45
B. Identifikasi variabel Independen dan Dependen
Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai
fenomena yang diteliti. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian.
25
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel Independen dan variabel Dependen.
Variabel Independen bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel Dependen tergantung
adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel Independen.
26
a. Variabel Independen X X
1
=
Financing to Deposit Ratio FDR
X
2
= Capital Adequacy Ratio CAR X
3
= Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
b. Variabel Dependen Y Y = Non Performing Finance NPF sektor Konstruksi
C. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 96.
26
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 62.
46
hipotesis yang mempengaruhi variabel Dependen, maka penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda Multiple Regression
Analysis Model dengan persamaan kuadrat terkecil Ordinary Least Square yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum
dengan lebih dari satu variabel bebas. Ordinary Least Squares OLS merupakan suatu metode untuk estimasi koefisien-koefisien model regresi.
Koefisien tersebut ditentukan dengan tujuan untuk meminimalisir jumlah kuadrat dari residual sum of the squared residuals.
27
Hubungan antara variabel Pembiayaan Bermasalah sektor Konstruksi dengan variabel
Financing to Deposit Ratio FDR
, Capital Adequacy Ratio CAR, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = f X
1
, X
2
, X
3
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan
meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. Ordinary Least Square merupakan metode
estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel.
28
Variabel-variabel tersebut dibuat terlebih dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
27
Freddy Rangkuti, Marketing Analysis Made Easy, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 173.
28
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Meguasai Eviews, Jakarta: Salemba Empat, 2011, h. 23.
47
Y = f X
1
, X
2
, X
3
Dari fungsi tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model linier sebagai berikut:
Dimana: NPF
= Non Performing Finance β
= Intercept konstanta FDR
=
Financing to Deposit Ratio
CAR = Capital Adequacy Ratio
BOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional β
1
, β
2
, β
3
= Koefisien regresi e
= Tingkat Kesalahan Term of Error
a. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji
Asumsi Klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum Best Linear Unbiased
Estimator = BLUE, yang berarti model regresi tidak mengandung Y
i
= β
+ β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
e NPF =
β +
β
1
FDR + β
2
CAR + β
3
BOPO e
48
masalah. Maka dari itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut, di antaranya:
1 Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum
kita melakukan analisis yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya.
29
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu
distribusi data. 2
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier yang sangat
kuat di antara dua atau lebih variabel bebas dalam model regresi.
30
Dalam membuat regresi berganda, variabel yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas
lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier di antara variabel-variabel bebas
dalam model regresi. 3
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak
29
Asep Saepul Hamdi, E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2014, h. 114.
30
Eddy Herjanto, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta: Grasindo, 2001, h. 107.
49
memiliki varians yang sama.
31
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka diseut homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.
32
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan,
maka tidak ada heteroskedastisi. Akan tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan
adanya hetereskedastisitas.
33
4 Uji Autokorelasi
Menurut Ajija, yang dimaksud autokorelasi menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu dan ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Apabila
ada korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah
31
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews Jakarta: Salemba Empat, 2011, h.36.
3232
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi Ekonomi dan Keuangan
Jakarta: FEUI, 2006, h.109.
33
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews Jakarta: Salemba Empat, 2011, h.36.
50
autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series runtut waktu dan tidak perlu dilakukan pada data cross section
seperti pada kuesioner di mana pengukur semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan.
b. Uji Hipotesis Statistik
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih
lemah sehingga harus diuji secara empiris. Pengujian hipotesis, merupakan prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu
menolak atau menerima hipotesis tersebut. Uji hipotesis statistik dilakukan dengan cara:
1 Uji Parsial Uji-t
Uji-t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas independen secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat dependen pada tingkat signifikansi 0,05 5 dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-lagkah yang harus dilakukan dengan uji-
51
t yaitu dengan pengujian.
34
Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
H :
β
i
= 0 tidak signifikan H
: β
i
≠ 0 signifikan 2
Uji Simultan Uji-F Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
bebas independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat dependen pada tingkat signifikansi 0,05 5.
Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian.
35
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
H :
β
i
= 0 tidak berpengaruh H
: β
i
≠ 0 ada pengaruh 3
Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi R
2
R
2
adjusted ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y
yang dapat dijelaskan oleh variabel X. Nilai koefisien R
2
atau R
2
adjusted berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.
36
34
D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: FEUI, 2006, h. 17.
35
D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: FEUI, 2006, h.
16.
36
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, Jakarta: Salemba Empat, 2011, h. 34.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Bank syariahdi Indonesia baru dilakukan pada tahu 1990. Majelis
Ulama Indonesia
MUI pada tanggal
19-20 Agustus
1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,
Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid
Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.
37
Bank Muamlat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut. Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditanda
tangani pada 1 November 1991. Dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,00. Dengan modal tersebut pada tanggal 1 Mei 1992,
Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di
Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan, dan Makasar. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai
dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang- undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha
37
Muhammad Syafi‟i. “Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek”, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.25.