Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model

(1)

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN

REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE

SINGLE INDEX MODEL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Hafidz Nurizal NIM : 1112081000127

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE SINGLE

INDEX MODEL

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh : Hafidz Nurizal NIM : 1112081000127

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 6 Oktober 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Hafidz Nurizal

2. NIM : 1112081000127

3. Jurusan : Manajemen/MIPS

4. Judul Skripsi : Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hafidz Nurizal NIM : 1112081000127

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis (FEB) Jurusan : Manajemen/MIPS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan Skripsi ini, Saya :

1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkannya.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melakukan pembuktian yang telah dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 20 Mei 2016 Yang menyatakan

Hafidz Nurizal


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Hafidz Nurizal

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Desember 1993

3. Alamat : Jl. Lembang I Rt. 001/06 No.40 Kelurahan Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang 15151, Provinsi Banten

4. Telepon : 0812 9731 8948

5. Email : hafidznurizal@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Sudimara Barat 05 Tahun 1999-2005

2. SMP Muhammadiyah 2 Ciledug Tahun 2005-2008

3. SMAN 13 Tangerang Tahun 2008-2011

4. Program Profesional TI Perbankan Syariah, Tahun 2011-2013 CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia

5. Program Sarjana Strata 1 (S-1) Manajemen, Tahun 2012-2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Pelatihan Pengaplikasian MYOB Accounting Tahun 2011 2. Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia Tahun 2015

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Rohis SMAN 13 Tangerang Tahun 2008-2009 2. Divisi Humas Ikatan Remaja Musholah An-Nur Tahun 2013-2014 3. Staff Departemen Olahraga BEM FEB Tahun 2013-2014 4. Staff Departemen Ekonomi Kreatif DEMA FEB Tahun 2015-2016


(7)

vi

V. KEPANITIAAN

1. Koordinator Divisi Humas Muharram 2013 oleh Remaja Islam Musholah An-Nur

2. Koordinator Divisi Humas Maulid Nabi 2013 oleh Remaja Islam Musholah An-Nur

3. Koordinator Divisi Bendahara Isra Mi’raj 2014 oleh Remaja Islam Musholah An-Nur

4. Anggota Acara OPAK 2014 (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) oleh BEM FEB UIN

5. Divisi Humas Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) FEB Acara Pemilihan Umum Raya UIN 2014

6. Mentor Acara OPAK 2015 (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) oleh DEMA FEB UIN

7. Koordinator Divisi Fun Race Acara Economy Expo 2015 oleh DEMA FEB UIN


(8)

vii

ABSTRACT

This study purpose to analyze the formation of the optimal portfolio in mutual funds shares of sharia by using the Single Index Model (SIM). The variable in this study is the Composite Stock Price Index (CSPI) against the net asset value (NAV). The sample in this study is a company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) is a stock mutual funds sharia period 2011-2015. Syariah equity funds which have as many as seven syariah mutual fund shares. This analysis tool to compare the value of Excess Return to Beta (ERB) with a value of Cut Off Point (C *) in determining the optimal portfolio. ERB stock having a value greater than or equal to the cut-off point is the share that will be included in the candidate optimal portfolio, which certainly has the right proportions of each month. The results showed that there are five sharia mutual fund shares that are candidates for the optimal portfolio has ERB value greater than the value of the cut-off point is Trim Syariah Saham ERBTrim > C* with value 0.627813 >

0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* with value 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* with value 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* with

value 1.1334 > 0.024471134 and Manulife Syariah Sektoral Amanah ERBManulife > C* with value 0.091404 > 0.025047421.


(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan portofolio yang optimal pada instrumen reksadana saham syariah dengan menggunakan Single Index Model (SIM). Variabel pada penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu reksadana saham syariah periode 2011-2015. Reksadana saham syariah yang dipilih sebanyak tujuh reksadana saham syariah. Alat analisis ini membandingkan nilai Excess Return to Beta (ERB) dengan nilai Cut Off Point (C*) dalam menentukan portofolio optimal. Saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut off point adalah saham yang akan masuk dalam kandidat portofolio optimal, yang tentunya memiliki proporsi yang tepat pada setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima reksadana saham syariah yang menjadi kandidat portofolio optimal karena memiliki nilai ERB lebih besar dibanding nilai cut off point-nya yaitu Trim Syariah Saham ERBTrim > C* yaitu

0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta >

C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C* yaitu 0.091404 > 0.025047421.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang mengadakan dan Yang mengembalikan makhluk-Nya, Yang Maha Membuat apa yang Dia kehendaki. Pemilik arsy yang agung, Pemberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju aturan (manhaj)-Nya yang lurus dan “jalan” yang kokoh. Pemberi nikmat kepada mereka setelah menyatakan syahadat tauhid dengan memelihara akidah mereka dari kegelapan akibat keraguan dan kebimbangan. Syukur Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang telah dilimpahkan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “ Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model “ Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(11)

x

1. Ibunda Siti Wahyuni dan ayahanda Damsyik M Noor., S.IP tercinta yang telah memberikan dukungan moral, material, spiritual, kasih sayang, cinta, dan tidak pernah berhenti mendoakan serta mendidik penulis dengan penuh kesabaran. Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini yang tidak terhingga. Semoga Allah Subhanahu

Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada

ibunda tercinta, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah mereka berikan,

Aamiin Ya Robbal ’Alamin.

2. Kakaku Hari Fauzi dan Hadi Maulana Serta Adikku tercinta Hani Rismawati yang turut memberikan dukungan serta doa kepada penulis. Semoga Allah

Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan

kepada kalian aamiin Ya Robbal ’Alamin.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, M.H, sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., M.A, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(12)

xi

7. Bapak Dr. Herni Ali HT, S.E., MM, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis.

8. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis

9. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.

10.Ibu Dr. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan memberikan jalan bagi kami di konsentrasi MIPS ini.

11.Ibu Titi Dewi Warnida, S.E., M.M, sebagai Ketua Jurusan Manajemen 12.Ibu Ella Patriana, M.M, sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen

13.Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis

14.Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Pak Ajib, Bu Halimah, Bu Ofa, Pak Rahmat, Pak Bonik, Pak Sofyan.


(13)

xii

15.Teman seperjuanganku selama di CCIT FTUI dan MIPS, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.

16.Sahabat-sahabatku yang telah kuanggap sebagai keluargaku Masnurdiyansyah Gestama, Ahmad Rozali, Alfin Nurfaiz, Pramonosidi Wijanarko, Subarkah Yudi Wijaya, Riyan Apriansyah, Rindo Khossario.

17.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tetapi mampu memberi semangat moril untuk tetap melanjutkan penulisan skripsi ini sampai dengan selesai.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan karena hanya ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, 20 Mei 2016


(14)

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1. Tujuan Penelitian ... 14

2. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Landasan Teori ... 16


(15)

xiv

2. Tingkat Keuntungan ... 20

3. Tingkat Risiko ... 21

4. Portofolio ... 26

a. Pengertian Portofolio ... 26

b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal ... 27

c. Penentuan Portofolio Optimal ... 30

5. Portofolio Efisien ... 34

6. Seleksi Portofolio Optimal ... 35

7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 37

8. Pasar Modal ... 37

9. Instrumen Pasar Modal ... 39

10.Reksadana Syariah ... 41

11.Pihak-pihak yang terlibat ... 42

12.Jenis-jenis Reksadana... 45

13.Keuntungan Reksadana Syariah ... 51

14.Risiko Investasi Pada Reksadana Syariah ... 54

15.Nilai Aktiva Bersih (NAB) ... 55

16.Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah ... 56

B. Penelitian Terdahulu ... 58

C. Kerangka Pemikiran ... 66

D. Hipotesis ... 68


(16)

xv

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 69

B. Metode Penentuan Sampel ... 69

C. Metode Pengumpulan Data ... 70

D. Metode Analisis Data ... 71

E. Operasional Variabel Penelitian ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Hasil Penelitian ... 80

1. Mendeskripsikan Perkembangan NAB, IHSG dan SBI .... 80

2. Menghitung Realized Return, Expected Return, Standar Deviasi dan Varian dari Masing-masing saham Individual, IHSG dan SBI ... 84

3. Menghitung Alpha, Beta dan Variance Error Masing- masing saham ... 85

4. Menghitung Nilai Excess Return to Beta (ERB) dan Nilai Ci Masing-masing saham ... 87

5. Menentukan Cut Off Point (C*) ... 88

6. Menentukan Saham Kandidat Portofolio ... 90

7. Menentukan Portofolio Optimal dan Proporsi Dana Masing-masing Saham Pembentuk Portofolio ... 90

8. Menentukan Koefisien Korelasi dan Covariance Antar Saham Pembentuk Portofolio Optimal ... 91

9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko Portofolio ... 94


(17)

xvi

B. Pembahasan ... 96

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Implikasi ... 108

C. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Reksadana Syariah ... 7

1.2 Perkembangan Reksadana Saham Syariah ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 62

3.1 Sampel Reksadana Saham Syariah ... 70

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 79

4.1 Data IHSG ... 81

4.2 Data Return IHSG ... 81

4.3 Data SBI ... 82

4.4 E(Ri), STDev dan Varian Saham Individual ... 85

4.5 Alpha, Beta dan Variance Error Saham Individual ... 86

4.6 Hasil Perhitungan ERB dan Peringkat ERB Rekadana Saham Syariah ... 87

4.7 Perbandingan Nilai ERB dan C* pada Reksadana Saham Syariah ... 89

4.8 Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan (Xi) ... 90

4.9 Perhitungan Koefisien Korelasi dan Kovarians Reksadana Saham Syariah ... 91

4.10 Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio ... 92 4.11 Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk


(19)

xviii

Portofolio ... 93 4.12 Perhitungan Return Portofolio Reksadana Saham Syariah ... 94 4.13 Perhitungan Risiko Portofolio Reksadana Saham Syariah ... 95


(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 67 4.1 Proporsi Dana Investasi... 104


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Reksadana Saham Syariah yang Menjadi Sampel ... 113

2. Data Rerturn Reksadana Saham Syariah setelah diolah ... 113

3. Data IHSG Sebelum di Olah ... 115

4. Data SBI Sebelum di Olah ... 115

5. Data Return IHSG Setelah di Olah ... 116

6. Data (Rf) SBI Setalah di Olah ... 116

7. Hasil Perhitungan Nilai Cut Off Point (C*) ... 117 8. Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB 117


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada perkembangan era modern seperti saat ini kegiatan dan pengelolaan dana sangat berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan cara berinvestasi pada pasar uang maupun pasar modal. Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal (Astuti dan Sugiharto, 2005 : 251). Investasi yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito, SBI dan valuta asing, sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti saham dan obligasi. Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat memberikan banyak peluang bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Bagi investor yang suka dengan risiko dapat menanamkan modalnya di pasar modal berupa saham, dengan imbalan pendapatan (return) yang tinggi.

Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : 103) risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Investor dalam berinvestasi, di samping menghitung return yang diharapkan juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus pandai-pandai mencari alternatif investasi yang menawarkan tingkat return diharapkan yang paling


(23)

2 tinggi dengan risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu pada tingkat risiko terendah. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menentukan strategi yang baik. Husnan (2005 : 54) menjelaskan bahwa untuk dapat meminimalkan risiko investasi, pemodal dapat melakukan diversifikasi yaitu dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Untuk memperoleh tingkat keuntungan investasi yang masksimal dengan tingkat resiko yang tertentu maka sebaiknya investor memegang beberapa saham (Portofolio) dari perusahaan (Emiten) yang berbeda sektor industrinya. Hal ini merujuk pada nasehat-nasehat lama yaitu jangan menaruh sebuah telur dalam satu keranjang yang sama ini menunjukkan bahwa dengan memegang beberapa saham maka akan terjadi proses diversifikasi (penyebaran resiko). Artinya apabila salah satu saham investor mengalami penurunan harga maka investor tidak akan mengalami kerugian yang signifikan karena masih memiliki jenis saham yang lain. Karena risiko kerugian saham yang menurun harganya masih dapat dicover oleh saham yang lainnya yang harganya tidak mengalami penurunan.

Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.


(24)

3 Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Seorang investor yang rasional akan memusatkan perhatiannya pada 1) Tingkat return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu, dan 2) tingkat return tertentu dengan risiko yang rendah. Kedua kondisi tersebut menunjukkan investasi pada kondisi yang optimal. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menetukan strategi yang baik. Kalangan Fund Manager dan analis selalu merujuk nasehat-nasehat lama jangan menaruh telur dalam satu keranjang, di dalam investasi pun demikian jangan meletakkan dana hanya dalam satu jenis saham hal ini biasa disebut dengan istilah diversifikasi saham. Sehingga untuk mengurangi risiko, investor dapat melakukan diversifikasi saham dengan membentuk suatu portofolio saham.

Masalah yang sering terjadi adalah investor berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi portofolio pilihannya. Sudah barang tentu hal jawabannya adalah tergantung preferensi risiko para investor itu sendiri. Para investor berhadapan dengan banyak kombinasi saham dalam portofolio. Pada akhirnya harus mengambil keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal (Jogyianto, 2013:


(25)

4 337) yang dapat meminimalkan risiko pada tingkat keuntungan tertentu atau mendapatkan return maksimal pada tingkat risiko tertentu.

Pasar modal merupakan salah satu wahana investasi bagi masyarakat.Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana (Bapepam-LK, 2012:1). Reksadana merupakan wadah yang cukup diminati oleh sebagian besar investor di Indonesia. Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono, 2008:199). Saat ini Reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan


(26)

5 Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Dalam penyusunan portofolio investasinya, reksadana syariah hanya dapat menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas dari riba dan praktek-praktek tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau perusahaan atau pihak-pihak penerbit instrumen investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah seperti riba, perjudian, pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain.

Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64) investor dalam berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: (1) reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi (2) reksadana syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam efek ekuitas serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang (3) reksadana pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang ditawarkan juga rendah (4) reksadana terproteksi, reksadana ini memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan


(27)

6 pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman.

Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.

Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (Outstanding) yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer Investasi dan nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan.

Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Januari 2011 – Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1


(28)

7 Tabel 1.1

Perkembangan Reksadana Syariah

Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. terdiri dari beberapa jenis reksadana yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Indeks dan Reksadana Campuran. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana syariah dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014 - 2015, yaitu naik 30% dari 70 reksadana syariah di tahun 2014 menjadi 85 reksadana syariah di tahun 2015. Selain jumlah reksadana syariah yang meningkat, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga 2015. Sampai September 2015 total NAB reksadana syariah mencapai Rp 10.770.74 miliar dan telah terdapat 86 reksadana syariah yang dinyatakan efektif


(29)

8 oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Dengan pertumbuhan reksadana syariah di Indonesia yang semakin baik hal ini juga mendorong minat para investor untuk mengalokasikan dananya pada produk reksadana saham syariah yang pertumbuhannya juga mengalami peningkatan yang sangat baik. dengan melihat jenis-jenis produk reksadana syariah yang memiliki karakterisitik yang berbeda-beda dengan melihat pertumbuhan reksadana saham syariah yang cukup baik menjadikan investor lebih tertarik untuk meninvestasikan dananya kepada produk reksadana saham syariah. Selain itu ketertarikan investor pada reksadana saham syariah ini ditunjang oleh potensi petumbuhan nilai investasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan reksadana yang lainnya. Dari definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK reksadana saham marupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat sekuritas (saham).


(30)

9 Perkembangan Reksadana Saham Syariah di Indonesia Januari 2011 – Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2

Perkembangan Reksadana Saham Syariah

Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah

Perkembangan reksadana saham syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.2 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana saham syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana saham syariah dari tahun 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksadana saham syariah pada tahun 2011 - 2014, yaitu dari Rp. 1.588.63 Miliar naik ke angka Rp. 6.135.79 Miliar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pertumbuhan dan meningkatnya jumlah reksadana saham syariah tetapi juga baiknya kinerja dari reksadana dan manajer investasi saham syariah dengan mengelola dana yang ditanamkan oleh para investor. Akan tetapi apabila melihat Nilai Aktiva Bersih dari reksadana saham syariah pada September


(31)

10 2015 NAB pada tahun berikut mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni turun dari Rp. 6.135.79 Miliar pada tahun 2014 ke Rp. 5.206.85 Miliar pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan roda perekonomian secara global yang sisebabkan oleh menguatnya nilai mata uang Dollar Amerika Serikat serta adanya devaluasi nilai mata uang Cina sehingga menyebabkan melemahnya nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika Serikat yang berdampak pada kegiatan investasi di Indonesia.

Reksadana saham syariah yang saat ini mulai banyak dilirik oleh investor memiliki karakteristik yang berbeda daripada reksadana saham konvensional biasa, jenis kegiatan usaha perusahaan dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), unsur haram yang disyaratkan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI pada umumnya terkait dengan : Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi Konvensional (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008 : 169). Bagi investor muslim bukan hanya hal tersebut yang harus diperhatikan, akan tetapi sejauh mana investasi yang dilakukan tidak

bertentangan dengan aspek syari’ah.

Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi data maka semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi, peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang


(32)

11 efisien diberbagai instrumen investasi.

Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi. Portofolio juga dapat diartikan gabungan dari beberapa aktiva, surat-surat berharga, saham atau kesempatan investasi. Untuk membentuk portofolio yang optimal, investor harus menentukan portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terendah, atau resiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih oleh seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien.

Berbagai metode telah diaplikasikan dalam upaya untuk menentukan portofolio yang optimal salah satu cara diantaranya adalah dengan penggunaan Model Indeks Tunggal (Single Index Model). Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan uang. Uang diinvestasikan dalam objek yang telah memberikan hasil, tetapi perlu diingat bahwa investasi dapat bertambah dan dapat pula merosot nilainya, misalnya hasil yang didapat relatif kecil atau jumlah pokoknya merosot. Berarti melakukan investasi mengandung resiko. Resiko saham secara umum dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis (Systematic Risk) atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum, resiko ini tidak dapat dihindari. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Sedangkan risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara


(33)

12 keseluruhan. Resiko ini dapat dihindari melalui diversifikasi saham. Risiko perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan.

Pada umumnya investor adalah Risk Averse. Risk Averse adalah investor yang jika dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan resiko berbeda, maka ia memilih investasi dengan tingkat resiko lebih rendah, dan jika mempunyai beberapa pilihan portofolio efisien, maka pirtofolio yang optimal yang akan dipilih. Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi merupakan penggunaan uang untuk obyek-obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan, dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur.

Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisa portofolio optimal adalah menggunakan model indeks tunggal. Analisis atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan Excess Return to Beta (ERB) dengan Cut Off Point-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang memiliki

ERB lebih besar darai Ci ( ERB > C*) dijadikan sebagai kandidat portofolio,

sedang sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB ( ERB < C* ) maka tidak

diikutkan sebagai kandidat portofolio. Pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal yang dilakukannya didasari oleh pendahulunya Harry Markowitz, yang


(34)

13 dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, dan dianalisis untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap portofolio optimal dari atau sebaliknya.

Analisis portofolio dengan model indeks tunggal yang dilakukan secara konsisten dapat digunakan untuk menentukan return maksimal pada risiko yang minimal, dengan cara menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat resiko masing-masing saham yang diamati, dan return saham yang dapat dilihat dari dividen yang dibagikan dan capital gain saham dalam beberapa periode pengamatan (Ryan Oktanto, 2007 : 1).

Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (Volatility Return) suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto : 2013 : 405). Indeks beta merupakan salah satu alat ukur yang akurat untuk mengukur suatu portofolio yang mempunyai risiko terendah, maka saham yang dipilih adalah saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, portofolio saham dapat mengurangi resiko yang timbul (Yuli Kurniyati, 2007 : 5).

Rasionalitas investor diukur sejauh mana investor melakukan prosedur pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dari data historis Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada reksadana saham syariah terdaftar. Permasalahan ini dapat dijawab melalui dua pendekatan, pertama dengan melakukan perhitungan untuk memilih saham dan menentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal kedua menguji return dan resiko saham yang masuk dalam kandidat protofolio. Pemilihan Obyek-obyek penelitian dengan menggunakan produk reksadana saham syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK.


(35)

14 Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

. Reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan sebagai kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model)? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengetahui reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan sebagai kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model).

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi para pembaca maupun penyusun khususnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Bagi Masyarakat

Memperluas pengetahuan tentang ilmu ekonomi khususnya dalam pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham


(36)

15 syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model).

2) Bagi Investor

Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bagi para investor dalam memilih saham-saham syariah yang terdapat pada produk reksadana saham syariah.

3) Bagi Akademisi

Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan sebagai bahan tambahan tentang pasar modal dan investasi syariah. Menambah pengetahuan tentang pasar modal syariah dan pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Single Index Model.


(37)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Eduardus Tandelilin, 2010: 2). Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dollar pada masa depan (Sharpe, 1995: 1). Ini berarti adalah penanaman modal saat ini untuk diperoleh manfaatnya di masa depan.

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya (Huda, 2008: 8). Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan lainnya. Tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan. Dalam konteks perekonomian dan Bisnis, menurut Eduardus Tandelilin (2010: 4) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:


(38)

17 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak merupakan keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut di masa depan selalu akan dilakukan.

2. Mengurangi tekanan inflasi.

Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindarkan dalam kehidupan Ekonomi dan Bisnis, yang dapat dilakukan adalah meminimalkan risiko akibat adanya inflasi, hal demikian karena variabel inflasi dapat mengoreksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam sebuah bisnis tertentu dapat dikategorikan sebagai langkah mitigasi yang efektif.

3. Sebagai dana untuk menghemat pajak.

Di beberapa negara belahan dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada usaha tertentu

Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995: 11), pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain:


(39)

18 1. Menentukan kebijakan investasi.

Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

2. Analisis sekuritas.

Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari asset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknis yang meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham perusahaan tersebut. Klasifikasi kedua adalah analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian


(40)

19 mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat.

3. Pembentukan portofolio.

Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektifitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai

macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan

harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.

4. Melakukan revisi portofolio.

Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk


(41)

20 portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri. 5. Evaluasi kinerja portofolio.

Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Untuk melakukan kegiatan investasi, khususnya investasi saham dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana yang harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham.

2. Tingkat Keuntungan

Tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi saham adalah adanya keuntungan yang diterima dimasa depan, karena investasi saham mengandung resiko, maka keuntungan yang diharapkan belum tentu sama dengan keuntungan yang sesungguhnya. Keuntungan dan pendapatan investasi saham berupa Capital Gain dan Deviden. Capital Gain diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli sedangkan Deviden diperoleh dari pembagian laba bersih perusahaan.

Expected return Tingkat pengembalian yang diharapkan diterima dari suatu investasi, rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas


(42)

21 atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang terjadi. Perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan dapat dinyatakan dalam suatu pernyataan yaitu :

E(Rs) =

Tingkat pengembalian (Return) return dari suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut.

Rp 3. Tingkat Resiko

Seorang investor yang hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 20013: 257).

Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan adalah risiko apabila hasil keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnnya dengan pasti, akan tetapi tahu probabilitasnya (nilai kemungkinan), dimana ketidak pastian tersebut (uncertainly) dapat diukur dengan probabilitas. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga (Abdul Halim, 2005: 42) yaitu:


(43)

22 1. Risk Seeker, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi yang risiko lebih besar. Biasanya investor jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.

2. Risk Neutrality, merupakan investor yang akan meminta

kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko, investor jenis ini umumnnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi.

3. Risk Averter, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi yang dengan risiko yang lebih kecil, biasanya investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinnya.

Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 103), Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:


(44)

23 1. Risiko suku bunga

Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun harga saham naik. Mengapa demikian? Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham ke dalam deposito. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka banyak investor yang menjual saham, untuk berinvestasi dalam bentuk deposito. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual saham, cateris paribus, maka harga saham akan turun.

2. Risiko pasar

Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi Ekonomi dan Bisnis, kerusuhan ataupun perubahan politik.


(45)

24 3. Risiko inflasi

Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investoe biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.

4. Risiko bisnis

Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.

5. Risiko finansial

Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.

6. Risiko likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bila diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu


(46)

25 sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko nilai tukar mata uang

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (Negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang Negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).

Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua (Abdul Halim, 2005:43) yaitu :

a. Risiko sistematis (Systematic Risk)

Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro dipengaruhi faktor-faktor-faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan sebagai contoh faktor-faktor makro tersebut adalah perubahan tingkat bunga, kurs valas, dan kebijakan pemerintah. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagisemua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko ini juga disebut undiversiable riks.

b. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)

Merupakan risiko yang dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya dalam suatu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda anatara satu saham dengan saham lain. Karena perbedaan inilah,


(47)

26 maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur asset tingkat likuiditas, dsb. Risiko ini juga disebut diversifiable riks.

4. Portofolio

a. Pengertian Portofoilo

Menurut Irham dan Yovie (2009:2) Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut. Teori ini disebut teori portofolio karena mempunyai cara mengestimasikan dana kedalam bentuk surat-surat berharga, teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa pemilik modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat berharga dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan kemudian ingin mendapatkan santunan (penghasilan) yang lebih tinggi. Dalam teori ini resiko investasi dalam saham didefinisikan sebagai

investasi standar dan tingkat keuntungan. Menurut Jones (2003:3), “

Portfolio is the securities held by an investor taken as a unit ” Artinya Portofolio adalah sejumlah sekuritas yang di pertahankan oleh investor dalam satu kesatuan.

Resiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin membentuk portofolio


(48)

27 yang meimiliki resiko rendah, maka saham-saham yang dipilih bukanlah saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, apabila portofolio tersebut mewakili kesempatan investasi yang ada, maka portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar. Manajer yang ingin mengubah resiko pasar yang dihadapinya dapat melakukan hal tersebut dengan jalan merevisi beta dari portofolio.

Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyeimbangkan kembali portofolio saham yang akan menghasilkan beta yang diinginkan dalam proses minimisasi risiko potorfolio, varian (standar deviasi) pengembalian merupakan alat ukur resiko portofolio, sebagai tambahan kemungkinan tidak tercapainya pengembalian diharapkan dapat dihitung. Jenis analisis ini disebut analisis resiko kerugian. Portofolio normal merupakan tolak ukur yang disesuaikan terdiri dari sekumpulan sekuritas yang umumnya dipilih dan ditimbang manajer yang umumnya dilakukan. Pembentukkan portofolio normal bukanlah merupakan hal yang mudah dilakukan. Kesimppulan yang didapat portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.

b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Single Index Model

Metode Single Index adalah metode yang dikembangkan oleh Sharpe. Metode ini dapat digunakan untuk menyederhanakan


(49)

28 perhitungan dari Metode Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang dibutuhkan di dalam Metode Markowitz. Di samping itu, metode indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan juga risiko portofolio (Jogiyanto, 2013:369).

Metode indeks tunggal mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam metode (Abdul Halim, 2005: 82). Metode indeks tunggal dapat digunakan dalam penentuan portofolio optimal dengan cara membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci). Excess return to beta (ERB) merupakan kelebihan return saham atas return aset bebas risiko (risk free rate) yang disebut dengan return premium per unit risiko yang diukur dengan beta. Cut-off-rate (Ci) merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap variance error saham.

Konsep penghitungannya didasarkan pada metode perhitungan Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan ranking (urutan) saham-saham yang memiliki ERB tertinggi ke ERB yang lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui kelebihan return saham terhadap return bebas resiko per unit resiko. Saham -


(50)

29 saham yang mempunyai excess return to beta (ERB) sama dengan atau lebih besar dari cut-off-point (C*) merupakan kandidat dalam pembentukan portofolio optimal. Metode ini mengaitkan perhitungan return setiap asset ada return indeks pasar. Secara matematis, metode indeks tunggal adalah sebagai berikut (Eduardus Tandelilin, 2010:132).

Ri =

α

i

+ β

i

R

m

+ e

i

Dimana:

Ri = return sekuritas i

Rm = return indeks pasar

αi = bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar

βi = ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar

ei = kesalahan residual

Perhitungan return sekuritas dalam metode indeks tunggal melibatkan dua komponen utama (Eduardus Tandelilin, 2010: 132), yaitu:

1. Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan dilambangkan dengan αi

2. Komponen return yang terkait dengan pasar dilambangkan dengan

βi Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadian-kejadian mikro yang hanya mempengaruhi perusahaan bersangkutan. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar


(51)

30 menyangkut kejadian-kejadian makro yang mempengaruhi seluruh perusahaan. Komponen kesalahan residual (ei) merupakan perbedaan antara sisi kiri persamaan (Ri) dengan sisi kanan

persamaan (αi + βi Rm). Kerena metode indeks tunggal, per definisi, merupakan persamaan, maka sisi kanan dan sisi kiri harus sama. Beta (β) merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Asumsi yang dipakai dalam metode indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respons yang sama terhadap return pasar (Eduardus Tandelilin, 2010: 133).

c. Penentuan Portofolio Optimal

Penentuan portofolio optimal dengan menggunakan single index model (SIM).

1). Investasi Portofolio

Teori portofolio pertama kali dikembangkan oleh Harry Markowitz (1952). Menurut Markowitz, Portofolio adalah mengajarkan tentang berinvestasi dengan cara memecah dana yang diinvestasikan tersebut untuk kemudian meletakannya bukan pada satu jalur namun pada jalur yang berbeda-beda (Irham dan Yovi, 2009:58)


(52)

31 Dengan demikian, portofolio merupakan investasi dalam bentuk sekuritas saham-saham yang memiliki risiko, sehingga investor harus dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan, serta berapa penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diharapkan (Expected Return) dari portofolio secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham. Faktor penimbang adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham (Abdul Halim, 2006:37)

Dalam hal ini Expected Return dari portofolio atau tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari sahm i (Abdul Halim, 2006:37).

2). Proses investasi

Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko juga risiko yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995:11), pada dasarnya ada beberapa tahapan dakam pengambilan keputusan investasi antara lain


(53)

32 a. Menentukan kebijakan investasi

Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. b. Analisis sekuritas

Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari asset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknis yang meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham perusahaan tersebut. Klasifikasi


(54)

33 kedua adalah analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat. c. Pembentukan portofolio

Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi assett khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektifitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.


(55)

34 d. Melakukan revisi portofolio.

Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.

e. Evaluasi kinerja portofolio

Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Untuk melakukan kegiatan investasi, khususnya investasi saham dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana yang harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham.

5. Portofolio Efisien

Portofolio efisien (Efficient Portfolio) adalah portofolio yang berada didalam kelompok yang layak menawarkan kepada para investor ekspektasi return maksimum atas berbagai level resiko dan juga resiko minimum untuk berbagai level ekspetasi


(56)

35 return. Efisien selalu dilihat dari segi biaya, maka portofolio yang efisien juga melihat dari segi biaya yang paling efektif dari berbagai portofolio yang ditawarkan, karena setiap investor tidak menginginkan menginvestasikan dananya pada tempat-tempat yang dianggap tidak efisien.

Investor dapat menentukan kombinasi dari aspek-aspek dan membentuk portofolio, baik yang efisien maupun tidak efisien. Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat memberikan kombinasi tingkat resiko dan keuntungan yang optimal.

Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut (Abdul Halim, 2005:54) :

a. Memberikan ER (Expected Return) terbesar dengan resiko yang sama, atau

b. Memberikan resiko terkecil ER (Expected Return) yang sama. 6. Seleksi Portofolio Optimal

Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu. Karakteristik seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien (Eduardus Tandelilin, 2010: 157).


(57)

36 Pembentukan portofolio yang efisien kita harus berpegang pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang diambilnya. Salah satu asumsi yang paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai risiko. Investor seperti ini jika dihadapkan pada dua pilihan investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang berbeda, akan cenderung memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulam portofolio efisien. Tentunya investor memilih portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya.

Sebagaimana telah disebutkan di bagian awal, dalam teori portofolio dikenal adanya konsep portofolio efisien dan portofolio optimal. Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan return maksimal bagi investor dengan tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien. (Eduardus Tandelilin, 2010: 158) Pemilihan portofolio optimal didasarkan pada preferensi investor terhadap return yang dihadapkan dan risiko yang ditunjukkan oleh kurva


(58)

37 indiferen. Kurva indiferen merupakan suatu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikan tingkat pengembalian yang sama (indifference) bagi investor. Kemiringan (slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal dari tingkat pengembalian dan risiko. (Abdul Halim, 2005: 61).

7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite stock price index menggunkan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. Sebagai contoh IHSG dimasing-masing negara memiliki tingkat perkembangan yang berbeda.

Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Maksud gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimaksudkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat dibursa tersebut.

8. Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun

1995, pasar modal didefinisikan sebagai “Kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,


(59)

38

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Samsul

(2008: 43), mengartikan pasar modal sebagai sarana atau tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 1).

Pasar modal memiliki peran besar bagi Ekonomi dan Bisnis suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus fungsi Ekonomi dan Bisnis dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi Ekonomi dan Bisnis karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat


(60)

39 memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.

Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal, diharapkan aktivitas perekonomian dan bisnis dapat meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 3).

9. Instrumen Pasar Modal

Bentuk instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa: (1) saham (2) obligasi (3) bukti right dan (4) produk turunan atau biasa disebut derivative. (Samsul, 2006: 45).

a. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).


(61)

40 b. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali.

c. Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama, harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price).

d. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun.


(62)

41 10. Reksadana Syariah

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN/-MUI/IV/2001, Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Shahibul maal / rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil pengguna investasi, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguunaan investasi.

Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang beratrti kelola atau pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).

Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah Investment Trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang

diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similiar financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad


(63)

42 Rodoni, 2009:80).

Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip – prinsip syariah. Dari sisi tujuan reksadana syariah dapat disejajarkan dengan Social Responsible Investment (SRI) atau Etihcal

Investment, Socially Aware Investment dan Value-Based

Investment. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini tanpa harus mengabaikan keinginan investornya (Sofiyanti Ghufron dkk, 2005:15-16 ).

11. Pihak-pihak yang Terlibat

Menurut Ahmad Rodoni (2009:87) seorang calon investor yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:

1. Perusahaan Reksadana

Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham Reksadana.


(64)

43 2. Manajer Investasi

Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam-LK sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan Reksadana.

Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor. Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses


(65)

44 investasi yang dilakukan, antara lain:

a) Melakukan analisis makro dan mikro

b) Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek utang atau efek saham).

c) Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih)

d) Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi e) Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker) f) Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio 3. Agen Penjualan

Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau subagensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi. 4. Kustodian

Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan manajer investasi. Kustodian umumnya


(66)

45 adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK sebagai kustodian.

Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam-LK untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee.

5. Transfer Agent

Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang saham yang uptodate. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan kepada kustodian.

12. Jenis-jenis Reksadana

Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu:

1. Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum a) Reksadana berbentuk perseroan


(67)

46 merupakan suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT Reksa Dana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang memiliki saham pada perusahaan tersebut.

b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dengan begitu reksadana KIK bukan merupakan reksadana yang berbentuk badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberikan wewenang untuk melaksanakan investasi penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah


(68)

47 reksadana berbentuk KIK.

2. Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (close-end). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham tersebut dilakukan melalui manajer investasi.

Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) / Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.


(1)

115

Lampiran 3

Data IHSG Sebelum di Olah

Lampiran 4


(2)

116

Lampiran 5

Data Return IHSG Setelah di Olah

Lampiran 6


(3)

117

Lampiran 7

Hasil Perhitungan Nilai

Cut Off Point

(C*)

Lampiran 8

Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB

1. TRIM

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .036 .016 2.206 .031

R_IHSG .523 .385 .176 1.358 .180

a. Dependent Variable: R_TRIM

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_TRIM .0381 .12559 60


(4)

118

2. BATAVIA

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .029 .023 1.248 .217

R_IHSG .361 .556 .085 .649 .519

a. Dependent Variable: R_BATAVIA

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_BATAVIA .0308 .17927 60

R_IHSG .0045 .04218 60

3. PNM

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.021 .011 -1.822 .074

R_IHSG .291 .271 .140 1.076 .286

a. Dependent Variable: R_PNM

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_PNM -.0194 .08780 60


(5)

119

4. CIMB

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .130 .156 .835 .407

R_IHSG 2.975 3.701 .105 .804 .425

a. Dependent Variable: R_CIMB

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_CIMB .1433 1.19539 60

R_IHSG .0045 .04218 60

5. MANDIRI

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.007 .017 -.406 .687

R_IHSG .490 .397 .160 1.236 .222

a. Dependent Variable: R_MANDIRI

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_MANDIRI -.0046 .12911 60


(6)

120

6. CIPTA

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .029 .012 2.461 .017

R_IHSG .113 .279 .053 .404 .688

a. Dependent Variable: R_Cipta

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_Cipta .0294 .08966 60

R_IHSG .0045 .04218 60

7. MANULIFE

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .010 .011 .902 .371

R_IHSG .604 .271 .281 2.228 .030

a. Dependent Variable: R_Manulife

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

R_Manulife .0130 .09079 60