BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pemanenan Hutan
Conway 1978 mengemukakan bahwa pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk pemindahan kayu dari hutan ke tempat
penggunaan atau pengolahan kayu. Kegiatan pemanenan hutan pada dasarnya dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu: penebangan, penyaradan, dan pengangkutan.
Penebangan adalah mempersiapkan kayu, menebang pohon dan memotong kayu sebelum disarad. Penyaradan adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat
pengumpulan kayu ke tempat penimbunan kayu, tempat pengolahan atau tempat pemasaran. Pengangkutan adalah usaha untuk mengangkut kayu dari hutan ke
tempat penimbunan atau pengolahan kayu. Pemanenan hutan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan
yang mengubah pohon dan biomassa lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain, sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan
kebudayaan masyarakat Suprapto 1979. Menurut Elias 1998 sistem pemanenan hutan yang dikenal hingga saat ini
adalah sebagai berikut: 1. Pemikulan dan penarikan kayu oleh manusia
Sistem penyaradan manual dengan pemikulan merupakan sistem yang paling mudah yang sering dijumpai di hutan-hutan di Pulau Jawa. Safitri 2000,
mengemukakan bahwa pemikulan kayu di KPH Garut pada hutan pinus dilakukan pada saat penjarangan maupun tebang habis, pemikulannya dilakukan
oleh satu orang. Rata-rata ukuran kayu bulat yang dipikul adalah relatif kecil, yakni diameter pangkal 21 cm dan diameter ujung 19,91 cm dan panjang batang
1,5 m. Jarak sarad pemikulan rata-rata adalah 32 m dan jarak sarad maksimum adalah 0,48 m. Hal ini disebabkan oleh kekuatan fisik seorang pemikul dan
keadaan lapangan yang cukup landai 12,62 , turun lereng. Penyaradan dengan cara pemikulan yang dilakukan oleh seorang pemikul
tidak menggunakan alat bantu lainnya. Pertama-tama pemikul mengangkat kayu bulat dari posisi rebah menjadi tegak atau berdiri, kemudian sambil berjongkok,
dan meletakkan kayu tersebut kepundaknya dan selanjutnya berdiri mengangkatnya. Setelah itu, kayu bulat tersebut dipikul ke TPN melalui jalan
sarad yang telah dibuat sebelumnya. Setibanya di TPN, kayu tersebut diturunkan dari pundak dan diletakkan atau disusun sesuai sortimennya di TPN. Penyaradan
dengan pemikulan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu volume kayu yang dipikul per trip, jarak sarad dan kemiringan jalan sarad.
Pemikulan kayu dilakukan oleh empat hingga enam orang. Sedangkan cara dengan penarikan kayu dengan tenaga manusia dikenal dengan sistem kuda-kuda,
sering dipakai di hutan rawa diluar Pulau Jawa. Kayu diletakkan di atas kuda-kuda yang telah dipersiapkan di atas jalan yang terbuat dari batang-batang kayu
melintang. 2. Dengan bantuan gaya penarik binatang sapi, gajah, kuda, kerbau
Sistem penyaradan yang masih dipergunakan adalah penyaradan dengan tenaga sapi di hutan jati di Pulau Jawa; gajah di Hutan jati di Muangthai, Burma
dan India, kerbau di Filiphina, Amerika dan Eropa. Penyaradan kayu dengan sapi sudah lama dilakukan di hutan jati di Pulau
Jawa yakni semenjak pemanenan pertama dilakukan. Ukuran kayu yang disarad berukuran antara 2-4 m dengan jarak sarad kurang dari 750 m. Penyaradan dengan
sapi menggunakan alat bantu yang disebut dengan kesser atau rakitan. Kesser adalah alat yang menopang salah satu ujung kayu di tanah,
sedangkan rakitan adalah alat yang dipasang di leher sapi yang gunanya untuk mengikat beban yang disarad. Penyaradan dengan sapi dapat menggunakan hanya
satu ekor sapi atau berpasangan. Sapi juga termasuk hewan yang kurang tahan terhadap panas, sehingga penggunaan sapi tidak sampai sepanjang hari.
3. Sistem penyaradan dengan geletrek Dalam penelitian Eriawan 2000, mengenai penyaradan dengan geletrek
di hutan Pinus KPH Garut dijelaskan bahwa penyaradan dengan geletrek merupakan pemanfaatan sistem gravitasi dimana batang kayu tersebut
digelindingkan. Penyaradan geletrek dengan satu kayu bulat membutuhkan dua batang bambu atau besi panjang 3 m dan dua buah klep besi. Lempengan besi
yang digunakan panjangnya 0,5 m, lebar 5 cm dan tebal 1,5-2,0 cm.
Organisasi kerja penyaradan dengan geletrek dapat dilakukan secara perorangan atau beregu. Apabila bekerja dengan regu, tiap regu dapat terdiri dari
2-7 orang. Pada umumnya tiap regu terdiri dari 2-4 orang, dimana 2-3 orang tugasnya menyarad kayu dan sisanya bertugas sebagai pembantu penyarad seperti
mempersiapkan kayu yang akan disarad dan membantu penyarad apabila terdapat kesulitan sewaktu penyaradan.
4. Traktor Sistem traktor adalah sistem pemanenan hutan yang kegiatan pemindahan
batang kayulog dari tunggaknya ke TPn penyaradan menggunakan traktor. Penyaradan dengan traktor ini sangat populer pada pemanfaatan hutan produksi
alam di Indonesia. Penyaradan dengan cara ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an Sistem ini dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu :
a. Crawler type tractor, tipe traktor berban ulat baja yang umum pula disebut dengan buldozer.
b. Wheel type tractor, tipe traktor berban karet yang umum pula disebut skidder. Tipe traktor berban ulat cocok untuk daerah yang medan kerjanya berat
atau di daerah yang tanahnya relatif lembek. Pada kondisi demikian traktor tipe ini akan memiliki keunggulan dalam kekuatannya melalui medan-medan berat. Pada
kondisi medan relatif datar dengan jalan sarad yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, traktor berban karet akan memiliki keunggulan dalam pengembangan
kecepatannya. Sementara untuk kondisi demikian, traktor berban ulat akan kehilangan keunggulannya, karena traktor berban ulat dirancang untuk kekuatan
bukan untuk kecepatan. Satu regu penyaradan dengan traktor biasanya terdiri dari 2-3 orang.
Penyaradan kayu dengan traktor umumnya digunakan di luar Pulau Jawa pada perusahaan HPH. Brown 1949 mengemukakan keuntungan penggunaan
traktor sebagai alat sarad, sebagai berikut : a. Lebih kuat dibandingkan dengan tenaga hewan dan manusia, dapat bekerja pada
daerah topografi berat dengan kemiringan lebih besar. b. Traktor yang memakai roda rantai mempunyai tekanan roda per satuan luas
pada tanah yang relatif kecil, sehingga dapat beroperasi pada daerah yang tanahnya lunak.
c. Dibandingkan dengan penyaradan kabel, peyaradan dengan traktor
meninggalkan keadaan tegakan lebih baik. Hal ini disebabkan karena sifat traktor yang lebih luwes sehingga dapat memilih jalan yang paling aman.
d. Traktor dapat digunakan untuk pembuatan jalan dan membantu pemuatan kayu ke dalam truk.
e. Dibandingkan dengan penyaradan dengan kabel, traktor lebih mudah
dijalankan dan lebih murah . 5. Kabel
Sistem kabel adalah sistem pemanenan hutan di mana kegiatan pemindahan batang kayu log dapat seluruhnya tidak menyentuh tanah atau
sebagian saja yang menyentuh tanah. Sistem ini tidak dibatasi oleh kelerengan dan lebih dibatasi oleh bentuk tanah, dilakukan di daerah bertopografi berat,
pembuatan jalan yang mahal, dan daerah dimana alat penyaradan lain tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan kayu dari hutan. Pada prinsipnya penyaradan
dengan sistem kabel adalah kayu yang ditarik dengan menggunakan kabel yang digerakkan oleh unit tenaga yang stasioner tetap. Satu unit sistem kabel biasanya
terdiri dari 5-10 orang, yang masing-masing mempunyai tugas antara lain sebagai operator mesin, pemberi aba-aba dan chokerman.
Brown 1949 menyatakan bahwa peralatan utama yang diperlukan dalam sistem kabel adalah unit mesin penggerak, kabel baja dan pengikatnya termasuk
penjepit dan macam-macam perlengkapan sambungan, kabel dan kereta. Wackerman 1949 menyatakan bahwa metode kabel skyline merupakan metode
mekanis yang makin berkembang dan menjadi paling lengkap untuk pengeluaran kayu. Penggunaan metode kabel berubah berdasarkan kebutuhan medan yang
dihadapi dan perubahan modifikasinya. Suparto 1975 mengemukakan bahwa secara ekonomis penggunaan kabel harus mempertimbangkan faktor-faktor,
sebagai berikut: 1.
Konversi dari nilai kayu yang dikeluarkan 2.
Total volume setiap hektar yang akan dikeluarkan pada sebuah lokasi penebangan
3. Areal unit penebangan yang belum dikeluarkan hasilnya
4. Jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
5. Ukuran kayu yang akan dikeluarkan
6. Jarak pengeluaran kayu.
Prosedur pengeluaran kayu dengan kabel biasanya terdiri dari persiapan, pengeluaran kayu, pemasangan alat dan pengoperasian. Persiapan pengeluaran
kayu meliputi kegiatan orientasi lapangan dan penebangan pohon di jalur kabel. Kegiatan pemasangan alat terdiri dari penempatan yarder dan pemasangan kait,
pemasangan kabel penguat guyline dan katrol pada tiang utama, pemasangan kabel penguat dan katrol pada tiang pembantu, pemasangan kabel dan kabel tanpa
ujung. Pengoperasian kabel ini dilayani oleh enam orang, yaitu satu orang operator mesin, dua orang melepas kait di tempat pengumpulan, satu orang tanda
di tempat kayu dikeluarkan, satu orang mengait kayu, dan dua orang menyiapkan kayu.
6. Sulki Tangan Sulki tangan merupakan alat yang didesain sedemikian rupa yang
menyerupai gerobak tarik, yang seluruhnya terbuat dari kayu keras termasuk 2 rodanya yang berukuran diameter 40 cm. Menurut Nurialita 2000, regu sarad
dengan sulki tangan di KPH Bogor, Perum Perhutani unit III Jawa Barat terdiri dari dua orang.
Orang pertama tugasnya menarik sulki dan orang kedua membantu penarik sulki mengikat kayu pada sulki, melepas kayu dari sulki dan membantu selama
penyaradan berlangsung. Penyaradan dengan sulki tangan dilakukan sebagai berikut mula-mula menarik sulki ketempat tebangantunggak, kemudian sulki
diletakkan pada posisi sedemikian rupa, sehingga tempat pemuatan atau pengikatan kayu bagian belakang sulki berada di dekat kayu bulat yang akan
disarad. Kedua belandong sarad memuat kayu tersebut pada sulki tangan dan mengikat ujung kayu yang berada di atas sulki tangan pada sumbu sulki dengan
kuat. Selanjutnya kayu ditarik ke TPn. Di TPn kayu dibongkar dan kayu yang telah disarad diatur letaknya sesuai dengan tumpukan sortimennya.
Tabel 1 Kinerja penyaradan kayu menggunakan sulki tangan.
No. Komponen Rata-rata 1.
Diameter kayu yang disarad cm 26,62
2. Volume kayu m3trip
0,11 3.
Jarak Sarad hm 0,87
4. Kemiringan memanjang jalan sarad
4,03 5.
Produktivitas m3jam 1,78