Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap

11 Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu pertimbangan hal-hal yang memberatkan dan meringankan; Hal yang memberatkan: a Bahwa perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat-giatnya memberantas penyalahgunaan narkotika. Hal yang meringankan a Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesalinya. b Belum pernah dihukum karena melakukan suatu tindak pidana. c Terdakwa masih anak-anak.

2. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap

Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Pengadilan Negeri Medan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa pada lima kasus dalam penelitian tesis ini disusun secara alternatif. Surat dakwaan alternatif ialah surat dakwaan yang tindak pidananya masing-masing dirumuskan secara saling mengecualikan dan memberikan pilihan kepada pengadilan untuk menentukan dakwaan mana yang paling tepat untuk dipertanggungjawabkan oleh terdakwa sehubungan dengan tindak pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata “atau”. Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah syarat-syarat formil dan materilnya. Jaksa Penuntut umum dalam kasus tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh terdakwa pada lima kasus yang diteliti ini memenuhi persyaratan, dimana rumusan syarat formil telah terpenuhi dan rumusan syarat materil juga telah disusun dan menguraikan secara cermat dan jelas tentang uraian peristiwa pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa dalam melakukan tindak pidana narkotika. Tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 127 ayat 1 huruf a undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Unsur dalam Pasal ini adalah: 1. Barang siapa Bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap penyalahgunaan adalah sebagai subjek hukum yang menyalahgunakan narkotikaganja. subyek tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban secara pidana atas perbuatan yang dilakukannya tidak termasuk kategori pasal 44 KUHP, yakni barang siapa mengerjakan suatu perbuatan, yang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum. Terdakwa pada 5 lima kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis ini tertangkap tangan menggunakan narkotika golongan I baik yang berupa tanaman ganja dan bukan tanaman shabu-shabu. Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti berupa ganja maupun shabu-shabu. 2. Secara tanpa hak dan melawan hukum menyalahgunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri. Pembuktian unsur ke-2 dua dalam Delik menyalahgunakan Narkotika yaitu unsur tanpa hak atau melawan hukum, yang akan diawali dengan pembahasan mengenai pengertian tanpa hak dan melawan hukum. Dalam ajaran ilmu hukum doktrin, wederrechtelitjk dibedakan menjadi 2 dua, yaitu melawan hukum dalam arti formil dan melawan hukum dalam arti materiil. Tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum yaitu setiap perbuatan yang melanggar hukum tertulis peraturan perundang-undangan dan atau asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis. Lebih khusus yang dimaksud dengan tanpa hak dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang untuk itu, yaitu Menteri atas rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau pejabat lain yang berwenang berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan. 82 Walaupun tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum namun sebagaimana simpulan di atas yang dimaksud tanpa hak dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari Menteri yang berarti elemen tanpa hak dalam unsur ini bersifat melawan hukum formil sedangkan elemen melawan hukum dapat berarti melawan hukum formil dan melawan hukum materiil. 83 Pada lima kasus yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti maka unsur Secara tanpa hak dan melawan hukum menyalahgunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri telah 82 http:catatansangpengadil.blogspot.com201006kerangka-pikir-pembuktian-unsur tanpa.html, diakses 11 Agustus 2012. 83 Ibid. terpenuhi. Terdakwa pada lima kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis ini tertangkap tangan menggunakan narkotika golongan I baik yang berupa tanaman ganja dan bukan tanaman shabu-shabu. Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti berupa ganja maupun shabu-shabu. Kedudukan penggunapecandu sebagai korban peredaran gelap narkotika dalam sistem penegakan hukum pidana melalui criminal justice system saat ini belum ditempatkan secara adil bahkan cenderung terlupakan, hal ini dapat dilihat dari beberapa vonis hakim yang menjatuhkan pemidanaan kepada korban peredaran gelap narkotika dimana vonis yang diperintahkan bukan merehabilitasi akan tetapi lebih cenderung menjatuhkan pidana penjara. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna narkotika lebih cenderung kepada pertimbangan yuridis. Dalam pertimbangan hakim tidak ada mengurai mengenai pertimbangan non yuridis, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian kemasyarakatan. Dimana dalam laporan tersebut menguraikan mengenai latar belakang anak, kepribadiannya, serta latar belakang kehidupannya.Pada lima putusan pengadilan hanya satu putusan yang dalam pertimbangannya hakim meyebutkan mengenai penelitian kemasyarakatan. Proses penegakan hukum pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang muaranya berupa putusan hakim dipengadilan sebagaimana terjadi saat ini, cenderung melupakan dan meninggalkan pandangan penggunapecandu sebagai korban peredaran gelap narkotika terutama anak sebagai pelaku tindak pidana pengguna narkotika. Para pihak terkait antara lain jaksa penuntut umum dan hakim melalui alat bukti yang cenderung berfokuskan pada pembuktian atas tuduhan jaksa penuntut umum terhadap terdakwa. Proses peradilan lebih berkutat pada perbuatan terdakwa memenuhi rumusan pasal hukum pidana yang dilanggar atau tidak. Dalam proses seperti ini menunjukkan hukum acara pidana sebagai landasan beracara dengan tujuan untuk mencari kebenaran materiil sebagai kebenaran yang selengkap- lengkapnya dan perlindungan hak asasi manusia tidak seluruhnya tercapai. Putusan hakim menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa pada lima kasus tersebut bukan merupakan hukuman rehabilitasi walaupun telah memenuhi beberapa syarat yang tercantum dalam SEMA Nomor 4 Tahun 2010, walaupun terdakwa telah menunjukkan Surat Keterangan dan saksi ahli yang menerangkan bahwa terdakwa dalam tahap pengobatan di Klinik Ketergantungan Narkotika atau surat yang menyatakan bahwa terdakwa adalah seorang pencandu narkotika dalam keadaan ketergantungan. Terdakwa tetap dinyatakan bukan seorang pencandu yang harus direhabilitasi. Fakta diatas menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika dapat dihukum pidana jika dalam proses persidangan walaupun dia dapat menunjukkan alat bukti yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan hakim sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh SEMA Nomor 4 Tahun 2010, maka dapat dikatakan bahwa penghukuman pada penyalahgunaan ini masih sesuai dengan teori tujuan pemidanaan yaitu teori relatif. Teori relatif ini melihat punishment sebagai sarana untuk mencegah atau mengurangi kejahatan. Menurut pandangan tersebut bahwa pemidanaan sebagai tindakan yang menyebabkan derita bagi si terpidana hanya dianggap sah apabila terbukti bahwa dijatuhkannya pidana penderitaan itu menimbulkan akibat lebih baik dari pada tidak dijatuhkannya pidana, khususnya dalam rangka menimbulkan efek pencegahan terhadap pihak-pihak terkait. 84 Tujuan menakuti atau deterrence dalam pemidanaan adalah untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan. 85 Pada putusan-putusan tersebut dapat menjauhkan tujuan dari adanya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang mengutamakan rehabilitasi bagi para penyalahgunaan narkotika baik bagi penggunapecandu narkotika. Jika terdakwa secara nyata de facto adalah seorang penggunapecandu dan dalam persidangan dia dapat memenuhi syarat yang diamanatkan dalam SEMA Nomor 4 Tahun 2010 tersebut kemudian tetap dijatuhi sanksi pidana, oleh karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Karena seperti di ketahui bahwa kecanduan tidak akan sembuh dengan penjatuhan pidana, seorang penggunapecandu adalah orang yang sakit maka dia harus di obati. Seharusnya pemerintah bersama penegak hukum harus lebih arif untuk mengeluarkan sebuah aturan yang jelas dan tegas sehingga dapat mengkoordinir hal ini. Pada kasus ini yang menjadi terdakwa adalah anak yang masih berada dibawah umur dimana mereka merupakan korban dari maraknya peredaran narkotika, 84 Marlina, Hkukum Penitensier, Op.Cit., hlm.78 85 M. Sholehuddin, Op.Cit., hlm. 41 dimana seharusnya terdakwa selaku korban dari penyalahgunaan narkotika, mendapatkan perlindungan berupa rehabilitasi bukan sebaliknya mendapatkan hukuman penjara. Sebagai pemula tindakan rehabilitasi sejak dini akan sangat membantu terdakwa untuk mendapatkan hak kesehatan dan hak pendidikannya, dimana hukuman justru akan menghilangkan kesempatan para terdakwa untuk mendapat rehabilitasi.

BAB III PUTUSAN HAKIM DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK