian data diolah dan disususun secara sistematis. Terhadap data tersebut dilakukan analisis secara kualitatif, melalui kerangka berpikir induktif-deduktif sebagai jawaban atas permasalahan hukum yang ada dalam penelitian ini. Kegiatan analisis ini diharapkan akan dapat menjawab rumusan permasalahan dan menghasilkan kesimpulan permasalahan serta tujuan penelitian dapat terpenuhi. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 26

BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT

BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra atau yang biasa disebut secara singkat dengan “Konvensi Berne” saja, yang mulai berlaku di tahun 1886, merupakan ketentuan hukum internasional pertama mengatur masalah Hak Cipta antara negara- negara berdaulat. 32 Dalam konvensi ini, Hak Cipta diberikan secara otomatis kepada si pembuat karya cipta, dan pembuat tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan Hak Cipta. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pencipta otomatis mendapatkan hak eksklusif Hak Cipta terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatif atau turunannya karya-karya lain yang dibuat berdasarkan karya pertama, hingga si pencipta secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku Hak Cipta tersebut sudah habis. 33 Melalui Konvensi Berne perlindungan Hak Cipta atas arsitektur masih berbentuk sederhana yaitu: plan, sketches, and plastics works, relatif to ... architecture perencanaan, sketsa dan karya-karya plastik yang berkaitan dengan arsitektur setelah mengalami evolusi melalui revisi-revisinya, Konvensi Berne memberikan konsep terbaru untuk hak cipta arsitektur, yakni sebagai: works of 32 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Bandung , Alumni, 2005, hal. 44 33 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op Cit, hal. 21 26 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 27 architecture; ... illustrations, maps, sketches and three dimensional works relative to architecture karya-karya arsitektur; ... ilustrasi, peta-peta, perencanaan, sketsa-sketsa dan karya tiga dimensi yang berhubungan dengan karya arsitektur. 34 Sejarah hak cipta di Indonesia bermula pada tahun 1958, bertolak dari nasionalisme ekonomi yang didengungkan Bung Karno. Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum tentang hak cipta tidak berlaku, agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa ketentuan lama zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 aturan kolonial pertama yang sudah disesuaikan dengan Konvensi Bern berlaku lagi. 35 Selanjutnya pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, dan sebagai gantinya menetapkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta pertama di Indonesia. UU itu yang kemudian direvisi dengan UU No. 7 Tahun 1987, setelah itu dirubah dengan UU No. 12 Tahun 1997, dan terakhir diganti dengan UU No. 19 Tahun 2002 UUHC 2002 yang 34 Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 2 35 Ibid, hal 22 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 28 berlaku hingga saat ini. 36 Perlindungan terhadap arsitektur telah diberikan oleh perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia sejak diundangkan pertama sekali dalam UUHC 1982 dan pengaturannya masih diatur dalam UUHC 2002 sampai sekarang. Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization-WTO, yang mencakup pula perjanjian tentang Trade Re lated Aspects of Intellectual Propertyrights-TRIPs Perdagangan yang Terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual. Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk UU Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997 Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Yang tidak kalah pentingnya, Indonesia juga meratifikasi Copdiundnagnyrights Treaty Perjanjian Hak cipta yang disahkan oleh World Intellectual Property Organization WIPO melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 37

B. Pengaturan Hak Cipta Arsitektur Menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002

Masalah hak cipta Arsitektur salah satu yang tidak terlepaskan dari pengaturan muatan materi hukum hak cipta dalam UUHC 2002. Hal ini dapat dilihat secara lengkap dalam ketentuan Pasal 12 ayat 1 UUHC yang menyatakan: Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup: 36 Ibid 37 Ibid UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 29 a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan lay out karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantonim; f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan; g. Arsitektur ; h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi; l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya seni dari hasil pengalihwujudan. Yang dimaksud dengan arsitektur menurut Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan. UUHC ini berisi 15 bab dan 78 pasal, dari sekian banyak bab dan pasal, terdapat kata “arsitektur” sebanyak 4 empat buah yaitu pada: 38 38 Artikel non personal, 25 Januari 2008, Hak Cipta dan Karya Arsitektur, http:esubijono.wordpress.com., Internet, diakses tanggal 5 April 2012. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 30 1. Bab II Pasal 12, tentang Lingkup Hak Cipta salah satu diantaranya adalah arsitektur. 2. Bab II Pasal 15, tentang pembatasan hak cipta arsitektur. 3. Bab II Pasal 23, tentang mempertunjukkan Ciptaan arsitektur di dalam suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog. 4. Bab III Pasal 29, tentang Masa Berlaku Hak Cipta arsitektur. Sementara di dalam Penjelasan UUHC ini terdapat 2 dua kata “arsitektur” yaitu pada: 1. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf c, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau ilmu pengetahuan lain.” , dan 2. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.” Dalam UUHC Tahun 2002 tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cakupan ruang lingkup dan tata cara perlindungannya, namun dalam penjelasan UUHC disebutkan bahwa arsitektur meliputi: seni gambar bangunan, miniatur, dan maket bangunan. Perlindungan ini lebih menjamin hak ekonomi dari para arsitek karena akan tertutupnya kedua alternatif sumber peniruan baik dari gambar bangunan maupun struktur bangunannya. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 31 Dalam UUHC juga tidak ada ditentukan kriteria atau batasan-batasan dan aspek-aspek apa sajakah yang dimiliki ciptaan arsitektur yang dapat dilindungi sebagai pedoman dalam berpraktek bagi para arsitek, disamping itu dalam undang- undang ini tidak disebutkan bagaimanakah kategori arsitektur yang mempunyai nilai keaslian originality 39 Untuk perlindungan arsitektur ini beberapa ketentuan yang perlu mendapat pengaturan lebih lanjut secara khusus adalah mengenai ruang lingkup pengertian arsitektur itu sendiri. Apakah pengertiannya meliputi arsitektur dua dimensi saja seperti rencana, gambar, dan model bangunan atau termasuk juga arsitektur tiga dimensi bentuk atau struktur bagunan. Negara-negara peserta Konvensi Berne melindungi keduanya yaitu meliputi ciptaan dua dimensi maupun ciptaan tiga dimensi. 40 Pada hak cipta arsitektur sebagaimana terhadap ciptaan lainnya juga terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak telah dialihkan. 41 39 L.K. Safrida Manik, Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Studi di Kota Medan, Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004, hal. 103 40 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 90 41 Departemen Kehakiman dan HAM, Kompilasi Undang-Undang Republik Indonesia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2002, hal. 266 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 32 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan dari eksploitasi ciptaannya. 42 Hak ekonomi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : 43 1. Hak reproduksi menerbitkanmemperbanyak 2. Hak eksekusi memainkanmempertunjukkan 3. Hak adaptasi memindahkanmengalihkan dan 4. Hak interpretasi menerjemahkanmengalihbahasakan. Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi HKI dapat berbeda-beda. Pada hak cipta, jenis hak ekonomi lebih banyak jika dibandingkan dengan paten dan merek. Abdulkadir Muhammad mengelompokkan hak ekonomi ke dalam 4 jenis yaitu : 44 1 Hak perbanyakan penggandaan, yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau meyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan ciptaan. 2 Hak adaptasi penyesuaian, yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti penerjemahan dan satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan drama radio. 42 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia, Citra Aditya bakti, Bandung, 1997, hal. 65 43 Ibid 44 Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaali Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 115 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 33 3 Hak pengumuman penyiaran, yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain. 4 Hak pertunjukan penampilan, yaitu mempertontonkan, mempertunjukan, mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, dramawan, seniman, peragawati. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah menggemukakan lebih banyak lagi, ada 8 jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu: 45 1 Hak reproduksi reproduction right, yaitu hak untuk mengadakan ciptaan. Undang-undang Hak Cipta Indonesia menggunakan istilah hak perbanyakan. 2 Hak adaptasi adaptation right, yaitu hak untuk mengadakan adaptasi terhadap Hak Cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari sate bahasa ke bahasa lain, isi novel diubah menjadi isi skrenario flim. Hak ini diatur dalam Bern Convention clan Unversal Copyright Convention. 3 Hak distribusi distribution right, yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. Dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. 4 Hak pertunjukan performance right, yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, 45 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 67-68 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 34 seniman, peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention, Universal Copyright convention, Rome Convention. 5 Hak penyiaran broadcasting right, yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalani Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. Hak penyiaran diatur dalam Berne Convention, Universal Copyright Convention, Rome Corvention 1961, Brussel Convention 1974. 6 Hak programa kabel cablecasting right, yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel, misalnya siaran televisi melalui kabel kepada televisi pelanggan, yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran. Tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel. 7 Droit de suite, yaitu hak tambahan Pencipta yang bersifat Kebendaan, diatur dalam Bern Convention Revision Brusel 1948 and Revision Stockholm 1967. 8 Hak pinjam masyarakat public lending right, yaitu hak Pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending Right Act 1979, The Public Lending Right Schenme 1982. hak ini telah banyak dianut oleh negara-negara lain, seperti Amerika Serikat,Belanda, Australia, Jerman, Denmark, Swedia. Di samping hak ekonomi, ada lagi aspek khusus yang lain pada HKI, yaitu hak moral moral right. Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 35 dari penciptanya karena pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan dari penciptanya karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama hak, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta. Kekal artinya melekat pada pencipta selama hidup bahkan setelah meninggal. 46 Hak moral berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang author right terdiri dari hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan hak moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta. Menurut Komen dan Verkade, hak moral yang dimiliki pencipta meliputi : 47 1 Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan. 2 Larangan mengubah judul. 3 Larangan mengubah penentuan pencipta. 4 Larangan untuk mengadakan perubahan. Hak moral tetap mempertahankan keaslian ciptaan meskipun hak ekonomi dari ciptaannya telah dialihkan. Pencipta berhak untuk menolak setiap perbuatan yang bersifat merusak atau merubah ciptaannya, karena hal tersebut akan berpengaruh buruk terhadap nama baiknya perbuatan demikian telah melanggar hak moral pencipta. 46 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hat 115. 47 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 72 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 36 Berikut ini adalah hak-hak yang termasuk hak moral: 48 1 Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan pada ciptaan. 2 Hak untuk tak melakukan penambahan pada ciptaan tanpa persetujuan pencipta, atau ahli warisnya. 3 Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan penambahan pada ciptaan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat. Hak moral diatur dalam diatur dalam UUHC dan Konvensi Berne. Ketentuan Pasal 24 UUHC mengatur tiga esensi hak yang meliputi: hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan, hak melarang melakukan perubahan dan hak Pencipta untuk merubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat. 49 Rumusan Pasal 24 UUHC selengkapnya tetulis sebagai berikut: 1. Pencipta atau ahli waris berhak untuk menunutut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta yang dicantumkan dalam ciptaanya. 2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia. 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencatuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta. 48 Ibid 49 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hal. 48 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 37 4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat. Dengan demikian hak moral merupakan manifestasi dari pengakuan manusia terhadap karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. 50 Hak moral ini diberikan untuk menjaga nama baik atau reputasi pencipta sebagai wujud lain terhadap pengakuan karya intelektualnya. Secara umum UUHC membagi jangka waktu perlindungan hak cipta ke dalam 5 lima kategori yang dihitung sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau setelah pencipta meninggal dunia, walaupun pada dasarnya hak tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 34 UUHC telah dilindungi sejak lahirnya suatu ciptaan. Adapun perincian jangka waktu untuk Hak Cipta Arsitektur adalah sejak pertama kali diumumkan, berlaku selama hidup encipta dan terus berlangsung hingga 50 lima puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan yang dimiliki oleh 2 dua orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 lima puluh tahun sesudahnya. Suatu arsitektur dapat pula dihasilkan oleh pegawai atau karyawan suatu lembaga atau perusahan. 51 Pemilikan hak ciptanya diatur dalam UUHC Pasal 8 sebagai berikut : 50 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 6 51 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 94 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 38 1 Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas. 3 Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. Tidak hanya arsitektur nasional saja yang dilindungi UUHC, tetapi juga hak cipta internasional asing. Menyangkut hak cipta asing ini pengaturannya terdapat dalam Pasal 76 huruf c yang menentukan bahwa semua semua ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia juga dilindungi, dengan ketentuan : i negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia; atau ii negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta. 52 52 Ibid, hal. 94 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 39

C. Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta Arsitektur

Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman terhadap konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Dalam hal ini pencipta yang dimaksud adalah arsitek yang merupakan seseorang yang ahli dalam membuat rancang bangun dan yang memimpin konstruksinya. 53 Pencipta apabila mengekspresikan kreativitas dan imajinasinya akan melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UUHC, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar kepemilikan atas ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Pasal 1 ayat 1 UUHC menyebutkan bahwa “hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku”. 54 53 Budi Agus Riswandi, Perlindungan Data Base dalam Konteks Hukum Hak Cipta Indonesia, www.iprcentre.orgartikel.pdf., Internet, diakses tanggal 6 April 2012. 54 Ibid UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 40 Secara lengkap Pasal 2 ayat 1 UUHC menegaskan: “Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada hakekatnya merupakan hak eksklusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Dalam hal ini O.K. Saidin berpendapat bahwa “eksklusif berarti khusus, spesifikasi, unik. Keunikan itu, sesuai dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut”. 55 Biasanya pelanggaran hak cipta arsitektur itu dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1 secara langsung mengcopy rencana-rencana yang dilindungi oleh hak cipta, 2 menggunakan rencana-rencana yang dilindungi hak cipta tanpa mengcopynya, dan 3 mengamati struktur bangunan yang dibangun dengan rencana yang dilindungi hak cipta untuk menciptakan rencana-rencana lainnya. 56 Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta arsitektur jika yang ditiru itu adalah sebuah ide pikiran, gagasan, cita-cita atau sebuah gayacorak mode style. Peniruan teknik konstruksi pun tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, karena hal ini sudah merupakan alat ‘tool the trade’ untuk menghasilkan suatu karya cipta lainnya atau mengembangkan suatu karya cipta yang telah ada. Peniruan yang 55 O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Hal. 59. 56 Sanusi bintang, Op Cit, hal. 89 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 41 demikian sudah lazim di dunia arsitektur. Yang dilindungi oleh hak cipta bukanlah ide, tetapi perwujudan dari ide tersebut dalam bentuk tertentu ‘expression of an idea’. Suatu ide baru mendapatan perlindungan apabila telah dituangkan dalam bentuk karya cipta tertentu misalnya gambar, model, rencana, atau bangunan itu sendiri. 57 Disamping persyaratan di atas melindungi ekspresi, persyaratan lainnya supaya suatu arsitektur mendapat perlindungan hukum adalah syarat keaslian originality, yaitu suatu arsitektur itu benar-benar berasal dari arsitek yang bersangkutan, bukan hasil peniruannya dari karya pihak lain. Suatu karya yang dapat dikatakan asli, walaupun tidak khassatu-satunya dari jenis itu unique karena yang terakhir ini sulit untuk dipenuhi dan sifatnya subjektif. Karena itu, terdapat kemungkinan dua ciptaan arsitektur yang secara kebetulan hampir sama atau sama yang keduanya dilindungi secara terpisah, asalkan tidak adanya unsur-unsur kesengajaan untuk melakukan peniruan. 58 Berdasarkan UUHC dan studi dokumen atau penelitian terhadap hak cipta arsitektur yang telah dilakukan, dapat diambil pendekatan ruang lingkup perlindungan terhadap Hak Cipta Arsitektur meliputi arsitektur berbentuk dua ataupun tiga dimensi yaitu meliputi: 1. Seni gambar bangunan, yaitu dokumen perencanaan berupa site plan, lay out plan, denah, tampak, potongan, dan lain-lain. 57 Ibid, hal. 91 58 Ibid UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 42 2. Seni gambar miniatur, dapat di ambil pendekatan sebagai gambar tiga dimensi, misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi, biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer. 3. Seni gambar maket bangunan, untuk maket dirasa kurang tepat penyebutan seni gambar karena maket adalah bentuk tiruan gedung, kapal, pesawat terbang, dsb dalam tiga dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dsb. Sehingga lebih tepat menyebutkan maket bangunan saja tanpa menambahkan seni gambar. 4. Ciptaanbentuk bangunan bangunan baik detail arsitektur maupun detail struktur. GAMBAR 1 - SENI GAMBAR BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 43 GAMBAR 2 - SENI GAMBAR MINIATUR Sumber : Dokumentasi Pribadi GAMBAR 3 - MAKET BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 44 GAMBAR 4 - BANGUNAN GEDUNG Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. Pengertian Arsitek

Dokumen yang terkait

Persepsi Anggota IJTI Mengenai Hak Cipta Pada Tayangan On The Spot (Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Anggota Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia Wilayah Kota Medan Terhadap Persoalan Hak Cipta Pada Tayangan On The Spot di Trans7 )

0 36 89

Penerapan Undang-Undang Hak Cipta Dalam Bidang Karya Sinematografi (Studi Di Kota Medan)

5 69 81

Perlindungan Atas Hak Produser Rekaman Suara Dan Pemegang Hak Cipta (Penelitian Pada Sarana Hiburan Di Kota Medan)

0 36 139

Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik Dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (Suatu Penelitian di Kota Medan)

1 48 144

Perlindungan Hukum Terhadap,Karya Cipta Buku Menurutundang-Undang Hak Cipta Indonesia (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 53 123

IMPLEMENTASI PASAL 12 AYAT (1) HURUF G UNDANG – UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA TERHADAP KARYA ARSITEKTUR DI KOTA MALANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untukmemperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

1 0 146

Pencipta dan kepemilikan hak cipta

0 0 9

BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur - Status Kepemilikan Hak Cipta Arsitektur Yang Dibuat Berdasarkan Hubungan Kerja (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 1 48

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Status Kepemilikan Hak Cipta Arsitektur Yang Dibuat Berdasarkan Hubungan Kerja (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 0 25

STATUS KEPEMILIKAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA (SUATU PENELITIAN DI KOTA MEDAN) TESIS

0 3 16