Ayat Alquran Tentang Pentingnya Tanaman

(1)

1. Al-Baqarah ayat 22

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

22. Yang telah menjadikan untuk kamu akan bumi jadi hamparan dan langit sebagai bangun an, dan diturunkanNya air dari langit, maka keluarlah dengan dengan hujan itu buah-buahan, rezeki bagi kamu; maka janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu-sekutu, padahal kamu mengetahui.

2. Al Baqarah ayat 61

……… ………

……… ………


(2)

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

3. Al-Mu-Minun ayat 18-20

……… ………


(3)

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

18. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. 19. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di

dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan,

20. dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.


(4)

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

7. Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah.

8. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba yang kembali (tunduk Allah). 9. Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan

(air itu) pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen,

10. dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, 11. (sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air itu) negeri

yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur). 22. Ar Rahman ayat 10-13

……… ………

……… ………


(5)

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

……… ………

10. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya),

11. di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, 12. dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.


(6)

TAFSIR

1. Al-Baqarah ayat 22 (Tafsir Al-Azhar)

 "Yang telah menjadikan untuk kamu akan bumi, jadi hamparan. " (pangkal ayat 22). Terbentang luas sehingga kamu bisa hidup makmur di atas hamparannya itu.  "Dan langit sebagai bangunan "

Yang dapat dirasakan melihat awannya yang bergerak di waktu siang dan bintangnya yang gemerlap di waktu malam dan mataharinya yang memberikan sinar dan bulannya yang gemilang cahaya.

 "Dan diturunkan-Nya air dari langit"---dari atas---" Maka keluarlah dengan sebabnya buah-buahan, rezeki bagi kamu. "

Maka pandanglah dan renungkanlah itu semuanya, sejak dari buminya sampai kepada langitnya, sampai kepada turunnya air hujan menyuburkan bumi itu. Teratur turunnya hujan menyebabkan suburnya apa yang ditanam. Kebun subur, sawah menjadi, dan hasil tanaman setiap tahun dapatlah diambil buat dimakan.

Pikirkanlah dan renungkanlah itu semuanya, niscaya hati sanubari akan merasa bahwa tidak ada orang lain yang sekasih, sesayang itu kepadamu. Dan tidak ada pula kekuasaan lain yang sanggup berbuat begitu; menyediakan ternpat diam bagimu, menyediakan air dan menumpahkan bahan makanan yang boleh dikatakan tidak membayar. Sehingga jika terlambat hujan turun dari jangka yang terbiasa, tidaklah ada kekuatan lain yang sanggup mencepatkan datangnya.

 "Maka janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu sekutu, padahal kamu mengetahui ." (ujung ayat 22).

Tentu kalau telah kamu pakai pikiranmu itu, mengetahuilah kamu bahwa Yang Maha Kuasa hanyalah Dia Nya. Yang menyediakan bumi buat kamu hanya Dia sendiri-Nya, yang menurunkan hujan, menumbuhkan dan menghasilkan buah-buahan untuk makananmu hanya Dia sendiri-Nya. Sebab itu tidaklah pantas kamu buatkan untuk Dia sekutu yang lain. Padahal kamu sendiri merasa bahwa tidak ada yang lain itu berkuasa. Yang lain itu cumalah kamu bikin-bikin saja.


(7)

Ayat ini akan diikuti lagi oleh banyak ayat yang lain, yang nadanya menyeru dan membangkitkan perhatian manusia terhadap alam yang berada sekelilingnya. Ayat ini telah menunjukkan kehidupan kita di atas bumi yang subur ini, menyambung keturunan dari nenek-moyang kita.

Dikatakan di sini bahwa bumi adalah hamparan, artinya disediakan dan dikembangkan laksana mengembangkan permadani, dengan serba-serbi keseluruhannya. Dan di atas kita terbentanglah langit lazuardi, laksana satu bangunan besar. Di atas langit itu terdapat matahari, bulan dan bintang dan awan gumawan dan angin yang berhembus sejuk. Lalu diterangkan pula bahwa kesuburan bumi adalah karena turunnya hujan dari langit, artinya dari atas.

Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan. Bukanlah kemakmuran hidup kita sangat bergantung kepada pertalian langit dengan bumi lantaran hujan? Adanya gunung gunung dan kayu kayuan, menghambat air hujan itu jangan tumpah percuma saja ke laut, tetapi tertahan-tahan dan menimbulkan sungaisungai. Setengahnya terpendam ke bawah bumi menjadi persediaan air.

Pertalian langit dengan bumi, dengan adanya air hujan itu teratur dengan sangat rapinya, sehingga kehidupan kita di atas bumi menjadi terjamin. Ayat ini menyuruh renungkan kepada kita, bahwasanya semuanya itu pasti ada yang menciptakan; itulah Allah. Tak mungkin ada kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu.

2. Al-Baqarah Ayat 61 (Tafsir Al-Azhar)

 "Dan (ingatlah ) seketika kamu berkata : Wahai Musa, tidaklah kami akan tahan atas makanan hanya semacam. " (pangkal ayat 61).

Ini juga menunjukkan kekecilan jiwa dan kemanjaan. Mereka telah diberi jaminan makanan yang baik, manna dan salwa. Manna yang semanis madu dan daging burung, salwa yang empuk lezat. Dengan demikian mereka tidak usah menyusahkan lagi makanan lain pada tanah kering dan tidak subur dan tidak dapat ditanami itu. Tetapi mereka tidak tahan. Masih mereka lupa dari sebab apa mereka dipindahkan dari Mesir. Manakah perjuangan menuju tempat bahagia yang tidak ditebus dengan kesusahan? Lalu mereka mengeluh :

 "Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya dikeluarkan untuk kami dari apa yang ditumbuhkan bumi. "

Kami telah terlalu ingin perubahan makanan, jangan dari manna ke mana, dari salwa ke salwa saja. Kami ingin

 "dari sayur-mayurnya, dan mentimunnya dan bawangputihnya dan kacangnya dan bawang- merahnya. "

Mendengar permintaan yang menunjukkan jiwa kecil dan kerdil itu, Nabi Musa a.s. menjawab :


(8)

 "Berkata dia : Adalah hendak kamu tukar dengan yang amat hina barang yang amat baik ?"

Mengapa Nabi Musa a.s. menyambut demikian? Memang, mereka meminta sayur-sayur yang demikian, ialah karena mereka teringat akan makanan mereka tatkala masih tinggal di Mesir; ada mentimun, ada bawang merah, ada kacang, ada bawang putih. Tetapi dalam suasana apakah mereka di waktu itu? Ialah suasana perbudakan dan kehinaan. Sekarang mereka berpindah meninggalkan negeri itu, karena Allah hendak membebaskan mereka, tetapi karena tujuan terakhir belum tercapai, yaitu merebut tanah yang dijanjikan dengan keperkasaan, karena pengecut mereka juga, ditahanlah mereka di padang 40 tahun. Makanan dijamin, "Ransum"disediakan. Itupun bukan ransum sembarang ransum.

Nabi Musa a. s. mengatakan tegas, bahwa makanan yang mereka minta itu adalah makanan hina, makanan jaman perbudakan. Dan makanan yang mereka tidak tahan lagi itu adalah makanan jaman pembebasan. Makanan karena cita cita. Untuk misal yang dekat kepada kita, adalah keluhan orang tua tua yang biasa hidup senang dijaman penjajah Belanda dahulu, mengeluh karena kesukaran di jaman perjuangan Kemerdekaan. Mereka selalu teringat jaman itu yang mereka namai jaman normal. Dengan uang satu rupiah jaman itu sudah dapat beli baju dan lebihnya dapat dibawa pulang untuk belanja makan minum. Tetapi sekarang setelah merdeka hidup jadi susah. Sampai ada yang berkata : "Bila akan berhenti merdeka ini ! - "Lalu Musa a. s. berkata:

 "Pergilah ke kota besar. Maka sesungguhnya di sana akan kamu dapatkart apa yang kamu minta itu. "

Inilah satu teguran yang keras, kalau mereka sudi memahamkan. Pergilah ke salah satu kota besar, apa artinya ? Ialah keluar dari kelompok dan menyediakan diri jadi budak kembali. Atau melepaskan cita-cita. Laksana pengalaman kita bangsa Indonesia di jaman perjuangan bersenjata dahulu yang makanan tidak cukup, kediaman di hutan. Mana yang kita tidak tahan menderita, silahkan masuk kota. Di kota ada mentega dan ada roti, coklat dan kopi susu. Tetapi artinya ialah meninggalkan perjuangan, menghentikan sejarah diri sendiri dalam membina perjuangan.

Kalimat Ihbithu mishran yang berarti pergilah ke kota besar, kalau menurut qira'at (bacaan) al-Hasan dan Aban bin Taghlib dan Thalhah bin Mushrif ialah Ihbithu mishra dengan tidak memakai tanwin (baris dua). Menurut qira'at ini artinya ialah : "Pergilah kamu pulang kembali ke Mesir, di sana akan kamu dapati apa yang kamu minta itu ! "Dengan demikian maka perkataan Nabi Musa a.s. menjadi lebih keras lagi. Segala yang kamu minta itu hanya ada di Mesir. Kalau kamu ingin juga, pulanglah ke sana kembali menjadi orang yang hina, diperbudak kembali.

Akhirnya bersabdalah Tuhan tentang keadaan jiwa mereka :

 "Dan dipukulkanlah atas mereka kehinaan dan kerendahan, dan sudah layaklah mereka ditimpa kemurkaan dari Allah. "


(9)

Kehinaan ialah hina akhlak dan hina jiwa, tidak ada cita-cita tinggi. Jatuh harga diri, padam kehormatan diri, jatuh moral. Itulah yang dikenal dengan jiwa budak (slavengeest). Apabila diri sudah hina, niscaya rendahlah martabat, menjadi miskin. Mata kuyu kehilangan sinar. Ukuran cita-cita hanya sehingga asal perut akan berisi saja, payah dibawa naik. Atau malas berjuang karena ingin makanan yang enak-enak saja. Dengan demikian tentu tidak lain yang akan mereka terima hanyalah kemurkaan Allah. Lalu disebutnya sebabnya yang utama:

 "Yang demikian itu, ialah karena mereka kufur kepada perintah perintah Allah, dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tidak patut."

Sedangkan membunuh sesama manusia biasa lagi tidak patut, apalagi kalau sudah berani mengangkat senjata membunuh Nabi-nabi yang menunjuki mereka jalan yang benar. Menurut riwayat selama riwayat Bani Israil, tidak kurang dari 70 Nabi yang telah mereka bunuh. Itulah akibat dari jiwa yang telah jahat, karena meninggalkan iman.

 "Yang demikian itu ialah karena mereka telah durhaka dan adalah mereka melewati batas. "( ujung ayat 61).

Tersebab jiwa yang telah hina dan rendah, kerdil dan miskin, yang berpangkal daripada kufur kepada kebenaran, segala pekerjaan yang keji dan hina, membunuh Nabi, menipu dan ingkar akan seruan kebenaran berturutlah terjadi. Maka penuhlah riwayat Bani Israil dengan itu, yang anak-cucu mereka tidak akan dapat memungkiri kejadian itu. Sebab telah menggenang di dalam mata sejarah. Durhaka dan melewati batas. Durhaka menjadi maksiat; dosapun banyak diperbuat. Melewati batas, melanggar hukum. Sehingga peraturan peraturan dalam Taurat Nabi Musa a.s. tidak berjalan lagi, meskipun disebut-sebut juga dengan mulut.

3. Al-Mu’minun 18-20 (Tafsir Al-Azhar)

Setelah pada ayat yang terdahulu Tuhan menyatakan bahwasanya alam yang begitu luas, terdiri dari tujuh jalan panjang, adalah Tuhan yang menjadikan semua. Sesungguhnya Tuhan mengatur perjalanan alam seluas ini, namun makhluk kecil-kecil macam kita ini, sampai kepada hama yang sangat halus sekalipun, tidaklah lepas dari penjagaan Tuhan. Bagaimana caranya Tuhan memelihara makhluk kecil itu ?

Yang pertama sekali makhluk kecil itu ialah bumi sendiri. Apalah arti bumi dibandingkan dengan beribu-ribu bintang di langit. Jika bumi dibandingkan kepada bermiliun bintang-bintang itu, dia hanya laksana sebutir pasir belaka. Di dalam bumi kecil itulah kita manusia ini hidup. Di dalam bumi kecil itu pula makhluk lain selain kita, sejak dari serangga merangkak sampai kepada binatang di hutan, sampai kepada lalat clan nyamuk, yang hinggap clan terbang, tak pernah dilengahkan oleh Tuhan. Bumi kecil di antara bintang-bintang. Manusia kecil dibandingkan dengar ikan paus di laut. Dalam nyamuk malaria yang kecil menumpang hama malaria yang hanya nampak jika dilihat dengan mikroskop.


(10)

Maka Tuhan turunkan hujan dari langit, yaitu tempat yang tinggi. Turunnya itu dengan jangka tertentu, tidak seturun-turunnya saja. Dijangkakan ruangnya dan waktunya. Dijangkakan pula kekuatan yang terkandung dalam air itu, lalu diendapkan ke bawah kulit bumi. Tetapi kadang-kadang tidak terendapkan (tersimpan) air itu ke bawah, melainkan londong-pondong sehingga bumi tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak dapat ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan derasnya ke hilir, tidak ada yang menahan. Dengan adanya,endapan air ke dalam tanah, bumi menjadi subur. Apabila tanah telah subur, tumbuhlah di sana apa yang dinamai hidup itu. Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena adanya bunga tanah. Apabila tumbuhtumbuhan telah hidup, dapat pulalah binatang-binatang hidup pula di sana, sejak dari cacing dan ulat, jangkrik dan kumbang, sampai kepada burungburung, binatang berkaki empat dan manusia sendiri.  "Maka Kami timbulkan di dalamnya kebun-kebun untuk kamu, dari korma dan

anggur-anggur."(pangkal ayat 19).

Dan kecerdikan akal manusia dapatlah membangun kebun, sawah dan ladang. Tumbuh kayu-kayuan dengan buahnya, manusia bertebaran mencari makan, seleranya dapat membedakan yang manis, yang pahit, yang asam dan yang pedas. Kian lama manusia kian dapat menyusun mana buah-buahan dan kayu-kayuan An yang sesuai dengan seleranya, sehingga dibuatnyalah kebun-kebun clan diaturnya kebun-kebun itu dengan baik-baik, maka tumbuhlah kebun korma atau kebun anggur. Sedang anggur itu berbagai macam pula ragamnya, ada yang hijau, yang putih dan yang merah. Di samping itu tumbuh pulalah buah-buahan yang lain.

 "Dan untuk kamu pula buah-buahan bermacam-macam banyaknya."

Di bukit-bukit sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, korma, zaitun, tin dan buah-buahan yang lain. Betapa pula di bagian dunia yang lain ? Negeri kita ini daerah khatulistiwa berbagai macam pula ragam buah-buahan. Yang tak ada di Jazirah Arab, ada di negeri kita, sebagai juga yang ada di Jazirah Arab tidak ada pada kita. Kita punya durian, rambutan, pepaya, pisang dengan segala macam ragamriya, kedondong, sawo, manggis, duku dan langat, dan lain-lain sebagainya.

Perlainan ragam buah-buahan karena perubahan iklim bumi, ditentukan pula oleh Qadar atau ukuran air yang diturunkan Tuhan seketika hujan itu turun dan ukuran iklim daerah, sebagai tersebut dalam ayat 18 tadi.

 "Dan dari padanyalah kamu makan. " (ujung ayat 19). Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu.

 "Dan pohon kayu yang keluar dari bukit Thursina, tumbuh dengan minyak dan bumbu campuran untuk orang-orang makan. " (ayat 20).

Di antaranya ialah semacam kayu yang tumbuh di bukit-bukit Thursina, ataupun di bukit-bukit lain yang sama tanah dan udaranya dengan yang di gunung Thursina itu, seperti pegunungan-pegunungan sekitar Palestina, tanah Syam, bukit-bukit Libanon, kayu


(11)

itu bernama kayu Zaitun. Minyak zaitun terkenal karena dapat dipergunakan untuk menyalakan lampu atau untuk mengilatkan papan pendinding rumah ataupun untuk campuran bumbu makanan.

4. Qaf Ayat 7-11 (Tafsir Ibnu Katsir)

 Firman Allah (walardha madadnaaha), “Dan Kami hamparkan bumi itu”, maksudnya kami luaskan dan bentangkan.

 (waalqaynaa fiyha rawaasiya), Dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh. Hal itu agar bumi beserta penduduknya tidak miring dan tidak berguncang. Gunung-gunung itu berdiri tegak di atas bumi dengan semua sisinya dikelilingi air. (wa anbatnaa fiyhaa min kulli zawjin bahiyjin) Dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Yakni, dari segala macam tanaman-tanaman, buah-buahan, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.

 (wa min kulli syaiin kholaqnaa zawhayni la’allakum tadzkuruun) Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (QS.Adz-Dzariyaat:49).

 Kata (bahiyjin) berarti pemandangan yang indah.

 (tabshirotan wadzikra likulli ‘abdi muniybi) Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bago tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Maksudnya, dengan menyaksikan penciptaan langit dan bumi serta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang sangat menakjubkan yang telah Dia ciptakan di antara keduanya, sebagai saksi, bukti, dan perinatan bagi setiap orang yang tunduk, takut, dan kembali pada Allah.

 Dan firman Allah Ta’ala (waanzalnaa minassamaai maa an mubaarokan) Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak berkahnya, yakni manfaatnya (faanbatnaa bihi jannaatin) Lalu Kami tumbuhkan denga air tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon, yakni kebun, tanaman, dan lain sebagainya, (wahabbul hasyidi) Dan biji-biji tanaman yang diketam, yaitu tanaman yang diambil bijinya untuk kemudian disimpan. (waanakhla baa siqaati) dan pohon kurma yang tinggi-tinggi, yakni yang panjang lagi tinggi.

 Ibnu Abbas, Mujahidm Ikrimah,al-Hasam, Qatadah, as-Suddi, dan lain-lain mengatakan “Kata al-basiqaat berarti tinggi.”

(Laha Thal’un bashiydun) Yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, yakni sebagian diatas sebagian lainnnya. (rizqan lil’ibaadi)Untuk menjadi rizki bagi hamba-hamba (Kami), yakni bagi semua makhluk-Nya, (Waahyaynaa bihi baldatun maytaan) Dan Kami hidupkan dengan air tanah yang mati, yaitu tanah yang kering kerontang lagi tandus. Dan ketika air turun membasahinya, maka tanah itu kambali hidup, subur, dan tumbuhlah berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah, setelah sebelumnya tanah itu tidak ditumbuhi pepohonan (tumbuhan), maka berubahlah menjadi hijau. Ini adalah suatu contoh bagi (perumpamaan) kebangkitan setelah kematian dan kehancuran (yang telah mereka ingkari dan mereka anggap mustahil itu). Demikian pula Allah akan menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Pemandangan


(12)

seperti itu merupakan kebesaran kekuasan-Nya dalam kenyataan, yangmana hal itu lebih agung dari apa yang diingkari oleh orang-orang yang ingkar terhadap hari kebangkitan.

5. Ar-Rahman 10-13 (Tafsir Ibnu Katsir)

 Dan firman Allah Ta’ala walardho wadhoa’ha lilanaami “dan Allah telah meratakan bumi untuk makhlukNya. Maksudnya, sebagaimana Dia telah meninggikan langit, Dia juga meratakan bumi dan menjadikannya kokoh dengan gunung-gunung yang tinggi agar segala macam makhluk yang beraneka ragam jenis, bebtuk, warna kulit, dan bahasanya yang ada di atasnya dapat hidup secara tetap.

 Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan alanam berarti makhluk.  Fiyha faqihatu “Dan bumi itu ada buah-bahan” yang beraneka ragam warna, rasa dan

aromanya. Wannakhlu dzaatul akmaam ”Dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Allah sebutkan buah tersebut secara khusus karena kemuliaan dan manfaat yang dikandungnya, baik ketika masih basah maupun telah kering.

 Ibnu Juraij berkata dari Ibnu Abbas, alakmaam berarti tempat munculnya buah kurma. Hal seperti itu juga dikemukakan oleh banyak ahli tafsir. Jadi, kelopak mayang itu adalah tempat keluarnya tandam, lalu terbelah dari gerumbul, kemudian menjadi kurma kering, lalu menjadi kurma basah, selanjutnya matang, sehingga terwujudlah kematangan dan keseimbangannya.

 Dan firman-Nya (walhabbu dzulasfiwarrayhaan) “Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya”.

 Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai, (walhabbu dzul ‘asfi) “Dan biji-bijian yang berkulit. Ia mengatakan: Yakni, kulit yang menutupinya. Al-aufi menceritakan dari Ibnu Abbas: Alasfu berarti dari daun tumbuhan berwarna hijau yang telah dipotong bagian atasnya, dan ia disebut al-ashfu jika telah mnegering. Demikian pula yang dikemukana oleh Qatadah, adh-Dhahhak, dan Abu Malik. Ibnu Abbas, Mujahid dan lain-lain mengatakan arrayhaan berarti daun. Dan al-Hasan berkata: Ia adalah wewangian kalian.

 Dan firman Allah Ta’ala (fabiayyi alaai robbikumaa tukadzibaan). Maka, nikmat Rabbmu yang manakan yang kamu dustakan. Maksudnya, nikmat Rabb kalian maanakah waha sekalian manusia dan jin yang kalian dustakan? Demikian penafsiran yang diberikan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya. Hal itu pula yang ditunjukkan ileh susunan ayat setelahnya. Dengan kata lain, nikmat-nikmat sudah sangat jelas bagi kalian, sedang kalian bergelimang dengannya tanpa dapat mengingkari dan mendstakannya. Maka, kita katakana sebagaimana yang dikatakan oleh bangsa jin yang berfirman: Ya Allah, tidak suatu pun nikmat-nikmat-Mu ya Rabb kami yang kami dustakan. Hanya bagi-Mu lah segala puji.


(1)

Ayat ini akan diikuti lagi oleh banyak ayat yang lain, yang nadanya menyeru dan membangkitkan perhatian manusia terhadap alam yang berada sekelilingnya. Ayat ini telah menunjukkan kehidupan kita di atas bumi yang subur ini, menyambung keturunan dari nenek-moyang kita.

Dikatakan di sini bahwa bumi adalah hamparan, artinya disediakan dan dikembangkan laksana mengembangkan permadani, dengan serba-serbi keseluruhannya. Dan di atas kita terbentanglah langit lazuardi, laksana satu bangunan besar. Di atas langit itu terdapat matahari, bulan dan bintang dan awan gumawan dan angin yang berhembus sejuk. Lalu diterangkan pula bahwa kesuburan bumi adalah karena turunnya hujan dari langit, artinya dari atas.

Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan. Bukanlah kemakmuran hidup kita sangat bergantung kepada pertalian langit dengan bumi lantaran hujan? Adanya gunung gunung dan kayu kayuan, menghambat air hujan itu jangan tumpah percuma saja ke laut, tetapi tertahan-tahan dan menimbulkan sungaisungai. Setengahnya terpendam ke bawah bumi menjadi persediaan air.

Pertalian langit dengan bumi, dengan adanya air hujan itu teratur dengan sangat rapinya, sehingga kehidupan kita di atas bumi menjadi terjamin. Ayat ini menyuruh renungkan kepada kita, bahwasanya semuanya itu pasti ada yang menciptakan; itulah Allah. Tak mungkin ada kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu.

2. Al-Baqarah Ayat 61 (Tafsir Al-Azhar)

 "Dan (ingatlah ) seketika kamu berkata : Wahai Musa, tidaklah kami akan tahan atas makanan hanya semacam. " (pangkal ayat 61).

Ini juga menunjukkan kekecilan jiwa dan kemanjaan. Mereka telah diberi jaminan makanan yang baik, manna dan salwa. Manna yang semanis madu dan daging burung, salwa yang empuk lezat. Dengan demikian mereka tidak usah menyusahkan lagi makanan lain pada tanah kering dan tidak subur dan tidak dapat ditanami itu. Tetapi mereka tidak tahan. Masih mereka lupa dari sebab apa mereka dipindahkan dari Mesir. Manakah perjuangan menuju tempat bahagia yang tidak ditebus dengan kesusahan? Lalu mereka mengeluh :

 "Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya dikeluarkan untuk kami dari apa yang ditumbuhkan bumi. "

Kami telah terlalu ingin perubahan makanan, jangan dari manna ke mana, dari salwa ke salwa saja. Kami ingin

 "dari sayur-mayurnya, dan mentimunnya dan bawangputihnya dan kacangnya dan bawang- merahnya. "

Mendengar permintaan yang menunjukkan jiwa kecil dan kerdil itu, Nabi Musa a.s. menjawab :


(2)

 "Berkata dia : Adalah hendak kamu tukar dengan yang amat hina barang yang amat baik ?"

Mengapa Nabi Musa a.s. menyambut demikian? Memang, mereka meminta sayur-sayur yang demikian, ialah karena mereka teringat akan makanan mereka tatkala masih tinggal di Mesir; ada mentimun, ada bawang merah, ada kacang, ada bawang putih. Tetapi dalam suasana apakah mereka di waktu itu? Ialah suasana perbudakan dan kehinaan. Sekarang mereka berpindah meninggalkan negeri itu, karena Allah hendak membebaskan mereka, tetapi karena tujuan terakhir belum tercapai, yaitu merebut tanah yang dijanjikan dengan keperkasaan, karena pengecut mereka juga, ditahanlah mereka di padang 40 tahun. Makanan dijamin, "Ransum"disediakan. Itupun bukan ransum sembarang ransum.

Nabi Musa a. s. mengatakan tegas, bahwa makanan yang mereka minta itu adalah makanan hina, makanan jaman perbudakan. Dan makanan yang mereka tidak tahan lagi itu adalah makanan jaman pembebasan. Makanan karena cita cita. Untuk misal yang dekat kepada kita, adalah keluhan orang tua tua yang biasa hidup senang dijaman penjajah Belanda dahulu, mengeluh karena kesukaran di jaman perjuangan Kemerdekaan. Mereka selalu teringat jaman itu yang mereka namai jaman normal. Dengan uang satu rupiah jaman itu sudah dapat beli baju dan lebihnya dapat dibawa pulang untuk belanja makan minum. Tetapi sekarang setelah merdeka hidup jadi susah. Sampai ada yang berkata : "Bila akan berhenti merdeka ini ! - "Lalu Musa a. s. berkata:

 "Pergilah ke kota besar. Maka sesungguhnya di sana akan kamu dapatkart apa yang kamu minta itu. "

Inilah satu teguran yang keras, kalau mereka sudi memahamkan. Pergilah ke salah satu kota besar, apa artinya ? Ialah keluar dari kelompok dan menyediakan diri jadi budak kembali. Atau melepaskan cita-cita. Laksana pengalaman kita bangsa Indonesia di jaman perjuangan bersenjata dahulu yang makanan tidak cukup, kediaman di hutan. Mana yang kita tidak tahan menderita, silahkan masuk kota. Di kota ada mentega dan ada roti, coklat dan kopi susu. Tetapi artinya ialah meninggalkan perjuangan, menghentikan sejarah diri sendiri dalam membina perjuangan.

Kalimat Ihbithu mishran yang berarti pergilah ke kota besar, kalau menurut qira'at (bacaan) al-Hasan dan Aban bin Taghlib dan Thalhah bin Mushrif ialah Ihbithu mishra dengan tidak memakai tanwin (baris dua). Menurut qira'at ini artinya ialah : "Pergilah kamu pulang kembali ke Mesir, di sana akan kamu dapati apa yang kamu minta itu ! "Dengan demikian maka perkataan Nabi Musa a.s. menjadi lebih keras lagi. Segala yang kamu minta itu hanya ada di Mesir. Kalau kamu ingin juga, pulanglah ke sana kembali menjadi orang yang hina, diperbudak kembali.

Akhirnya bersabdalah Tuhan tentang keadaan jiwa mereka :

 "Dan dipukulkanlah atas mereka kehinaan dan kerendahan, dan sudah layaklah mereka ditimpa kemurkaan dari Allah. "


(3)

Kehinaan ialah hina akhlak dan hina jiwa, tidak ada cita-cita tinggi. Jatuh harga diri, padam kehormatan diri, jatuh moral. Itulah yang dikenal dengan jiwa budak (slavengeest). Apabila diri sudah hina, niscaya rendahlah martabat, menjadi miskin. Mata kuyu kehilangan sinar. Ukuran cita-cita hanya sehingga asal perut akan berisi saja, payah dibawa naik. Atau malas berjuang karena ingin makanan yang enak-enak saja. Dengan demikian tentu tidak lain yang akan mereka terima hanyalah kemurkaan Allah. Lalu disebutnya sebabnya yang utama:

 "Yang demikian itu, ialah karena mereka kufur kepada perintah perintah Allah, dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tidak patut."

Sedangkan membunuh sesama manusia biasa lagi tidak patut, apalagi kalau sudah berani mengangkat senjata membunuh Nabi-nabi yang menunjuki mereka jalan yang benar. Menurut riwayat selama riwayat Bani Israil, tidak kurang dari 70 Nabi yang telah mereka bunuh. Itulah akibat dari jiwa yang telah jahat, karena meninggalkan iman.

 "Yang demikian itu ialah karena mereka telah durhaka dan adalah mereka melewati batas. "( ujung ayat 61).

Tersebab jiwa yang telah hina dan rendah, kerdil dan miskin, yang berpangkal daripada kufur kepada kebenaran, segala pekerjaan yang keji dan hina, membunuh Nabi, menipu dan ingkar akan seruan kebenaran berturutlah terjadi. Maka penuhlah riwayat Bani Israil dengan itu, yang anak-cucu mereka tidak akan dapat memungkiri kejadian itu. Sebab telah menggenang di dalam mata sejarah. Durhaka dan melewati batas. Durhaka menjadi maksiat; dosapun banyak diperbuat. Melewati batas, melanggar hukum. Sehingga peraturan peraturan dalam Taurat Nabi Musa a.s. tidak berjalan lagi, meskipun disebut-sebut juga dengan mulut.

3. Al-Mu’minun 18-20 (Tafsir Al-Azhar)

Setelah pada ayat yang terdahulu Tuhan menyatakan bahwasanya alam yang begitu luas, terdiri dari tujuh jalan panjang, adalah Tuhan yang menjadikan semua. Sesungguhnya Tuhan mengatur perjalanan alam seluas ini, namun makhluk kecil-kecil macam kita ini, sampai kepada hama yang sangat halus sekalipun, tidaklah lepas dari penjagaan Tuhan. Bagaimana caranya Tuhan memelihara makhluk kecil itu ?

Yang pertama sekali makhluk kecil itu ialah bumi sendiri. Apalah arti bumi dibandingkan dengan beribu-ribu bintang di langit. Jika bumi dibandingkan kepada bermiliun bintang-bintang itu, dia hanya laksana sebutir pasir belaka. Di dalam bumi kecil itulah kita manusia ini hidup. Di dalam bumi kecil itu pula makhluk lain selain kita, sejak dari serangga merangkak sampai kepada binatang di hutan, sampai kepada lalat clan nyamuk, yang hinggap clan terbang, tak pernah dilengahkan oleh Tuhan. Bumi kecil di antara bintang-bintang. Manusia kecil dibandingkan dengar ikan paus di laut. Dalam nyamuk malaria yang kecil menumpang hama malaria yang hanya nampak jika dilihat dengan mikroskop.


(4)

Maka Tuhan turunkan hujan dari langit, yaitu tempat yang tinggi. Turunnya itu dengan jangka tertentu, tidak seturun-turunnya saja. Dijangkakan ruangnya dan waktunya. Dijangkakan pula kekuatan yang terkandung dalam air itu, lalu diendapkan ke bawah kulit bumi. Tetapi kadang-kadang tidak terendapkan (tersimpan) air itu ke bawah, melainkan londong-pondong sehingga bumi tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak dapat ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan derasnya ke hilir, tidak ada yang menahan. Dengan adanya,endapan air ke dalam tanah, bumi menjadi subur. Apabila tanah telah subur, tumbuhlah di sana apa yang dinamai hidup itu. Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena adanya bunga tanah. Apabila tumbuhtumbuhan telah hidup, dapat pulalah binatang-binatang hidup pula di sana, sejak dari cacing dan ulat, jangkrik dan kumbang, sampai kepada burungburung, binatang berkaki empat dan manusia sendiri.  "Maka Kami timbulkan di dalamnya kebun-kebun untuk kamu, dari korma dan

anggur-anggur."(pangkal ayat 19).

Dan kecerdikan akal manusia dapatlah membangun kebun, sawah dan ladang. Tumbuh kayu-kayuan dengan buahnya, manusia bertebaran mencari makan, seleranya dapat membedakan yang manis, yang pahit, yang asam dan yang pedas. Kian lama manusia kian dapat menyusun mana buah-buahan dan kayu-kayuan An yang sesuai dengan seleranya, sehingga dibuatnyalah kebun-kebun clan diaturnya kebun-kebun itu dengan baik-baik, maka tumbuhlah kebun korma atau kebun anggur. Sedang anggur itu berbagai macam pula ragamnya, ada yang hijau, yang putih dan yang merah. Di samping itu tumbuh pulalah buah-buahan yang lain.

 "Dan untuk kamu pula buah-buahan bermacam-macam banyaknya."

Di bukit-bukit sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, korma, zaitun, tin dan buah-buahan yang lain. Betapa pula di bagian dunia yang lain ? Negeri kita ini daerah khatulistiwa berbagai macam pula ragam buah-buahan. Yang tak ada di Jazirah Arab, ada di negeri kita, sebagai juga yang ada di Jazirah Arab tidak ada pada kita. Kita punya durian, rambutan, pepaya, pisang dengan segala macam ragamriya, kedondong, sawo, manggis, duku dan langat, dan lain-lain sebagainya.

Perlainan ragam buah-buahan karena perubahan iklim bumi, ditentukan pula oleh Qadar atau ukuran air yang diturunkan Tuhan seketika hujan itu turun dan ukuran iklim daerah, sebagai tersebut dalam ayat 18 tadi.

 "Dan dari padanyalah kamu makan. " (ujung ayat 19). Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu.

 "Dan pohon kayu yang keluar dari bukit Thursina, tumbuh dengan minyak dan bumbu campuran untuk orang-orang makan. " (ayat 20).

Di antaranya ialah semacam kayu yang tumbuh di bukit-bukit Thursina, ataupun di bukit-bukit lain yang sama tanah dan udaranya dengan yang di gunung Thursina itu, seperti pegunungan-pegunungan sekitar Palestina, tanah Syam, bukit-bukit Libanon, kayu


(5)

itu bernama kayu Zaitun. Minyak zaitun terkenal karena dapat dipergunakan untuk menyalakan lampu atau untuk mengilatkan papan pendinding rumah ataupun untuk campuran bumbu makanan.

4. Qaf Ayat 7-11 (Tafsir Ibnu Katsir)

 Firman Allah (walardha madadnaaha), “Dan Kami hamparkan bumi itu”, maksudnya kami luaskan dan bentangkan.

 (waalqaynaa fiyha rawaasiya), Dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh. Hal itu agar bumi beserta penduduknya tidak miring dan tidak berguncang. Gunung-gunung itu berdiri tegak di atas bumi dengan semua sisinya dikelilingi air. (wa anbatnaa fiyhaa min kulli zawjin bahiyjin) Dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Yakni, dari segala macam tanaman-tanaman, buah-buahan, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.

 (wa min kulli syaiin kholaqnaa zawhayni la’allakum tadzkuruun) Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (QS.Adz-Dzariyaat:49).

 Kata (bahiyjin) berarti pemandangan yang indah.

 (tabshirotan wadzikra likulli ‘abdi muniybi) Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bago tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Maksudnya, dengan menyaksikan penciptaan langit dan bumi serta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang sangat menakjubkan yang telah Dia ciptakan di antara keduanya, sebagai saksi, bukti, dan perinatan bagi setiap orang yang tunduk, takut, dan kembali pada Allah.

 Dan firman Allah Ta’ala (waanzalnaa minassamaai maa an mubaarokan) Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak berkahnya, yakni manfaatnya (faanbatnaa bihi jannaatin) Lalu Kami tumbuhkan denga air tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon, yakni kebun, tanaman, dan lain sebagainya, (wahabbul hasyidi) Dan biji-biji tanaman yang diketam, yaitu tanaman yang diambil bijinya untuk kemudian disimpan. (waanakhla baa siqaati) dan pohon kurma yang tinggi-tinggi, yakni yang panjang lagi tinggi.

 Ibnu Abbas, Mujahidm Ikrimah,al-Hasam, Qatadah, as-Suddi, dan lain-lain mengatakan “Kata al-basiqaat berarti tinggi.”

(Laha Thal’un bashiydun) Yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, yakni sebagian diatas sebagian lainnnya. (rizqan lil’ibaadi)Untuk menjadi rizki bagi hamba-hamba (Kami), yakni bagi semua makhluk-Nya, (Waahyaynaa bihi baldatun maytaan) Dan Kami hidupkan dengan air tanah yang mati, yaitu tanah yang kering kerontang lagi tandus. Dan ketika air turun membasahinya, maka tanah itu kambali hidup, subur, dan tumbuhlah berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah, setelah sebelumnya tanah itu tidak ditumbuhi pepohonan (tumbuhan), maka berubahlah menjadi hijau. Ini adalah suatu contoh bagi (perumpamaan) kebangkitan setelah kematian dan kehancuran (yang telah mereka ingkari dan mereka anggap mustahil itu). Demikian pula Allah akan menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Pemandangan


(6)

seperti itu merupakan kebesaran kekuasan-Nya dalam kenyataan, yangmana hal itu lebih agung dari apa yang diingkari oleh orang-orang yang ingkar terhadap hari kebangkitan.

5. Ar-Rahman 10-13 (Tafsir Ibnu Katsir)

 Dan firman Allah Ta’ala walardho wadhoa’ha lilanaami “dan Allah telah meratakan bumi untuk makhlukNya. Maksudnya, sebagaimana Dia telah meninggikan langit, Dia juga meratakan bumi dan menjadikannya kokoh dengan gunung-gunung yang tinggi agar segala macam makhluk yang beraneka ragam jenis, bebtuk, warna kulit, dan bahasanya yang ada di atasnya dapat hidup secara tetap.

 Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan alanam berarti makhluk.  Fiyha faqihatu “Dan bumi itu ada buah-bahan” yang beraneka ragam warna, rasa dan

aromanya. Wannakhlu dzaatul akmaam ”Dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Allah sebutkan buah tersebut secara khusus karena kemuliaan dan manfaat yang dikandungnya, baik ketika masih basah maupun telah kering.

 Ibnu Juraij berkata dari Ibnu Abbas, alakmaam berarti tempat munculnya buah kurma. Hal seperti itu juga dikemukakan oleh banyak ahli tafsir. Jadi, kelopak mayang itu adalah tempat keluarnya tandam, lalu terbelah dari gerumbul, kemudian menjadi kurma kering, lalu menjadi kurma basah, selanjutnya matang, sehingga terwujudlah kematangan dan keseimbangannya.

 Dan firman-Nya (walhabbu dzulasfiwarrayhaan) “Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya”.

 Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai, (walhabbu dzul ‘asfi) “Dan biji-bijian yang berkulit. Ia mengatakan: Yakni, kulit yang menutupinya. Al-aufi menceritakan dari Ibnu Abbas: Alasfu berarti dari daun tumbuhan berwarna hijau yang telah dipotong bagian atasnya, dan ia disebut al-ashfu jika telah mnegering. Demikian pula yang dikemukana oleh Qatadah, adh-Dhahhak, dan Abu Malik. Ibnu Abbas, Mujahid dan lain-lain mengatakan arrayhaan berarti daun. Dan al-Hasan berkata: Ia adalah wewangian kalian.

 Dan firman Allah Ta’ala (fabiayyi alaai robbikumaa tukadzibaan). Maka, nikmat Rabbmu yang manakan yang kamu dustakan. Maksudnya, nikmat Rabb kalian maanakah waha sekalian manusia dan jin yang kalian dustakan? Demikian penafsiran yang diberikan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya. Hal itu pula yang ditunjukkan ileh susunan ayat setelahnya. Dengan kata lain, nikmat-nikmat sudah sangat jelas bagi kalian, sedang kalian bergelimang dengannya tanpa dapat mengingkari dan mendstakannya. Maka, kita katakana sebagaimana yang dikatakan oleh bangsa jin yang berfirman: Ya Allah, tidak suatu pun nikmat-nikmat-Mu ya Rabb kami yang kami dustakan. Hanya bagi-Mu lah segala puji.