Al-Mu’minun 18-20 Tafsir Al-Azhar

Kehinaan ialah hina akhlak dan hina jiwa, tidak ada cita-cita tinggi. Jatuh harga diri, padam kehormatan diri, jatuh moral. Itulah yang dikenal dengan jiwa budak slavengeest. Apabila diri sudah hina, niscaya rendahlah martabat, menjadi miskin. Mata kuyu kehilangan sinar. Ukuran cita-cita hanya sehingga asal perut akan berisi saja, payah dibawa naik. Atau malas berjuang karena ingin makanan yang enak-enak saja. Dengan demikian tentu tidak lain yang akan mereka terima hanyalah kemurkaan Allah. Lalu disebutnya sebabnya yang utama:  Yang demikian itu, ialah karena mereka kufur kepada perintah perintah Allah, dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tidak patut. Sedangkan membunuh sesama manusia biasa lagi tidak patut, apalagi kalau sudah berani mengangkat senjata membunuh Nabi-nabi yang menunjuki mereka jalan yang benar. Menurut riwayat selama riwayat Bani Israil, tidak kurang dari 70 Nabi yang telah mereka bunuh. Itulah akibat dari jiwa yang telah jahat, karena meninggalkan iman.  Yang demikian itu ialah karena mereka telah durhaka dan adalah mereka melewati batas. ujung ayat 61. Tersebab jiwa yang telah hina dan rendah, kerdil dan miskin, yang berpangkal daripada kufur kepada kebenaran, segala pekerjaan yang keji dan hina, membunuh Nabi, menipu dan ingkar akan seruan kebenaran berturutlah terjadi. Maka penuhlah riwayat Bani Israil dengan itu, yang anak-cucu mereka tidak akan dapat memungkiri kejadian itu. Sebab telah menggenang di dalam mata sejarah. Durhaka dan melewati batas. Durhaka menjadi maksiat; dosapun banyak diperbuat. Melewati batas, melanggar hukum. Sehingga peraturan peraturan dalam Taurat Nabi Musa a.s. tidak berjalan lagi, meskipun disebut- sebut juga dengan mulut.

3. Al-Mu’minun 18-20 Tafsir Al-Azhar

Setelah pada ayat yang terdahulu Tuhan menyatakan bahwasanya alam yang begitu luas, terdiri dari tujuh jalan panjang, adalah Tuhan yang menjadikan semua. Sesungguhnya Tuhan mengatur perjalanan alam seluas ini, namun makhluk kecil-kecil macam kita ini, sampai kepada hama yang sangat halus sekalipun, tidaklah lepas dari penjagaan Tuhan. Bagaimana caranya Tuhan memelihara makhluk kecil itu ? Yang pertama sekali makhluk kecil itu ialah bumi sendiri. Apalah arti bumi dibandingkan dengan beribu-ribu bintang di langit. Jika bumi dibandingkan kepada bermiliun bintang- bintang itu, dia hanya laksana sebutir pasir belaka. Di dalam bumi kecil itulah kita manusia ini hidup. Di dalam bumi kecil itu pula makhluk lain selain kita, sejak dari serangga merangkak sampai kepada binatang di hutan, sampai kepada lalat clan nyamuk, yang hinggap clan terbang, tak pernah dilengahkan oleh Tuhan. Bumi kecil di antara bintang- bintang. Manusia kecil dibandingkan dengar ikan paus di laut. Dalam nyamuk malaria yang kecil menumpang hama malaria yang hanya nampak jika dilihat dengan mikroskop. Maka Tuhan turunkan hujan dari langit, yaitu tempat yang tinggi. Turunnya itu dengan jangka tertentu, tidak seturun-turunnya saja. Dijangkakan ruangnya dan waktunya. Dijangkakan pula kekuatan yang terkandung dalam air itu, lalu diendapkan ke bawah kulit bumi. Tetapi kadang-kadang tidak terendapkan tersimpan air itu ke bawah, melainkan londong-pondong sehingga bumi tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak dapat ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan derasnya ke hilir, tidak ada yang menahan. Dengan adanya,endapan air ke dalam tanah, bumi menjadi subur. Apabila tanah telah subur, tumbuhlah di sana apa yang dinamai hidup itu. Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena adanya bunga tanah. Apabila tumbuhtumbuhan telah hidup, dapat pulalah binatang-binatang hidup pula di sana, sejak dari cacing dan ulat, jangkrik dan kumbang, sampai kepada burungburung, binatang berkaki empat dan manusia sendiri.  Maka Kami timbulkan di dalamnya kebun-kebun untuk kamu, dari korma dan anggur- anggur.pangkal ayat 19. Dan kecerdikan akal manusia dapatlah membangun kebun, sawah dan ladang. Tumbuh kayu-kayuan dengan buahnya, manusia bertebaran mencari makan, seleranya dapat membedakan yang manis, yang pahit, yang asam dan yang pedas. Kian lama manusia kian dapat menyusun mana buah-buahan dan kayu-kayuan An yang sesuai dengan seleranya, sehingga dibuatnyalah kebun-kebun clan diaturnya kebun-kebun itu dengan baik-baik, maka tumbuhlah kebun korma atau kebun anggur. Sedang anggur itu berbagai macam pula ragamnya, ada yang hijau, yang putih dan yang merah. Di samping itu tumbuh pulalah buah-buahan yang lain.  Dan untuk kamu pula buah-buahan bermacam-macam banyaknya. Di bukit-bukit sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, korma, zaitun, tin dan buah- buahan yang lain. Betapa pula di bagian dunia yang lain ? Negeri kita ini daerah khatulistiwa berbagai macam pula ragam buah-buahan. Yang tak ada di Jazirah Arab, ada di negeri kita, sebagai juga yang ada di Jazirah Arab tidak ada pada kita. Kita punya durian, rambutan, pepaya, pisang dengan segala macam ragamriya, kedondong, sawo, manggis, duku dan langat, dan lain-lain sebagainya. Perlainan ragam buah-buahan karena perubahan iklim bumi, ditentukan pula oleh Qadar atau ukuran air yang diturunkan Tuhan seketika hujan itu turun dan ukuran iklim daerah, sebagai tersebut dalam ayat 18 tadi.  Dan dari padanyalah kamu makan. ujung ayat 19. Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu.  Dan pohon kayu yang keluar dari bukit Thursina, tumbuh dengan minyak dan bumbu campuran untuk orang-orang makan. ayat 20. Di antaranya ialah semacam kayu yang tumbuh di bukit-bukit Thursina, ataupun di bukit-bukit lain yang sama tanah dan udaranya dengan yang di gunung Thursina itu, seperti pegunungan-pegunungan sekitar Palestina, tanah Syam, bukit-bukit Libanon, kayu itu bernama kayu Zaitun. Minyak zaitun terkenal karena dapat dipergunakan untuk menyalakan lampu atau untuk mengilatkan papan pendinding rumah ataupun untuk campuran bumbu makanan.

4. Qaf Ayat 7-11 Tafsir Ibnu Katsir