1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi utama lembaga perbankan adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak surplus dana kepada pihak defisit dana. Dalam
fungsinya sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki berbagai kegiatan baik funding maupun financing. Pihak surplus dana menitipkan dananya
kepada bank dalam bentuk produk funding, kemudian disalurkan melalui produk financing kepada pihak defisit dana. Fungsi intermediasi akan berjalan
dengan baik apabila terdapat hubungan kepercayaan antara masyarakat, dalam hal ini nasabah, terhadap bank. Berdasarkan kepercayaan tersebut, bank dapat
dengan baik memobilisasi dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan maupun jasa-jasa perbankan lainnya.
Dalam praktiknya, fungsi intermediasi pada bank memiliki banyak risiko. Salah satu risiko yang dialami lembaga intermediasi, dalam hal ini
bank, adalah terjadinya pembiayaan bermasalah karena ketidakmampuan nasabah membayar kewajiban kepada bank. Pembiayaan bermasalah ini dapat
mengganggu kemampuan likuiditas bank dan mengurangi laba bank. Pada perbankan pembiayaan bermasalah diukur dengan rasio NPF Non Performing
Financing. Pembiayaan bermasalah yang dimaksud adalah pembiayaan dengan kolektabilitas kurang lancar, diragukan dan macet.
2
Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu
tumbuh antara 40-45 persen pertahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, peningkatan pembiayaan, dan ekspansi pelayanan Jaringan kantor yang
semakin meluas menjangkau 33 provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2014, sudah ada 12 Bank Umum Syariah BUS, 22 bank syariah dalam
bentuk Unit Usaha Syariah UUS, dan 163 BPRS, dengan jaringan kantor yang meningkat dari tahun 2012 sebanyak 2663 menjadi 2944 kantor pada
tahun 2015.
1
Tabel 1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia
Indikator 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
2014 2015
BUS 3
5 6
11 11 1111
11 12
12 UUS
26 27
25 23
24 24
23 22
22 BPRS
114 131
138 150
155 158
160 163
164 Jaringan
Kantor 802
1,069 1,258
1,763 2,101
2,663 2,925
2,910 2,944
Sumber: Data olahan dari Bank Indonesia. Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat perkembangan kelembagaan
perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2015 dimana jumlah BUS, UUS, BPRS serta jaringan kantor meningkat setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kelembagaan perbankan syariah di Indonesia terus
1
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015Jakarta : Otoritas Jasa Keuangan, 2015, h.13.
3
mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat dan bertambah setiap tahunnya. Namun pertumbuhan ini
mengandung resiko yaitu semakin meningkatnya pembiayaan tidak lancar bermasalah. Hal ini dapat dicermati pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Pembiayaan Non Lancar BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi
Pembiayaan Non Lancar Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi
Sektor Ekonom
i 20
11 20
12 20
13 2014
Ja n
Fe b
M ar
A pr
M ei
Ju ni
Ju li
A gt
Se pt
O kt
N ov
D es
Pertania n,
kehutana n
sarana pertania
n 79
10 3
16 6
20 7
28 1
25 3
25 9
33 1
32 9
37 8
38 7
37 2
38 9
39 9
40 4
Pertamb angan
37 57
21 37
39 56
86 17
1 17
9 36
2 41
8 65
8 62
7 60
43 9
Perindus trian
12 8
12 2
25 6
27 29
7 22
57 32
1 50
2 52
2 50
3 51
1 56
5 51
6 68
1 52
4 Listrik,
gas air
19 16
10 11
13 5
5 89
76 81
88 89
26 2
36 6
39 5
Konstru ksi
45 5
28 40
5 40
5 49
5 44
1 43
5 39
5 37
6 63
8 73
9 64
5 76
4 1.
00 4
85 4
Perdaga ngan,
restoran hotel
56 2
54 8
60 4
71 8
1. 07
6 78
5 84
8 77
8 79
7 1.
54 7
1. 61
4 1.
58 6
1. 58
8 1.
69 1.
53 6
Pengang kutan,
perguda ngan
komunik 16
3 34
1 31
7 28
9 26
30 2
30 2
65 4
63 9
85 1
1. 15
3 1.
36 1
1. 31
6 93
4 83
7
4
asi
Jasa dunia
usaha 53
2 78
8 1.
28 6
1. 57
2 1.
86 6
1. 72
1. 90
1 1.
84 4
2. 63
3 2.
11 2
2. 14
3 2.
18 6
2. 21
2 2.
20 8
1. 89
9 Jasa
sosialm asyaraka
t 64
12 4
20 5
23 5
28 8
28 30
9 13
1 13
5 65
68 4
63 1
66 2
60 58
5
Lain- lain
55 88
9 1.
55 9
1. 71
4 1.
81 2
1. 85
3 2.
08 6
2. 72
8 1.
85 7
1. 23
4 1.
15 3
1. 08
1. 00
3 1.
15 8
1. 15
9 Total
2. 58
8 3.
26 9
4. 82
8 5.
45 5
6. 42
5 5.
95 3
6. 55
4 7.
62 4
7. 54
2 8.
35 4
8. 89
9. 17
5 9.
34 1
9. 64
2 8.
63 2
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2014 Pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS diharapkan dapat
membantu masyarakat untuk memperoleh pendanaan untuk kegiatan ekonomi, pembiayaan
merupakan indikator
utama untuk
mengukur perkembanganpertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Perusahaan
yang membutuhkan dana mempunyai pilihan-pilihan jenis pembiayaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi arus kas perusahaannya atau jangka waktu
kebutuhan dan jumlah pinjamannya, sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan
kemasyarakat oleh sebuah lembaga keuangan perbankan syariah. Dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat, Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah menjangkau berbagai macam sektor ekonomi. Dalam penelitian ini dipilih sektor konstruksi dengan alasan sektor ini sangat
penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor
5
konstruksi memiliki peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan
kerja dan laju perekonomian. Pembiayaan bermasalah pada sektor konstruksi yang menjadi pilihan
utama dalam penyaluran pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang disalurkan di sektor ini. Peningkatan jumlah pembiayaan
disektor ini juga terjadi disetiap periodenya. Peningkatan ini tetap terjadi walaupun tingkat NPF pada sektor ini masih cenderung besar pada tahun
2015. Untuk lebih memberikan gambaran langsung tentang sektor konstruksi, berikut lihat tabel 1.3.
Tabel 1.3 Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Konstruksi
Tahun 2012 74.649
Tahun 2013 8,086
Tahun 2014 117.868
Tahun 2015 139.408
Sumber: Data Olahan dari Statistik Perbankan Syariah Pada data yang tersaji diatas menunjukkan bahwa nilai pembiayaan
konstruksi terus meningkat, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembiayaan sektor konstruksi
yang disalurkan oleh perbankan.
6
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah sudah banyak dilakukan. Pertama penelitian Asnaini 2014
menjelaskan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF. Variabel CAR juga signifikan terhadap
NPF, sementara variabel Produk Domestik Bruto PDB, Inflasi dan FDR tidak signifikan mempengarui pembiayaan NPF. Kedua, penelitian Supriadi
2011 menjelaskan bahwa pada pengujian konstanta dengan uji wald, variabel bebas yang terdiri dari 5 variabel yaitu variabel fraud, withdrawals, poor
management, over trading¸ dan change in business cycle memberikan hasil tidak signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini secara sendiri-sendiri
variabel fraud adalah satu-satunya variabel bebas yang signifikan mempengaruhi pembiayaan bermasalah menjadi NPF. Ketiga, Febriantika
2011 menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga DPK dan Kualitas Aktiva Produktif KAP berpengaruh signifikan terhadap NPF dan DPK memiliki
pengaruh yang negative, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF bank umum syariah. Keempat, Widodo 2016 menjelaskan
bahwa inflasi, GDP, CAR, FDR, Bank Size dan KAP terbukti berpengaruh secara simultan terhadap Non Performing Finance bank syariah. Sedangkan
secara parsial GDP dan CAR terbukti berpengaruh negative terhadap NPF, NPF berpengaruh negative tidak signifikan terhadap NPF dan Inflasi, KAP
dan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Kelima, Suprianto 2014 menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga DPK berpengaruh negative
signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan Pembiayaan Mudharabah
7
terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan. Selanjutnya, Alissanda 2015 menjelaskan bahwa CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF
sedangkan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Secara simultan CAR, BOPO dan FDR berpengaruh terhadap NPF.
Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, memberikan bukti bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dengan diketahuinya faktor- faktor tersebut secara tidak langsung dapat berdampak positif terhadap
perkembangan BUS dan UUS di Indonesia dan bisa menjadi bahan evaluasi untuk BUS dan UUS itu sendiri. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan bermasalah perlu dikaji lebih dalam dengan memasukkan beberapa variabel.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pembiayaan
bermasalah sekto
r konstruksi, dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBIAYAAN BERMASALAH
SEKTOR KONSTRUKSI PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA
SYARIAH PERIODE 2012- 2015”.
B. Identifikasi Masalah