Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi besarnya biaya dan prestasi kerja penyaradan dan pengangkutan kayu. Brown 1949 berpendapat
bahwa biaya pemanenan kayu khususnya pada kegiatan penyaradan dipengaruhi antara lain oleh jarak sarad, topografi lapangan dan efisiensi alat yang digunakan.
Dulsalam dan Sukanda 1989 menyatakan bahwa prestasi kerja penyaradan antara lain dipengaruhi oleh jarak sarad, topografi lapangan dan keadaan traktor
apabila dalam penyaradan menggunakan alat tersebut. Menurut Wiradinata 1981, prosedur dalam menghitung biaya pada suatu
kegiatan pemanenan didasarkan pada asumsi bahwa ada suatu pola pemanenan atau arus produksi dan cara-cara teknis atau pilihan teknis untuk melaksanakan
berbagai operasi teknik pemanenan dan kemudian membebankan kayu pada setiap kegiatan.
2.4 Hari Orang Kerja HOK
Dari berbagai faktor penentu keberhasilan dalam pemanenan hutan ialah Hari Orang Kerja HOK. Faktor produksi tenaga kerja dan faktor-faktor produksi
lainnya bila dimanfaatkan secara optimal dapat meningkatkan produksi secara maksimal Dema 2008. HOK adalah jumlah hari kerja yang digunakan dalam
pemanenan hutan dalam satu kali, dalam satu hari. Produktivitas prestasi kerja dan biaya produksi pemanenan kayu sangat dipengaruhi oleh waktu kerja. Waktu
kerja mempunyai peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan biaya pemanenan Wiradinata 1981.
Efektifnya waktu kerja menyatakan bila seorang pekerja mengerjakan secara aktif pekerjaannya Wiradinata 1981. Istirahat dalam kerja tidak perlu
digunakan sebagai pengurangan waktu, tetapi sebagai pengurangan efisiensi kerja. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi,
harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya dapat mungkin dilakukan oleh manusia Siagian 2002. Oleh karena itu, tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas.
2.5 Klasifikasi Lapangan
Sebelum pemilihan sistem pemanenan hutan ditetapkan perlu dilakukan klasifikasi lapangan. Klasifikasi lapangan adalah penggambaran dan
pengelompokkan areal-areal hutan berdasarkan sifat-sifat khas, seperti kepekaan
terhadap kerusakan lingkungan, dapat tidaknya diterapkan atau dipakai sistem- sistem kerja dan mesin-mesin tertentu di daerah tersebut, derajat kesulitan yang
dicerminkan oleh standar produktivitas dan biaya produksi, dan cocok tidaknya lapangan untuk pembuatan jalan Davis 1987.
Klasifikasi lapangan itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi deskriptif klasifikasi primer dan klasifikasi fungsional klasifikasi sekunder.
Klasifikasi deskriptif atau primer adalah klasifikasi yang menggambarkan dan membagi lapangan ke dalam kelas-kelas berdasarkan bentuk-bentuk tertentu yang
pada umumnya merupakan sifat-sifat lapangan yang tidak berubah. Berdasarkan intensitas kalsifikasi lapangan terbagi atas:
a. Makro klasifikasi, pembentukan kelas-kelas berdasarkan kriteria:
1 Makrotopografi bentuk lapangan
2 Iklim
3 Geologi
4 Keadaan tanah
5 Infrastruktur
b. Mikro klasifikasi, pembentukan kelas-kelas berdasarkan kriteria: 1
Keadaan tanah 2
Mikrotopografi kekasaran permukaan tanah 3
Keadaan lereng kemiringan, panjang dan bentuk lereng 4
Jarak sarad rata-rata Sedangkan klasifikasi fungsional atau sekunder adalah klasifikasi yang
langsung menstratifikasi lapangan secara langsung terhadap dapat atau tidaknya penerapan sistem-sistem kerja dan mesin-mesin tertentu di lapangan, mengukur
secara langsung derajat kesulitan lapangan dan bahaya kerusakan. Dengan klasifikasi lapangan, keadaan lapangan dapat diketahui untuk dipergunakan
pertimbangan teknis dalam pemanenan kayu. Klasifikasi sistem pemanenan hutan dapat didasarkan pada tiga komponen,
yaitu kelerengan, kekuatan lahan, dan kekasaran permukaan Davis 1987. Klasifikasi yang digunakan di Indonesia adalah klasifikasi kelas lereng, klasifikasi
kelas tanah untuk kepekaan terhadap erosi, dan kelas intensitas hujan. Klasifikasi
kelas lereng, kelas tanah, dan kelas intensitas yang digunakan di Indonesia disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Klasifikasi kelas lereng di bidang kehutanan di Indonesia
No. Kelas Lereng Kemiringan Lapangan
Keterangan `1
1 0-8
Datar 2 2
8-15 Landai 3
3 15-25
Agak curam 4 4
25-45 Curam 5 5
45 Sangat
curam
Tabel 3 Klasifikasi kelas tanah menurut kepekaannya terhadap erosi di Indonesia
Kelas Tanah Jenis Tanah
Keterangan 1
Aluvial, tanah Glei, Planosol, Kidromorf kelabu, Laterite air
tanah Tidak peka
2 Latosol Agak
peka 3
Brown forest soil, Non classic Brown, Mediteran
Kurang peka 4 Andosol,
Laterite, Grumosol,
Podsol, Podsolik Peka
5 Regosol, Litosol,
Organosol, Renzina
Sangat peka
Kondisi lapangan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan teknik dan biaya pengeluaran kayu. Oleh karena itu, klasifikasi kondisi
lapangan sangat diperlukan. Informasi kondisi lapangan yang diperlukan antara lain konfigurasi lapangan, panjang lereng dan kemiringan lapangan serta
hambatan-hambatan lain.
2.6 Simulasi Sistem Pemanenan Hutan