Di Luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP

berkaitan dengan jenis-jenis sanksi pidana stafsoort, dan lamanya pidana starfmaat, sekarang berada diluar Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Artinya aturan khusus tentang jenis pidana serta lamanya pidana di dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 Pengadilan Anak yang telah diganti menjadi Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi aturan umum yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. 132

2. Di Luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP

Prinsip-prinsip perlindungan anak dalam sistem peradilan pidana anak diatur oleh sejumlah konvensi internasional dan peraturan perundang-undangan secara nasional. Berikut sejumlah konvensi internasional yang menjadi dasar atau acuan pemerintah indonesia dalam menyelanggaran atau melaksanakan peradilan anak dan menjadi standar perlakuan terhadap anak-anak yang berada dalam sistem peradilan pidana. 133 1. Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia Universal Declaration Of Human Right, Resolusi No. 217 III tanggal 10 Desember 1948 yang mengatur tentang: 134 a. Setiap orang tidak boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam dengan hukuman yang menghinakan. 135 132 Ibid. 133 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restoratif Justice, Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm. 43. 134 Ibid. 135 Lihat Pasal 5, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia. b. Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. 136 c. Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang- wenang. 137 d. Setiap orang berhak mendapatkan persamaan didengar pendapatnya dimuka umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka dan tidak memihak untuk menetapkan hak dan kewajibannya didalam setiap tuntutan pidana yang ditujukan terhadapnya. 138 e. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan pelanggaran pidana dianggap tidak bersalah, sampai di buktikan kesalahannya menurut undang- undang dalam suatu sidang pengadilan yang terbuka dan diberikan segala jaminan untuk pembelaan. 139 f. Setiap orang tidak boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran pidana menurut undang-undang nasional atau internasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. 140 2. Konvensi tentang Hak-Hak anak convention on the rights of the child, Resolusi No. 109 Tahun 1990. 136 Lihat Pasal 8, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia. 137 Lihat Pasal 9, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia. 138 Lihat Pasal 10, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia. 139 Lihat Pasal 11, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia. 140 Ibid. Indonesia sebagai negara anggota PBB telah meratifikasi konvensi internasional tentang Konvensi Hak Anak melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Dengan meratifikasi ketentuan tersebut maka secara yuridis telah mengikat negara indonesia sebagai negara peserta dalam Konvensi Hak Anak. 141 Hak anak yang wajib diberikan perlindungan oleh negara ketika anak tersebut berhadapan dengan hukum, yaitu: 142 a. Anak tidak dapat dijadikan sasaran penganiayaan, atau perlakuan kejam lain yang tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan, hukuman mati atau pemenjaraan seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan. 143 b. Anak tidak dapat dirampas kebebasannya secara melanggar hukum atau dengan sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan atau pemenjaraannya sesuai dengan undang-undang, dan harus digunakan sebagai upaya terakhir dalam waktu sesingkat mungkin. 144 c. Anak yang ditahan harus diperlakukan secara manusiawi dan dihormati martabat manusianya dan pemenuhan kebutuhannya. 145 d. Anak yang ditahan harus dipisahkan kecuali penempatannya itu dianggap demi kepentingan si anak dan harus mempunyai hak untuk mempertahankan 141 Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak anak, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.58. 142 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restoratif Justice, Op.Cit., hlm. 47. 143 Lihat Pasal 37 huruf a, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . 144 Lihat Pasal 37 huruf b, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . 145 Lihat Pasal 37 huruf c, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . kontak dengan keluarga melalui surat-menyurat dan kunjungan, kecuali bila dalam keadaan-keadaan luar biasa. 146 e. Anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain yang yang tepat, dan juga hak untuk mendapat penjelasan tentang penahanan terhadap dirinya dihadapan suatu pengadilan atau penguasa lain yang berwenang, mandiri dan adil, dan mendapatkan keputusan segera terhadap tindakan yang dilakukan. 147 f. Anak harus mendapatkan penyembuhan fisik dan psikologis dan integrasi sosial kembali oleh negara guna mengembalikan martabat anak. 148 g. Anak tidak boleh dituduh atau disangka melanggar hukum pidana karena alasan berbuat atau tidak berbuat yang tidak dilarang oleh hukum nasional atau internasional pada waktu perbuatan perbuatan itu dilakukan. 149 h. Anak yang dituduh melanggar hukum pidana dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah menurut hukum. 150 i. Anak yang dituduh melanggar hukum pidana harus diberi informasi dengan segera dan langsung tuduhan terhadap dirinya kepada orang tuanya atau wali hukumnya, dan mempunyai bantuan hukum atau bantuan lain yang tepat dalam mempersiapkan dan menyampaikan pembelaan. 151 146 Ibid. 147 Lihat Pasal 37 huruf d, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . 148 Lihat Pasal 39, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . 149 Lihat Pasal 40 ayat 2 huruf a, Konvensi Tentang Hak-Hak Anak . 150 Ibid. 151 Ibid. j. Proses pemeriksaan dan pengadilan terhadap anak dilakukan tanpa penundaan oleh badan yang berwenang, mandiri dan adil, dihadiri oleh bantuan hukum atau bantuan lain yang tepat, kecuali deemi kepentingan anak. 152 k. Anak tidak dipaksa memberikan kesaksian atau mengaku bersalah untuk memeriksa para saksi yang berlawanan, dan untuk memperoleh keikutsertaan dan pemeriksaan para saksi atau namaya menurut syarat-syarat keadilan. 153 l. Setiap orang yang dianggap telah melanggar hukum pidana berhak mengajukan upaya hukum untuk ditinjau kembali keputusan terhadapnya oleh penguasa lebih tinggi yang berwenang, mandiri dan adil atau oleh badan pengadilan menurut hukum. 154 m. Anak berhak mendapat bantuan seseorang penerjemah dengan Cuma-Cuma kalau anak itu tidak dapat mengerti atau berbicara dengan bahasa yang digunakan. 155 n. Kerahasiaan seorang pelaku anak dihormati dengan sepenuhnya pada semua tingkat persidangan. 156 Secara nasional perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia, yaitu: 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 152 Ibid. 153 Ibid. 154 Ibid. 155 Ibid. 156 Ibid. Perlindungan khusus terhadap anak yang berada dalam situasi darurat, misalnya anak yang sedang berhadapan dengan hukum serta anak dari kelompok minoritas dan terisolasi diatur secara terperinci dalam Bab VIII Bagian Kelima Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 59 adalah meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana, yang merupakan kewajiban dan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Perlindungan khusus terhadap anak yang berkonflik dengan hukum melalui: 157 a. Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak; 158 b. Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini; c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus; d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang bagi anak; e. Pemantauan dan pencatatan terus-menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum; f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga; 157 Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, Op.Cit., hlm. 163. 158 Lihat Pasal 64 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. g. Perlindungan dari pemberian identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Perlindungan dalam proses sistem peradilan pidana, yaitu: 159 a. Aparat penegak hukum yang khusus seperti penyidik anak, penuntut umum anak, hakim anak, hakim banding anak, dan hakim kasasi anak. b. Pemeriksaan perkara anak dilakukan secara tertutup. c. Pidana penjara, kurungan, denda yang dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ satu perdua dari maksimum ancaman pidana penjara orang dewasa, jika tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, maka pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 10 tahun. d. Pengawasan sidang tertinggi sidang anak Mahkamah Agung. e. Putusan pengadilan mengenai perkara anak nakal yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dimohonkan peninjauan kemnbali oleh anak atau orang tua atau wali, orang tua asuh atau penasihat hukumnya kepada Mahkamah Agung sesuai undang-undang yang berlaku. f. Bentuk hukuman yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah hukuman pidana dan tindakan. Hukuman pidana adalah pidana pokok seperti pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda atau pidana pengawasan, sedaangkan pidana tambahan adalah perampasan barang tertentu atau pembayaran ganti rugi. Tindakan berupa: dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan dan pembinaan dan latihan kerja atau, menyerahkan kepada departemen sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. g. Pidana penjara dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ dari maksimum pidana penjara bagi orang dewasa. Apabila tindak pidana yang dilakukan diancam dengan hukum mati atau pidana seumur hidup maka pidan yang dijatuhkan paling lama 10 tahun. Jika anak belum berusia 12 tahun melakukannya, maka kepadanya hanya dijatuhkan tindakan diantaranya mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan dan pembinaan dan latihan kerja atau, menyerahkan kepada departemen sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. h. Pemeriksaan tersangka anak harus dengan suasana kekluargaan, meminta pertimbangansaran pembimbing kemasyarakatan dan ahli pendidikan, ahli 159 Marlina, Op. Cit., hlm. 53-54. kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya. Selama proses berlangsung dihindarkan dari publikasi. i. Penahanan boleh dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan anak dan masyarakat, tempat penahanan harus dipisahkan dari tempat tahanan dewasa dan selama dalam penahanan pihak kepolisian harus tetap menjamin kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak. j. Anak yang ditangkap atau ditahan berhak mendapat bantuan hukum, dan hal itu harus di beritahukan oleh pejabat sejak awal anak tersebut ditangkap atau ditahan kepada orang tua tersangkawali atau orang tua asuhnya. k. Anak didik pemasyarakatan harus dalam lembaga pemasyarakatan anak, selama dalam lembaga tersebut anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. l. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh hakim apabila pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 dua tahun dan dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan dan berstatus sebagai klien pemasyarakatan. 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Perlindungan terhadap anak dalam proses peradilan pidana antara lain: 160 a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya. b. Dipisahkan dari orang dewasa. c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif. d. Melakukan kegiatan rekreasional. e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya. f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup. g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat. h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum. i. Tidak dipublikasikan identitasnya. j. Memperoleh pendampingan orang tuawali dan orang yang dipercaya oleh anak. k. Memperoleh advokasi sosial. l. Memperoleh kehidupan pribadi. 160 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. m. Memperoleh aksesibilitasi, terutama bagi anak cacat. n. Memperoleh pendidikan. o. Memperoleh pelayanan kesehatan. p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

C. Putusan Hakim dan Perlindungan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana