Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten.
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Oleh: Try Al Tanto
C64104006
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(2)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Februari 2009
Try Al Tanto C64104006
(3)
RINGKASAN
TRY AL TANTO. Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten. Dibimbing oleh JOHN ISKANDAR PARIWONO dan PARLUHUTAN MANURUNG.
OTT PS 1 merupakan alat perekam otomatis perubahan tinggi muka laut secara digital dengan menggunakan sistem perubahan tekanan. Alat ini dapat mengkonversi setiap perubahan tekanan yang dideteksi menjadi sebuah data ketinggian permukaan air yang ditampilkan melalui display dan disimpan ke dalam suatu data logger.
Untuk mengetahui akurasi dan ketepatan pengukuran oleh alat OTT PS 1, dilakukan analisis statistik, uji kesesuaian komponen harmonik utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air. Analisis statistik yang digunakan dalam pengolahan adalah analisis regresi linier dan statistika deskriptif, dengan menentukan standar deviasi dan error pengukuran. Uji kesesuaian
komponen harmonik utama pasang surut dengan menggunakan tabel Admiralty. Pada tabel Admiralty diperoleh komponen pasang surut yang berguna dalam menentukan tipe pasang surut yang terjadi dengan menggunakan formula bilangan Formzahl. Parameter lain yang digunakan untuk melihat kinerja alat ukur adalah pengaruh posisi bulan dan pengaruh cuaca terhadap hasil pengukuran. Hasil pengolahan tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran dari alat pelampung OWK dan radar Kalesto.
Hasil pengolahan dengan analisis statistika deskriptif pengukuran dari alat OTT PS 1 diperoleh nilai standar deviasi dan error pengukuran sebesar 33.63 cm dan 0.23 cm, nilai standar deviasi dan error pengukuran dari alat OWK adalah sebesar 32.37 cm dan 0.22 cm, serta nilai standar deviasi dan error pengukuran dari alat Kalesto adalah sebesar 33.71 cm dan 0.23 cm. Untuk hasil analisis regresi linier, diketahui bahwa alat OTT PS 1 memiliki nilai yang berdekatan dengan alat OWK dengan error sebesar 0.07 cm, sedangkan terhadap alat Kalesto memiliki nilai yang berbeda jauh dengan error sebesar 0.13 cm. Berdasarkan uji kesesuaian komponen harmonik utama, diperoleh nilai bilangan Formzahl pengukuran dengan alat OTT PS 1 sebesar 0.50, berarti tipe pasang surut yang terjadi adalah pasang surut campuran dominan ganda.
Terdapat perbedaan sistematik (systematic difference) yang terjadi pada alat ukur Kalesto. Hal ini terlihat dari nilai elevasi penting kondisi muka air yang ditentukan. Nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat Kalesto, umumnya dengan nilai yang lebih tinggi. Untuk nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat OWK, umumnya dengan nilai yang lebih rendah dan nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat OTT PS 1, berada diantara nilai terukur kedua alat lainnya.
Peristiwa pasang purnama dan pasang perbani dapat mempengaruhi terhadap hasil pengukuran. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi dan error pengukuran oleh alat yang diperoleh saat terjadinya peristiwa tersebut. Nilai standar deviasi dan error pengukuran oleh alat ukur saat terjadinya peristiwa pasang purnama lebih besar, sedangkan nilai standar deviasi dan error
pengukuran saat terjadinya peristiwa pasang perbani lebih kecil. Untuk keadaan cuaca tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pengukuran oleh ketiga alat ukur yang digunakan.
(4)
© Hak cipta milik Try Al Tanto, 2009
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
(5)
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh: Try Al Tanto
C64104006
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(6)
Judul : KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Nama : Try Al Tanto
NRP : C64104006
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. John Iskandar Pariwono Dr. Parluhutan Manurung
NIP. 130 536 686 NIP. 370 000 662
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja dan akurasi dari alat sensor tekanan OTT PS 1 sebagai alat
pengukur tinggi muka laut yang berguna untuk menentukan pasang surut suatu
perairan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, khususnya bagi peminat instrumen di bidang pasang surut, sehingga
memicu dalam penciptaan alat baru yang lebih baik lagi dalam mengukur tinggi
muka laut. Kritik dan saran sangat Penulis harapkan dari berbagai pihak, sebagai
masukan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat menutupi segala kekurangan
yang ada dalam penulisan. Atas segala perhatiannya Penulis ucapkan terima
kasih.
Bogor, Februari 2009
Try Al Tanto
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan buat arwah junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan Mamaku tercinta, Alwis, SH dan Asnitawati. Alhamdulillah anakmu
mampu melaksanakan salah satu amanah yang kalian berikan. Ini semua tidak
terlepas dari “Do’a dan Restumu”.
2. Bapak Dr. Ir. John. Iskandar Pariwono dan Bapak Dr. Parluhutan Manurung,
dengan penuh kesabaran membimbing Penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc sebagai Dosen Penguji Tamu dan Bapak
Dr. Ir. Henry M. Manik, MT sebagai Dosen Penguji dari Program Studi Ilmu
dan Teknologi Kelautan atas semua masukannya selama Ujian Sidang.
4. Staf Bidang Medan Gayaberat dan Pasang Surut, Pusat Geodesi dan
Geodinamika BAKOSURTANAL (Bapak Joko, Bapak Ruddy, Bapak
Tunjung, Bapak Amir, Bapak Yadi, Bapak Irfan).
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Teori pasang surut ... 3
2.2. Alat-alat ukur pasang surut ... 7
2.3. Alat ukur sensor tekanan OTT PS 1 ... 9
2.4. Penggunaan OTT PS 1 ... 11
2.4.1. Pin pengunci pada OTT PS 1 ... 12
2.4.2. Pemberat pada OTT PS 1 ... 13
2.4.3. Desiccant cartridge ... 14
2.5. Pengoperasian OTT PS 1 ... 14
2.6. Prinsip kalibrasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ... 15
2.6.1. Karakteristik air ... 15
2.6.2. Tekanan hidrostatis ... 16
2.6.3. Densitas (massa jenis air) ... 16
2.6.4. Pemuaian ... 17
2.7. Kesalahan pengukuran ... 17
3. METODOLOGI ... 20
3.1. Lokasi dan waktu pengamatan ... 20
3.2. Alat dan bahan ... 20
3.3. Diagram alir penelitian ... 21
3.4. Instalasi OTT PS 1 ... 22
3.4.1. Penempatan sensor ... 22
3.4.2. Instalasi elektrik ... 23
3.4.3. Pemasangan alat FAD 4 P ... 23
3.4.4. Menghubungkan OTT PS 1 pada FAD 4 P ... 24
3.4.5. Menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada OTT data logger ... 25
3.5. Kalibrasi dan pengaturan ... 26
3.6. Download data ... 27
3.7. Metode pengolahan data ... 27
3.7.1. Analisis kualitas data ... 27
3.7.2. Analisis statistik ... 28
(10)
3.7.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama ... 29
3.7.4. Penentuan elevasi penting kondisi muka air ... 29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Hasil analisis kualitas data ... 31
4.2. Analisis statistik ... 41
4.2.1. Analisis regresi ... 41
4.2.2. Analisis statistika deskriptif ... 43
4.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama ... 48
4.4. Elevasi penting kondisi muka air ... 50
4.5. Peristiwa pasang purnama dan pasang perbani ... 57
4.5.1. Pasang purnama (spring tide) ... 57
4.5.2. Pasang perbani (neap tide) ... 59
4.5.3. Pengaruh posisi bulan terhadap pengukuran ... 60
4.6. Keadaan cuaca dan pengaruhnya terhadap pengukuran ... 62
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 68
(11)
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Oleh: Try Al Tanto
C64104006
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(12)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Februari 2009
Try Al Tanto C64104006
(13)
RINGKASAN
TRY AL TANTO. Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten. Dibimbing oleh JOHN ISKANDAR PARIWONO dan PARLUHUTAN MANURUNG.
OTT PS 1 merupakan alat perekam otomatis perubahan tinggi muka laut secara digital dengan menggunakan sistem perubahan tekanan. Alat ini dapat mengkonversi setiap perubahan tekanan yang dideteksi menjadi sebuah data ketinggian permukaan air yang ditampilkan melalui display dan disimpan ke dalam suatu data logger.
Untuk mengetahui akurasi dan ketepatan pengukuran oleh alat OTT PS 1, dilakukan analisis statistik, uji kesesuaian komponen harmonik utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air. Analisis statistik yang digunakan dalam pengolahan adalah analisis regresi linier dan statistika deskriptif, dengan menentukan standar deviasi dan error pengukuran. Uji kesesuaian
komponen harmonik utama pasang surut dengan menggunakan tabel Admiralty. Pada tabel Admiralty diperoleh komponen pasang surut yang berguna dalam menentukan tipe pasang surut yang terjadi dengan menggunakan formula bilangan Formzahl. Parameter lain yang digunakan untuk melihat kinerja alat ukur adalah pengaruh posisi bulan dan pengaruh cuaca terhadap hasil pengukuran. Hasil pengolahan tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran dari alat pelampung OWK dan radar Kalesto.
Hasil pengolahan dengan analisis statistika deskriptif pengukuran dari alat OTT PS 1 diperoleh nilai standar deviasi dan error pengukuran sebesar 33.63 cm dan 0.23 cm, nilai standar deviasi dan error pengukuran dari alat OWK adalah sebesar 32.37 cm dan 0.22 cm, serta nilai standar deviasi dan error pengukuran dari alat Kalesto adalah sebesar 33.71 cm dan 0.23 cm. Untuk hasil analisis regresi linier, diketahui bahwa alat OTT PS 1 memiliki nilai yang berdekatan dengan alat OWK dengan error sebesar 0.07 cm, sedangkan terhadap alat Kalesto memiliki nilai yang berbeda jauh dengan error sebesar 0.13 cm. Berdasarkan uji kesesuaian komponen harmonik utama, diperoleh nilai bilangan Formzahl pengukuran dengan alat OTT PS 1 sebesar 0.50, berarti tipe pasang surut yang terjadi adalah pasang surut campuran dominan ganda.
Terdapat perbedaan sistematik (systematic difference) yang terjadi pada alat ukur Kalesto. Hal ini terlihat dari nilai elevasi penting kondisi muka air yang ditentukan. Nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat Kalesto, umumnya dengan nilai yang lebih tinggi. Untuk nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat OWK, umumnya dengan nilai yang lebih rendah dan nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat OTT PS 1, berada diantara nilai terukur kedua alat lainnya.
Peristiwa pasang purnama dan pasang perbani dapat mempengaruhi terhadap hasil pengukuran. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi dan error pengukuran oleh alat yang diperoleh saat terjadinya peristiwa tersebut. Nilai standar deviasi dan error pengukuran oleh alat ukur saat terjadinya peristiwa pasang purnama lebih besar, sedangkan nilai standar deviasi dan error
pengukuran saat terjadinya peristiwa pasang perbani lebih kecil. Untuk keadaan cuaca tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pengukuran oleh ketiga alat ukur yang digunakan.
(14)
© Hak cipta milik Try Al Tanto, 2009
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
(15)
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh: Try Al Tanto
C64104006
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(16)
Judul : KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Nama : Try Al Tanto
NRP : C64104006
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. John Iskandar Pariwono Dr. Parluhutan Manurung
NIP. 130 536 686 NIP. 370 000 662
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
(17)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja dan akurasi dari alat sensor tekanan OTT PS 1 sebagai alat
pengukur tinggi muka laut yang berguna untuk menentukan pasang surut suatu
perairan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, khususnya bagi peminat instrumen di bidang pasang surut, sehingga
memicu dalam penciptaan alat baru yang lebih baik lagi dalam mengukur tinggi
muka laut. Kritik dan saran sangat Penulis harapkan dari berbagai pihak, sebagai
masukan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat menutupi segala kekurangan
yang ada dalam penulisan. Atas segala perhatiannya Penulis ucapkan terima
kasih.
Bogor, Februari 2009
Try Al Tanto
(18)
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan buat arwah junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan Mamaku tercinta, Alwis, SH dan Asnitawati. Alhamdulillah anakmu
mampu melaksanakan salah satu amanah yang kalian berikan. Ini semua tidak
terlepas dari “Do’a dan Restumu”.
2. Bapak Dr. Ir. John. Iskandar Pariwono dan Bapak Dr. Parluhutan Manurung,
dengan penuh kesabaran membimbing Penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc sebagai Dosen Penguji Tamu dan Bapak
Dr. Ir. Henry M. Manik, MT sebagai Dosen Penguji dari Program Studi Ilmu
dan Teknologi Kelautan atas semua masukannya selama Ujian Sidang.
4. Staf Bidang Medan Gayaberat dan Pasang Surut, Pusat Geodesi dan
Geodinamika BAKOSURTANAL (Bapak Joko, Bapak Ruddy, Bapak
Tunjung, Bapak Amir, Bapak Yadi, Bapak Irfan).
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
(19)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Teori pasang surut ... 3
2.2. Alat-alat ukur pasang surut ... 7
2.3. Alat ukur sensor tekanan OTT PS 1 ... 9
2.4. Penggunaan OTT PS 1 ... 11
2.4.1. Pin pengunci pada OTT PS 1 ... 12
2.4.2. Pemberat pada OTT PS 1 ... 13
2.4.3. Desiccant cartridge ... 14
2.5. Pengoperasian OTT PS 1 ... 14
2.6. Prinsip kalibrasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ... 15
2.6.1. Karakteristik air ... 15
2.6.2. Tekanan hidrostatis ... 16
2.6.3. Densitas (massa jenis air) ... 16
2.6.4. Pemuaian ... 17
2.7. Kesalahan pengukuran ... 17
3. METODOLOGI ... 20
3.1. Lokasi dan waktu pengamatan ... 20
3.2. Alat dan bahan ... 20
3.3. Diagram alir penelitian ... 21
3.4. Instalasi OTT PS 1 ... 22
3.4.1. Penempatan sensor ... 22
3.4.2. Instalasi elektrik ... 23
3.4.3. Pemasangan alat FAD 4 P ... 23
3.4.4. Menghubungkan OTT PS 1 pada FAD 4 P ... 24
3.4.5. Menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada OTT data logger ... 25
3.5. Kalibrasi dan pengaturan ... 26
3.6. Download data ... 27
3.7. Metode pengolahan data ... 27
3.7.1. Analisis kualitas data ... 27
3.7.2. Analisis statistik ... 28
(20)
3.7.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama ... 29
3.7.4. Penentuan elevasi penting kondisi muka air ... 29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Hasil analisis kualitas data ... 31
4.2. Analisis statistik ... 41
4.2.1. Analisis regresi ... 41
4.2.2. Analisis statistika deskriptif ... 43
4.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama ... 48
4.4. Elevasi penting kondisi muka air ... 50
4.5. Peristiwa pasang purnama dan pasang perbani ... 57
4.5.1. Pasang purnama (spring tide) ... 57
4.5.2. Pasang perbani (neap tide) ... 59
4.5.3. Pengaruh posisi bulan terhadap pengukuran ... 60
4.6. Keadaan cuaca dan pengaruhnya terhadap pengukuran ... 62
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 68
(21)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tinggi muka air hasil pengukuran dari ketiga alat ukur ... 39
2. Analisis regresi linier ... 42
3. Analisis statistika deskriptif data pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat sensor tekanan OTT PS 1,
pelampung OWK, dan radar Kalesto ... 44
4. Hubungan perubahan suhu dengan tekanan ... 46
5. Persentase kesalahan pengukuran oleh sensor tekanan OTT PS 1
yang terjadi akibat perubahan suhu ... 47
6. Komponen harmonik utama pasang surut yang diperoleh dari tabel Admiralty pengukuran dari alat OTT PS 1, OWK, dan Kalesto di
Muara Binuangeun Provinsi Banten ... 49
7. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama di Muara
Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 ... 57
8. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang perbani di Muara
Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 ... 59
9. Pengaruh posisi bulan pada pengukuran di Muara Binuangeun
Provinsi Banten ... 61
10. Data meteorologi di Muara Binuangeun Provinsi Banten pada bulan
Juli 2008 ... 62
(22)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tipe-tipe pasang surut. a) pasang surut harian tunggal, b) pasang surut harian ganda, c1) campuran dominan tunggal,
c2) campuran dominan ganda ... 5
2. Pasang purnama dan pasang perbani ... 6
3. Bentuk dasar pengukuran dengan sensor tekanan OTT PS 1 ... 10
4. Pemasangan pin pengunci pada OTT PS 1 ... 12
5. Pemberat pada OTT PS 1 ... 13
6. Peta lokasi pengukuran ... 20
7. Diagram alir penelitian ... 21
8. Pemasangan alat penyerap kelembaban FAD 4 P ... 24
9. FAD 4 P pada sensor tekanan dengan keluaran 4-20 mA ... 25
10. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 31
11. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 32
12. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat Kalesto, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 32
13. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
Pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 33
(23)
14. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 34
15. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 34
16. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat radar Kalesto, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 35
17. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 35
18. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB ... 36
19. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB ... 36
20. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat Kalesto, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB ... 37
21. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB ... 38
22. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan Kalesto ... 42
23. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan OWK ... 43
24. Grafik persentase kesalahan pengukuran oleh alat OTT PS 1 karena
pengaruh suhu ... 48
25. Grafik air pasang primer di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB
sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 51
(24)
26. Grafik air pasang sekunder di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 51
27. Grafik air surut primer di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 52
28. Grafik air surut sekunder di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB (data per-menit) ... 52
29. Grafik air pasang primer di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 53
30. Grafik air pasang sekunder di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 53
31. Grafik air surut primer di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 54
32. Grafik air surut sekunder di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2088 jam 00.00 WIB sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB (data per-jam) ... 54
(25)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Contoh perhitungan pengaruh suhu ... 69
2. Perhitungan bilangan Formzahl ... 70
3. Tabel nilai elevasi penting kondisi muka air di Muara Binuangeun Provinsi Banten, pengukuran tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan tanggal 31 juli 2008 ... 71
4. Penyerap kelembaban FAD 4 P ... 73
5. Instalasi elektrik ... 74
6. Kabel sensor ... 75
7. Stasiun pengelola LogoSens 2 ... 76
8. Menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada
OTT data logger ... 78
9. Pengaturan scaling ... 81
10. Diagram alir prosedur kalibrasi ... 82
11. Gambar alat ukur pasang surut ... 83
12. Gambar stasiun pengambilan data pasang surut real time di Muara
Binuangeun, Provinsi Banten ... 84
(26)
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Air laut mengalami perubahan setiap saat yang disebabkan oleh gaya
penggerak yang bersifat periodik dan tidak beraturan. Hal ini dapat diketahui
dengan adanya perubahan tinggi muka laut. Fenomena perubahan muka laut yang
periodik dikenal sebagai pasang surut.
Pasang surut air laut merupakan gerakan naik turunnya permukaan laut
secara periodik yang disebabkan oleh gaya gravitasi benda-benda angkasa
terutama bulan dan matahari terhadap massa air di bumi. Pasang surut air laut
sangat mudah untuk diketahui karena pasang surut laut dapat diamati oleh
seseorang yang mengunjungi pantai. Namun tanpa adanya alat ukur, pasang surut
yang terjadi tidak dapat diketahui secara pasti, berapa ketinggian permukaan laut
saat terjadinya peristiwa tersebut.
OTT PS 1 merupakan alat perekam otomatis perubahan tinggi muka laut secara digital dengan menggunakan sistem perubahan tekanan. Alat ini akan
mengkonversi setiap perubahan tekanan yang dideteksi menjadi sebuah data
ketinggian permukaan air yang ditampilkan melalui display dan disimpan ke
dalam suatu data logger (OTT MESSTECHNIK, 2004).
Pengambilan data tinggi muka laut dengan alat OTT PS 1 ini mengatasi
permasalahan pengambilan data secara manual dengan menggunakan perekam
mekanik yang membaca data berupa grafik. OTT PS 1 juga memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan alat perekam mekanik, yaitu akurasinya lebih
tinggi, dapat mengambil data dalam interval yang lebih kecil, lebih sensitif, dan
(27)
2
data yang terekam oleh OTT PS 1 dapat ditransfer dari jarak jauh melalui jaringan
komunikasi seperti telepon, kabel, dan GSM di satelit.
Sebagai pembanding dari pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1,
maka digunakan alat ukur pasang surut lain berupa alat OWK dengan mekanisme
pelampung dan alat Kalesto dengan sistem radar yang selama ini telah digunakan
untuk pengukuran tinggi muka laut. Harapannya dengan penggunaan alat ukur
pembanding ini, sehingga diketahui seberapa besar perbedaan hasil pengukuran
ketiga alat ukur yang digunakan tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, maka Penulis tertarik untuk mengambil
topik tersebut sebagai subjek untuk penulisan Tugas Akhir dengan judul “Kinerja
OTT PS 1 sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun, Provinsi Banten”. Pemilihan lokasi penelitian di Muara Binuangeun ini adalah
karena alat ini baru dipasang di sana, dan belum banyaknya penelitian dilakukan
di perairan tersebut. Hal ini diketahui dengan sulitnya mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan oseanografi perairan ini, terutama informasi tentang
pasang surut air laut.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menguji kinerja dan efektivitas alat sensor tekanan OTT PS 1 sebagai alat
ukur tinggi muka laut.
2. Membandingkan hasil pengukuran data oleh sensor tekanan OTT PS 1
dengan alat pelampung OWK dan radar Kalesto.
(28)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori pasang surut
Pasang surut air laut timbul terutama karena gaya tarik menarik gravitasi
bumi terhadap bulan dan matahari, sedang kontribusi gaya tarik menarik
planet-planet lainnya kecil. Besar naik turunnya permukaan laut tergantung pada
kedudukan bumi terhadap bulan dan matahari. Persamaan dasar gelombang
pasang surut (Pugh, 1987) adalah:
X(t) = Z0(t)+T(t)+S(t) ... (2.1) dimana,
X(t) = muka air laut yang terukur pada waktu t
Z0(t) = tinggi muka air rata-rata dari suatu datum yang ditentukan T(t) = variasi dari pasang surut
S(t) = residual yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arus dan badai
Analisis pasang surut dilakukan dengan menggunakan persamaan least square
estimation yang didasarkan pada persamaan harmonik berikut:
T (t) = cos
[
( ) ... (2.2)1 n n n n m n n
nH t g v u
f − + +
∑
=
σ
]
dimana,
T(t) = tinggi muka laut pada waktu t (variasi dari pasang surut) n = komponen pasang surut ke-n
fn = faktor koreksi untuk komponen harmonik pasang surut ke-n
Hn = amplitudo rata-rata komponen harmonik pasang surut selama satu periode 18.6 tahun
σn = kecepatan sudut dari gelombang komponen pasang surut
vn = bagian dari fase di Greenwich dari komponen pasang surut setimbang ke-n pada waktu t = 0 yang berubah secara tetap sebelum dikoreksi
un = faktor koreksi fase dari variasi nodal
gn = keterlambatan fase antara gelombang harmonik ke-n terhadap kondisi setimbang di ekuilibrium Greenwich
(29)
4
Pemahaman akan jenis pasang surut dengan mengetahui pola terjadinya
pasang dan surut adalah penting untuk berbagai aplikasi. Berdasarkan pada
periode dan keteraturannya, pasang surut air laut dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, periode pasang surut
rata-rata adalah 24 jam 50 menit.
b) Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur. Periode
pasang surut rata-rata adalah 12 jam 25 menit.
c) Pasang surut campuran, terbagi atas dua macam, yaitu:
1) Pasang surut campuran dominan tunggal adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
2) Pasang surut campuran dominan ganda adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi kadang-kadang
untuk sementara waktu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
tinggi dan periode berbeda.
(30)
5
Sumber: BAKOSURTANAL (2008)
Gambar 1. Tipe-tipe pasang surut. a) pasang surut harian tunggal,
b) pasang surut harian ganda, c1) campuran dominan tunggal, c2) campuran dominan ganda
Berdasarkan pada posisi matahari dan bulan terhadap bumi, pasang surut
air laut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Pasang surut purnama (spring tide) adalah pasang surut yang terjadi pada saat
posisi matahari, bumi, dan bulan berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu,
akan dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan surut minimum
(31)
6
Pasang besar terjadi dua kali dalam satu bulan yakni pada saat bulan baru dan
bulan purnama.
2) Pasang surut perbani (neap tide) adalah pasang surut yang terjadi pada saat
posisi bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus terhadap bumi. Pada
saat itu, akan dihasilkan pasang maksimum yang rendah dan surut minimum
yang tinggi, juga dikenal dengan pasang kecil (Surbakti, 2007). Pasang ini
terjadi dua kali dalam satu bulan yaitu pada saat bulan seperempat pertama
dan seperempat terakhir.
Berikut adalah gambar posisi matahari dan bulan terhadap bumi (Gambar 2).
Sumber: RISE (2008)
Gambar 2. Pasang purnama dan pasang perbani
Penentuan jenis pasang surut yang terjadi ini dapat dilakukan secara visual
dan numeris. Secara visual, jenis pasang surut dapat ditentukan dengan melihat
langsung pada grafik pasang surut yang ada, sehingga dapat diketahui jenis
(32)
7
Penentuan jenis pasang surut lainnya yang paling sederhana adalah secara
numeris dengan menggunakan periode dominan dari pasang surut yang diamati.
Hal ini didasarkan pada bilangan Formzahl, yaitu perbandingan jumlah amplitudo
dua komponen diurnal utama (A dan A ) terhadap jumlah amplitudo dua
komponen semi-diurnal utama (A dan A ), seperti berikut:
K1 O1
M2 S2
2 2
1 1
S M
O K
A A
A A F
+ +
= ... (2.3) dimana,
F = nilai bilangan Formzahl
AK1, AO1 = amplitudo konstanta pasang surut tunggal utama AM2, AS2 = amplitudo konstanta pasang surut ganda utama
Berdasarkan nilai bilangan Formzahl (F), dapat diklasifikasikan karakteristik dari
pasang surut, yaitu:
0 < F < 0.25 : semi diurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan bentuk gelombang simetris.
0.25 ≤ F < 1.5 : campuran condong semi diurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Bentuk gelombang pasang pertama tidak sama
dengan gelombang pasang kedua (asimetris) dengan bentuk condong semi diurnal.
1.5 ≤ F ≤ 3.0 : campuran condong diurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Bentuk gelombang pasang pertama tidak sama dengan
gelombang pasang kedua (asimetris) dengan bentuk condong diurnal.
F > 3.0 : diurnal yaitudalam sehari terjadi sekali pasang dan sekali surut.
2.2. Alat-alat ukur pasang surut
Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi muka air laut. Ada beberapa jenis alat untuk mengukur tinggi muka air laut, yaitu:
(33)
8
a) Tide staff, merupakan alat pengukur pasang surut yang paling sederhana
berupa papan mistar dengan tebal 2.54 cm sampai 5.08 cm dan lebar 10.16 cm
sampai 15.24 cm, sedangkan panjangnya harus lebih besar dari tunggang pasut
(tidal range). Misalnya, pada perairan dengan tunggang pasut sebesar 2 m,
maka ukuran papan skala ini harus > 2 m (WIPO, 2004).
b) Floating tide gauge. Prinsip kerja alat ini berdasarkan gerakan naik turunnya
permukaan laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan
dengan alat pencatat. Pengukuran tinggi muka air oleh alat ini dilakukan
dengan mendeteksi pergerakan naik turun dari air. Perubahan tinggi pada
permukaan air akan menyebabkan pelampung begerak vertikal (naik turun),
pelampung dan penahan beban diikat dengan kabel dan dihubungkan dengan
sebuah katrol yang terdapat pada enkoder, sehingga gerakan pelampung dapat
memutar katrol. Perputaran yang terjadi pada katrol akan dikonversikan
menjadi suatu sinyal digital dan ditransfer ke unit data logger melalui kabel
transducer. Di dalam data logger unit sinyal listrik tersebut diproses sehingga
menjadi nilai yang terukur (IOC, 2002). Dalam hal ini, pelampung yang
digunakan untuk pengambilan data adalah pelampung OWK.
c) Pressure tide gauge. Prinsip kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya
saja gerakan naik turunnya permukaan laut dapat diketahui dari perubahan
tekanan yang terjadi di dalam laut. Seberapa besar tekanan yang diterima oleh
sensor akan diubah dalam bentuk kedalaman yang telah dirancang sedemikian,
sehingga diperoleh tinggi muka air dari nilai ini dengan mempertimbangkan
nilai densitas dan gravitasi (IOC, 2002). Dalam tulisan ini akan lebih
(34)
9
g P h
.
ρ
= ... (2.4) dimana,
h = tinggi muka air (m) P = tekanan (Pa)
ρ = densitas (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) d) Sistem radar. Alat ini dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmitter),
penerima pulsa radar (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
radar memancarkan pulsa-pulsa gelombang radio ke permukaan laut.
Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh
radar. Sistem radar ini dapat mengukur ketinggian radar di atas permukaan
laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan ke
permukaan laut, dan dipantulkan kembali ke radar (IOC, 2002). Alat radar
yang digunakan untuk pengambilan data tinggi muka air dalam tulisan ini
adalah radar Kalesto.
t c
h .
2 1
= ... (2.5) dimana,
h = jarak radar dengan permukaan air (m) c = kecepatan pulsa radar (m/s)
t = waktu tempuh pulsa radar sampai ke permukaan laut dan kembali ke radar (s)
2.3. Alat ukur sensor tekanan OTT PS 1
OTT PS 1 merupakan alat perekam otomatis perubahan tinggi muka laut secara digital dengan menggunakan sistem perubahan tekanan. Sensor mengukur
tekanan dan temperatur, dengan menghitung nilai yang diakibatkan perubahan
temperatur, densitas relatif air dan massa jenis air pada lokasi pengukuran, dan
menyediakan suatu pengukuran yang sangat akurat. Hasil pengukurannya dapat
(35)
10
Sensor tekanan OTT PS 1 menggunakan output 4-20 mA atau dengan
suatu penghubung SDI-12. Berikut merupakan bentuk dasar pengukuran dengan
sensor tekanan OTT PS 1 (Gambar 3).
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
Gambar 3. Bentuk dasar pengukuran dengan sensor tekanan OTT PS 1
Penyerap kelembaban FAD 4 P bertindak sebagai titik penghubung pada kabel
sensor dan kabel data. FAD 4 P berfungsi untuk menghilangkan kelembaban
(36)
11
Kelembaban udara ini dapat mempengaruhi perhitungan tekanan oleh sensor,
sehingga dengan adanya FAD 4 P ini memperkecil kesalahan perhitungan yang
dapat terjadi dalam pengukuran.
2.4. Penggunaan OTT PS 1
OTT PS 1 digolongkan pada alat elektronik. Produk ini diuji dan dirakit sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan atau keperluan
individu tertentu. Alat ini telah dikonsep sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan terhadap keamanan pengguna dan peralatan di sekitar alat jika
dipasang dengan baik, melakukan perawatan, dan digunakan oleh tenaga ahli
(OTT MESSTECHNIK, 2004).
Yang harus diperhatikan dalam penggunaan OTT PS 1 adalah:
• OTT PS 1 tidak boleh digunakan untuk mengukur tekanan di luar kedalaman maksimum yang ditetapkan pada sensor. Contohnya, jika kedalaman
maksimum yang ditetapkan pada sensor adalah 20 m, maka alat ini tidak boleh
digunakan pada kedalaman > 20 m. Pemakaian sensor pada kedalaman di luar
batas yang ditentukan dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
• Medium pengukuran tekanan harus sesuai dengan bagian sensor yang tercelup, yaitu: UNS31803 stainless steel, BS EN 10088-3:1995 No.1.4462,
polyurethan, acetal, dan nitril. Jika medium ini tidak sesuai dengan bagian sensor yang tercelup, maka dapat menyebabkan kerusakan pada sensor, seperti
terjadinya korosi pada badan sensor.
• Ujung kabel yang terpapar harus terhindar dari kelembaban udara bebas, dan cairan tidak boleh membeku, karena dapat meyebabkan kesalahan pengukuran
(37)
12
2.4.1. Pin pengunci pada OTT PS 1
OTT PS 1 dapat digunakan dalam berbagai media, seperti pada pipa atau lubang yang diameternya lebih besar dari 2.54 cm, dalam sumur, aliran air yang
terbuka, dan pada saluran air yang tidak permanen. Ketika merancang lokasi
pengukuran, amati pengaruh hidrodinamik pada arus kuat (> 0.5-1 m/s). Hindari
pemasangan alat OTT PS 1 di sekitar galangan kapal, karena riak yang disebabkan
oleh kapal dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang dilakukan. Pemasangan
alat pada tempat pembuangan air limbah industri atau area dengan cemaran bahan
kimia yang tinggi, juga dapat mempengaruhi pengukuran oleh alat karena hal ini
dapat menyebabkan korosi pada alat. Berikut adalah pemasangan sensor dengan
menggunakan pin pengunci (Gambar 4).
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
(38)
13
Pada perairan dengan arus yang kuat atau berombak, posisi dari sensor
dapat dipertahankan dengan menggunakan pin pengunci. Jika pin pengunci
digunakan sebagai tutup pelindung, maka harus dibuka dahulu untuk menjamin
bahwa sensor membran selalu basah. Untuk hasil pengukuran paling akurat yang
mungkin didapat, ujung OTT PS 1 harus berada pada posisi yang vertikal.
2.4.2. Pemberat pada OTT PS 1
Seperti halnya pin pengunci, pemberat tambahan juga dapat digunakan
untuk mempertahankan posisi dari OTT PS 1 dalam air, namun pemberat yang
tersedia tidak cukup untuk menjaga sensor yang terendam air pada perairan
dengan arus kuat. Berikut pemasangan pemberat pada OTT PS 1 (Gambar 5).
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004) Gambar 5. Pemberat pada OTT PS 1
(39)
14
2.4.3. Desiccant cartridge
Alat penyerap kelembaban dapat menghilangkan kelembaban udara
dengan menggunakan desiccant cartridge dan suatu alat penangkal embun yang
khusus menyaring kelembaban pada FAD 4 P. Alat ini mencegah udara lembab
sekitar lingkungan yang disebabkan oleh fluktuasi tekanan udara dan temperatur.
Embun dapat menyumbat pipa dalam bentuk kondensasi sehingga menyebabkan
pengukuran yang tidak akurat (OTT MESSTECHNIK, 2004).
Desiccant cartridge berisi silica gel dengan suatu warna indikator. Silica gel menjadi kering di sekitar udara, kemudian digunakan untuk mengeringkan udara di dalam instrumen. Silica gel kering berwarna jingga tua dan silica gel
yang lembab berwarna putih. Setelah silica gel berubah menjadi putih, itu berarti
telah kehilangan kemampuannya dan harus diganti. Periksa warna indikator
dalam interval waktu yang tetap. Banyaknya interval tergantung pada
kelembaban atmosfer seluruhnya.
2.5. Pengoperasian OTT PS 1
Alat keluaran analog OTT PS 1 secara sederhana dapat menyediakan suatu
output 4 mA untuk kedalaman 0 m dan output 20 mA untuk tingkat skala penuh yang ditunjukkan pada tanda produk. Keluaran analog dapat diatur melalui alat
penghubung digital SDI-12 dengan alat tambahan yang sesuai untuk menyediakan
keluaran dengan skala penuh (20 mA) pada tingkat yang berbeda. SDI-12
merupakan suatu alat penghubung standar perekam data dengan sensor yang
dilengkapi PC (SDI-12 Support Group, 2009). Sebagai tambahan pada perintah
standar pemasangan SDI-12, OTT PS 1 dengan dukungan perintah secara luas
(40)
15
2.6. Prinsip kalibrasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Kalibrasi sangat diperlukan untuk mengetahui akurasi dari sensor dan
menetapkan prosedur mutu dari alat. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan alat
tersebut dapat bekerja dengan sempurna (maksimal).
Kalibrasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Kalibrasi secara
internal adalah kalibrasi yang dilakukan di dalam instansi/individu pengguna alat
sendiri. Kalibrasi secara eksternal adalah kalibrasi yang dilakukan di luar, oleh
lembaga yang mampu dan berwenang dalam melakukan kalibrasi atau tempat
yang telah memilki sertifikasi tentang kalibrasi yang bersangkutan, yaitu pabrik
tempat pembuatan alat.
Dalam penelitian ini, kalibrasi yang dilakukan secara internal. Secara
internal, kalibrasi dilakukan dengan mengacu pada master yang telah teruji dan
telah dikalibrasi eksternal. Artinya, alat yang akan dikalibrasi ini dibandingkan
dengan alat lain yang telah teruji dan pernah dikalibrasi eksternal. Sebelum
memulai pengukuran, alat yang akan digunakan tersebut harus dipastikan dengan
menggunakan sampai 3 kali pengukuran. Jika menunjukkan hasil yang sama,
proses pengukuran yang sebenarnya dapat dijalankan.
2.6.1. Karakteristik air
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan
terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Oleh karena itu yang termasuk fluida
hanyalah zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu
fluida statis (hidrostatis) dan fluida dinamis (hidrodinamis). Fluida statis
mempelajari fluida pada keadaan diam, sedangkan fluida dinamis mempelajari
(41)
16
• Tidak dapat ditekan (volume tetap karena tekanan) • Dapat berpindah tanpa mengalami gesekan
• Mempunyai aliran stasioner (garis alirnya tetap bagi setiap partikel) • Kecepatan partikel-partikelnya sama pada penampang yang sama
2.6.2. Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis terjadi karena adanya gaya berat air yang membuat
cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan bergantung pada kedalaman
cairan di dalam sebuah ruang dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut
(Weidner, 1989).
h g
P =ρ. . ... (2.6) Karena adanya pengaruh tekanan udara P0 yang berasal dari luar, maka persamaan
(2.6) menjadi:
h g P
Pa = 0 +ρ. . atau
g P P
h a
.
0
ρ −
= ... (2.7) dimana,
Pa = tekanan dalam air (N/m2) P0 = tekanan atmosfer (N/m2) ρ = massa jenis air (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) h = kedalaman air (m)
2.6.3. Densitas (massa jenis air)
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Setiap
zat memiliki massa jenis yang berbeda, dan satu zat akan memiliki massa jenis
yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah:
V m
=
(42)
17
dimana,
ρ = massa jenis air (kg/m3) m = massa air (kg)
V = volume air (m3)
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat
perbedaan pemanasan di permukaan laut) dapat menghasilkan arus laut. Oleh
karena itu densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi (Talley,
2008).
2.6.4. Pemuaian
Pada umumnya suatu zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika
didinginkan (Pauliza, 2006).
T V V T A A T L L Δ = Δ Δ = Δ Δ = Δ . . . . . . 0 0 0 γ β α
... (2.9)
dimana,
ΔL, ΔA, ΔV = perubahan panjang, perubahan luas, dan perubahan volume L0, A0, V0 = panjang awal, luas awal, dan volume awal
ΔT = perubahan suhu (0C)
α, , = koefisien muai panjang, koefisien muai luas, dan koefisien muai volume (0C-1), yang mana = 3α dan = 2α
Gabungkan persamaan (2.7), (2.8), dan (2.9) adalah:
mg
T V
P P
h= ( a − 0) 0(1+γΔ )
... (2.10)
2.7. Kesalahan pengukuran
Pengukuran bertujuan untuk menentukan nilai besaran ukur, dan hasil
pengukuran merupakan taksiran nilai besaran ukur. Karena merupakan taksiran,
(43)
18
Berdasarkan penyebabnya, kesalahan pada pengukuran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
• Kesalahan karena alam (natural errors), dapat terjadi karena perubahan kondisi lingkungan saat pengukuran dilakukan. Jenis kesalahan ini terjadi
pada waktu yang tidak menentu, hal ini karena sifat laut yang selalu
mengalami perubahan setiap saat dan tidak beraturan.
• Kesalahan karena alat (instrumental errors), dapat terjadi karena ketidaksempurnaan konstruksi dan kalibrasi alat.
• Kesalahan karena pengukur (personal errors), dapat terjadi karena keterbatasan pengukur dalam melakukan pengamatan (kemampuan untuk
mendapatkan hasil yang berulang) dan kecerobohan pengukur saat melakukan
pengukuran.
Pada sensor tekanan OTT PS 1, kesalahan pengukuran salah satunya dapat
terjadi karena pengaruh suhu. Hal ini dapat terjadi karena tekanan dalam air
dipengaruhi oleh suhu, semakin besar perubahan suhu yang terdeteksi oleh sensor
tekanan maka semakin besar pula kesalahan yang terjadi (Weidner, 1989).
Secara konvensional, kesalahan dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Kesalahan besar (gross error)
Nilai pengukuran menjadi sangat berbeda bila dibandingkan dengan nilai
ukuran yang seharusnya. Sumber kesalahan ini dapat terjadi dari kesalahan
pengamat (personal error).
2) Kesalahan acak (accidental error)
Kesalahan acak timbul dari besaran berpengaruh yang tidak terduga. Nilai
(44)
19
ke pengukuran lainnya. Kesalahan acak dapat diperkecil dengan melakukan
pengukuran berulang dan melakukan hitung perataan terhadap hasil
pengukuran dan kesalahan pengukuran.
3) Kesalahan sistematik (systematic error)
Kesalahan sistematik timbul dari besaran berpengaruh yang dapat diduga
berdasarkan model besaran ukur. Sumber kesalahan dapat terjadi dari alat
ukur yang digunakan. Akibatnya hasil pengukuran menyimpang dari nilai
pengukuran yang seharusnya, sehingga harus dideteksi dan dikoreksi dari nilai
pengukuran yang dihasilkan.
Kesalahan sistematik utama untuk sensor tekanan OTT PS 1 berhubungan
dengan asumsi untuk nilai rata-rata densitas efektif air laut dan percepatan
gravitasi. Nilai ini digunakan untuk mengubah pengukuran tekanan ke dalam
tinggi muka laut (Woodworth, 2003). Kesalahan sistematik pada pengukuran
juga dapat berupa kekeliruan pengkalibrasian, sehingga harus melakukan
kalibrasi alat sebelum pengukuran secara tepat. Untuk pemakaian alat dalam
(45)
3. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan waktu pengamatan
Penelitian tentang “Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut
Air Laut” dilaksanakan di Muara Binuangeun yang terletak pada 06º50’35.88” LS
dan 105º53’23.4” BT, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada bulan Februari
2008 sampai bulan Agustus 2008. Pengambilan data tinggi muka laut dilakukan
tanggal 17 Juli 2008 sampai 31 Juli 2008. Berikut adalah peta lokasi pengambilan
data tinggi muka air (Gambar 6).
Gambar 6. Peta lokasi pengukuran
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sensor tekanan OTT PS 1,
pelampung OWK, radar Kelesto, dan seperangkat komputer.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah Stations Manager
(46)
21
LogoSens 2 (OTT Hydrometry, Ltd) dan software HYDRAS 3 (OTT Hydrometry, Ltd), microsoft office excel 2003 (microsoft coorporation) dan tabel Admiralty.
3.3. Diagram alir penelitian
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian:
(47)
22
Tahapan-tahapan yang dilakukan ini dimulai dari persiapan, pemasangan
alat ukur di lapangan sekaligus kalibrasi alat, pengambilan data, sampai dengan
pengolahan data tinggi muka laut masing-masing alat ukur. Masing-masing alat
ukur tersebut ditempatkan pada stasiun pengukuran pasang surut yang telah ada.
Data hasil pengukuran diambil dari jarak jauh menggunakan modem GSM (Global
Services Mobile Communication), dan diolah dengan melakukan beberapa analisis, yaitu analisis kualitas data, analsis statistik, uji kesesuaian komponen
harmonik utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air.
3.4. Instalasi OTT PS 1
Instalasi pada alat ukur dapat berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang
diperoleh. Hal ini terkait dengan penempatan sensor dan pemasangan
komponen-komponen utama yang terdapat pada sensor.
3.4.1. Penempatan sensor
Tahapan yang dilakukan untuk penempatan sensor tekanan adalah:
• Menentukan permukaan air minimum dan maksimum di titik pengukuran. Prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu posisi sensor harus berada di bawah
permukaan air minimum (Lowest Low Water) dan perbedaan antara
permukaan air maksimum (Highest High Water) dan posisi sensor harus lebih
kecil dari batas ukur sensor.
• Menurunkan sensor beserta kabelnya untuk menentukan kedalamannya. • Kabel harus tertutup dengan suatu asesorisnya yang sesuai. Lapisan kevlar
yang utuh memberikan kekuatan mekanis di dalam kabel, cukup untuk
(48)
23
• Menggunakan alat penghubung sensor yang digital untuk menyesuaikan posisi sensor secara tepat. Jika nilai yang terukur dijadikan acuan sebagai nilai
dasar, ini dapat dicapai dengan menambahkan faktor kalibrasi. Oleh karena
itu, dalam banyak kasus suatu posisi kasar dari sensorpun sudah cukup. Pada
daerah pasang surut, tekanan nol pada sensor menggambarkan kondisi yang
kering.
3.4.2. Instalasi elektrik
OTT PS 1 memerlukan catu daya arus searah (DC) dengan tegangan antara 8.5 V sampai 30 V. Tahanan (kemampuan resistansi) dari suatu sensor tekanan
dengan output 4 mA sampai 20 mA tidak boleh melebihi nilai maksimumnya.
Nilai ini tergantung pada tegangan yang tersedia dari sensor tekanan tersebut.
Jika muatan resistansi lebih tinggi, maka arus keluaran tidak bisa lagi dievaluasi.
Batasan arus sampai 100 mA harus dipenuhi atau dijamin dengan membatasi arus
catu daya sampai 100 mA, resistor yang sesuai atau penambahan resistor jika
resitansi tidak cukup (Lampiran 5). Maksimum resitansi rangkaian dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Rmuatan (max) = (Usuppl - 8)*50 ohms ... (3.1)
dimana,
R = hambatan (Ohm) U = tegangan (Volt)
3.4.3. Pemasangan alat FAD 4 P
Pemasangan alat penyerap kelembaban di lingkungan yang kering
(49)
24
penting terhadap perubahan tekanan yang mungkin terjadi pada sekitar udara
(lemari kaca tidak harus tertutup rapat). Prosesnya adalah sebagai berikut:
• Memindahkan sekrup Knurled dan pembungkus transparan (Lampiran 4), • Memasang alat penyerap kelembaban di atas bidang padat dengan empat
sekrup (Gambar 8).
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
Gambar 8. Pemasangan alat penyerap kelembaban FAD 4 P
3.4.4. Menghubungkan OTT PS 1 pada FAD 4 P
Untuk menghubungkan sensor tekanan pada FAD 4 P, perhatikan
cara-cara sebagai berikut.
• Mengutamakan kabel sensor setelah menurunkan kabel sekrup FAD 4 P. • Mencabut bagian atas sekrup Phillips, ujung terminal penyaring sampai
sekrup Philips dan mempererat sekrup lagi (Gambar 9).
• Menarik kabel sensor yang sempit dan mempererat koneksi sekrup dengan kuat oleh tangan; kemudian hubungkan kabel sensor pada bidang terminal.
(50)
25
• Menghubungkan garis sinyal di sekeliling alat/evaluasi alat elektronik. • Bagian dari alat penyerap debu menjadi tempat bebas yang berada di atas
bidang terminal, dan warna indikasi harus jingga tua.
• Melengkapi kembali tutup transparan dan memperbaikinya dengan 4 ujung sekrup knurled.
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
Gambar 9. FAD 4 P pada sensor tekanan dengan keluaran 4-20 mA
3.4.5. Menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada OTT data logger
Untuk menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada OTT data logger
dengan mengikuti proses berikut.
• Mencabut kabel sekrup dan busi pada FAD 4 P (Lampiran 7 ). • Memotong kabel sesuai keperluan.
• Meletakkan ujung kabel lengan dan kerutan dengan menggunakan tang picak khusus.
(51)
26
• Menghubungkan kabel data melalui kabel sekrup pada bagian atas FAD 4 P. • Menghubungkan kabel pada FAD 4 P dan segala yang menyangkut data
logger seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 7.
3.5. Kalibrasi dan pengaturan
Sebelum menggunakan alat sensor tekanan OTT PS 1, terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan pada masternya, yaitu LogoSens
Operating Program. Dalam hal ini, kalibrasi dilakukan secara internal dengan cara sebagai berikut.
• Melakukan pengukuran awal tinggi muka air dengan menggunakan alat ini. • Mencatat hasilnya, misal nilainya 4 m.
Dalam master ini terdapat salah satu menu konfigurasi pada LogoSens
Operating Program, yaitu menu Channel. Dalam menu ini, yang perlu diatur adalah scaling:
y = ax + b ... (3.2)
dimana,
y = ketinggian yang diinginkan a = skala perkalian
x = nilai sebenarnya dari sensor b = faktor kalibrasi.
Sebagai acuan dari pengaturan scaling ini adalah Palem (Papan ukur berskala)
yang dipasang dekat stasiun pengukuran oleh sensor tekanan.
• Mengatur interval pengambilan data pengukuran oleh alat, minimal 5 detik dan maksimal 24 jam.
(52)
27
3.6. Download data
Data diambil dalam waktu 15 hari pengukuran, yang diperoleh dari
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar
Kalesto. Pengambilan data dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan Modem GSM. Modem GSM ini dihubungkan pada Station Manager LogoSens 2 yang ada di lokasi pengukuran dan komputer yang digunakan untuk mentransfer
data yang direkam oleh alat ukur. Kedua Modem GSM ini harus terhubung satu
sama lainnya, sehingga proses transfer data dapat dilakukan. Proses transfer data
di komputer dilakukan dengan bantuan software HYDRAS 3. Hasil pengukuran
yang diperoleh berupa data waktu (tanggal, bulan, tahun) yang diinginkan,
interval pengambilan data oleh alat ukur, dan tinggi muka laut.
3.7. Metode pengolahan data
Untuk pengolahan data tinggi muka laut hasil pengukuran ketiga alat ukur,
dilakukan dengan beberapa analisis. Analisis yang dilakukan pada pengolahan
adalah analisis kualitas data, analisis statistik, uji kesesuaian komponen harmonik
utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air.
3.7.1. Analisis kualitas data
Analisis kualitas data dilakukan dengan melakukan perbandingan data.
Data hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 tersebut diolah dalam
bentuk grafik, dan dibandingkan dengan alat ukur lain dengan sistem pengukuran
yang berbeda, yaitu dengan menggunakan pelampung dan sistem radar. Grafik
hasil pengolahan ketiga alat ukur tersebut, juga dibandingkan terhadap grafik hasil
(53)
28
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak TidesSoft V1.002. TidesSoft
V1.002 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan peramalan pasang surut air laut dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pada data-data
komponen pasang surut yang ada (BPPT, 1998). Artinya , software ini bekerja
dengan fungsi amplitudo dan fase (9 komponen pasang surut), serta fungsi waktu.
Ada dua jenis interval pengambilan data tinggi muka air yang dilakukan
pada pengolahan analisis kualitas data ini, yaitu interval per-menit dan interval
per-jam. Untuk data per-jam, diambil dengan membuang data per-menit yang ada
tanpa melakukan filtering data. Pengolahan data per-jam ini dilakukan untuk
perbandingan terhadap hasil pengolahan dari prediksi pasang surut yang hanya
dengan interval waktu 1 jam. Untuk data pengamatan dengan noise yang cukup
tinggi, maka akan tampak grafik residu menjadi kurang halus.
3.7.2. Analisis statistik
Analisis statistik yang digunakan dalam pengolahan data tinggi muka laut
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah analisis regresi linier dan
statistika deskriptif. Regresi linier digunakan untuk menduga perbedaan antara
hasil pengukuran oleh OTT PS 1 dan OWK, serta OTT PS 1 dan Kalesto. Hal ini
terkait dengan ketepatan hasil pengukuran oleh alat ukur yang digunakan tersebut
terhadap nilai pengukuran dirinya sendiri (Woodworth, 2003). Statistika
deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna
(Walpole, 1992). Dalam analisis ini, penentuan akurasi dari alat ukur diperoleh
dengan melihat nilai simpangan baku dan error hasil pengukurannya. Semakin
(54)
29
pengukuran dari alat ukur. Rumus yang digunakan untuk menentukan simpangan
baku dan kesalahan baku rata-rata dari suatu data berjumlah n adalah:
(
1)
2 1 1 2 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =
∑
=∑
= n n x x n s n i i n i i... (3.3)
) 1 ( 1 2 − =
∑
= n n x g n i i dimana, s = simpangan baku g = galat pengukuran xi = nilai data ke-i n = banyak data3.7.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama
Uji kesesuaian komponen harmonik utama pasang surut pada proses
pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel Admiralty, yang
dihitung dengan bantuan tabel. Untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan
harus dilakukan pendekatan dan interpolasi. Analisa harmonik dengan tabel
Admiralty ini akan menghasilkan beberapa nilai konstanta pasang surut yang ditabelkan sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan
memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun. Dari nilai
konstanta pasang surut yang diperoleh ini, dapat diketahui tipe pasang surut yang
terjadi dengan formula bilangan Formzahl (Sjachulie, 1999).
3.7.4. Penentuan elevasi penting kondisi muka air
Elevasi penting muka air yang ditentukan dalam melihat perbedaan hasil
pengukuran ketiga alat ukur yang digunakan adalah tinggi muka laut rata-rata atau
(55)
30
surut minimum, tinggi muka laut pasang primer, tinggi muka laut pasang
sekunder, tinggi muka laut surut primer, dan tinggi muka laut surut sekunder.
Tinggi muka laut rata-rata (MSL) adalah nilai rata-rata perhitungan
perubahan paras laut yang terekam pada suatu periode waktu tertentu. Tinggi
muka laut pasang primer adalah muka air tertinggi dari dua tinggi muka laut
pasang harian pada suatu periode waktu tertentu. Artinya akan ditentukan semua
nilai tinggi muka laut pasang yang diperoleh selama pengukuran. Jika hanya satu
muka laut pasang terjadi pada satu hari, maka air pasang tersebut diambil sebagai
air pasang primer. Tinggi muka laut pasang sekunder adalah muka air terendah
dari dua tinggi muka laut pasang harian, yang mana nilainya lebih rendah dari air
pasang primer dalam satu hari. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasang surut
harian tunggal. Tinggi muka laut surut primer adalah muka air terendah dari dua
muka laut surut harian pada suatu periode waktu tertentu. Jika hanya satu air
surut terjadi pada satu hari, maka nilai air surut tersebut diambil sebagai air surut
primer. Serta, tinggi muka laut surut sekunder adalah muka air tertinggi dari dua
muka air surut harian, yang mana nilainya lebih tinggi dari air surut primer dalam
(56)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil analisis kualitas data
Analisis kualitas data hasil pengukuran tinggi muka laut oleh alat ukur
sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar Kalesto dapat dilihat dari
grafik hasil pengolahannya pada Gambar 10-13 (data per-menit), Gambar 14-17
(data per-jam), dan Gambar 18-21 (hasil prediksi pasang surut). Berikut adalah
hasil pengolahan data pengukuran oleh alat ukur yang digunakan.
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OTT PS 1 (data per-menit)
adalah:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 2088 4175 6262 8349 10436 12523 14610 16697 18784 20871 Menit
ke-T
ing
i m
u
ka
a
ir
(c
m
)
Gambar 10. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB
(data per-menit)
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OWK (data per-menit) adalah:
(57)
32 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 2076 4151 6226 8301 10376 12451 14526 16601 18676 20751 Menit ke-T ing g i m uka a ir ( cm )
Gambar 11. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008
jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB
(data per-menit)
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat Kalesto (data per-menit) adalah:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 2106 4211 6316 8421 10526 12631 14736 16841 18946 21051 Menit ke-T in ggi m u k a ai r ( cm )
Gambar 12. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat Kalesto, tanggal 17 Juli 2008
jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB
(58)
33
Hasil pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur yang digunakan (data
per-menit) adalah:
Gambar 13. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten Pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB
(data per-menit)
Terlihat dari grafik gabungan data hasil pengukuran oleh ketiga alat ukur pada
Gambar 13, bahwa grafik hasil pengukuran oleh alat radar Kalesto menutupi
grafik hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 dan pelampung OWK.
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OTT PS 1 (data per-jam)
(59)
34 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam ke-T in ggi mu k a ai r ( c m )
Gambar 14. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(data per-jam)
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OWK (data per-jam) adalah:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam ke-T ing g i m u ka a ir ( c m )
Gambar 15. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008
jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(data per-jam)
(60)
35
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam
ke-T
in
ggi
mu
k
a ai
r
(
c
m
)
Gambar 16. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat radar Kalesto, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(data per-jam)
Hasil pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
Gambar 17. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(61)
36
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat
OTT PS 1 adalah:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam ke-T ing g i m uka a ir ( c m )
Gambar 18. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat OWK:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam ke-T ing g i m uka a ir ( c m )
Gambar 19. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat OWK, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(62)
37
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat Kalesto
adalah:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 Jam
ke-T
in
ggi
mu
k
a
ai
r
(
c
m
)
Gambar 20. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dengan alat Kalesto, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
Untuk data tinggi muka laut pengukuran dari ketiga alat ukur yang diperoleh dari
prediksi pasang surut, juga dilakukan penggabungan grafik pengolahannya.
Penggabungan grafik data tinggi muka laut ketiga alat ukur tersebut dilakukan
dengan menggunakan software microsoft office Excel 2003. Berikut hasil
pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur yang digunakan tersebut
(63)
38
Gambar 21. Grafik prediksi pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB sampai 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
Pengambilan data tinggi muka laut dengan menggunakan alat sensor
tekanan OTT PS 1, memiliki hasil yang relatif sama bila dibandingkan dengan dua
alat ukur lainnya, yaitu pelampung OWK dan radar Kalesto. Hasil pengolahan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa tipe pasang surut yang terjadi di Muara
Binuangeun Provinsi Banten berupa pasang surut campuran dominan ganda, yaitu
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari dengan ketinggian yang
berbeda.
Berikut adalah perbedaan nilai tinggi muka laut pengukuran oleh alat ukur
(64)
39
Tabel 1. Tinggi muka air hasil pengukuran dari ketiga alat ukur Tinggi muka air (cm)
diukur dengan alat ukur
OTT PS 1 OWK Kalesto
Data per-menit
MSL 79.49 76.86 82.75
Pasang maksimum 159.00 156.00 172.00
Surut minimum 16.00 18.00 0.00
Data per-jam
MSL 79.09 76.61 82.43
Pasang maksimum 152.00 147.00 162.00
Surut minimum 17.00 18.00 0.00
Prediksi pasang surut
MSL 79.11 76.66 82.49
Pasang maksimum 156.00 150.00 158.00
Surut minimum 14.00 14.00 18.00
Perbedaan hasil pengukuran ketiga alat ukur (data per-menit) cukup jelas
terlihat pada nilai Mean Sea Level (MSL), pasang maksimum, dan surut
minimum. Pengukuran dengan sensor tekanan OTT PS 1, diperoleh nilai mean
sea level sebesar 79.49 cm, pasang maksimum sebesar 159 cm, dan surut
minimum sebesar 16 cm. Pengukuran dengan alat pelampung OWK, didapatkan
nilai mean sea level sebesar 76.86 cm, pasang maksimum sebesar 156 cm, dan
surut minimum sebesar 18 cm. Hasil pengukuran dengan radar Kalesto diperoleh
nilai mean sea level sebesar 82.75 cm, pasang maksimum sebesar 172 cm, dan
surut minimum sebesar 0 cm. Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa
perbedaan nilai mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan Kalesto adalah
sebesar 2.63 cm dan 3.26 cm. Terlihat error cukup besar terjadi pada alat radar
Kalesto dengan adanya nilai terukur sebesar 0 cm. Hal ini dapat terjadi karena alat radar Kalesto sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar, sehingga rekaman
(65)
40
Untuk pengukuran tinggi muka air ketiga alat ukur dengan interval waktu
per-jam (Gambar 14-17), diperoleh hasil pengukuran dengan alat sensor tekanan
OTT PS 1 dengan nilai mean sea level sebesar 79.09 cm, pasang maksimum sebesar 152 cm, dan surut minimum sebesar 17 cm. Pengukuran dengan alat
pelampung OWK, didapatkan nilai mean sea level sebesar 76.61 cm, pasang
maksimum sebesar 147 cm, dan surut minimum sebesar 18 cm. Hasil pengukuran
dengan alat radar Kalesto diperoleh nilai mean sea level sebesar 82.43 cm, pasang
maksimum sebesar 162 cm, dan surut minimum sebesar 0 cm. Perbedaan nilai
mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan Kalesto adalah sebesar 2.48 cm dan 3.34 cm. Pada pengukuran tinggi muka air dengan interval waktu per-jam,
juga terlihat error cukup besar terjadi pada alat radar Kalesto dengan adanya nilai
terukur sebesar 0 cm. Hal ini terjadi karena tidak dilakukannya filtering data dari
interval per-menit menjadi per-jam, sehingga masih terdapat data terukur oleh alat
radar kalesto yang memiliki nilai cukup berbeda.
Hasil pengolahan menggunakan prediksi pasang surut, juga mengalami
perbedaan antara pengukuran dengan OTT PS 1 terhadap OWK dan Kalesto. Pada
pengolahan ini, diperoleh hasil ramalan alat OTT PS 1 dengan nilai mean sea level
sebesar 79.11 cm, pasang maksimum sebesar 156 cm, dan surut minimum sebesar
14 cm. Hasil ramalan dengan alat pelampung OWK, didapatkan nilai mean sea
level sebesar 76.66 cm, pasang maksimum sebesar 150 cm, dan surut minimum sebesar 14 cm. Hasil ramalan dengan alat radar Kalesto diperoleh nilai mean sea
level sebesar 82.49 cm, pasang maksimum sebesar 158 cm, dan surut minimum sebesar 18 cm. Perbedaan nilai mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan
(66)
41
pengolahan dengan menggunakan prediksi pasang surut ini, tidak terlihat adanya
nilai terukur ketiga alat ukur dengan nilai yang jauh berbeda, namun perbedaan
masih terlihat dari nilai mean sea level masing-masing alat ukur.
Terjadinya perbedaan nilai mean sea level dari ketiga alat ukur yang
digunakan tersebut dapat disebabkan karena perbedaan cara kerja masing-masing
alat ukur dalam mengukur tinggi muka laut. OTT PS 1 bekerja dengan sistem
sensor tekanan, seberapa besar tekanan yang diterima oleh sensor akan diubah
dalam bentuk kedalaman yang telah dirancang sedemikian, sehingga diperoleh
tinggi muka laut dari nilai ini dengan mempertimbangkan nilai densitas dan
percepatan gravitasi. Pengukuran tinggi muka laut oleh pelampung OWK
dilakukan dengan mendeteksi pergerakan naik turun dari air. Perubahan tinggi
pada permukaan air akan menyebabkan pelampung begerak vertikal (naik turun),
sehingga diperoleh suatu nilai yang terukur oleh alat ini berupa nilai tinggi muka
laut. Pengukuran tinggi muka laut oleh radar Kalesto yaitu dengan sistem
pemancaran gelombang radio yang kemudian dipantulkan kembali, sehingga
dapat diketahui waktu yang diperlukan gelombang untuk dapat kembali setelah
mengenai media. Tinggi muka laut ini dapat diperoleh dengan mengetahui jarak
antara radar dan permukaan air. Perbedaan cara kerja masing-masing alat ukur
yang digunakan ini, dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh pada
masing-masing alat juga berbeda sehingga diperoleh tinggi muka laut yang juga berbeda.
4.2. Analisis statistik 4.2.1. Analisis regresi
Untuk membandingkan alat ukur sensor tekanan OTT PS 1 dengan radar
(67)
42
adalah hasil pengolahan data pengukuran oleh alat OTT PS 1 dengan analisis
regresi linier (Tabel 2).
Tabel 2. Analisis regresi linier
Hasil statistik regresi Skala perbandingan
terhadap OTT PS 1 Konstanta regresi Variabelregresi Standar error (cm)
OTT PS 1 dan Kalesto 4.96 0.98 0.13
OTT PS 1 dan OWK 0.17 1.03 0.07
Pengolahan regresi linier data tinggi muka laut antara alat ukur sensor
tekanan OTT PS 1 dan radar Kalesto menghasilkan konstanta sebesar 4.96 yang
sesuai dengan perkiraan selisih skala tersebut untuk sensor tekanan OTT PS 1.
Artinya, jika selisih skala seluruhnya disebabkan oleh sensor tekanan OTT PS 1,
untuk masing-masing nilai dari variasi muka laut yang terukur oleh radar Kalesto,
sensor tekanan OTT PS 1 akan memiliki nilai terukur kurang dari 4.96. Hal ini
dengan jelas tidak bisa meniadakan kemungkinan sensor tekanan OTT PS 1 yang
mempunyai error sebesar 0.13 cm. Berikut adalah grafik persamaan regresi
antara sensor tekanan OTT PS 1 dan radar Kalesto (Gambar 22).
0 40 80 120 160
0 40 80 120 160
Pengukuran dengan Kalesto (cm)
P e ng ukur a n de ng a n OT T P S 1 (c m )
y = 0.98x + 4.96
(1)
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
Gambar rangkaian OTT PS 1 dengan sinyal output 4-20 mA pada OTT LOG IN-U/L
Sumber: OTT MESSTECHNIK (2004)
(2)
Lampiran 9. Pengaturan scaling
Misalkan didapat nilai ukur dari alat ini 2.5 m, sehingga pengaturan yang diisi pada scaling adalah:
a = skala perkalian = 1, b = faktor kalibrasi = y – ax
= 4 – 1(2.5) = 1.5
(3)
Lampiran 10. Diagram alir prosedur kalibrasi
(4)
Lampiran 11. Gambar alat ukur pasang surut
OTT PS 1 Palem ( Papan ukur berskala)
OWK Kalesto
Seperti terlihat pada gambar di atas, bahwa alat ukur pasang surut yang digunakan pada stasiun pasang surut real time di Muara Binuangeun Provinsi Banten adalah Palem (papan ukur berskala) sebagai alat acuan, sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar Kalesto.
(5)
Lampiran 12. Gambar stasiun pengambilan data pasang surut real time di Muara Binuangeun, Provinsi Banten
Gambar di atas merupakan lokasi stasiun pasang surut yang ada di Muara Binuangeun Provinsi Banten. Pada lokasi stasiun terdapat alat komunikasi data VSAT berupa antena. Lokasi stasiun berada dekat dengan lokasi para nelayan.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pasar Baru, Painan-Sumatera Barat tanggal 22 Juli 1986 dari Ayah Alwis, SH dan Ibu Asnitawati. Penulis merupakan anak ke-tiga dari enam bersaudara, tiga orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Tahun 2001-2004, Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Bayang, Painan-Sumatera Barat.. Pada tahun 2004, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut (USMI) dengan pilihan Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, Penulis menjadi asisten mata kuliah Oseanografi Umum tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008, dan asisten mata kuliah Persamaan Differensial Biasa (PDB) tahun ajaran 2006/2007. Penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM-C) sebagai anggota pengurus Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (2004/2005), anggota pengurus MIT (Marine Science and Telemetri) di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (2005/2006). Penulis juga aktif dalam organisasi kekeluargaan mahasiswa daerah, FKMPS (Forum Komunikasi
Mahasiswa Pesisir Selatan) (2004-2008), dan pernah menjabat sebagai Ketua Organisasi tersebut periode tahun 2006/2007.
Untuk menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN, PROVINSI BANTEN”.