3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2011, berlokasi di Laboratorium Biologi Mikro I, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dan lingkungan yang terkontrol.
Wadah plastik berukuran 34x26x7 cm
3
digunakan sebagai tempat hidup larva chironomida yang menjadi objek penelitian. Pertimbangan penggunaan wadah
plastik ini adalah untuk mempermudah pemeliharaan, kuantifikasi, maupun pengamatan larva chironomida itu sendiri. Massa telur chironomida diperoleh
dari Danau Lido Lampiran 1 yang terletak di Desa Watesjaya, Kecamatan Cigombong, 25 km dari arah Kota Bogor ke arah Sukabumi.
3.2. Tahapan Penelitian
3.2.1. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk mengambil larva chironomida dari Danau Lido. Pada tahap ini
dibutuhkan wadah berupa botol sampel sebagai tempat untuk menampung massa telur chironomida. Jumlah botol yang dibutuhkan adalah sembilan buah sesuai
dengan wadah pemeliharaan di laboratorium. Selanjutnya dilakukan pengambilan massa telur yang berlokasi di Danau Lido. Pengambilan telur dilakukan pada pagi
hari. Massa telur yang diambil diusahakan dalam kuantitas yang sama untuk masing-masing botol sampel agar jumlah larva yang nantinya dipelihara untuk
masing-masing wadah pemeliharaan jumlahnya seragam. Pengambilan massa telur dilakukan di sekitar Karamba Jaring Apung dengan menggunakan bantuan
kuas Lampiran 2. Selain massa telur, dilakukan pula pengambilan air dari Danau Lido tersebut sebagai media pemeliharaan larva chironomida di
laboratorium.
3.2.2. Pelaksanaan
Larva chironomida yang ditumbuhkan di laboratorium diambil dalam bentuk massa telur yang berasal dari Danau Lido. Massa telur ditetaskan pada
cawan petri yang berbeda untuk masing-masing wadah. Pengamatan selama lebih kurang 24 jam pertama sejak telur diambil dari alam dilakukan setiap 4 jam
dengan kamera yang dihubungkan dengan mikroskop. Setelah telur menetas menjadi larva, larva kemudian dipindahkan ke wadah plastik pemeliharaan
berukuran 34x26x7 cm
3
yang diisi air Danau Lido setinggi 4 cm. Wadah pemeliharan Lampiran 3 ini dilengkapi dengan penutup yang dibuat dari kain
kassa nyamuk Gambar 2. Hal ini dilakukan untuk menghindari insekta lain yang berpotensi menjadi predator bagi larva chironomida.
Media kultur massa telur yang dipelihara di dalam wadah pemeliharaan adalah air yang diberi tambahan bahan organik berupa kotoran kuda.
Pertimbangan penambahan bahan organik didasarkan pada teknik kultur chironomida oleh Mc Larney et al. 2003. Teknik kultur dilakukan dengan
menumbuhkan chironomida pada kolam berukuran 2 m x 1 m x 0.5 m. Bahan organik yang digunakan adalah kotoran kuda dengan konsentrasi 1,0 mgl.
Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua perlakuan. Wadah pertama adalah kontrol berupa media air dari Danau Lido tanpa penambahan bahan organik,
perlakuan kedua ditambahkan bahan organik dengan konsentrasi 0,5 mgl, dan perlakuan ketiga dengan konsentrasi 1 mgl. Penelitian pendahuluan yang
dilakukan dengan mencobakan bahan organik konsentrasi 1 mgl dan 2 mgl menyebabkan massa telur chironomida membusuk. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan konsentrasi bahan organik 0,5 mgl dan 1,0 mgl. Bahan organik yang digunakan dibungkus dengan kain kassa dan diletakkan di masing-masing
sudut wadah pemeliharaan Gambar 3. Kotoran kuda yang sudah dikeringkan diayak hingga diperoleh bagian yang halus Lampiran 3. Bagian inilah yang
digunakan sebagai sumber bahan organik dalam wadah pemeliharaan. Masing-masing variasi perlakuan dicobakan dalam 3 ulangan sehingga
wadah pemeliharaan yang digunakan terdiri dari 9 wadah. Ketika massa telur yang dipelihara menetas menjadi larva chironomida, larva dipindahkan ke wadah
plastik. Pengamatan terhadap pertumbuhan larva chironomida dilakukan setiap
hari. Pengukuran kualitas air berupa suhu, DO, dan COD dilakukan setiap tiga hari sekali, sedangkan pengukuran pH dilakukan setiap satu minggu sekali. Suhu
dan DO diukur dengan menggunakan DO meter sedangkan pH diukur dengan pH meter. Parameter in situ langsung dilakukan di ruang pemeliharaan sementara
untuk parameter ex situ yakni COD dilakukan di Laboratorium Fisika Kimia Perairan bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor Lampiran 4.
Gambar 2. Wadah pemeliharaan larva chironomida skala laboratorium
Gambar 3. Tampak atas posisi peletakkan kantung bahan organik pada wadah pemeliharaan
Bahan Organik Wadah Pemeliharaan
X
Keterangan: X: Penutup dari kassa nyamuk
A
1
,A
2
,A
3
: Kontrol tanpa penambahan bahan organik B
1
,B
2
,B
3
: Penambahan bahan organik konsentrasi 0,5 mgl C
1
,C
2
,C
3
: Penambahan bahan organik konsentrasi 1 mgl
A
1
A
2
A
3
B
1
B
2
B
3
C
1
C
2
C
3
3.2.3. Pengambilan contoh