1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan era modern seperti saat ini kegiatan dan pengelolaan dana sangat berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan cara
berinvestasi pada pasar uang maupun pasar modal. Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang
diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga sekuritas biasanya dapat dilakukan melalui
pasar uang atau pasar modal Astuti dan Sugiharto, 2005 : 251. Investasi yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito, SBI dan valuta asing,
sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti saham dan obligasi. Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat memberikan banyak
peluang bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Bagi investor yang suka dengan risiko dapat menanamkan modalnya di pasar modal berupa
saham, dengan imbalan pendapatan return yang tinggi. Menurut Eduardus Tandelilin 2010 : 103 risiko investasi bisa
diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Investor dalam berinvestasi, di samping
menghitung return yang diharapkan juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus pandai-pandai mencari
alternatif investasi yang menawarkan tingkat return diharapkan yang paling
1
2 tinggi dengan risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu
pada tingkat risiko terendah. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menentukan strategi yang baik. Husnan 2005 :
54 menjelaskan bahwa untuk dapat meminimalkan risiko investasi, pemodal dapat melakukan diversifikasi yaitu dengan mengkombinasikan berbagai
sekuritas dalam investasi mereka, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.
Untuk memperoleh tingkat keuntungan investasi yang masksimal dengan tingkat resiko yang tertentu maka sebaiknya investor memegang
beberapa saham Portofolio dari perusahaan Emiten yang berbeda sektor industrinya. Hal ini merujuk pada nasehat-nasehat lama yaitu jangan menaruh
sebuah telur dalam satu keranjang yang sama ini menunjukkan bahwa dengan memegang beberapa saham maka akan terjadi proses diversifikasi
penyebaran resiko. Artinya apabila salah satu saham investor mengalami penurunan harga maka investor tidak akan mengalami kerugian yang
signifikan karena masih memiliki jenis saham yang lain. Karena risiko kerugian saham yang menurun harganya masih dapat dicover oleh saham
yang lainnya yang harganya tidak mengalami penurunan. Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total
investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan
berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
3 Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkaitan
dengan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin
mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus
melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Seorang investor yang rasional akan memusatkan perhatiannya pada 1 Tingkat return
tertinggi dengan tingkat risiko tertentu, dan 2 tingkat return tertentu dengan risiko yang rendah. Kedua kondisi tersebut menunjukkan investasi pada
kondisi yang optimal. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menetukan strategi yang baik. Kalangan Fund
Manager dan analis selalu merujuk nasehat-nasehat lama jangan menaruh telur dalam satu keranjang, di dalam investasi pun demikian jangan
meletakkan dana hanya dalam satu jenis saham hal ini biasa disebut dengan istilah diversifikasi saham. Sehingga untuk mengurangi risiko, investor dapat
melakukan diversifikasi saham dengan membentuk suatu portofolio saham. Masalah yang sering terjadi adalah investor berhadapan dengan
ketidakpastian ketika harus memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi portofolio pilihannya. Sudah barang tentu hal jawabannya adalah tergantung
preferensi risiko para investor itu sendiri. Para investor berhadapan dengan banyak kombinasi saham dalam portofolio. Pada akhirnya harus mengambil
keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal Jogyianto, 2013:
4 337 yang dapat meminimalkan risiko pada tingkat keuntungan tertentu atau
mendapatkan return maksimal pada tingkat risiko tertentu. Pasar modal merupakan salah satu wahana investasi bagi
masyarakat.Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam
menginvestasikan dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana Bapepam-LK, 2012:1.
Reksadana merupakan wadah yang cukup diminati oleh sebagian besar investor di Indonesia. Reksadana merupakan
salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung resiko investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan
mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas Heri Sudarsono, 2008:199. Saat ini
Reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan
alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI. Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki
kriteria yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan
mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan
5 Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Dalam penyusunan portofolio
investasinya, reksadana syariah hanya dapat menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas dari riba dan praktek-praktek
tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau perusahaan atau pihak-pihak
penerbit instrumen investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah seperti riba, perjudian,
pornografi, minuman haram alkohol, babi, dan hiburan yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain.
Menurut Usman 2000 dalam Hariandy Hasbi 2010:64 investor dalam berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara
lain: 1 reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal
hasil yang tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi 2 reksadana syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam
efek ekuitas serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi
ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang 3 reksadana pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal
hasil terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang ditawarkan juga rendah 4 reksadana terproteksi, reksadana ini
memberikan proteksi sebesar 100 dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan
6 pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman.
Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih NAB. Menurut Heri Sudarsono 2008:218, nilai aktiva
bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga
komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank
Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.
Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan
merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar Outstanding yang telah beredar dimiliki investor pada saat
tertentu. NAB per sahamunit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer Investasi dan nilainya dapat dilihat dari
surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari
portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun
berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Januari 2011
– Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1
7
Tabel 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana
syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. terdiri dari beberapa jenis reksadana yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana
Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Indeks dan Reksadana Campuran. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana syariah dari tahun 2011 sampai
2013 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014 - 2015, yaitu naik
30 dari 70 reksadana syariah di tahun 2014 menjadi 85 reksadana syariah di tahun 2015. Selain jumlah reksadana syariah yang meningkat, total Nilai Aktiva
Bersih NAB juga terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga 2015. Sampai September 2015 total NAB reksadana syariah mencapai Rp
10.770.74 miliar dan telah terdapat 86 reksadana syariah yang dinyatakan efektif
8 oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya. Dengan pertumbuhan reksadana syariah di Indonesia yang semakin baik
hal ini juga mendorong minat para investor untuk mengalokasikan dananya pada produk reksadana saham syariah yang pertumbuhannya juga mengalami
peningkatan yang sangat baik. dengan melihat jenis-jenis produk reksadana syariah yang memiliki karakterisitik yang berbeda-beda dengan melihat
pertumbuhan reksadana saham syariah yang cukup baik menjadikan investor lebih tertarik untuk meninvestasikan dananya kepada produk reksadana saham syariah.
Selain itu ketertarikan investor pada reksadana saham syariah ini ditunjang oleh potensi petumbuhan nilai investasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
reksadana yang lainnya. Dari definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK reksadana saham marupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80 dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat sekuritas saham.
9 Perkembangan Reksadana Saham Syariah di Indonesia Januari 2011
– Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Perkembangan Reksadana Saham Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah Perkembangan reksadana saham syariah di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.2
di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana saham syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana saham syariah dari tahun 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan yang tidak terlalu
signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada Nilai Aktiva Bersih NAB dari reksadana saham syariah pada tahun 2011 - 2014, yaitu
dari Rp. 1.588.63 Miliar naik ke angka Rp. 6.135.79 Miliar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pertumbuhan dan meningkatnya jumlah reksadana saham
syariah tetapi juga baiknya kinerja dari reksadana dan manajer investasi saham syariah dengan mengelola dana yang ditanamkan oleh para investor. Akan tetapi
apabila melihat Nilai Aktiva Bersih dari reksadana saham syariah pada September
10 2015 NAB pada tahun berikut mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni
turun dari Rp. 6.135.79 Miliar pada tahun 2014 ke Rp. 5.206.85 Miliar pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan roda perekonomian
secara global yang sisebabkan oleh menguatnya nilai mata uang Dollar Amerika Serikat serta adanya devaluasi nilai mata uang Cina sehingga menyebabkan
melemahnya nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika Serikat yang berdampak pada kegiatan investasi di Indonesia.
Reksadana saham syariah yang saat ini mulai banyak dilirik oleh investor
memiliki karakteristik yang berbeda daripada reksadana saham konvensional biasa, jenis kegiatan usaha perusahaan dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia
MUI, unsur haram yang disyaratkan Dewan Syariah Nasional DSN MUI pada umumnya terkait dengan : Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi,
Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi Konvensional Darmadji, dan Fakhruddin, 2008 : 169. Bagi investor muslim bukan hanya hal tersebut yang
harus diperhatikan, akan tetapi sejauh mana investasi yang dilakukan tidak bertentangan dengan aspek syari’ah.
Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan
instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi data maka semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan dalam
berinvestasi, peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam
pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang
11 efisien diberbagai instrumen investasi.
Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi. Portofolio juga dapat diartikan
gabungan dari beberapa aktiva, surat-surat berharga, saham atau kesempatan investasi. Untuk membentuk portofolio yang optimal, investor harus menentukan
portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terendah, atau resiko
tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih oleh seorang investor dari sekian banyak
pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien. Berbagai metode telah diaplikasikan dalam upaya untuk menentukan
portofolio yang optimal salah satu cara diantaranya adalah dengan penggunaan Model Indeks Tunggal Single Index Model. Investasi pada dasarnya adalah uang
yang dipakai untuk menghasilkan uang. Uang diinvestasikan dalam objek yang telah memberikan hasil, tetapi perlu diingat bahwa investasi dapat bertambah dan
dapat pula merosot nilainya, misalnya hasil yang didapat relatif kecil atau jumlah pokoknya merosot. Berarti melakukan investasi mengandung resiko. Resiko
saham secara umum dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis Systematic Risk atau dikenal dengan risiko
pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum, resiko ini tidak dapat dihindari. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi. Sedangkan risiko tidak sistematis Unsystematic Risk merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara
12 keseluruhan. Resiko ini dapat dihindari melalui diversifikasi saham. Risiko
perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan
dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Pada umumnya investor adalah Risk Averse. Risk Averse adalah investor
yang jika dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan resiko berbeda, maka ia memilih investasi dengan
tingkat resiko lebih rendah, dan jika mempunyai beberapa pilihan portofolio efisien, maka pirtofolio yang optimal yang akan dipilih. Investasi pada hakekatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi merupakan
penggunaan uang untuk obyek-obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan, dan
selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur. Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan
melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisa portofolio optimal adalah menggunakan model indeks tunggal. Analisis
atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan Excess Return to Beta ERB dengan Cut Off Point-nya C
i
dari masing-masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar darai C
i
ERB C dijadikan sebagai kandidat portofolio, sedang sebaliknya yaitu C
i
lebih besar dari ERB ERB C maka tidak diikutkan sebagai kandidat portofolio. Pemilihan saham dan penentuan portofolio
optimal yang dilakukannya didasari oleh pendahulunya Harry Markowitz, yang
13 dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, dan
dianalisis untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap portofolio optimal dari atau sebaliknya.
Analisis portofolio dengan model indeks tunggal yang dilakukan secara konsisten dapat digunakan untuk menentukan return maksimal pada risiko yang
minimal, dengan cara menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat resiko masing-masing saham yang diamati, dan return saham yang dapat dilihat
dari dividen yang dibagikan dan capital gain saham dalam beberapa periode pengamatan Ryan Oktanto, 2007 : 1.
Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas Volatility Return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar Jogiyanto : 2013 : 405.
Indeks beta merupakan salah satu alat ukur yang akurat untuk mengukur suatu portofolio yang mempunyai risiko terendah, maka saham yang dipilih adalah
saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, portofolio saham dapat mengurangi resiko yang timbul Yuli Kurniyati, 2007 : 5.
Rasionalitas investor diukur sejauh mana investor melakukan prosedur pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dari data historis Nilai
Aktiva Bersih NAB pada reksadana saham syariah terdaftar. Permasalahan ini dapat dijawab melalui dua pendekatan, pertama dengan melakukan perhitungan
untuk memilih saham dan menentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal kedua menguji return dan resiko saham yang masuk dalam
kandidat protofolio. Pemilihan Obyek-obyek penelitian dengan menggunakan produk reksadana saham syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK.
14 Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“
Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode
Single Index Model
”
B. Perumusan Masalah