Perkembangan larva Chironomus sp.

Gambar 6. Larva chironomida genus Chironomus sp. Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 5 dan 6 merupakan larva chironomida dari genus Chironomus sp. Genus ini dapat dibedakan dengan bentuk mentum yang terdiri dari 3 atau 4 gigi tengah yang terpisah dari bagian lateral mentum oleh garis mulai dari gigi paling belakang hingga sudut anterimedial dari lempeng ventromental.

4.1.3. Perkembangan larva Chironomus sp.

Larva chironomida termasuk Chironomus sp. memiliki empat fase metamorphosis, yaitu dewasa dalam bentuk serangga atau insekta, telur, larva, dan pupa. Siklus hidup dari telur hingga dewasa berkisar dalam rentang waktu satu minggu hingga lebih dari satu tahun bergantung pada spesiesnya Bay 2003. Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa telur memerlukan waktu lebih kurang 17 jam dari waktu pengambilan hingga menetas pada kondisi lingkungan yang homogen. Fase hidup selanjutnya adalah larva. Larva Chironomus sp. pada wadah tanpa bahan organik hanya dapat bertahan hidup selama lebih kurang satu minggu dengan sifat hidup planktonik. Hal yang berbeda ditunjukkan pada wadah dengan penambahan bahan organik sebanyak 0,5 mgliter dan 1,0 mgl, yaitu larva Chironomus sp. dapat berkembang hingga mencapai fase pupa Gambar 7 dan dewasa. Larva pada wadah dengan tambahan bahan organik ini memerlukan waktu lebih kurang tiga minggu untuk menjadi pupa. Selanjutnya pupa akan hidup selama 24-48 jam sebelum akhirnya menjadi Chironomus sp. dewasa. Gambar 7. Pupa Chironomus sp. A. Pupa dengan isi, B. Pupa kosongexoviae Sumber: Dokumentasi pribadi 4.1.4. Keadaan fisika kimia air wadah pemeliharaan Pengukuran parameter fisika maupun kimia air dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan penambahan bahan organik terhadap kecenderungan keadaan fisika kimia air pada wadah pemeliharaan. Nilai parameter fisika kimia yang telah diukur disajikan pada Lampiran 8. Hari ke- 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Ni la i C OD m g l 20 40 60 80 100 tanpa penambahan bahan organik bahan organik 0.5 mgl bahan organik 1.0 mgl Gambar 8. Nilai COD pada tiga perlakuan berbeda COD Chemical Oxygen Demand merupakan gambaran besarnya bahan organik di suatu perairan yang dapat didekomposisi secara biologi maupun kimia. Pengukuran COD dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan pengaruh penambahan bahan organik terhadap kandungan bahan organik di masing-masing A B wadah pemeliharaan. Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan besarnya nilai COD. Ketiga perlakuan memiliki kecenderungan variasi perubahan yang sama untuk nilai COD, yakni mengalami kenaikan sampai hari tertentu dan mengalami penurunan hingga pengamatan terakhir. Nilai COD paling tinggi adalah pada wadah dengan konsentrasi bahan organik sebesar 1,0 mgl dengan nilai 86,67 mgl pada pengamatan hari ke-12. Sedangkan nilai COD tertinggi pada perlakuan bahan organik 0,5 mgl adalah 59,33 mgl pada hari ke-15 dan untuk dan perlakuan tanpa penambahan bahan organik adalah 20,67 mgl untuk pengamatan hari ke-6. Kisaran nilai COD untuk perlakuan tanpa bahan organik adalah 16,67-20,67 mgl. Perlakuan dengan bahan organik 0,5 mgl memiliki kisaran 14,33-59,33 mgl. Sedangkan pada wadah perlakuan dengan penambahan bahan organik 1,0 mgl, nilai COD berkisar antara 15,67-86,67 mgl. Perbedaan nilai COD ini disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang ditambahkan pada masing-masing wadah perlakuan. Salah satu parameter fisika yang diukur adalah suhu, yakni salah satu parameter yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan biota air. Metabolisme biota akan meningkat jika terjadi kenaikan suhu hingga batas tertentu dan sebaliknya, akan terjadi penurunan tingkat metabolisme bila terjadi penurunan suhu. Pengukuran parameter suhu dilakukan setiap tiga hari. Suhu yang tercatat berkisar antara 26,1-27,4 ÂșC. Kecenderungan variasi suhu untuk masing-masing perlakuan sama, seperti yang terlihat pada Gambar 9. Masing-masing wadah pemeliharaan tidak memperlihatkan kenaikan maupun penurunan suhu yang signifikan. Suhu paling tinggi terjadi pada pengamatan hari ke-9 dan paling rendah terjadi pada pengamatan hari ke-6. Gambar 10 menggambarkan keadaan pH pada masing-masing wadah pemeliharaan. Pengukuran pH dilakukan setiap minggu dan ditampilkan dalam bentuk grafik dalam bentuk rata-rata untuk masing-masing perlakuan. Nilai pH tertinggi tercatat pada pengamatan minggu pertama pada wadah pemeliharaan tanpa penambahan bahan organik dan terendah pada wadah dengan bahan organik 0,5 mgl untuk pengamatan minggu terakhir. Kisaran nilai pH berada pada rentang 6,9-7,7. Variasi nilai pH kecil dan masih memenuhi syarat hidup untuk biota perairan yakni 6-9. hari ke- 2 4 6 8 10 12 14 16 n il a i su h u C 25,0 25,5 26,0 26,5 27,0 27,5 28,0 tanpa penambahan bahan organik bahan organik 0.5 mgl bahan organik 1.0 mgl Gambar 9. Nilai suhu pada tiga perlakuan berbeda minggu ke- 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 n il a i pH 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 Gambar 10. Nilai pH pada tiga perlakuan berbeda Parameter selanjutnya adalah oksigen terlarut Dissolved Oxygen. Hampir sama seperti suhu, nilai DO juga sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme biota air termasuk larva chironomida. DO digunakan sebagai masukan untuk respirasi bagi mahluk hidup heterotrof. Nilai DO sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti aktivitas fotosintesis organisme autotrof, difusi udara, maupun mixing. Pada penelitian kali ini tidak ada penambahan kadar oksigen yang dilakukan secara sengaja. Fotosintesis yang berlebihan pun secara tidak langsung dihindari dengan cara penempatan wadah di ruang tertutup. Cara ini dilakukan untuk menghindari tumbuhnya perifiton yang diperkirakan akan mengganggu pertumbuhan larva chironomida itu sendiri. Gambar 11 menunjukkan variasi nilai DO yang cenderung mengalami penurunan. Variabilitas nilai DO untuk setiap perlakuan hampir sama. Perlakuan tanpa penambahan bahan organik menunjukkan kisaran nilai DO yang lebih tinggi dari dua perlakuan yang lain. Nilai DO berkisar antara 3,8-7,8 mgl. Perlakuan dengan penambahan bahan organik 0,5 mgl berkisar antara 4,7-6,7 mgl. Sedangkan untuk perlakuan dengan bahan organik 1,0 mgl yakni kandungan bahan organik paling tinggi, nilai DO berkisar antara 3,8-5,3 mgl. hari ke- 2 4 6 8 10 12 14 16 n il a i o k si g en te rl a ru t m g l 2 4 6 8 tanpa penambahan bahan organik bahan organik 0.5 mgl bahan organik 1.0 mgl Gambar 11. Nilai oksigen terlarut pada tiga perlakuan berbeda

4.1.5. Pengelompokan larva chironomida berdasarkan instar