dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial, dimana ditentukan klasifikasi tindak pidana sebagai berikut :
120
a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik Polri dan Penyidik BNN dalam
kondisi tertangkap tangan; b.
Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a diatas ditemukan barang bukti pemakaiaan 1 satu hari, dengan perincian antara lain;
1 Kelompok metamphetamine shabu
: 1 gram
2 Kelompok MDMA ekstasi
: 2,4 gram 3
Kelompok Heroin : 1.8 gram
4 Kelompok Kokaim
: 1,8 gram
5 KelompokGanja
: 5 gram
6 Daun Koka
: 5 gram
7 Meskalin
: 5 gram
8 Kelompok Psylosybin
: 3 gram
9 Kelompok LSD d-lysergic acid diethylamide
: 2 gram
10 Kelompok PCP Phencyclidine
: 3 gram
11 Kelompok Fentanil
: 1 gram
12 KelompokMetadon
: 0,5 gram
13 Kelompok Morfin
: 1,8 gram
14 Kelompok Petidin
: 0,96 gram 15
Kelompok Kodein : 72
gram 16
Kelompok Bufrenorfin : 32
mg c.
Surat uji laboratorium positif menggunakan narkotika berdasarkan permintaan penyidik;
d. Perlu surat keterangan dari dokter jiwapsikiater pemerintah yang ditunjuk
oleh hakim; e.
Tidak dapat terbukti yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap narkotika.
B. Perlindungan Terhadap Anak dalam Sistem Hukum Pidana
1. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP.
121
120
http:sumedang.nu.or.idpageiddocument_detil11PaperKedudukan_Hukum_Pengguna_ Narkotika_dalam_UU_No__35_Tahun_2009_tentang_Narkotika.html, diakses Rabu, 27 Juni 2012
121
Ketentuan pidana anak yang terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 telah dihapuskan setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1999 Tentang Pengadilan Anak. Uraian ketentuan pidana tersebut guna memberikan gambaran mengenai perlindungan bagi anak yang melakukan tindak pidana sebelum lahirnya Undang-Undang
Pengadilan Anak.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP yang menjadi sumber dan pokok-pokok peraturan hukum pidana sebenarnya telah merumuskan suatu aturan
khusus mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh seorang anak. Namun ketentuan- ketentuan yang ada masih sangat umum dan tidak mengatur secara tegas seperti apa
hukum acaranya.
122
Perlindungan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana diatur dalam buku I KUHP, yakni pada Bab II tentang : Pengecualian, pengurangan dan penambahan
hukuman. Terhadap anak yang belum berusia 16 tahun pasal 46 KUHP yang melakukan tindak pidana pelanggaran, hakim dapat mengambil tindakan untuk tidak
mengenakan sesuatu hukuman apapun bagi si anak. Dan karenanya si anak untuk pembinaan dan pendidikan dikembalikan kepada orangtuanyawalinya. Disini hakim
mengembalikannya kepada orangtuanya untuk dididik sebagaimana mestinya. Hakim dalam mengambil keputusan demikian jelas terlebih dahulu harus memperhatikan
kondisi sosial orang tua wali si anak tersebut. Apakah memungkinkan si anak mendapat pendidikanpembinaan yang sebaik-baiknya atau tidak? atau anak itu
diserahkan kepada pemerintah untuk dididik atau dibina. Artinya si anak dijadikan menjadi anak negara. Ini terjadi apabila dalam keluarga anak tersebut tidak
memungkinkan lagi dibina secara baik,karena sifat si anak sendiri maupun karena kondisi orangtuawalinya.
123
122
https:docs.google.comviewer?a=vq=cache:3CcrvCnVyZQJ:eprints.undip.ac.id, diakses, Senin 10 September 2012.
123
Aminah Azis, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Medan: USU Press, 1998, hlm. 55.
Akan tetapi terhadap tindak pidana yang diatur diluar pasal-pasal yang diatur dalam pasal 45 itu pasal 47 KUHP, maka apabila pelakunya adalah anak,maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
124
1. Hukuman maksimum dikurangi sepertiga;
2. Apabila hukuman maksimum hukuman mati atau hukuman penjara seumur
hidup,maka maksimum hukumannya menjadi penjara 15 tahun; 3.
Tidak ada hukuman tambahan,sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf B 1e dan 3e KUHP.
Pasal 45-47 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP mengatur mengenai bagaimana sikap yang dapat dilaksanakan oleh pengadilan dalam mengadili
seorang anak yang belum genap berusia 16 tahun yang melakukan suatu tindak pidana. Akan tetapi dari pasal tersebut tidak ada ditegaskan mengenai yang dimaksud
dengan kejahatan anak.
125
Hal ini tidak mengherankan karena Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP kita dibuat pada tahun 1915 dan diundangkan pada tahun 1918 dimana pada
waktu itu terhadap kejahatan anak belum mendapat perhatian khusus sehingga terhadap seorang anak yang dalam proses peradilannya disamakan dengan orang
dewasa. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP
ketentuan yang mengatur mengenai kejahatan anak ini hanya diatur dalam beberapa pasal saja yaitu,antara lain Pasal 45,46,47.
124
Ibid.
125
Ibid.
Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, menyatakan bahwa:
126
“Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum 16 tahun, hakim boleh memerintahkan
supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, wali, atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman atau memerintahkan
supaya sitersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman, yakni jika perbuatan itu masuk dalam bagian kejahatan atau
salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 524, 417, 519, 526, 531, 532, 536, dan 540 dan perbuatan itu
dilakukannya sebelum lalu 2 tahun sesudah keputusan dahulu yang menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran itu atau sesuatu kejahatan
atau menghukum anak yang bersalah itu.”
Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, menyebutkan bahwa anak pelaku tindak pidana adalah orang yang belum berumur 16 tahun ketika
dia melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran. Maka hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana tersebut dapat memerintahkan untuk
dikembalikan kepada orang tua atau walinya dengan tidak dijatuhi hukuman berupa pidana, atau memerintahkan supaya anak pelaku tindak pidana diserahkan kepada
pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman Bunyi Pasal 46 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, yaitu:
127
1. Jika hakim memerintahkan, supaya si tersalah diserahkan kepada
pemerintah, maka ia baik ditempatkan dalam rumah pendidikan negeri supaya disitu atau kemudian dengan cara lain, ia mendapat pendidikan dari
pihak pemerintah, baik diserahkan kepada seseorang yang ada di Negara Indonesia atau kepada perserikatan yang mempunyai hak badan hukum
rechts persoon yang ada dinegara Indonesia atau kepada balai derma yang ada di Negara Indonesia supaya disitu mendapat pendidikan dari mereka
126
Lihat Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
127
Lihat Pasal 46 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
atau kemudian dengan cara lain dari Pemerintah, dalam kedua itu selama- lamanya cukup 18 tahun.
2. Peraturan untuk menjalankan ayat pertama dari pasal ini ditetapkan dengan
ordonansi. Berdasarkan Pasal 46 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, anak
yang telah melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran dimana hakim memerintahkan anak tersebut di serahkan kepada pemerintah, maka anak tersebut
menjadi anak negara dimana anak tersebut tidak dijatuhi hukuman. Akan tetapi, diserahkan kepada Balai Bimbingan Kemasyarakatn dan Pengentasan anak untuk
mendapat pendidikan dari negara sampai anak itu berumur 18 tahun. Pasal 47 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, menyatakan
bahwa:
128
1. Jika hakim menghukum sitersalah, maka maksimum hukuman utama yang
ditetapkan atas perbuatan yang dapat dihukum itu dikurangi dengan sepertiganya.
2. Jika kejahatan itu diancam dengan hukuman mati atau hukuman penjara
seumur hidup, maka dihukum penjara selama-lamanya 15 tahun. 3.
Hukuman tambahan yang tersebut dalam pasal 10 huruf b 1e dan 3e tidak dijatuhkan.
Pasal 47 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, menyebutkan
apabila anak pelaku tindak pidana yang diancam hukuman pidana maka terhadap anak tersebut ancaman hukuman tersebut dikurangi dengan sepertiganya. Apabila
kejahatan yang dilakukan anak diancam dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka pidana yang dijatuhkan terhadap anak paling lama 15 tahun.
128
Lihat Pasal 47 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Ketiga pasal tersebut antara lain ditentukan bahwa kepada hakim yang mengadili seorang anak yang belum mencapai umur 16 tahun diberikan kemungkinan
mengambil salah satu dari 3 tiga sikap yaitu: 1.
Mengembalikan si anak kepada orangtuanya 2.
Menyerahkan si anak kepada lembaga pendidikan anak-anak nakal 3.
Menjatuhkan hukuman dengan ketentuan hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman pokok dikurangi dengan 13 nya.
Hakim akan mengembalikan si anak kepada orangtuanya atau pertimbangan,orangtua si anak tersebut masih mampu untuk mendidika anak tersebut.
Akan tetapi kalau hakim berpendapat bahwa orang tuanya dianggap tidak sanggup lagi untuk mendidik anaknya tersebut maka anak tersebut akan diserahkan kepada
lembaga lembaga pendidikan anak-anak nakal kepunyaan negara untuk dididik. Di tempat ini si anak akan dididik sampai berumur 18 tahun. Ia akan diberikan
pendidikan latihan pekerjaan-pekerjaan yang akan berguna apabila ia kelak kembali ke masyarakat.
129
Setelah lahirnya undang-undang pengadilan anak, dalam pengaturannya terdapat ketentuan penutup pada Pasal 67 yang secara lengkap menyatakan, bahwa:
130
“bahwa pada saat mulai berlakunya undang-undang ini, maka Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dinyatakan tidak
belaku lagi.”
129
Aminah Azis, Op. Cit., hlm.58.
130
Nandang Sambas, Op.Cit., hlm. 92.
Ketentuan-ketentuan mengenai pemidanaan anak dalam Pasal 45, 46, dan 47 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP merupakan sub sistem dari
keseluruhan sistem pemidanaan umum, dan keseluruhan dari sistem pemidanaan anak. Mengandung arti bahwa sistem pemidanaan terhadap anak tidak hanya diatur
dalam ketiga pasal itu, melainkan diatur dalam keseluruhan sistem pemidanaan lainnya yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Kalau
diperhatikan Pasal 45, 46, dan 47 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP hanya mengatur tentang kewenangan hakim dalam menjatuhkan putusan jenis-jenis
sanksi yang berupa pidana dan tindakan, serta lamanya pidana untuk anak yang melakukan tindak pidana. Jadi hanya mengatur tentang “strafsoort” dan “strafmaat”,
sedangkan aturan sistem pemidanaan lainnya seperti tentang cara pelaksanaan pemidanaan “strafmodus”, percobaan, penyertaan, berbarengan, tenggang waktu
kadaluarsa penuntutan, dan pelaksanaan pidana, serta prinsip-prinsip umum pemidanaan lainnya, sepanjang tidak ditentukan lain menurut undang-undang, masih
tetap berlaku ketentuan umum yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, asas lex specialis derogat lex generalis.
131
Setelah ketentuan Pasal 45, 46, dan 47 dinyatakan tidak berlaku lagi, maka salah satu sub sistem pemidanaan anak dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHP sudah tidak ada, dan diganti dengan aturan-aturan yang ada dalam undang- undang pengadilan anak. Dengan demikian, sistem pemidanaan anak yang semula
berada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, khususnya yang
131
Ibid., hlm.93
berkaitan dengan jenis-jenis sanksi pidana stafsoort, dan lamanya pidana starfmaat, sekarang berada diluar Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP.
Artinya aturan khusus tentang jenis pidana serta lamanya pidana di dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 Pengadilan Anak yang telah diganti menjadi Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi aturan umum yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP.
132
2. Di Luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP