Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor Konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2012-2015

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BERMASALAH SEKTOR KONSTRUKSI PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA PERIODE

2012-2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

ZAKIAH NOOR NASUTION NIM: 1112046100175

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M/1438 H


(2)

(3)

(4)

(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Zakiah Noor Nasution

Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 08 November 1994

Alamat : Jl. Benda Barat 9 Blok D17/7 Pamulang Permai II

Tangerang Selatan 15416

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Telepon : 082110281826

Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

SDIT As Salaamah Pamulang 2000-2006

MTs Negeri 3 Jakarta 2006-2009

MAN 4 Jakarta 2009-2012

S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Ketua Paduan Suara MAN 4 Jakarta 2010-2011

IV. PENGALAMAN KERJA PT. Bank DKI Syariah , 2014


(6)

vi ABSTRACT

The research is answer the question about some factors which are influences for the Non Performing Finance at Islamic Public Bank and Islamic Business Units in Indonesia. The hypothesis examination is carried out by Multiple Regression Analysis to know the influence of variable Financing to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Operational Efficiency and Cost Efficiency Ratio for NPF of Islamic Public Bank and Islamic Business Units in Indonesia.The data source of this research website legal of Indonesia Bank or Otoritas Jasa Keuangan. The data peiod are researched from January 2012 to December 2015.

The result of this study to show a simultaneous manner that factors independent variable have significant level under 5%, but in individual manner, Capital Adequacy Ratio is not significantly influence, but the other variable have significant influence to NPF.

Key words: Non Performing Finance (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Efficiency and Cost Efficiency Ratio (BOPO).


(7)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menjawab beberapa pernyataan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Finance pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui variabel

Financing to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasioal Pendapatan Operasional terhadap terjadinya NPF pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah di Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari Bank Indonesia melalui situs resmi di website Bank Indonesia dan situs resmi Otoritas Jasa Keuangan. Periode data yang diteliti dimulai dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2015.

Hasil studi menunjukkan bahwa secara simultan masing-masing faktor dalam variabel indepeneden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya NPF pada level sigifikansi dibawah 5%. Namun secara individual,

Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel lain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NPF.

Key word: Non Performing Finance (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasioal Pendapatan Operasional (BOPO).


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis serta menganugerahkan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor Kontruksi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode 2012-2015”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sang utusan Allah SWT yang membawa risalah dan rahmat bagi alam semesta dan pemberi syafa‟at bagi umatnya di akhirat kelak.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta dukungan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Sebagai penghormatan dan kebanggaan, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Program Studi Muamalat, Bapak AM. Hasan Ali, MA, dan Bapak

Abdurrauf, Lc, MA., selaku Sekertaris Program Studi yang selalu memberikan arahan dan motivasi untuk mendukung mahasiswa/i menjadi berprestasi.


(9)

ix

3. Ibu Siti Hamidah Rustiana, SE, Ak, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan arahan, bimbingan dan waktunya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag., Lc, MA.selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi mahasiswa/i dan untuk kemajuan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Harrizul Nasution dan Ibu Hj. Hajjiah yang telah memberikan doa, motivasi dan selalu memberikan inspirasi serta semangat yang luar biasa bagi kehidupan penulis. Serta Abangda Syahid Zakwan Nasution, kalian selalu membuat suasana menjadi terhibur di saat suntuk dalam mengerjakan skripsi. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang kalian.

7. Seluruh keluarga besar baik dari pihak Ayah maupun Mama, yang telah memberikan doa dan dukungan.

8. Suci Rahayu, yang telah mendengarkan keluh kesah, dan yang selalu menyediakan waktunya untuk membantu.

9. Tim Solehahku yang sudah menemani selama 4 tahun ini, Annisa Noor Qolbi, Nurul Hafsah RA, Dhiya Afafie, Nurafni Sulistiyowati, Dewi Handayani, Maya Andyka Sari, Tiyara Rizqia Sade terima kasih kalian telah memberikan banyak cerita, kenangan, dukungan dan rela menjadi tempat keluh kesah penulis selama ini.


(10)

x

10.Sahabat-sahabat terdekat penulis, Siska Fitriani, Puspa Ovinia, Anissa Nurfajriah, Shinta Dwida Ayu, Desy Anggrarini, dan Sarah Sa‟diatu L yang selalu memberikan banyak cerita, dukungan, hiburan di sela-sela penulisan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012 dan teman-teman KKN ADEM, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. 12.Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis selama proses

penyusunan skripsi ini.

Penulis hanya dapat mendoakan semoga bantuan, dukungan dan kebaikan dari semua pihak yang terkait dapat dilipat gandakan oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal „Alamin. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu semua kritik dan saran dari pembaca akan diterima guna memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan kepada kita semua.

Jakarta, 03 Oktober 2016

Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBARAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II: LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan ... 12

B. Tujuan Pembiayaan ... 13

C. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ... 15

1. Ba‟i Al-Murabahah ... 15

2. Ba‟i As-Salam ... 16

3. Ba‟i Al-Istishn ... 17

D. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ... 18


(12)

xii

2. Ijarah Muntahiya Bittamlik ... 18

E. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ... 19

1. Al-Mudharabah ... 19

2. Al-Musyarakah ... 20

F. Kualitas Pembiayaan ... 21

G. Pembiayaan Bermasalah ... 24

H. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah... 26

I. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 27

J. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 28

K. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 30

L. Penelitian Terdahulu ... 31

M. Kerangka Pemikiran ... 36

BAB III: METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Jeni dan Sumber Data ... 41

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41

4. Teknik Pengumpulan Data ... 42

B. Identifikasi variabel Independen dan Dependen ... 44

C. Metode Analisis Data ... 44

1. Uji Asumsi Klasik ... 46


(13)

xiii BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ... 52

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ... 52

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) ... 53

3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 55

4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 56

5. Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 57

B. Hasil Analisa dan Pembahasan ... 58

1. Uji Asumsi Klasik ... 59

a. Uji Normalitas ... 59

b. Uji Multikolinieritas ... 60

c. Uji Heteroskedastisitas ... 61

d. Uji Autokorelasi ... 63

2. Pengujian Hipotesis Statistik ... 64

a. Uji Parsial (Uji t) ... 65

b. Uji F ... 66

c. Koefisien Determinasi ... 67

C. Analisis Ekonomi dan Interpretasi ... 68

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia………….……..2

1.2 Pembiayaan Non Lancar BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi…....3

1.3 Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Konstruksi………....…...5

2.1 Kriteria Kesehatan Non Performing Finance (NPF) Bank Syariah…………28

2.2 Daftar Review Studi Terdahulu……….……….36

4.1 Uji Normalitas……….………63

4.2 Uji Correlation Matrix………..….64

4.3 Uji Glejser..………67

4.4 Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson…………...………...68

4.5 Uji t………....……69

4.6 Uji F………...71


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Ba i al-Murabahah………..17

2.2 Skema Ba i as-Salam………..18

2.3 Skema Ba i al-Istishna………19

2.4 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik……….20

2.5 Skema Pembiayaan al-Mudharabah……….21

2.6 Skema Pembiayaan al-Musyarakah……….22

2.7 Paradigma Penelitian………..41

4.1 Perkembangan Non Performing Finance (NPF) Periode Januari 2012 – Desember 2015……….56

4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)………58

4.3 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)………..59

4.4 Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)……..61


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Penelitian……….………...79

2 Uji Normalitas………..80

3 Uji Correlation Matrix……….80

4 Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual...81

5 Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser……….81

6 Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson…………...…82

7 Uji t………..82

8 Uji F……….…83


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fungsi utama lembaga perbankan adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak surplus dana kepada pihak defisit dana. Dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki berbagai kegiatan baik funding maupun financing. Pihak surplus dana menitipkan dananya kepada bank dalam bentuk produk funding, kemudian disalurkan melalui produk financing kepada pihak defisit dana. Fungsi intermediasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat hubungan kepercayaan antara masyarakat, dalam hal ini nasabah, terhadap bank. Berdasarkan kepercayaan tersebut, bank dapat dengan baik memobilisasi dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan maupun jasa-jasa perbankan lainnya.

Dalam praktiknya, fungsi intermediasi pada bank memiliki banyak risiko. Salah satu risiko yang dialami lembaga intermediasi, dalam hal ini bank, adalah terjadinya pembiayaan bermasalah karena ketidakmampuan nasabah membayar kewajiban kepada bank. Pembiayaan bermasalah ini dapat mengganggu kemampuan likuiditas bank dan mengurangi laba bank. Pada perbankan pembiayaan bermasalah diukur dengan rasio NPF (Non Performing Financing). Pembiayaan bermasalah yang dimaksud adalah pembiayaan dengan kolektabilitas kurang lancar, diragukan dan macet.


(18)

Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu tumbuh antara 40-45 persen pertahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, peningkatan pembiayaan, dan ekspansi pelayanan (Jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau 33 provinsi di Indonesia). Sampai dengan tahun 2014, sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 bank syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 BPRS, dengan jaringan kantor yang meningkat dari tahun 2012 sebanyak 2663 menjadi 2944 kantor pada tahun 2015.1

Tabel 1.1

Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

BUS 3 5 6 11 11 1111 11 12 12

UUS 26 27 25 23 24 24 23 22 22

BPRS 114 131 138 150 155 158 160 163 164

Jaringan Kantor

802 1,069 1,258 1,763 2,101 2,663 2,925 2,910 2,944

Sumber: Data olahan dari Bank Indonesia.

Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat perkembangan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2015 dimana jumlah BUS, UUS, BPRS serta jaringan kantor meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan perbankan syariah di Indonesia terus

1

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015(Jakarta : Otoritas Jasa Keuangan, 2015), h.13.


(19)

3

mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat dan bertambah setiap tahunnya. Namun pertumbuhan ini mengandung resiko yaitu semakin meningkatnya pembiayaan tidak lancar (bermasalah). Hal ini dapat dicermati pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Pembiayaan Non Lancar BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi

Pembiayaan Non Lancar Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi

Sektor Ekonom i 20 11 20 12 20 13 2014 Ja n Fe b M ar A pr M ei Ju ni Ju li A gt Se pt O kt N ov D es Pertania n, kehutana n & sarana pertania n

79 10 3 16 6 20 7 28 1 25 3 25 9 33 1 32 9 37 8 38 7 37 2 38 9 39 9 40 4 Pertamb angan

37 57 21 37 39 56 86 17

1 17 9 36 2 41 8 65 8 62 7 60 0 43 9 Perindus trian 12 8 12 2 25 6 27 0 29 7 22 57 32 1 50 2 52 2 50 3 51 1 56 5 51 6 68 1 52 4 Listrik, gas & air

19 16 10 11 13 5 5 89 76 81 88 89 26

2 36 6 39 5 Konstru ksi 45 5 28 0 40 5 40 5 49 5 44 1 43 5 39 5 37 6 63 8 73 9 64 5 76 4 1. 00 4 85 4 Perdaga ngan, restoran & hotel 56 2 54 8 60 4 71 8 1. 07 6 78 5 84 8 77 8 79 7 1. 54 7 1. 61 4 1. 58 6 1. 58 8 1. 69 0 1. 53 6 Pengang kutan, perguda ngan & komunik 16 3 34 1 31 7 28 9 26 0 30 2 30 2 65 4 63 9 85 1 1. 15 3 1. 36 1 1. 31 6 93 4 83 7


(20)

asi Jasa dunia usaha 53 2 78 8 1. 28 6 1. 57 2 1. 86 6 1. 72 0 1. 90 1 1. 84 4 2. 63 3 2. 11 2 2. 14 3 2. 18 6 2. 21 2 2. 20 8 1. 89 9 Jasa sosial/m asyaraka t

64 12 4 20 5 23 5 28 8 28 0 30 9 13 1 13 5 65 0 68 4 63 1 66 2 60 0 58 5 Lain-lain 55 0 88 9 1. 55 9 1. 71 4 1. 81 2 1. 85 3 2. 08 6 2. 72 8 1. 85 7 1. 23 4 1. 15 3 1. 08 0 1. 00 3 1. 15 8 1. 15 9

Total 2.

58 8 3. 26 9 4. 82 8 5. 45 5 6. 42 5 5. 95 3 6. 55 4 7. 62 4 7. 54 2 8. 35 4 8. 89 0 9. 17 5 9. 34 1 9. 64 2 8. 63 2 Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2014

Pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh pendanaan untuk kegiatan ekonomi, pembiayaan merupakan indikator utama untuk mengukur perkembangan/pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Perusahaan yang membutuhkan dana mempunyai pilihan-pilihan jenis pembiayaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi arus kas perusahaannya atau jangka waktu kebutuhan dan jumlah pinjamannya, sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan kemasyarakat oleh sebuah lembaga keuangan (perbankan syariah).

Dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menjangkau berbagai macam sektor ekonomi. Dalam penelitian ini dipilih sektor konstruksi dengan alasan sektor ini sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor


(21)

5

konstruksi memiliki peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju perekonomian.

Pembiayaan bermasalah pada sektor konstruksi yang menjadi pilihan utama dalam penyaluran pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang disalurkan di sektor ini. Peningkatan jumlah pembiayaan disektor ini juga terjadi disetiap periodenya. Peningkatan ini tetap terjadi walaupun tingkat NPF pada sektor ini masih cenderung besar pada tahun 2015. Untuk lebih memberikan gambaran langsung tentang sektor konstruksi, berikut lihat tabel 1.3.

Tabel 1.3

Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Konstruksi

Tahun 2012 74.649

Tahun 2013 8,086

Tahun 2014 117.868

Tahun 2015 139.408

Sumber: Data Olahan dari Statistik Perbankan Syariah

Pada data yang tersaji diatas menunjukkan bahwa nilai pembiayaan konstruksi terus meningkat, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembiayaan sektor konstruksi yang disalurkan oleh perbankan.


(22)

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah sudah banyak dilakukan. Pertama penelitian Asnaini (2014) menjelaskan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF. Variabel CAR juga signifikan terhadap NPF, sementara variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi dan FDR tidak signifikan mempengarui pembiayaan NPF. Kedua, penelitian Supriadi (2011) menjelaskan bahwa pada pengujian konstanta dengan uji wald, variabel bebas yang terdiri dari 5 variabel yaitu variabel fraud, withdrawals, poor management, over trading¸ dan change in business cycle memberikan hasil tidak signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini secara sendiri-sendiri variabel fraud adalah satu-satunya variabel bebas yang signifikan mempengaruhi pembiayaan bermasalah menjadi NPF. Ketiga, Febriantika (2011) menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh signifikan terhadap NPF dan DPK memiliki pengaruh yang negative, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF bank umum syariah. Keempat, Widodo (2016) menjelaskan bahwa inflasi, GDP, CAR, FDR, Bank Size dan KAP terbukti berpengaruh secara simultan terhadap Non Performing Finance bank syariah. Sedangkan secara parsial GDP dan CAR terbukti berpengaruh negative terhadap NPF, NPF berpengaruh negative tidak signifikan terhadap NPF dan Inflasi, KAP dan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Kelima, Suprianto (2014) menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negative signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan Pembiayaan Mudharabah


(23)

7

terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan. Selanjutnya, Alissanda (2015) menjelaskan bahwa CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF sedangkan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Secara simultan CAR, BOPO dan FDR berpengaruh terhadap NPF.

Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, memberikan bukti bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat berdampak positif terhadap perkembangan BUS dan UUS di Indonesia dan bisa menjadi bahan evaluasi untuk BUS dan UUS itu sendiri. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah perlu dikaji lebih dalam dengan memasukkan beberapa variabel.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pembiayaan bermasalah sektor konstruksi, dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BERMASALAH SEKTOR KONSTRUKSI PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERIODE 2012-2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:


(24)

a. Tingkat NPF pada pembiayaan sektor perdagangan masih cukup besar, yaitu diatas 5 %, namun volume penyaluran pembiayaan terus meningkat.

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya volume penyaluran pembiayaan pada sektor konstruksi?

c. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara FDR, CAR dan BOPO secara simultan terhadap pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah FDR, CAR dan BOPO.

b. Rasio pembiayaan bermasalah yang digunakan adalah NPF

c. Objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

d. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2012-2015.


(25)

9

a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015?

b. Diantara faktor-faktor tersebut, mana yang paling dominan dan yang paling tidak mempengaruhi pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015.

2. Untuk menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Pihak Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta pengetahuan bagi pihak akademisi dalam mengkaji faktor-faktor yang


(26)

dapat mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum Syariah di Indonesia dengan menggunakan analisis linier berganda. 2. Bagi Pihak Praktisi

Penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap pemerintah dan praktisi perbankan, khususnya perbankan syariah di Indonesia mengenai besarnya pengaruh FDR, CAR dan BOPO terhadap pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

3. Bagi Pihak Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai sumber referensi dan informasi apabila ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum Syariah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Penelitian.


(27)

11

Bab ini berisi teori terkait faktor-faktor yang mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah sektor Perdangan Besar dan Eceran pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Serta Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi ruang lingkup penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian secara umum dan analisis kuantitatif deskriptif, interpretasi hasil dan argumentasi serta analisa ekonomi terhadap hasil uji penelitian perihal data penelitian mengenai pengaruh variabel FDR(Financing Deposit to Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap Pembiayaan Bermasalah yang mempengaruhi sektor konstruksi perbankan syariah di Indonesia periode 2012 sampai dengan 2015.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari rumusan permasalahan yang telah dibahas serta memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi.


(28)

(29)

13 BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.2

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan . Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku sahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua pihak.3

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

2

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 105.

3

Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) h. 3.


(30)

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.4 Dengan demikian, dalam praktiknya, adalah:

1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari; 2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut

terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu;

3. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.5

B. Tujuan Pembiayaan

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup ruang lingkup yang luas. Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:6

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang

4

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 106.

5

Rivai dan Veithzal Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.4.

6


(31)

15

dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk hasil yang diterima.

2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:7

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap

7

Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 97.


(32)

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang masuk ke dalam kelompok ini adalah

musyarakah dan mudharabah.

C. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase/ Ba’i)

Dalam penerepan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli (ba’i) yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan modal kerja dan produksi, yaitu: Murabahah, Salam dan Istishna. 1. Ba’i al-Murabahah (Deffered Payment Sale)

Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang tertentu. Murabahah adalag jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan barang untuk membeli barang.8 Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Harga jual bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan (mark up/margin) yang disepakati bersama. Jadi, nasabah mengetahui

8M. Syafi‟I Antonio,

Bank Syariah dan Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 101.


(33)

17

keuntungan yang diambil oleh bank. Selama akad belum berakhir, maka harga jual beli tidak boleh berubah, apabila terjadi perubahan, akad tersebut menjadi batal, cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati bersama, dapat langsung atau secara angsuran.

Gambar 2.1

Skema Ba’i al-Murabahah 1. Negosiasi &

persyaratan 2. Akad Jual-beli 6. Bayar

3. Beli barang 4. Kirim 5. Terima

barang

& dokumen

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

2. Ba’i as-Salam (In Front Payment Sale)

Salam merupakan pembelian barang yang penyerahannya dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilaksanakan dimuka secara tunai. Pembayaran ini biasanya diaplikasikan pada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau industri lainnya.

Bank Nasabah


(34)

Gambar 2.2 Skema Ba’i as-Salam Produsen/ Penjual ditunjuk bank

4. Kirim Pesanan

3. Kirim dokumen 5. Bayar

2. Pemesanan barang 1. Negosiasi pesanan

nasabah&bayar tunai dengan kriteria

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

3. Ba’i al-Istishna

Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik dilakukan dengan cara tunai, cicil, atau ditangguhkan. Kontrak dibuat ditempat pembuat barang. Prinsip istishna menyerupai salam, namun dalam istishna pembayaran dapat dilakukan dimuka, dicicil, atau ditangguhkan. Sementara pada salam, pembayaran dilakukan secara tunai.

Gambar 2.3 Skema Ba’i al-Istishna

1. Pesan 3. Jual

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001) Nasabah

Penjual

Pembeli

Bank

Nasabah Produsen


(35)

19

D. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Operating Lease and Financial Lease) Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa dibedakan berdasarkan akad, yaitu: Ijarah dan Ijarah Muntahiya bit-tamlik.

1. Ijarah

Ijarah merupakan perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atau suatu barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu tertentu tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.

2. Ijarah Muntahiya Bittamlik

Ijarah Muntahiya Bittamlik merupakan akad suatu perjanjian yang merupakan kombinasi antara jual-beli dan sewa-menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah (penyewa) diberi hak untuk membeli atau memiliki obyek sewa pada akhir akad.

Gambar 2.4

Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik B. Milik

3. Sewa beli

2. Beli Objek Sewa A. Milik 1.Pesan objek sewa

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

Penjual Objek sewa Nasabah


(36)

E. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) 1. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama atau usaha antara dua belah pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudahrib). Keuntunganya usaha jenis pembiayaan mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu akibat karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.


(37)

21

Gambar 2.5

Skema Pembiayaan al-Mudharabah Perjanjian Bagi Hasil

Keahlian Modal 100%

Nisbah X% Nisbah Y%

Pengambilan modal pokok

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

2. Al-Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi modal (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Berbeda dengan mudharabah, dalam pembiayaan jenis

musyarakah pihak pengusaha/ nasabah (mudharib) menambahkan sebagian modalnya sendiri pada modal yang disediakan oleh shahibul mal, maka

mudharib atau nasabah tersebut membuka diri terhadap resiko kehilangan modal. Adanya tambahan modal dari nasabah (mudharib) maka ia dapat mengklaim suatu persentase bagi hasil yang lebih besar.

Nasabah (Mudharib)

Bank (Shahibul Mal)

Proyek/ Usaha

Pembagian Keuntungan


(38)

Gambar 2.6

Skema Pembiayaan al-Musyarakah

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

Semua pembiayaan yang telah diberikan tidak semuanya membayar atau mengembalikan pinjamannya tepat waktu, maka pihak bank harus melakukan penilaian untuk menilai kualitas pembiayaan.

F. Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan menurut kualitanya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil serta melunasi pembiayaanya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas pembiayaan

Nasabah Bank

Keuntungan

Bagi hasil keuntungan sesuai porsi konstibusu modal (nisbah)

Proyek Usaha


(39)

23

adalah waktu pembayaran bagi hasil dan angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci atas:9

1. Pembiayaan Lancar (pas)

Pembiayaan yang dapat digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat waktu; b. Memiliki mutasi rekening yang aktif;

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)

Pembiayaan yang dapat digolongkan khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga bagi hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari;

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; c. Mutasi rekening relatif aktif;

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (substandard)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga bagi hasil;

9

Veithzal Rivai dan Andia P Veithzal, Islamic Financial Management (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), h.33-37


(40)

b. Sering terjadi cerukan;

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari;

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; f. Dokumen pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (doubtful)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga; b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen;

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; d. Terjadi kapitalisasi bunga;

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian maupun peningkatan jaminan.

5. Macet (loss)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga; b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.


(41)

25

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kualitas pembiayaan yang dilakukan oleh bank harus dapat dilakukan untuk menilai kemampuan membayar nasabah dalam pinjaman yang dilakukan.

G. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Finance)

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing Finance (NPF). Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu:10

a. Pembiayaan yang didalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.

b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.

c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

d.Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank.

10

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Hand Book, Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.475.


(42)

e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari.

f. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kwajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, BI menginstruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai surat edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan Rasio Keuangan Bank yang dirumuskan sebagai berikut:

Rasio tersebut ditunjukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syariah yang ditetapkan Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel berikut.


(43)

27

Tabel 2.1

Kriteria Kesehatan Non Performing Finance (NPF) Bank Syariah

No. Nilai NPF Predikat

1 NPF = 2% Sehat

2 2% NPF < 5% Sehat

3 5% NPF 8% Cukup Sehat

4 8% NPF < 12% Kurang Sehat

5 NPF 12% Tidak Sehat

Sumber: Bank Indonesia

H. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat dibagi dalam (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal.11

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada didalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya

11

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006) h.222.


(44)

dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang tidak cukup.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-lain.

Sesuai dengan faktor diatas, penulis menggunakan faktor internal yaitu karakteristik bank dengan menggunakan rasio keuangan. Faktor internal yang akan diteliti untuk melihat rasio NPF adalah sebagai berikut:

I. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Dalam perbankan syariah FDR yang digunakan yaitu menggunakan istilah pembiayaan (financing) dan tidak dikenal dengan istilah kredit (loan). FDR merupakan salah satu rasio likuiditas yang mewakili kedua aktivitas utama bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan (pembiayaan). Aktivitas penyaluran dana atau pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bank syariah. Besarnya pembiyaan yang disalurkan dipengaruhi oleh besarnya dana pihak ketiga yang


(45)

29

terkumpul. Semakin banyak dana terkumpul, semakin banyak pula pembiayaan yang dapat disalurkan.12

FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank syariah dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank syariah yang bersangkutan. Tingkat intermediasi bank konvensional dan bank syariah dapat dilihat dari besarnya FDR bagi bank syariah dan LDR bagi bank konvensional.13

FDR atau Nisbah at-Tamwil wa al-Wada’i adalah rasio pembiayaan bank syariah dengan dana pihak ketiga; rasio penyaluran dan penghimpunan dana. Semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, di lain pihak, semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan, diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula.14 Rumus FDR yaitu sebagai berikut:

FDR =

12 Paula Laurentia dan Lindrawati, “

Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah”, Jurnal Akuntansi Kontemporer, 2010, Vol. 2, No. 1, h. 50-64.

13 Nur Suhartatik dan Rohmawati Kusumaningtias, “

Determinan Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di Indonesia (2008-2012)”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 4, h. 1176-1185.

14


(46)

J. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperhatikan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain, CAR adalah rasio bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.15

Faktor utama yang mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini mengacu pada ketentuan Internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS).

CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.16

CAR adalah modal berbanding aktiva yang mengandung risiko atau rasio kecukupan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar. Berdasarkan ketentuan PBI No. 10/26/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, minimum CAR bagi bank umum adalah sebesar 8%, ketentuan itu mengacu kepada ketentuan BASEL II. CAR

15

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2002), h. 122.

16

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 121.


(47)

31

menunjukkan seberapa besar modal bank untuk menunjang kebutuhannya dan semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dan menunjukkan semakin sehat bank tersebut.17 CAR dapat dihitung dengan membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

CAR =

x 100%

BI menetapkan ketentuan modal minimum bagi perbankan sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for International Settlements

(BIS) bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).18

K. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan rasio perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan yang satu terhadap yang lainnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit.19 Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank. Semakin rendah tingkat rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

17

A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 117.

18

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 40.

19


(48)

berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BOPO =

L. Penelitian Terdahulu

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Finance

a. Sri Wahyuni Asnaini (2014) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 21 for window. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa GDP, Inflasi dan FDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Non Performing Finance

(NPF). Sedangkan SBIS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap NPF dan CAR mempunyai pengaruh secara negative dan signifikan terhadap NPF. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GDP, Inlasi, FDR, SBIS dan CAR secara bersama-sama (simultan) signifikan mempunyai pengaruh terhadap NPF.

b. Adi Supriadi (2011) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus Pada Bank Syariah ABC. Metode yang digunakan adalah analisis model logit dengan variabel bebas dummy, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel fraud, withdrawals, poor management,


(49)

33

over trading¸ dan change in business cycle, memberikan hasil tidak signifikan terhadap NPF. Dalam penelitian ini, secara sendiri-sendiri variabel fraud adalah satu-satunya variabel bebas yang signifikan mempengaruhi pembiayaan bermasalah menjadi NPF.

c. Arrina Febriantika Agwizelly (2012) meneliti tentang Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia Periode 2007-2011. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan NPF/NPL, DPK kecuali tahun 2007, KAP kecuali tahun 2009 dan 2011, CAR dan FING/LOANG yang signifikan antara bank umum syariah dan bank umum konvensional. Selain itu ditemukan bahwa pada bank umum syariah, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap NPF bank adalah DPK dan KAP. DPK memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF bank umum syariah, sedangkan CAR dan FING tidak mempengaruhi NPF bank umum syariah. Sementara itu, pada bank umum konvensional DPK, KAP, CAR dan LOANG memiliki pengaruh yang signifikan positif.

d. Bekti Tri Widodo (2016) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Financing Pada Bank Syariah (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah 2012-2014). Metode yang digunakan adalah analisis regresi data panel menggunakan eviews 7, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel


(50)

Inflasi, FDR dan KAP secara parsial tidak berpengaruh terhadap NPF. Sedangkan GDP, CAR dan Ukuran Bank (Size) secara parsial berpengaruh negatif terhadap NPF.

e. Gunawan Supriyatno (2014) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yaitu OLS, dimana hasil penelitiannya Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negative signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan. f. Dendy Gustian Alissanda (2015) meneliti tentang Pengaruh CAR,

BOPO dan FDR terhadap Non Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode asosiatif dan deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan CAR, BOPO dan FDR berpengaruh terhadap NPF. CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat NPF, semakin tinggi rasio kecukupan modal maka akan dapat berfungsi untuk menampung risiko kerugian yang dihadapi oleh bank karena peningkatan pembiayaan bermasalah. BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat NPF, semakin tinggi rasio BOPO maka kualitas pembiayaan akan berkurang, sehingga hal tersebut juga menyebabkan peningkatan pembiayaan bermasalah karena total pembiayaan berkurang. Dan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF.


(51)

35

Penelitian mengenai Non Performing Finance (NPF) dengan berbagai variabel telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Secara ringkas penelitian-penelitian yang telah dilakukan akan ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2

Daftar Review Studi Terdahulu

No Nama

(Tahun)

Judul Hasil Penelitian Perbedaan

1 Sri Wahyuni

Asnaini, Jurnal Universitas Mercu Buana (2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF. Variabel CAR juga signifikan terhadap NPF, sementara variabel Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi dan FDR tidak signifikan mempengarui pembiayaan NPF.

Perbedaannya terletak pada sektor konstruksi dan tahun periode yang

digunakan lebih panjang yaitu 2012-2015.

2 Adi Supriadi,

Tesis Universitas Indonesia (2011) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus pada Bank Syariah ABC). pada pengujian konstanta dengan uji wald, pada pengujian konstanta dengan uji wald, variabel bebas yang terdiri dari 5 variabel yaitu variabel

fraud, withdrawals,

Perbedaannya terletak pada periode yang digunakan yaitu tahun 2012-2015. Penelitian ini menggunakan sektor konstruksi dan variabel independen


(52)

poor management,

over trading¸ dan

change in business cycle memberikan hasil tidak signifikan secara statistik.

yang berbeda.

3 Arrina

Febriantika, Skripsi Universitas Indonesia (2012) Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia Periode 2007-2011.

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh signifikan terhadap NPF dan DPK memiliki pengaruh yang negative, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF bank umum syariah.

Perbedaannya terletak pada sektor konstruksi dan menggunakan variabel independen yang berbeda. Serta tahun periode yang lebih up to date.

4 Bekti Tri

Widodo, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Terjadinya Non

Performing Financing Pada Bank Syariah (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah 2012-2014)

inflasi, GDP, CAR,

FDR, Bank Size dan

KAP terbukti berpengaruh secara simultan terhadap

Non Performing Finance bank syariah. Sedangkan secara parsial GDP dan CAR terbukti berpengaruh negative terhadap NPF, NPF

Perbedaannya terletak pada sektor konstruksi dengan menggunakan tahun periode yang lebih panjang yaitu 2012-2015.


(53)

37

berpengaruh negative tidak signifikan terhadap NPF dan Inflasi, KAP dan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF.

5 Gunawan

Supriyatno, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014) Analisis Pengaruh Dana pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode

Januari 2008 –

Oktober 2013).

Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan. Perbedaannya terletak pada sampel yang diambil, peneliti mengambil sampel dari statistik perbankan syariah 2012-2015.

6 Dendy

Gustian Alissanda, Jurnal Universitas Islam Bandung (2015) Pengaruh CAR, BOPO dan FDR

terhadap Non

Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah tahun 2011-2013

CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF sedangkan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Dan secara simultan CAR, BOPO dan FDR berpengaruh terhadap NPF

Perbedaannya terletak pada sektor konstruksi dengan menggunakan tahun periode yang lebih panjang yaitu 2011-2015.


(54)

M. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran memuat hubungan antar variabel berdasarkan teori dan hasil penelitan terdahulu.

1. Pengaruh FDR terhadap NPF :

Sri (2014) menemukan bahwa FDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NPF, Bekti (2016) menemukan bahwa FDR secara parsial tidak berpengaruh negatif terhadap NPF dan Dendy (2015) juga menemukan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. FDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank syariah dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah yang bersangkutan. FDR maksimal yang diperkenankan oleh BI adalah sebesar 110%. Semakin tinggi penyaluran dana yang disalurkan melalui pembiayaan, maka kemungkinan risiko pembiayaan bermasalah akan meningkat, sehingga NPF juga akan meningkat.

2. Pengaruh CAR terhadap NPF :

Sri (2014) menemukan bahwa CAR mempunyai pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap NPF, Bekti (2016) menemukan bahwa CAR secara parsial berpengaruh negatif terhadap NPF dan Dendy (2015) juga menemukan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap NPF. CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.Penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang


(55)

39

H1

H2

H3

H4

kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh perusahaan.Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi karena peningkatan pembiayaan bermasalah atau kualitas pembiayaan yang buruk.

3. Pengaruh BOPO terhadap NPF :

Dendy (2015) menemukan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF. BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapat operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut dan semakin kecil rasio BOPO maka kondisi bermasalah juga semakin kecil atau sebaliknya.

Independent Variable Dependent Variable

Non Performing Finance

(NPF)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional


(56)

Gambar 2.7 Paradigma Penelitian

Variabel-variabel Independen (X) dalam mempengaruhi Pembiaayaan Bermasalah (Y)

X1 = FDR X2 = CAR X3 = BOPO

NPF (Non Performing

Finance)

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 2. Heterokedastisitas 3. Multikolinieritas 4. Uji Autokorelasi

Uji Regresi Berganda

Uji T (Parsial) Uji F (Silmultan)

Adjusted R2


(57)

41 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Secara umum metode penelitian adalah acara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.20 Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang tepat akan membuat penulis dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan yang dikemukakan dengan baik. Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan diakhiri dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis.

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan perusahaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015 melalui laporan Statistik Perbankan Syariah. Data yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor Konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Di mana penelitian ini

20

Sugiyono. Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010) h.3.


(58)

bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data dihimpun menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.21 Informasi yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, buku, artikel dan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data tersebut meliputi:

a. Financing to Deposit Ratio (FDR)

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan juga karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.22 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdapat di Indonesia pada

21

Surakhmad Winarno, Pengantar Penulisan Ilmiah Dasar Metode Teknik. (Bandung: Tarsito, 1985), h.163

22

R. Gunawan Sudarmanto. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistic 19. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.26


(59)

43

tahun 2012-2015. Digunakannya Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah dianggap sebagai bank yang murni menggunakan transaksi berprinsip Syariah oleh Bank Indonesia.

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan bagian dari suatu populasi yang diambil dengan cara tertentu sebagaimana yang ditetapkan oleh peneliti. Doane dan Seward menyatakan bahwa sample is a subset of the population that we will actually analyze.23

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive sampling atau judgement sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan atas dasar strategi kecakapan, dimana informasi diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Non Performing Finance (NPF) sektor konstruksi pada perbanakan syariah di Indonesia periode Januari 2012 – Desember 2015. Sampel yang dipilih adalah

Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder time series dari tahun 2012-2015, yakni data yang diperoleh secara tidak

23

R. Gunawan Sudarmanto. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistic 19. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.30


(60)

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan. Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder untuk kelengkapan penelitian ini antara lain:

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan (Library Research) dengan membaca, memahami dan menganalisa buku-buku serta menelusuri berbagai literatur yang relevansinya dengan pembahasan ini, serta literatur lain untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dari materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.24

b. Internet Research

Melakukan penelitian dengan mengunjungi website yang menyediakan data yang relevan dan terkini bagi peneliti, seperti laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

24

Abdurrahmat Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 95.


(61)

45

B. Identifikasi variabel Independen dan Dependen

Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai fenomena yang diteliti. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian.25 Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel Independen dan variabel Dependen.

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel Dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel Independen.26

a. Variabel Independen (X)

X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 =Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

b. Variabel Dependen (Y)

Y = Non Performing Finance (NPF) sektor Konstruksi

C. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji

25

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 96.

26

Husein Umar, Metode Riset Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 62.


(62)

hipotesis yang mempengaruhi variabel Dependen, maka penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis Model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan lebih dari satu variabel bebas. Ordinary Least Squares (OLS) merupakan suatu metode untuk estimasi koefisien-koefisien model regresi. Koefisien tersebut ditentukan dengan tujuan untuk meminimalisir jumlah kuadrat dari residual (sum of the squared residuals).27

Hubungan antara variabel Pembiayaan Bermasalah sektor Konstruksi dengan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = f ( X1 , X2 , X3)

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel.28

Variabel-variabel tersebut dibuat terlebih dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

27

Freddy Rangkuti, Marketing Analysis Made Easy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 173.

28

Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Meguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 23.


(63)

47

Y = f ( X1 , X2 , X3 )

Dari fungsi tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model linier sebagai berikut:

Dimana:

NPF = Non Performing Finance

β0 = Intercept/ konstanta FDR = Financing to Deposit Ratio

CAR = Capital Adequacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

e = Tingkat Kesalahan (Term of Error) a. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji Asumsi Klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linear Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung

Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 e


(64)

masalah. Maka dari itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut, di antaranya:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum kita melakukan analisis yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya.29 Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data.

2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier yang sangat kuat di antara dua atau lebih variabel bebas dalam model regresi.30 Dalam membuat regresi berganda, variabel yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak

29

Asep Saepul Hamdi, E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 114.

30

Eddy Herjanto, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 107.


(65)

49

memiliki varians yang sama.31 Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka diseut homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.32

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan, maka tidak ada heteroskedastisi. Akan tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan adanya hetereskedastisitas.33

4) Uji Autokorelasi

Menurut Ajija, yang dimaksud autokorelasi menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Apabila ada korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah

31

Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.36.

3232

Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi Ekonomi dan Keuangan (Jakarta: FEUI, 2006), h.109.

33

Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.36.


(66)

autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukur semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan.

b. Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Pengujian hipotesis, merupakan prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu menolak atau menerima hipotesis tersebut. Uji hipotesis statistik dilakukan dengan cara:

1) Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-lagkah yang harus dilakukan dengan


(67)

uji-51

t yaitu dengan pengujian.34 Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (tidak signifikan) H0 : βi ≠ 0 (signifikan)

2) Uji Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian.35 Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (tidak berpengaruh) H0 : βi ≠ 0 (ada pengaruh)

3) Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi R2 (R2 adjusted) ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel X. Nilai koefisien R2 atau R2 adjusted berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.36

34

D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2006), h. 17.

35

D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2006), h. 16.

36

Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 34.


(68)

52 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Bank syariahdi Indonesia baru dilakukan pada tahu 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 19-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.37

Bank Muamlat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut. Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditanda tangani pada 1 November 1991. Dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,00. Dengan modal tersebut pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan, dan Makasar.

Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha

37Muhammad Syafi‟i. “

Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek”, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.25.


(69)

53

yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tesebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan lingkup Bank Mandiri, yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerjasama dengan Tazkia Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan konversi.

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor. 9/24/DPbs tahun 2007 tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah, Non Performing Financing adalah Pembiayaan yang terjadi ketika pihak debitur (mudharib) karena berbagai sebab, tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana pembiayaan (pinjaman).

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melenihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.


(1)

78

Nachrowi, Hardius Usman. (2006). Pendekatan populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FEUI.

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015. www.ojk.go.id/

Rangkuti, Freddy. (2005)Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rivai, Veithzal. (2008). Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rivai, Veithzal, Andria Permata. (2006). Credit Management Hand Book, Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Santoso, Singgih. (2012). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudarmanto, R. Gunawan. (2013). Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penulisan Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.


(2)

79

LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah Indonesia periode 2012-2013

WAKTU NPF FDR CAR BOPO

Jan-12 8.30 87.27 16.27 86.22 Feb-12 8.26 90.49 15.91 78.39 Mar-12 8.24 87.13 15.33 77.77 Apr-12 9.08 95.39 14.97 77.77 May-12 8.28 97.95 13.40 76.24 Jun-12 7.85 98.59 16.12 75.74 Jul-12 7.48 99.91 16.12 75.87 Aug-12 7.42 101.03 15.63 75.89 Sep-12 6.59 102.10 14.98 75.44 Oct-12 6.17 100.84 14.54 75.04 Nov-12 5.84 101.19 14.82 75.29 Dec-12 3.92 100.00 14.13 74.75 Jan-13 6.76 100.63 15.29 70.43 Feb-13 6.73 102.17 15.20 72.06 Mar-13 6.70 102.62 14.30 72.95 Apr-13 5.59 103.08 14.72 73.95 May-13 5.31 102.08 14.28 76.87 Jun-13 5.32 104.43 14.30 76.18 Jul-13 5.04 104.83 15.28 76.13 Aug-13 5.12 102.53 14.71 77.87 Sep-13 5.10 103.27 14.19 77.98 Oct-13 5.04 103.03 14.19 79.06 Nov-13 5.36 102.58 12.23 78.59 Dec-13 5.00 100.32 14.42 78.21 Jan-14 5.24 100.07 16.76 80.05 Feb-14 6.28 102.03 16.71 83.77 Mar-14 5.46 102.22 16.20 91.90 Apr-14 5.28 95.50 16.68 84.50 May-14 5.32 99.43 16.85 76.49 Jun-14 4.59 100.80 16.21 71.76 Jul-14 5.84 99.89 15.62 79.80 Aug-14 6.26 98.99 14.73 81.20 Sep-14 5.35 99.71 14.54 82.39 Oct-14 6.40 98.99 15.25 75.61 Nov-14 8.36 94.62 15.66 93.50


(3)

80

Dec-14 7.31 91.50 16.10 79.27 Jan-15 7.54 88.85 14.16 94.80 Feb-15 8.17 89.37 14.38 94.23 Mar-15 7.59 89.15 14.43 95.98 Apr-15 6.71 89.57 14.50 96.69 May-15 6.66 90.05 14.37 96.51 Jun-15 6.24 92.56 14.09 96.98 Jul-15 6.55 90.13 14.47 97.08 Aug-15 6.60 90.72 15.05 97.30 Sep-15 6.59 90.82 15.15 96.94 Oct-15 6.28 90.67 14.96 96.71 Nov-15 7.56 90.26 15.31 96.75 Dec-15 5.14 88.03 15.02 97.01

Lampiran 2: Uji Normalitas

0 2 4 6 8 10

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: Residuals Sample 2012M01 2015M12 Observations 47

Mean -4.38e-15 Median -0.176395 Maximum 2.074105 Minimum -2.368769 Std. Dev. 0.945612 Skewness -0.092721 Kurtosis 3.516068 Jarque-Bera 0.588902 Probability 0.744941

Lampiran 3: Uji Correlation Matrix

FDR CAR BOPO

FDR 1.000000 -0.047228 -0.746422 CAR -0.047228 1.000000 -0.083789 BOPO -0.746422 -0.083789 1.000000


(4)

Lampiran 4: Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual

-3 -2 -1 0 1 2 3

2 4 6 8 10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Residual Actual Fitted

Lampiran 5: Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.813445 4.077459 0.199498 0.8428 FDR -0.010226 0.025126 -0.407010 0.6860 CAR 0.112307 0.100788 1.114292 0.2713 BOPO -0.009818 0.015776 -0.622361 0.5370


(5)

82

R-squared 0.102669 Mean dependent var -4.38E-15 Adjusted R-squared -0.006762 S.D. dependent var 0.945612 S.E. of regression 0.948804 Akaike info criterion 2.851515 Sum squared resid 36.90941 Schwarz criterion 3.087704 Log likelihood -61.01060 Hannan-Quinn criter. 2.940395 F-statistic 0.938207 Durbin-Watson stat 1.829260 Prob(F-statistic) 0.466573

Lampiran 7: Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.16743 6.294873 4.633521 0.0000 FDR -0.190300 0.038790 -4.905942 0.0000 CAR 0.030439 0.155599 0.195624 0.8458 BOPO -0.057241 0.024355 -2.350225 0.0234


(6)

Lampiran 8: Uji F

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745 Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714 S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739 Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198 Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992 F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364 Prob(F-statistic) 0.000059

Lampiran 9: Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745 Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714 S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739 Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198 Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992 F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364 Prob(F-statistic) 0.000059


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)

2 14 95

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015.

0 3 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 5 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 19

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 2 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Margin pada Bank Umum Syariah di Indonesia IMG 20151104 0001

0 0 1

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi pada bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2012-2015)

0 0 17