Pasang purnama spring tide

Sebagai tambahan, suatu koreksi tetap secara normal diperlukan untuk data rekaman sensor tekanan OTT PS 1 Pugh, 1972 dalam Woodworth, 2003. 4.5. Peristiwa pasang purnama dan pasang perbani

4.5.1. Pasang purnama spring tide

Penentuan waktu terjadinya pasang purnama dapat dilihat dari nilai tunggang pasut. Peristiwa pasang purnama ditandai dengan tunggang pasut yang lebih besar, juga dikenal dengan pasang besar karena pada saat kejadian itu akan dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan pasang minimum yang sangat rendah Surbakti, 2007. Berikut data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama Tabel 7. Tabel 7. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama di Muara Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 Tinggi muka Laut Alat ukur Pasang maksimum cm Surut minimum cm Tunggang pasut cm OTT PS 1 156 24 132 OWK 140 18 122 Kalesto 162 1 161 Dari hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1, diperoleh nilai tunggang pasut terbesar adalah sebesar 132 cm. Pada waktu itu, tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 156 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 24 cm. Sedikit perbedaan dengan data hasil pengukuran oleh alat pelampung OWK, diperoleh nilai tunggang pasut terbesar sebesar 122 cm, dengan tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 140 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 18 cm. Untuk data hasil pengukuran oleh alat radar Kalesto, diperoleh nilai tunggang pasut terbesar sebesar 161 cm, dengan tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 162 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 1 cm. Dari data yang diperoleh ini, terlihat perbedaan nilai tinggi muka laut yang tercatat oleh ketiga alat ukur saat terjadinya peristiwa pasang purnama, dan perbedaan signifikan terlihat pada alat radar Kalesto. Artinya error pengukuran lebih terlihat pada alat radar Kalesto. Karena semua nilai tinggi muka laut yang tercatat tersebut terjadi pada waktu yang bersamaan, sehingga perbedaan nilai tinggi muka laut yang diperoleh dari ketiga alat ukur tersebut tidak berpengaruh nyata pada analisis penentuan waktu terjadinya peristiwa pasang purnama. Analisis data tinggi muka laut ketiga alat ukur, didapatkan hasil bahwa waktu terjadinya pasang maksimum adalah pada tanggal 21 Juli 2008. Sedikit berbeda dari teori, tidak terbukti bahwa saat terjadinya pasang purnama dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan surut minimum yang sangat rendah. Nilai pasang maksimum dari pengukuran ketiga alat saat peristiwa tersebut bukan merupakan pasang yang sangat tinggi dari semua data pasang maksimum yang ada dan nilai surut minimumnya juga bukan merupakan surut yang sangat rendah dari semua data surut minimum yang ada. Hanya surut minimum yang tercatat oleh alat pelampung OWK saja yang merupakan surut yang sangat rendah dari semua data surut minimum yang ada. Hal ini mununjukkan keakuratan pengukuran oleh alat pelampung OWK cukup tinggi, sedangkan perbedaan yang jauh dari data tinggi muka laut yang tercatat oleh radar Kalesto, menandakan terjadinya error cukup besar pada alat radar Kalesto saat dilakukan pengukuran ketika air surut.

4.5.2. Pasang perbani neap tide