Pasang perbani neap tide

4.5.2. Pasang perbani neap tide

Peristiwa pasang perbani ditandai dengan tunggang pasut yang lebih kecil, dikenal dengan pasang kecil karena pada saat peristiwa tersebut akan dihasilkan pasang maksimum yang rendah dan surut minimum yang tinggi Surbakti, 2007. Berikut data tinggi muka laut saat terjadinya pasang perbani Tabel 8. Tabel 8. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang perbani di Muara Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 Tinggi muka laut Alat ukur Pasang maksimum cm Surut minimum cm Tunggang pasut cm OTT PS 1 139 51 88 OWK 140 48 92 Kalesto 150 49 101 Dari data hasil pengukuran yang dilakukan, diperoleh nilai tunggang pasut terkecil yang diperoleh dari alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah sebesar 81 cm. Pada saat itu, tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 139 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 51 cm. Nilai tinggi muka laut yang diperoleh dari alat sensor tekanan OTT PS 1 ini memiliki sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan alat ukur pelampung OWK dan radar Kalesto. Pengukuran dengan alat pelampung OWK diperoleh nilai tunggang pasut terkecil sebesar 92 cm, dengan tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 140 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 48 cm. Untuk pengukuran dengan alat radar Kalesto diperoleh nilai tunggang pasut terkecil sebesar 101 cm, dengan tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 150 cm dan tingi muka laut surut minimum sebesar 49 cm. Perbedaan nilai tinggi muka laut yang terjadi pada ketiga alat ukur ini tidak berpengaruh nyata terhadap analisis penentuan waktu terjadinya peristiwa pasang perbani, karena terjadi pada waktu yang bersamaan. Analisis data tinggi muka laut ketiga alat ukur, didapatkan hasil bahwa waktu terjadinya surut perbani adalah pada tanggal 28 Juli 2008. Pada saat peristiwa pasang perbani tersebut, dari ketiga alat ukur diperoleh nilai surut minimum yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang diberikan sebelumnya, bahwa pada saat terjadinya pasang perbani akan dihasilkan pasang maksimum yang rendah dan surut minimum yang tinggi. Sedikit berbeda dari teori, bahwa pada peristiwa tersebut nilai pasang maksimumnya bukan merupakan nilai yang terendah dari semua data pasang maksimum yang ada. 4.5.3. Pengaruh posisi bulan terhadap pengukuran Pengaruh bulan terhadap pengukuran dapat dilihat dari nilai pengukuran yang diperoleh saat terjadinya peristiwa pasang purnama dan pasang perbani. Pada saat peristiwa pasang purnama, tarikkan massa air di bumi oleh matahari dan bulan lebih besar, sehingga fluktuasi massa air di bumi juga semakin besar. Hal ini menyebabkan perbedan tinggi muka air pasang maksimum dan surut minimum lebih besar. Untuk peristiwa pasang perbani, gaya tarik menarik matahari dan bulan terhadap massa air di bumi saling meniadakan, sehingga fluktuasi massa air di bumi lebih kecil. Dalam hal ini, pengaruh posisi bulan ditentukan dari nilai standar deviasi dan error pengukuran saat peristiwa tersebut. Hasil pengolahan data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama dan pasang perbani adalah sebagai berikut Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh posisi bulan terhadap pengukuran tinggi muka laut di Muara Binuangeun Provinsi Banten Standar deviasi Error Alat ukur Alat ukur Bulan Juli 2008 tanggal OTT PS 1 OWK Kalesto OTT PS 1 OWK Kalesto 17 29.841 30.014 31.133 0.786 0.791 0.820 18 34.448 32.367 35.122 0.908 0.853 0.926 19 35.442 34.081 35.352 0.934 0.898 0.932 20 36.543 35713 36.682 0.963 0.941 0.967 21 38.029 35.907 37.834 1.002 0.946 0.997 22 36.929 35.862 36.708 0.973 0.945 0.967 23 36.173 34.614 35.800 0.953 0.912 0.943 24 33.794 32.729 33.609 0.891 0.862 0.886 25 31.013 29.936 31.006 0.817 0.789 0.817 26 28.192 26.738 28.012 0.743 0.705 0.738 27 27.094 26.026 26.676 0.714 0.686 0.703 28 25.868 24.931 25.113 0.682 0.657 0.662 29 29.105 29.281 29.960 0.767 0.772 0.789 30 32.129 30.411 31.861 0.847 0.801 0.839 31 35.190 33.339 34.403 0.927 0.879 0.907 Peristiwa pasang purnama : Tanggal 21 Juli 2008 Peristiwa pasang perbani : Tanggal 28 Juli 2008 Dari analisis data yang dilakukan tersebut, dapat diketahui bahwa pasang purnama dan pasang perbani dapat mempengaruhi data hasil pengukuran tinggi muka laut oleh alat ukur yang digunakan. Standar deviasi dan error data hasil pengukuran ketiga alat ukur saat terjadinya pasang purnama lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena saat terjadinya purnama, fluktuasi massa air semakin besar sehingga data tinggi muka air yang terukur oleh alat lebih beragam dan memiliki perbedaan yang besar. Untuk nilai standar deviasi dan error data hasil pengukuran saat terjadinya pasang perbani lebih kecil dari nilai standar deviasi dan error data hasil pengukuran lainnya. Hasil analisis ini didapat karena pada saat peristiwa tersebut tidak terjadi fluktuasi massa air yang besar. Hal ini menyebabkan data tinggi muka air yang terukur oleh alat tidak memiliki nilai yang beragam, sehingga menghasilkan nilai standar deviasi dan error pengukuran oleh alat menjadi lebih kecil.

4.6. Keadaan cuaca dan pengaruhnya terhadap pengukuran