PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL.

(1)

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN

MODEL INDEKS TUNGGAL

SKRIPSI

   

    Oleh : Endik Hidayat 0712010043 / FE / EM

       

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2010

       


(2)

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN

MODEL INDEKS TUNGGAL SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

   

    Oleh : Endik Hidayat 0712010043 / FE / EM

         

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2010

     


(3)

 

SKRIPSI

   

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN

MODEL INDEKS TUNGGAL

 

Yang diajukan : Endik Hidayat 0712010043 / FE / EM

disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Dr.Muhadjir Anwar, MM Tanggal :

Mengetahui

Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur


(4)

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAKSI ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1...Lat ar Belakang Penelitian ...1

1.2...Per umusan Masalah ...6

1.3...Tu juan Penelitian ...7

1.4...Ma nfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8


(6)

2.2...La

ndasan Teori...9

2.2.1.Investasi...9

2.2.1.1. Pengertian Investasi...9

2.2.1.2. Jenis-Jenis Investasi ...10

2.2.1.3. Tujuan Investasi ...11

2.2.1.4. Proses Investasi ...11

2.2.2. Reksa Dana ...13

2.2.2.1. Pengertian Reksa Dana...13

2.2.2.2. Bentuk Hukum Reksa Dana ...13

2.2.2.3. Sifat Operasional Reksa Dana...14

2.2.2.4. Jenis-Jenis Reksa Dana ...15

2.2.2.5. Nilai Aktiva Bersih...17

2.2.2.6. Manfaat Reksa Dana ...17

2.2.2.7. Resiko Reksa Dana...18

2.2.3. Reksa Dana Syariah ...20

2.2.3.1. Sistem Keuangan Syariah...20

2.2.3.2. Prinsip-Prinsip Operasional Lembaga Keungan Syariah ...21

2.2.3.3. Jenis-Jenis Reksa Dana Syariah ...22

2.2.4. Teori Portofolio...23


(7)

2.2.5.1. Imbal Hasil (Return)...25

2.2.5.2. Resiko...26

2.2.5.3. Jenis-Jenis Resiko ...27

2.2.6. Beta ...28

2.2.6.1. Menghitung Beta ...29

2.2.7. Model Indeks Tunggal ...29

2.2.7.1. Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal ...30

2.3. Kerangka Konseptual ...32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...33

3.1...De finisi Operasional dan Pengukuran Variable ...33

3.2...Te knik Penentuan Sampel...36

3.3...Te knik Pengumpulan Data...37

3.3.1. Jenis dan Sumber Data ...37

3.3.1.1.Jenis Data ...37

3.3.1.2.Sumber Data...38

3.4...Te knik Analisis ...38


(8)

3.4.2. Standar Deviasi Reksa Dana ...39

3.4.3. Return Pasar ...40

3.4.4. Resiko Pasar ...41

3.4.5. Beta Reksa Dana ...41

3.4.6. Menentukan Unsystemic Risk ...42

3.4.7. Menentukan Tingkat Pengambalian Resiko...42

3.4.8. Menentukan Portofolio Optimal ...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...De skripsi Obyek Penelitian ...47

4.1.1. Sejarah Singkat Reksa Dana Syariah di Indonesia...47

4.1.2. Peluang dan Tantangan Reksa Dana Syariah di Indonesia ...48

4.1.3. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Index...50

4.1.4. Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia ...52

4.1.5. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ...53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ...53

4.3. Analisis Data Dan Pembahasan...55

4.3.1. Perhitungan Return dan Standar Deviasi Reksa dana Syariah ...55

4.3.2. Perhitungan Return dan Resiko Pasar ...58


(9)

4.3.5. Perhitungan Return Bebas Resiko ...61

4.3.6. Perhitungan ERB Portofolio Optimal...62

4.3.7. Perhitungan Cut Off Rate ...63

4.3.8. Perhitungan Proporsi Dana...65

4.3.9. Perhitungan Return Ekspektasi Portofolio Dan Resiko Portofolio ....65

4.4. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1...Ke simpulan...68

5.2...Sar an...69

DAFTAR PUSTAKA ...70

LAMPIRAN...72

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan Industri Reksa Dana Tahun 2007-2009……….2

Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Tertutup dan Reksa Dana Terbuka………...15

Tabel 3.1 Reksa Dana Syariah Yang Menjadi Sampel Penelitian………..36

Tabel 4.1 NAB per Unit Tahun 2007-2009………....54

Tabel 4.2 Perhitungan E(Ri) dan Standar Deviasi Bulanan………....55

Tabel 4.3 Perhitungan E(Ri) dan Standar Deviasi Tahunan………....56

Tabel 4.4 Perhitungan Return dan Resiko Pasar……….58

Tabel 4.5 Beta Reksa Dana Syariah………....59


(10)

Tabel 4.7 Perhitungan Return Bebas Resiko………...61

Tabel 4.8 Perhitungan ERB……….62

Tabel 4.9 Perhitungan Nilai Ci Reksa Dana Syariah………...64

Tabel 4.10 Perhitungan Xi………...65

Tabel 4.11 Perhitungan Return dan Resiko Portofolio………....66

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Resiko Investasi………..27


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 NAB per Unit Periode Januari 2007 – Desember 2009

Lampiran 2 Return Reksa Dana Tiap Bulan Periode Januari 2007 – Desember 2009 Lampiran 3 Beta Reksa Dana Syariah

Lampiran 4 Resiko Tidak Sistematik Reksa Dana Syariah Lampiran 5 Perhitungan ERB & Ci Reksa Dana Syariah


(12)

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN

MODEL INDEKS TUNGGAL

 

Oleh : Endik Hidayat

Abstraksi

Berkembangnya produk syariah dan perbankan syariah di Indonesia cukup tinggi, terutama reksa dana syariah cukup menarik bagi investor untuk menempatkan modal untuk dikelola oleh manajer investasi yang profesional, reksa dana syariah selain memberikan keuntungan yang tinggi juga memiliki nilai spiritual bagi investor yang memegang konsep keuangan syariah. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk portofolio optimal reksa dana syariah. Berdasarkan asumsi diatas maka kombinasi investasi reksa dana syariah harus memberikan keuntungan optimal dan tingkat resiko minimal, menentukan proporsi dana untuk masing-masing reksa dana syariah, serta mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat resiko dari portofolio yang terbentuk.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan cara dokumentasi data dari Bapepam/LK berupa NAB per unit bulanan reksa dana syariah, tingkat suku bunga syariah SWBI periode bulanan, dan indeks syariah (JII) periode bulanan. Untuk memenuhi tujuan penelitian dilakukan obsevarsi dari data-data tersebut dengan menggunakan model indeks tunggal.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode indeks tunggal dapat disimpulkan bahwa dari 16 reksa dana syariah yang menjadi sampel hanya ada 3 reksa dana syariah yang dapat dimasukan dalam pembentukan portofolio optimal yaitu PNM Amanah Syariah, BNI Dana Syariah, Danareksa Syariah Berimbang.


(13)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang penelitian

Perkembangan ekonomi dunia pada awal 2010 semakin membaik sejak adanya krisis finansial global pada pertengahan tahun 2008. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi yang lebih kondusif setelah mengalami masa krisis, diantaranya menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi terhadap US dollar dan memberikan dana talangan (bailout) terhadap Bank Century yang sekarang menjadi perhatian masyarakat Indonesia.

Karena kasus Bank Century yang menjadi pusat perhatian dan pemberitaan di Indonesia. Sehingga, mendorong masyarakat menjadi lebih mengenal dunia perbankan, investasi dan finansial. Paradigma yang ada di masyarakat selama ini jika ingin berinvestasi khususnya di investasi finansial (financial investment) seperti saham dan obligasi membutuhkan dana yang besar oleh karena itu tabungan masih menjadi primadona investasi di masyarakat. Investasi keuangan dibedakan menjadi 2 (dua) investasi langsung dan tidak langsung, untuk investasi langsung investor membeli langsung aktiva keuangan tanpa perantara sedangkan investasi tidak langsung investor membutuhkan perusahaan investasi untuk membeli aktiva keuangan. Perusahaan investasi tersebut adalah reksa dana.


(15)

Instrumen investasi islami seperti reksa dana syariah mengalami pertumbuhan NAB yang membaik selama periode januari – mei 2009 tercatat dana kelolaan 769,78 miliar menjadi 2,946 triliun. Sehingga harga NAB/unit juga mengalami kenaikan harga yang signifikan sehingga memberikan return yang tinggi bagi investor. Melihat trend penurunan BI rate secara perlahan sejak krisis finansial pertengahan 2008, BI rate tercatat pada januari 2009 8,75% secara perlahan turun hingga desember 2009 menjadi 6,5%. Maka, dengan demikian reksa dana syariah dapat dijadikan sarana investor yang terbiasa berinvestasi pada tabungan dan deposito bank. Untuk beralih ke reksa dana syariah yang menawarkan return yang lebih menarik. Karena semua investasi memiliki resiko reksa dana syariah juga mengandung resiko salah satu fluktuasi nilai aktiva bersih. Bagi investor, resiko dapat didiversikan dengan menempatkan dana pada beberapa produk reksa dana syariah, seperti nasehat klasik “jangan menaruh telur pada satu keranjang”.

Tabel 1.1 Perkembangan Industri Reksa Dana Tahun 2007-2009

No KETERANGAN 2007 2008 2009

1 Jumlah Perusahaan Reksa Dana Syariah 26 37 46

2 Jumlah Perusahaan Reksa Dana 473 602 673

3 Proporsi Reksa Dana Syariah dari Total

Reksa Dana 5,7% 6,59% 8,2%

4 NAB Reksa Dana 91,5 T 74,35 T 113,17

5 NAB Reksa Dana Syariah 2,2 T 1,77 T 4,63 T

6 Proporsi NAB Reksa Dana Syariah dari

Total Reksa Dana 2,35% 2,42% 4,09%

Sumber : hasil olahan dari Bapepam

Investasi pada reksa dana cocok untuk para investor pemula dan tidak membutuhkan dana yang sangat besar, juga dengan tingkat pengembalian


(16)

(return) yang lebih baik dibandingkan tabungan. Seiring membaiknya iklim investasi dan perekonomian di Indonesia maka kecendurungan masyarakat untuk berinvestasi semakin tinggi terutama di reksa dana.

Reksa dana syariah adalah terobosan baru bagi investasi keuangan syariah, berdasarkan tabel diatas. Pada tahun 2009 terdapat 46 perusahaan reksa dana syariah dari 673 proporsi jumlah reksa dana syariah 8,7% dari total reksa dana aktif. Pada tahun 2008 terdapat 37 reksa dana syariah dari 602 perusahaan reksa dana dan proporsi jumlah reksa dana syariah adalah 6,59% dari total reksa dana. Pada tahun 2007 reksa dana syariah mencapai 26 dari 473 jumlah proporsi reksa dana syariah 5,7% dari total reksa dana aktif tahun tersebut. Ditinjau dari Nilai Aktiva Bersih (NAB), total NAB reksa dana syariah pada akhir tahun 2009 mencapai Rp 4,63 triliun meningkat 161% dari NAB tahun 2008 yaitu 1,77 triliun, namun NAB reksa dana syariah pada tahun 2008 mengalami penurunan dari NAB tahun 2007 yang mencapai 2,2 triliun karena dampak krisis finansial global yang mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Perkembangan reksa dana dapat dilihat melalui NAB (Nilai Aktiva Bersih) yaitu, merupakan salah satu tolak ukur untuk memantau hasil dari suatu reksa dana. Jika NAB total mengalami peningkatan maka NAB per unit juga naik, maka investor akan memperoleh keuntungan yang besar. NAB total menurun, maka investor akan mengalami kerugian. Oleh karena itu NAB sangat berfluktuatif tiap periode waktu.


(17)

Ketertarikan investor pada produk reksa dana syariah semakin meningkat, terbukti pertumbuhan jumlah perusahaan reksa dana syariah yang bertambah mulai tahun 2007 sampai 2009. Tetapi total NAB reksa dana syariah yang tercatat pada tahun 2009 mencapai angka tertinggi 4,63 triliun dari 113,17 NAB total reksa dana aktif. Sehingga proporsi NAB reksa dana syariah terhadap total NAB reksa dana hanya mencapai 4.09% pada Desember 2009.

Saat ini industri reksa dana syariah masih kecil dibandingkan reksa dana konvensional. Seperti yang diungkapkan salah satu Direktur Utama perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia yaitu, PT Fortis Investment, Eko P. Pratomo mengatakan, reksa dana syariah memiliki tantangan antara lain edukasi dan instrumen. Tetapi instrumen syariah semakin menarik dengan adanya sukuk. Menurutnya hingga akhir tahun reksa dana syariah masih kecil tetapi akan tetap tumbuh. Bila akhir tahun 2009 mencapai 5% itu sudah semakin bagus. (Inilah.Com)

Pada akhir 2009 ternyata pertumbuhan NAB reksa dana syariah masih kurang dari 5% yaitu hanya 4,09% nilainya masih tergolong kecil. Sehingga ada portofolio dalam investasi reksa dana syariah yang belum optimal. Ditinjau dari investasi di dalam reksa dana, investor selalu menganalisis perusahaan reksa dana tempat uang mereka ditanam. Dalam analisis tersebut investor akan melihat berapa besar laba yang mereka peroleh dari setiap unit penyertaan modal (UP).Sedangkan menurut Sapto


(18)

Rahardjo (2004 : 4) NAB per unit penyertaan adalah dengan menghitung NAB total masing-masing reksa dana dibagi dengan UP yang beredar.

Maka dalam berinvestasi di reksa dana investor akan memilih perusahaan reksa dana yang mempunyai NAB total yang besar sehingga memberikan laba yang optimal. Industri reksa dana syariah yang masih dalam kategori kecil maka investor harus jeli dan cerdas dalam memilih perusahaan reksa dana syariah dan membeli produk investasi dari reksa dana tersebut.

Jika investor adalah rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio yang optimal dapat ditentukan dengan model Markowitz atau dengan model indeks tunggal. Untuk menentukan portofolio yang optimal dengan model-model ini, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien (Jogiyanto, 2000 : 169).

Artinya, bisa diperoleh suatu investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan resiko yang lebih rendah, atau dengan resiko sama memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Portofolio yang memiliki karakteristik seperti itu disebut sebagai portofolio yang efisien (Husnan, 1993 : 29)

Menurut Sharpe (1997 : 202) dalam efficient set theorem investor akan mimilih portofolio yang optimal dari sejumlah portofolio yang :

1. Menawarkan ekspektasi return maksimun untuk berbagai tingkat resiko.


(19)

2. Menawarkan resiko yang minimum untuk berbagai tingkat ekspetasi return.

Reksa dana syariah bertujuan untuk mencari investasi yang halal sesuai dengan peraturan syariah dan dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum islam. Dalam penyusunan portofolionya reksa dana syariah menginvestasikan dananya pada perusahaan yang dianggap halal sehingga para investor yang menganut konsep syariah tidak terjebak investasi yang haram dan berujung dosa. Seiring makin tumbuhnya produk syariah terutama pada sektor perbankan maka reksa dana syariah merupakan instrumen investasi yang mulai digemari masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian yaitu “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksa Dana Syariah Menggunakan Model Indeks Tunggal”

I.2. Perumusan Masalah

Bersdasarkan uraian latar belakang, maka, maka permasalahan penelitian ini adalah :

1) Produk reksa dana syariah yang bagaimana yang dimasukan dalam portofolio ?

2) Bagaimana investor menyusun portofolio optimal dari perusahaan reksa dan syariah yang terpilih ?


(20)

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1) Untuk mengetahui produk reksa dana syariah yang layak dimasukan dalam portofolio syarat dan kriterianya

2) Untuk mengetahui portofolio optimal dari reksa dana syariah berdasarkan return (imbal hasil) dan risk (resiko) yang optmal.

I.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi penulis sebagai tambahan ilmu dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari selama perkuliahan.

2) Bagi investor memberikan informasi tambahan dan referensi dalam berinvestasi khususnya pada reksa dana syariah.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kepustakaan fakultas ekonomi UPN “Veteran” Jatim.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai reksa dana telah banyak dilakukan, tetapi penelitian sebelumnya yang mendekati penelitian ini pernah dilakukan oleh Jiwa Adisetya (2006)” Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen Reksa Dana Saham Menggunakan Metode single index model dan efficient frontier Markowitz”. Perusahaan reksa dana yang diteliti adalah 16 reksa dana saham yang aktif.

Masalah dalam penelitian tersebut adalah bagaimana memilih produk-produk yang tepat, mengingat jumlah total produk reksa dana saham sangat banyak. Setelah terpilih produk-produk yang dinilai layak yang dimasukan ke dalam portofolio, bagaimana menentukan proporsi dana untuk masing-masing produk terpilih agar diperoleh portofolio yang optimal.

Hasil dan kesimpulan penelitian terdahulu adalah menunjukan yang termasuk reksa dana saham yang memberikan resiko yang minimal atau yang dapat memberikan imbal hasil yang paling besar pada tingkat resiko tertentu dan layak masuk dalam portofolio adalah sebagai berikut : Rencana Cerdas, SI Dana Saham, TRIM Kapital (Dana Megah Kapital).

Dalam penilitian tersebut diatas bersifat jangka pendek sehingga informasi yang dihasilkan tidak lagi relevan dalam jangka panjang. Untuk


(22)

itu penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang relayan sesuai dengan kondisi saat ini.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Investasi

2.2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi merupakan kegiatan mengelola dana pihak yang kelebihan dana untuk mendapatkan imbal hasil di masa yang akan datang. Dalam sistem ekonomi terbuka suatu Negara khususnya Indonesia , kegiatan investasi mampu meningkatkan kemakmuran Negara ditandai dengan pembangunan suatu usaha dan industri baru yang mampu menggerakkan perekonomian. Secara umum suatu dana/modal dapat berasal investor dari luar negeri (asing) atau dalam negeri (domestik).

Ada banyak pengertian investasi Reilly dan Brown (6 : 2006) memberikan pengertian investasi adalah, investment is the current

commitment of dollar for a period of time to derive future payment that will compensate the investor for:

1. the time the funds are commited 2. the expected rate of inflation

3. the uncertainty of the future payment.

Jadi dapat diartikan investasi adalah komitmen sejumlah dollar saat ini pada suatu periode untuk menarik pembayaran pada masa yang akan datang dan investor akan menerima kompensasi untuk :


(23)

1. Waktu dana tersebut dilaksanakan. 2. Harapan tingkat inflasi.

3. Ketidakpastian pembayaran masa depan.

Menurut Jogiyanto (2000 : 5) investasi adalah penundaan komsumsi untuk digunakan di dalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu.

Menurut Sunariyah (2003 : 4) pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimilki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa– masa yang akan datang.

Sharpe (1997 : 1) membedakan investasi menjadi dua bentuk, yaitu investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik. Investasi finansial (financial

investment) melibatkan kontrak-kontrak tertulis, seperti saham dan

obligasi.

2.2.1.2 Jenis-Jenis Investasi

Menurut Jogiyanto (2000 : 6), investasi ke dalam aktiva keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Investasi langsung yaitu, investasi yang dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari perusahaan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain.


(24)

2) Investasi tidak langsung yaitu investasi yang dapat dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva–aktiva keuangan dari perusahaan lain.

2.2.1.3 Tujuan Investasi

Dalam berinvestasi, para investor memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan. Sejak perekonomian primitif sampai perekonomian modern. Tujuan adalah untuk memperoleh hasil atau keuntungan yang maksimal. Menurut Tandellilin (2001 : 4) ada beberapa tujuan investor melakukan investasi antara lain:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang 2. Mengurangi tekanan inflasi

3. Dorongan untuk menghemat pajak 2.2.1.4 Proses Investasi

Menurut Husnan (1993 : 12) menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak invastasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan kebijakan investasi.

Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi yang dilakukan.


(25)

Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

3. Pembentukan portofolio.

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.

4. Melakukan revisi portofolio.

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki.

5. Evaluasi kinerja portofolio.

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun resiko yang ditanggung.


(26)

2.2.2 Reksa Dana

2.2.2.1 Pengertian Reksa Dana

Ditinjau dari pengertian dalam bahasa Indonesia, reksa dana berasal dari kosa kata reksa yang artinya jaga atau pelihara dan dana yang berarti uang atau kumpulan uang. Jadi, reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan.

Mengacu pada, UU no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa reksa dana adalah sebagai wadah yang dipergunakan untuk untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada portofolio efek oleh manajer investasi.

Dalam kegiatan pengelolaan dana manajer investasi adalah perusahaan, bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek nasabah, perusahaan manajer investasi harus memperoleh izin dari Bapepam & LK. Untuk melakukan kegiatan sebagai manajer investasi. Dana dan kekayaan (surat-surat berharga) yang dimiliki reksa dana adalah milik para investor dan disimpan atas nama reksa dana di Bank Kustodian (Pratomo dan Ubaidillah, 2009 : 44)

2.2.2.2 Bentuk Hukum Reksa dana

Di Indonesia, sesuai dengan peraturan berlaku, terdapat 2 bentuk hukum reksa dana (Pratomo dan Ubaidillah, 2009 : 46) yaitu :

a. Reksa dana berbentuk perseroan adalah suatu perusahan (perseroan terbatas) yang dari sisi bentuk hukum tidaklah berbeda dari perusahaan lainya. PT reksa dana bergerak dalam pengelolaan portofolio


(27)

b. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)

Kontrak investasi adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan (UP) sebagai investor. Jika dalam PT reksa dana direksi perusahaan membuat 2 kontrak masing-masing dengan manajer investasi dan bank kustodian untuk pengelolaan investasi, dalam reksa dana berbentuk KIK hanya ada satu kontrak yang disebut kontrak investasi kolektif. 2.2.2.3 Sifat Operasional Reksa Dana

Berdasarkan sifat operasional, reksa dana dapat bersifat tertutup (close-end) atau terbuka (open-end). Perbedaan utama antara reksa dana terbuka dan tertutup adalah dalam hal mekanisme transaksi jual-beli saham/UP. Beberapa karakteristik dari reksa dana tertutup dan terbuka adalah (Pratomo dan Ubaidillah, 2009 : 48) sebagai berikut :


(28)

Tabel 2.1 Perbedaan reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka Reksa Dana tertutup Reksa Dana Terbuka

Menjual sahamnya pada

penawaran umum perdana sampai batas modal dasar.

Menjual sahamnya secara terus-menerus sepanjang ada pemodal yang membeli.

Saham reksa dana dicatatkan di bursa efek.

Saham reksa dana tidak perlu dicatat di bursa efek.

Investor tidak dapat menjual kembali saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada reksa dana, tetapi kepada investor lain melalu bursa.

Investor dapat mejual kembali saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada reksa dana.

Harga jual/beli untuk saham/UP tergantung penawaran dan

permintaan antar investor di bursa.

Harga jual/beli untuk saham/UP antara PT reksa dana dan investor berdasarkan atas NAB per unit yang dihitung bank custodian

2.2.2.4 Jenis-jenis Reksa dana

Dari sisi peraturan Bapepam & LK, reksa dana Indonesia dibagi (Pratomo dan Ubaidillah, 2009 : 68) beberapa jenis kategori :

1. Reksa dana pasar uang (RDPU)

Reksa dana pasar uang didefinisikan sebagai reksa dana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang sendiri didefinisikan sebagai efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu


(29)

tahun. Secara umum instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi serta utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang memiliki resiko paling rendah.

2. Reksa dana pendapatan tetap (RDPT)

Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen yang lain.

3. Reksa dana saham (RDS)

Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% portofolio yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat ekuitas (saham). Dibandingkan dengan RDPU dan RDPT, RDS memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demekian juga resikonya. 4. Reksa dana campuran (RDC)

Reksa dana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dengan porsi alokasi yang lebih fleksibel. RDC adalah reksa dana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek utang yang perbandingannya (alokasinya) tidak termasuk RDPT dan RDS. Potensi hasil dan resiko RDC secara teoritis dapat berada di tengah-tengah antara RDPT dan RDS.


(30)

2.2.2.5 Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Nilai aktiva bersih adalah nilai wajar aset investasi dikurangi biaya operasional. Nilai wajar merupakan nilai pasar dari instrument investasi berupa saham, obligasi, surat berharga pasar uang, serta deposito ditambah dividen saham dan kupon obligasi kemudian dikurangi biaya operasional reksa dana. Biaya operasional reksa dana mencakup biaya manajer investasi, biaya bank kustodian, dan rupa-rupa biaya reksa dana yang lain (Samsul, 2006 : 350).

Untuk menhitung NAB per unit diperoleh dengan rumus : Total NAB

NAB/unit = ………..(2.1) Jumlah UP beredar

2.2.2.6 Manfaat Reksa Dana

Manfaat investasi pada reksa dana menurut Fakhrudin (2001 : 243) diantaranya :

a. Dikelola manajemen professional

pengelolaan reksa dana dilaksanakan oleh manajer investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. b. Diversifikasi investasi

Yang diwujudkan dalam portofolio efek yang mengurangi resiko (tetapi tidk dapat menghilangkan) karena dana/kekayaan reksa dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga resikonya juga tersebar.


(31)

c. Kemudahan berinvestasi.

kemudahan ini tercermin dari relative rendahnya nilai investasi awal reksa dana dibanding jenis investasi yang lainnya serta kemudahan pelayanan administrasi dalam pembeliana maupun penjulan kembali. d. Tranparansi informasi

reksa dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biaya secara kontinyu sehingga pemegang saham dapat memantau keuntungannya.

e. Likuiditas tinggi

pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaannya setiap sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.

f. Biaya rendah

Karena reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara professional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efesiensi biaya transaksi.

2.2.2.7 Resiko Reksa Dana

Dalam investasi selalu terdapat resiko sehingga dalam reksa dana juga terdapat resiko (Fakhrudin, 2001 : 245) sebagai berikut :


(32)

Resiko ini dipengaruhi oleh turunya harga dari efek (saham, obligasi, surat berharga) yang menjadi bagian portofolio reksa dana di bursa mengakibatkan menurunya nilai unit penyertaan.

b. Resiko likuiditas.

Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.

c. Resiko politik ekonomi

Perubahan kebijaksanaan di dalam bidang politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang telah go public/listing di bursa efek. Hal tersebut jelas mempengaruhi harga efek yang termasuk dalam portofolio reksa dana.

d. Resiko wanprestasi

Resiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segara membayar ganti rugi atau lebih rendah dari nilai pertanggungjawaban saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana; pialang, bank Kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan, yang dapat mempengaruhi penurunan NAB reksa dana yang bersangkutan.


(33)

2.2.3 Reksa Dana Syariah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional no. 20/DSN-MUI/IX/2000 yang dikutip oleh Andri (2009 : 168) pengertian reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil

sahib al-amal dengan pengguna investasi.

Dengan demikian, reksa dana syariah adalah reksa dana yang pengelolaannya dan kebijakan investasinya mengacu pada investasi Syariah Islam. Reksa dana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum Syariah islam. 2.2.3.1 Sistem keuangan Syariah

Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah (Andri, 2009 : 19).

Bank dan lembaga keuangan syariah merupakan implementasi dari sistem keuangan syariah yang menerapkan prinsip-prinsip islam dengan tujuan untuk kebaikan (kemaslahatan) dan keseimbangan seluruh umat manusia karena agama islam adalah rahmatan lil alamin (universal).


(34)

2.2.3.2 Prinsip-Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah

Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah yang menjalankan kegiatan usahanya menurut Andri (2009 : 36) adalah :

1. Bebas masyir, secara bahasa maknanya judi secara umum mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan (spekulasi).

2. Gharar, Secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar adalah sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam harta,

kemegahan, jabatan, syahwat (keinginan), dan lain.

3. Haram, secara bahasa berarti larangan dan penegasan. Larangan bisa timbul karena beberapa kemungkinan, yaitu dilarang oleh tuhan dan bisa juga karena pertimbangan akal. Umat islam hanya memproduksi, mekomsumsi dan mendistribusi produk dan jasa yang halal saja.

4. Riba, secara bahasaa berarti bertambah dan tumbuh. Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya (fadhl) atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang memprasyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).

5. Batil, secara bahasa artinya batal,tidak sah dalam aktivitas jual beli allah menegaskan manusia dilarang mengambil harta dengan cara yang batil.


(35)

2.2.3.3 Jenis-Jenis Reksa Dana Syariah

Secara umum reksa dana konvensional dan reksa dana syariah memiliki jenis-jenis yang sama, maka investor dapat memilih berdasarkan jenis reksa dana yang ditawarkan (Andri, 2009 : 194) diantaranya :

1. Reksa dana pasar uang, yaitu reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini reksa dana syariah dapat berinvestasi pada SBI syariah, deposito syariah dan sertifikat deposito syariah, sertifikat investasi mudharabah antarbank.

2. Reksa dana pendapatan tetap, yaitu reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek obligasi syariah, yaitu obligasi syariah yang tercatat di Jakarta Islamic index BEI.

3. Reksa dana saham, yaitu reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dalam efek yang bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI.

4. Reksa dana campuran, yaitu reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah dan efek bersifat obligasi syariah yang perbandingannnya tidak termasuk dalam kategori di atas. 5. Reksa dana terproteksi yang memberikan proteksi sebesar 100% dari

nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Karena memberikan jaminan proteksi, reksa dana ini cenderung diinvestasikan pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang aman.


(36)

2.2.4 Teori Portofolio

Menurut Irham dan Yovi (2009 : 2) portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan resiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya menganekaragamkan resiko tersebut.

Dalam berinvestasi pihak investor harus dapat memilih produk investasi yang tepat untuk menjadi bagian dari portofolionya. Sering kita mendengar peringatan “Don’t put your eggs into one basket” yang dapat memberikan pengertian lebih baik mempnyai berbagai macam jenis investasi daripada hanya mempunyai satu jenis investasi yang tujuannya untuk mengurangi resiko.

Teori portofolio Markovitz yang pernah dikemukakan oleh Harry Markovitz pada tahun 1952, begitu banyak memberi inspirasi bagi perkembangan teori portofolio modern. Konsep teori ini dikenal dengan diversifikasi investasi atau melakukan investasi yang sifatnya tidak terpusat pada satu bidang saja. Markovitz menekankan bahwa portofolio yang paling baik adalah yang dikelola dengan cara paling optimal. Yaitu, portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan paling tinggi berdasrkan suatu tahap resiko, ataupun membentuk portofolio yang beresiko paling rendah pada setiap tahap tingkat keuntungan.

William Sharpe (1963) memperkenalkan model indeks tunggal yang merupakan satu penyesuaian dari pada model Markovitz. Model


(37)

indeks tunggal ini membolehkan lebih banyak jumlah sekuritas yang dianalisis dibandingkan dengan model Markovitz yang memerlukan penaksiran yang begitu banyak jika jumlah sekuritas ditambahkan. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan jika indeks harga saham naik. Kebalikannya, jika indeks harga saham turun maka kebanyakan saham mengalami penurunan harga.

2.2.4.1 Tujuan pembentukan portofolio

Banyak pakar bidang keuangan merumuskan bahwa tujuan pembentukan portolio secara umum ada dua. Dimana dua-duanya bertujuan untuk memberikan kepuasan yang maksimun kepada para pemegang saham.(Irham dan Yovi,2009 : 3) adapun tujuan pembentukan portofolio adalah:

a. Berusaha untuk memberikan keuntungan yang maksimun sesuai dengan yang diharapkan atau adanya return yang diharapkan (expected return)

b. Menciptakan resiko yang minimum c. Menciptakan continuity dalm bisnis


(38)

2.2.5 Imbal Hasil (return) dan Resiko (Risk) 2.2.5.1 Imbal Hasil (return)

Imbal Hasil (return) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan.

Return historis berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi

(expected return) dan resiko di masa datang (Jogiyanto,2000 : 107). Formulasinya untuk menentukan imbal hasil reksa dana menurut (Pratomo dan Ubaidillah, 2009 : 177) sebagai berikut :

NAB/unitbeli

NAB/unitjual

Laba = x 100%...(2.2)

NAB/unitbeli Dimana:

Laba = hasil investasi dari reksa dana.

NAB/unitbeli = nilai aktiva bersih saat membeli produk reksa dana.


(39)

2.2.5.2 Resiko (Risk)

Resiko merupakan sesuatu yang harus ditanggung dalam kegiatan investasi. Karena semua investasi yang menguntungkan selalu mempunyai resiko. Jadi pihak investor dalam memutuskan produk investasinya, selalu melihat resiko yang melekat pada produk investasi tersebut.

Menurut Irham dan Yovi (2009 : 150) resiko sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.

Karakteristik sikap investor sangat mempengaruhi keputusan investasi. Menurut Husnan (1993 : 62) sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu sikap yang risk averse (Tidak menyukai resiko), risk neutral (netral terhadpa resiko), dan risk seeker (menyukai resiko). Formulasi untuk menghitung resiko yang biasa disebut variance (Chandra, 2002 : 113) sebagai berikut :

n

( Ri – R )

i=1 2

=

………(2.3)

n-1

Dimana : 2

=Variance

R = rata-rata return ekspektasi bulanan

Ri = Hasil bulan bersangkutan n = jumlah data return bulanan


(40)

2.2.5.3 Jenis-jenis Resiko

Untuk mengurangi resiko investasi, investor harus mengenal jenis resiko investas. Jenis resiko ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu resiko sistematis atau disebut systematic risk atau undiversifiable risk, dan resiko tidak sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau diversifiable risk ( Samsul, 2006 : 285).

a. Resiko sistematis (systematic risk) yaitu apabila resiko sistematis muncul atau terjadi, maka semua jenis saham akan terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak dapt mengurangi kerugian. Contoh resiko sistematis adalah kenaikan inflasi yang tajam, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi.

b. Resiko tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu spesifik yang hanya berdampak terhadap suatu saham atau sector tertentu. Contoh resiko tidak sistematis adalah peraturan pemerintah impor dan ekspor semen.

Gambar 2.1 Resiko Investasi Resiko

Resiko Tidak Sistematis

Resiko Sistematis


(41)

Sumber : M. Samsul, 286, 2006, Pasar Modal Dan Manajemen portofolio, Erlangga

2.2.6. Beta

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta portofolio megukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatip terhadap resiko pasar (Jogiyanto, 2000 : 238)

Secara teori kecenderungan sebuah saham bergerak naik dan turun mengikuti pasar tergantung koefisien betanya (beta coefficient) untuk lebih memahami nilai beta menurut Brigham dan Houston (2006 : 240) dibedakan sebagai berikut :

a. Nilai beta = 1 maka saham akan bergerak naik dan turun seiring dengan rata-rata pasar secara umum, dan akan sama beresikonya dengan rata-rata saham.

b. Nilai beta = 0.5 maka saham hanya akan memiliki setengah gejolak pasar. Saham akan naik dan turun sebesar setengahnya saja, dan sebuah portofolio dari saham-saham seperti itu akan memiliki setengah resiko dari portofolio saham-saham dengan beta = 1

c. Nilai beta = 2 maka saham menjadi lebih volatile (bergejolak) dua kali saham rata-rata. Nilai dari portofolio dapat berlipat ganda atau tinggal setengahnya dalam waktu singkat.


(42)

2.2.6.1 Menghitung Beta

Secara definisi beta merupakan pengukur volatilitas antara return-return sekuritas (portofolio) dengan return-return-return-return pasar. Dengan demikian beta dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2000 : 245).

………(2.4)

2

m

Dimana :

= beta sekuritas ke-i.

= covariance antara return antara sekuritas ke-i dengan indeks

return pasar.

m2 = varians return pasar. 2.2.7 Model Indeks Tunggal

Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Kebalikannya juga benar, yaitu jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menyarankan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan nilai pasar (Jogiyanto, 2000 : 203).


(43)

Maka formula model indeks tunggal adalah sebagai berikut :

R

i

=

i

+

i

. R

M

+ e

i ... (2.5)

Dimana:

Ri = Return sejuritas ke-i.

i= Nilai ekspektasi dari return yang independen terhadap return pasar.

i = Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat perubahan Rm.

RM = Tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan variable acak. ei = Kesalahan residu yang merupakan variable acak dengan nilai

ekspektasinya sama dengan nol atau E(ei) = 0. 2.2.7.1 Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal

Peritungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat mudah jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu saham dapat dimasukan dapat dimasukan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio excess return beta (Fakhruddin, 2001 : 193) rasio tersebut dituliskan sebagai berikut :

E(Ri) - Rf

ERBi = ………(2.6)

             i

Dimana :


(44)

E(Ri) = Expected return berdasarkan model indeks tunggal saham ke-i.

Rf = Return aktiva bebas resiko (risk-free rate of return).

i = Beta saham ke-i.

Portofolio yang optimal akan berisi dengan saham-saham yang mempunyai nilai rasio excess return to beta yang tinggi. Saham-saham yang dengan rasio excess return to beta yang rendah tidak akan dimasukan dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off

point) yang menentukan batas nilai excess return to beta berapa yang dikatakan

tinggi (Fakhruddin, 2001 : 194).

Jadi dapat disimpulkan langkah-langkah penentuan saham yang dapat dimasukan portofolio optimal adalah sebagai berikut :

1. Menghitung nilai ERB dari masing- masing saham dan menyusun peringkat saham mulai dari yang memiliki nilai ERB tertinggi sampai dengan nilai ERB yang terendah.

2. Menberikan pembatas (cut-off point = C*) untuk menyeleksi saham, dengan asumsi bahwa nilai ERB yang lebih besar dari C* adalah portofolio yang optimal.


(45)

Investasi reksa dana syariah

Ekspektasi

Return

Pembentukan portofolio optimal

Tingkat resiko

Model indeks tunggal

Rekomendasi portofolio reksa dana syariah 2.3 Kerangka Konseptual


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variable yang digunakan dalam penillitian ini adalah :

a. NAB per unit

NAB per unit adalah harga beli per unit penyertaan jika investor berinvestasi di reksa dana.sekaligus harga jual per unit penyertaan jika investor ingin mencairkan investasinya di dalam reksa dana. NAB per unit didapatkan dengan membagi total NAB reksa dana dengan UP (unit penyertaan) yang beredar. Satuan pengukurannya adalah rupiah.

b. Return pasar

Keuntungan atau tingkat pengembalian resiko pasar yang terdiri dari seluruh saham yang beredar di bursa yang menjadi bagian portofolio reksa dana. Diwakili oleh Jakarta Islamic Index (JII) selama periode penelitian. Satuan pengukurannya adalah persen dan skala pengukurannya adalah rasio.

c. Tingkat Pengembalian bebas resiko (E(Rf))

Tingkat keuntungan bebas resiko adalah keuntungan dari investasi aktiva tanpa resiko (nol) sebagai tolak ukur asset bebas resiko yang diwakili oleh


(47)

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Selama periode penelitian ini skala pengukurannya adalah skala rasio.

d. Imbal hasil reksa dana.

Imbal hasil adalah hasil investasi yang diterima investor pada periode yang bersangkutan. Skala pengukurannya adalah rasio. Untuk menghitung return reksa dana formulasi perhitungannya adalah sebagai berikut :

NABperunitn

NABperunitn-1

Return = ………..(3.1)

NABperunitn-1

e. Resiko reksa dana.

Resiko adalah kemungkinan terjadi perbedaan antara realisasi return dan keuntungan yang diharapkan dari reksa dana. Alat pengukuran adalah standar deviasi reksa dana, skala pengukurannya rasio. Formulasi adalah sebagai berikut :

n

( Ri – R )

2

i=1

=

………...(3.2)

n-1

f. Beta reksa dana

Beta reksa dana adalah menunjukan perubahan harga suatu saham terhadap perubahan keadaan pasar keseluruhan di Jakarta Islamic Index


(48)

(JII). Alat pengukurannya beta reksa dana, skala pengukurannya rasio. Formulasi perhitungannya sebagai berikut.

m

……….(3.3)

2m

g. Resiko tidak sistematis

Resiko yang tidak sistematis, yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan terkait saja, Skala pengukurannya adalah rasio. Formulasi perhitungan sebagai berikut :

2

e

=

2

i –

i2 2m………(3.4)

h. Portofolio optimal

Portofolio optimal adalah kombinasi atau gabungan reksa dana yang memberikan return tertentu dan resiko minimum, resiko tertentu dan return maksimun. Alat pengukurannya adalah ERB (excess return to

beta), C*, Ci. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan formulasi

perhitungan adalah sebagai berikut :

ERB = {E(Ri) – E(Rf)}/

i

………..(3.5)

m

A

j


(49)

1

+

m 2

j

3.2 Teknik Penentuan Sampel a. populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah reksa dana syariah yang diperdagangkan oleh agen penjual reksa dana. Maka terdapat sebanyak 46 reksa dana syariah yang terdaftar aktif di Bapepam sampai tahun 2009.

b. Sampel

Teknik penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2009 : 85). Kreteria-kretaria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. reksa dana syariah masih aktif dan tercatat di BEI sampai tahun 2009, reksa dana syariah yang bubar sebelum akhir periode 2009 tidak dimasukan dalam sampel penelitian.

2. Memiliki data pendukung sesuai dengan variable yang diteliti, diantaranya NAB per unit.

Dari seluruh reksa dana syariah yang terdaftar di bapepam dapat dilihat di website resmi (bapepam.go.id) maka yang dipilih sebagai sampel adalah 16


(50)

reksa dana syariah aktif, dengan periode waktu januari 2007 sampai desember 2009.

Tabel 3.1 Reksa Dana Syariah yang Menjadi Sampel Penelitian

NO NAMA REKSA DANA TANGGAL EFEKTIF JENIS

REKSA DANA

RD1 Big Dana Muamalah 29 Oktober 2004 Pendapatan

Tetap RD2 Danareksa Syariah Berimbang 24 Nopember 2000 Campuran

RD3 PNM Amanah Syariah 26 Agustus 2004 Pendapatan

Tetap

RD4 Rd Trim Syariah Berimbang 26 Desember 2006 Campuran

RD5 Rd Trim Syariah Saham 26 Desember 2006 Saham

RD6 Reksa Dana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus

29 Nopember 2006 Campuran

RD7 Reksa dana Mandiri Investa Syariah Berimbang

14 Oktober 2004 Campuran

RD8 Reksa Dana PNM Syariah 15 Mei 2000 Campuran

RD9 Reksadana AAA Amanah Syariah Fund 17 Juni 2005 Campuran

RD10 Reksadana BNI Dana Syariah 21 April 2004 Pendapatan

Tetap RD11 Reksadana BNI Danaplus Syariah 21 April 2004 Campuran

RD12 Reksadana Haji Syariah 13 Januari 2005 Pendapatan

Tetap

RD13 Reksadana IPB Syariah 14 Desember 2005 Campuran

RD14 Reksadana Capital Syariah Fleksi 08 Agustus 2005 Campuran

RD15 Mega Dana Syariah 11 September 2006 Campuran

RD16 CIMB-Principal Islamic Balanced Growth Syariah

12 September 2006 Campuran

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data 3.3.1.1 Jenis Data


(51)

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi berupa arsip atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang berbentuk informasi seperti nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah. NAB yang digunakan adalah NABper unit bulanan. Data indeks harga Jakarta Islamic Index (JII). Data tingkat imbal hasil Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI.

3.3.1.2 Sumber Data

Data NAB bersumber dari bapepam diperoleh melalui portal reksadana.com, JII melalui www.idx.co.id, SBI di www.bi.go.id.

3.4 Teknik Analisis

3.4.1 Menentukan Return Reksa Dana

Tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) masing-masing reksa dana syariah. Cara menghitung diawali dimulai dengan menghitung

expected return bulanan dan selanjutnya menentukan expected return.

Langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung return bulanan, dengan rumus (Samsul, 2006 : 370) sebagai berikut :


(52)

NABperunitn-1

Dimana :

Rn = return bulan bersangkutan

NABperunitn = NAB perunit bulan bersangkutan

NABperunitn-1= NAB perunit belum sebelumnya

b. Menghitung return tahunan, dengan meratakan return bulanan terlebih

dahulu rumus metode geometris (Chandra, 2002 : 111) sebagai berikut: Ry = ( 1 + Rn )12 – 1……….(3.8) Dimana :

Ry = return ekspektasi tahunan

Rn = rata-rata return ekspektasi tahunan

3.4.2 Standar deviasi (resiko) reksa dana

Standar deviasi adalah resiko investasi masing-masing reksa dana syariah yang akan menjadi bagian dari portofolio. Hampir sama dengan penghitungan expected return untuk menghitung standar deviasi tahunan harus menghitung standar deviasi bulanan terlebih dahulu. Langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung standar deviasi bulanan, dengan rumus (Jones, 2004 : 156) sebagai berikut :


(53)

n

( R

i

– R

n

)

2

i=1

n

=

………(3.9)

n-1

Dimana :

n =standar deviasi bulanan

R

i = return bulan bersangkutan

Rn = rata-rata return ekspektasi bulanan

n = jumlah data return bulanan

b. menghitung standar deviasi tahunan, dengan rumus (Bodie, 2005 : 189) sebagai berikut :

y = n ………(3.10)

Dimana :

y = standar deviasi tahunan

n = standar deviasi bulanan 3.4.3 Return Pasar

Return pasar merupakan perubahan indeks pasar yang dinyatakan dalam presentese, yaitu indeks pasar sekarang dibandiangkan indeks pasar kemarin. Menghitung return pasar langkah-langkah sebagai berikut :


(54)

a. Formulasi untuk menghitung return pasar (Samsul, 2006 : 373) sebagai berikut :

JIIt – JII t-1

Rm = ………(3.11)

JIIt-1 Dimana :

Rm = return pasar JIIt = JII pada periode t JII t-1 = JII pada periode t-1

Setelah Rm JII dihitung maka selanjutnya menghitung rata-rata return pasar JII dan dengan metode geometris menghitung return pasar JII tahunan. 3.4.4 Resiko Pasar

Resiko pasar perhitungannya menggunakan standar deviasi dari JII. Rumus untuk menghitung resiko pasar (Halim, 2003 : 79) sebagai berikut :

n

( R

mt

– E(R

m)

)

2

i=1

m2

=

………..(3.12)

n-1

Dimana :

m2 =varians tingkat pengembalian pasar Rmt = return pasar periode t


(55)

n = jumlah periode penelitian

3.4.5 Beta Reksa Dana

Dalam menentukan beta masing-masing reksa dana, yaitu kita menentukan resiko sistematis (resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan deversifikasi) yang merupakan beta tiap reksa dana syariah dengan rumus (Husnan, 1993 : 49) sebaga berikut :

………(3.13)

2

m

Dimana :

= beta reksa dana ke-i.

= covariance antara return antara sekuritas ke-i dengan indeks return pasar.

2

m = varians return pasar. 3.4.6 Menentukan Unsystematic risk

Resiko nonpasar setiap reksa dana syariah dapat dihitung dengan menyelesaikan persamaan (Sharpe, 1997 : 280) sebagai berikut :

ei2 = 2i – i2 . m2……….(3.14)


(56)

ei2 = resiko tidak sistematis 2

i = total resiko (varians reksa dana i)

i2 = beta reksa dana i

m2 = varians pasar

3.4.7 Menentukan Tingkat Pengembalian Bebas Resiko (Rf) Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

n

IRt / n

………(3.15) i=1

Dimana :

Rf = tingkat pengembalian bebas resiko IRt = tingkat suku bunga bebas resiko periode t n = jumlah periode penelitian

3.4.8 Menentukan Portofolio Optimal

Menentukan prioritas reksa dana syariah yang mampu memberikan keuntungan maksimal dengan resiko tertentu untuk dimasukan dalam bagian portofolio investasi reksa dana. Mengukur proporsi dana pada masing-masing reksa dana syariah dalam portofolio optimal, dan sejauh mana return dan resiko dalam portofolio tersebut. Langkah-langkah adalah sebagai berikut :


(57)

a. Penentuan peringkat reksa dana syariah dari yang tertinggi hingga terendah terhadap beta (Excess Return to Beta) atau ERB, dengan rumus (Fakhruddin, 2001 : 93 ) sebagai berikut :

E(Ri) - Rf

ERBi = ………(3.16)

    i

Dimana :

ERBi = excess return to beta reksa dana ke-i

E(Ri) = expected return berdasarkan model indeks tunggal saham ke-i

Rf = return aktiva bebas resiko (risk-free rate of return).

I = beta reksa dana ke-i

b. Penentuan tingkat pembatas terbesar (cut off point)

Seluruh reksa dana syariah yang mempnyai ERB positif akan menjadi kandidat dalam pembentukan portofolio, maka diperlukan titik pembatas (cut off poin). Langkah-langkah untuk menentukan titik pembatas ini adalah sebagai berikut :

1. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing reksa dana syariah dengn rumus (Fakhruddin, 2001 : 194) di bawah ini :

[ E(Ri) - Rf ] i

Ai = ………(3.17)


(58)

Dan

i2

Bi = ……….(3.18)

ei2 Dimana :

ei2 = varian dari residual error reksa dana i (unsystematic risk)

Ai dan Bi = nilai penentu titik pembatas

2. Setelah niai Ai dan Bi diketahui maka rumus untuk menghitung (cut

off rate) atau Ci adalah (Fakhruddin, 2001 : 195) sebagai berikut :

i

m2 Aj j=1

Ci = ……….(3.19)

i

1+ m2 j j=1

Dimana :

Ci = nilai titik pembatas 2


(59)

Aj dan Bj = total nilai penentu titik pembatas

Reksa dana syariah yang mempunyai nilai ERB yang lebih besar dari Ci adalah reksa dana syariah yang masuk dalam portofolio investasi. 3. Menentukan proporsi dana pada masing-masing reksa dana syariah

dalam membentuk portofolio optimal, dengan rumus (Jogiyanto, 2000 : 230) sebagai berikut :

Zi

Xi = ………..(3.20)

Dengan nilai Zi adalah sebesar (Jogiyanto, 2000 : 230) dibawah ini :

i

Zi = (ERBi – C*)………..(3.21)

ej 2

Dimana :

Xi = proporsi dana dari portofolio

i = beta reksa dana ke-i

ei2 = varian dari residual error reksa dana i (unsystematic risk) Zi = skala tertimbang reksa dana


(60)

4. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana return dan resiko yang diterima investor dari kombinasi reksa dana syariah. Maka digunakan formulasi (Husnan, 1993 : 45.47) sebagai berikut :

E (Rp) = Xi . E(Ri)………(3.22)

ps

=

Xi . i ………(3.23)

Dimana :

E (Rp) = tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Reksa Dana Syariah di Indonesia

Catatan sejarah reksa dana syariah di Indonesia dimulai pada dekade 1996 – 1997. Melalui fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia, sehingga muncul beberapa instrumen reksa dana syariah. Tetapi pada akhir tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan rata-rata return keseluruhan reksa dana merosot drastis sehingga minat dan kepercayaan investor terhadap reksa dana syariah menjadi turun tajam, indikasi adalah penarikan besar-besaran unit penyertaan (redemption). Pada tahun 2003 Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih


(62)

kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997. Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, Indonesia terlihat begitu tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi syariah di pasar modal. Malaysia pertama kali mengembangkan kegiatan pasar modal syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, data menunjukkan hingga akhir tahun 2004 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah mencapai 7,7% (tujuh koma tujuh perseratus) dari total NAB industri Reksa Dana di Malaysia, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,51% (nol koma lima puluh satu per seratus) dari total NAB industri reksa dana.

Pada tahun 2007 reksa dana syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan dapat dilihat dari jumlah reksa dana syariah tercatat 26 reksa dana syariah dan selanjutnya tahun 2008 juga meningkat menjadi 37 reksa dana syariah dan pada tahun 2009 menjadi 46 reksa dana syariah.

4.1.2 Peluang dan Tantangan Reksa Dana Syariah Indonesia

Peluang industri reksa dana syariah pada akhir 2009 akan mengalami pertumbuhan yang terus membaik seiring dengan cepatnya pemulihan ekonomi dunia dan Indonesia. Krisis penurunan nilai aktiva bersih reksa dana syariah pada tahun 2008 adalah siklus bisnis yang tak terelakan menyusul goyahnya sistem perekonomian dunia akibat hempasan badai krisis keuangan global.


(63)

Reksa dana yang mencatat pertumbuhan paling fantastis pada tahun 2009 adalah reksa dana syariah. Reksa dana syariah berhasil tumbuh hingga 283% selama periode Januari – Mei 2009, dimana pada bulan Januari tercatat dana kelolaan sebesar Rp 769,78 miliar menjadi Rp 2,946 triliun pada Mei 2009 selanjutnya meningkat lagi 4,63 triliun pada Desember 2009.

Dana kelolaan tahun 2009 ini jauh diatas, NAB tahun 2007 yang tercatat 2,20 triliun dan NAB tahun 2008 yang sebesar 1,814 triliun. Jadi bisa dibilang NAB reksa dana syariah malah berhasil pulih, bahkan lebih baik dibandingkan masa sebelum krisis. Sepanjang tahun 2009 terdapat 11 reksa dana syariah yang memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam/LK. Secara kumulatif samapai dengan akhir tahun 2009 terdapat 46 reksa dana syariah, meningkat sebesar 24,3% dibanding akhir tahun 2008 yang berjumlah 37 reksa dana syariah, fakta tersebut merupakan pertumbuhan industri reksa dana syariah yang sangat menjanjikan bagi para investor.

Ditambah lagi dengan adanya Sukuk maka manajer investasi dari reksa dana syariah akan lebih variatif dalam menyusun portofolio khusus instrumen syariah selama tahun 2009 terdapat 12 sukuk dari 7 emiten yang memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam/LK dengan total nilai emisi dari penerbitan sukuk tersebut mencapai 1.22 triliun pada akhir 2009. Secara kumulatif pada akhir 2009 terdapat 41 sukuk, total nilai emisi sukuk mencapai 6,71 triliun.


(64)

Mengamati perilaku investor pada industri reksa dana syariah, maka dapat dikategorikan :

1. Investor moderat, yaitu investor dengan profil resiko rendah diperkirakan akan memburu reksa dana syariah pendapatan tetap dengan resiko yang rendah.

2. Investor agresif, yaitu investor dengan profil resiko tinggi akan memilih reksa dana saham atau campuran yang tingkat fluktuasinya lebih besar.

Tantangan bagi manajer investasi dari reksa dana syariah yang paling berat adalah meyakinkan nasabah, mengingat nasabah banyak yang belum teredukasi dan familiar dengan investasi reksa dana. Selain itu, masih sedikitnya manajer investasi yang mengeluarkan reksa dana syariah menyebabkan terbatasnya inovasi produk reksa dana syariah di Indonesia. Sumber daya manusia yang profesional yang masih terbatas juga menjadi kendala pengembangan reksa dana syariah di Indonesia.

4.1.3 Sejarah Singkat Jakarta Islamic Index (PT. BEI)

Penggabungan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), telah efektif mulai tanggal 30 November 2007. Bursa hasil merger ini telah memulai operasional pertamanya pada tanggal 3 desember 2007.


(65)

yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara pasar modal Indonesia (PT BEJ) dengan PT Danareksa Investment Management (PT DIM) pada tanggal 3 juli 2000. Sementara itu, pasar modal syariah baru berdiri pada 14 maret 2003. Obligasi dan reksa dana syariah juga tumbuh semakin pesat.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:


(66)

1. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang

2. bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional

3. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang haram

4. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

4.1.4 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia

Visi Bursa hasil penggabungan tidak terlepas dari latar belakang dilakukan penggabungan BES-BEJ. Serta pembentukan JII sebagai pasar modal syariah. Yakni adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, kredibel, kompetitif, dan berdaya saing global. Visi Bursa Efek Indonesia antara lain :

1. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang bernilai jual tinggi.

2. Mampu menyediakan infrastruktur teknologi yang berkualitas. 3. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.

4. Mampu memperkuat keamanan para investor.

5. Mampu menciptakan integritas dan transparansi pada pasar modal. 6. Mampu menciptakan karyawan yang berkompetensi tinggi.


(67)

4.1.5 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia

Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan, bahwa kekuasaan tertinggi terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam struktur organisasi PT. BEI terdapat 7 dewan komisaris yang terdiri dari 1 orang komisaris utama dan 6 orang komisaris, serta dewan direksi yang terdiri dari 7 orang yaitu satu orang Direktur Utama dan 6 orang direktur lainnya sebagai direktur yang membidangi pekerjaaan tertentu serta membawahi suatu departemen.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah reksa dana syariah aktif di Bapepam. Dari sekian banyak reksa dana syariah yang terdaftar, dipilih reksa dana syariah memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 16 reksa dana syariah yang tercatat di Bapepam-LK. Sebagai dasar perhitungan untuk analisis data, maka diperlukan data harga NAB per unit pada setiap reksa dana syariah, dimana data penelitian tersebut tercatat di Bapepam-LK selama periode 2007 sampai dengan 2009. Selain data diatas, juga digunakan data indeks harga Jakarta Islamic Index (JII) yang diperoleh dari situs idx.co.id dan data Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dipeoleh dari perpustakaan bank Indonesia. Pada tabel berikut ini dapat dilihat harga NAB per unit 16 reksa dana syariah selama periode penelitian.


(68)

Tabel 4.1 NAB Per Unit Tahun 2007 – 2009

No Reksa Dana

Syariah Tahun NAB

Ri (%) No

Reksa Dana

Syariah Tahun NAB Ri (%)

2007 1202,68 0,00 2007 1437 0,00

2008 1331,37 10,69 2008 1133,26 -21,14 1 Big Dana

Muamalah

2009 1464,45 10,00

9 AAA Amanah Syariah

2009 1593,40 40,60 2007 3537,44 0,00 2007 1452,84 0,00 2008 1960,22 -44,59 2008 1528,70 5,22 2

Danareksa Syariah Berimbang

2009 3742,71 90,93

10 BNI Dana Syariah

2009 1709,74 11,84 2007 1136,61 0,00 2007 1670,20 0,00 2008 1228,09 8,05 2008 631,87 -62,17 3 PNM Amanah

Syariah

2009 1388,39 13,05

11 BNI Danaplus Syariah

2009 1110,95 75,82 2007 1570,22 0,00 2007 1431,72 0,00 2008 705,81 -55,05 2008 1565,49 9,34 4

Rd Trim Syariah Berimbang

2009 1259,93 78,51

12 Haji Syariah

2009 1753,77 12,03 2007 1618,14 0,00 2007 1944,95 0,00 2008 476,29 -70,57 2008 914,92 -52,96 5 Rd Trim

Syariah Saham

2009 866,04 81,83

13 IPB Syariah

2009 1764,14 92,82 2007 1446,84 0,00 2007 1422,97 0,00 2008 576,07 -60,18 2008 705,59 -50,41 6 Euro Peregrine

Syariah

2009 1039,39 80,43

14 Capital Syariah Fleksi

2009 1115,43 58,08 2007 2097,29 0,00 2007 1612,61 0,00 2008 1336,22 -36,29 2008 955,23 -40,76 7

Mandiri Investa Syariah Berimbang

2009 2040,01 52,67

15 Mega Dana Syariah

2009 1427,83 49,47 2007 3044,68 0,00 2007 1367,89 0,00 2008 1765,87 -42,00 2008 692,88 -49,35 8 PNM Syariah

2009 2794,56 58,25 16

CIMB-Principal

Islamic

2009 1080,05 55,88 Sumber : Lampiran 1

Dari tabel 4.1 terlihat pergerakan nilai aktiva bersih per unit dari masing-masing reksa dana syariah selama periode penelitian tahun 2007 – 2009. Dapat dilihat NAB per unit mayoritas reksa dana syariah mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Pergerakan NAB per unit 12 reksa dana syariah pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup tinggi sedangkan 4 reksa


(69)

dana syariah mampu menaikan NAB per unit tahun 2008 yaitu, Big Dana Muamalah, PNM Amanah Syariah, BNI Dana Syariah dan Haji Syariah. Penurunan NAB per unit pada tahun 2008 mayoritas reksa dana syariah disebabkan kondisi krisis finansial global. Pada tahun 2009 seluruh reksa dana syariah yang diteliti mampu menaikan NAB per unit cukup tinggi, kenaikan NAB per unit ini merupakan indikasi bahwa reksa dana syariah mampu meningkatkan return kepada investor setelah masa krisis. Penurunan terbesar NAB per unit pada tahun 2008 adalah Rd Trim Syariah Saham sebesar -70,57% yaitu dari Rp.1618,14 tahu 2007 menjadi Rp. 476,29 tahun 2008, sedangkan peningkatan terbesar pada tahun 2009 adalah IPB Syariah sebesar 92,82% yaitu dari 914,92 tahun 2008 menjadi 1764,14 tahun 2009. 4.3 Analis Data dan Pembahasan

4.3.1 Perhitungan Return dan Standart Deviasi Reksa Dana Syariah

Berdasarkan data NAB bulanan yang bersumber dari Bapepam, dari 16 reksa dana syariah yang aktif diperdagangkan selama periode Januari 2007 hingga Desember 2009 berjumlah 16 buah. Perhitungan E(Ri) dilakukan dengan rumus (3.7) dan standar deviasi dilakukan dengan rumus (3.9). hasil pengolahan expected return dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 : Perhitungan E(Ri) dan Standar Deviasi Bulanan

Ekpected Return Standar Deviasi

Kode Reksa Dana Syariah

Bulanan(%) Bulanan(%)


(70)

RD 2  Danareksa Syariah Berimbang 1,66  7,58 

RD 3  PNM Amanah Syariah 0,91  0,52 

RD 4  Rd Trim Syariah Berimbang 1,23  10,00 

RD 5  Rd Trim Syariah Saham 0,46  12,29 

RD 6  Euro Peregrine Syariah Balanced Plus 0,74  10,86  RD 7  Mandiri Investa Syariah Berimbang 1,26  6,83 

RD 8  PNM Syariah 1,14  7,06 

RD 9  AAA Amanah Syariah Fund 1,14  4,30 

RD 10  BNI Dana Syariah 0,81  1,87 

RD 11  BNI Danaplus Syariah 0,11  10,59 

RD 12  Haji Syariah 1,07  4,83 

RD 13  IPB Syariah 1,47  9,40 

RD 14  Capital Syariah Fleksi 0,12  8,24 

RD 15  Mega Dana Syariah 1,16  7,23 

RD 16  CIMB-Principal Islamic BGS 0,39  7,70 

Sumber : Lampiran 2

Tabel 4.2 Menunjukan reksa dana syariah yang memiliki expected return tertinggi adalah IPB Syariah dengan 1,47% dan BNI Danaplus memiliki expected return terendah yaitu 0,11%, expected return merupakan hasil pengolahan data return rata-rata bulanan tiap reksa dana syariah pada lampiran 2. Faktor lain yang dipertimbangkan investor adalah resiko individu masing-masing reksa dana syariah yang ditunjukan oleh besarnya standar deviasi Jika dilihat dari resiko pada ke enam belas reksa dana syariah diatas maka yang memiliki resiko terbesar adalah Rd trim Syariah Saham dengan 12,86% sedangkan yang terendah adalah Big Dana Muamalah dengan standar deviasi 0,10%.


(71)

Dari E(Ri) dan standar deviasi bulanan dapat dihitung expected return tahunan dan standar deviasi tahunan dengan rumus (3.8) dan (3.10) seperti pada tabel 4.3

Tabel 4.3 : Perhitungan E(Ri) dan Standar Deviasi Tahunan

Ekpected Return

Standar Deviasi

Kode Reksa Dana Syariah

Tahunan(%) Tahunan(%)

RD 1 Big Dana Muamalah 10,77  0,35 

RD 2 Danareksa Syariah Berimbang 21,83  26,27 

RD 3 PNM Amanah Syariah 11,54  1,80 

RD 4 Rd Trim Syariah Berimbang 15,77  34,64 

RD 5 Rd Trim Syariah Saham 5,65  42,57 

RD 6 Euro Peregrine Syariah Balanced Plus 9,22  37,64  RD 7 Mandiri Investa Syariah Berimbang 16,22  23,66 

RD 8 PNM Syariah 14,53  24,46 

RD 9 AAA Amanah Syariah Fund 14,58  14,89 

RD 10 BNI Dana Syariah 10,20  6,47 

RD 11 BNI Danaplus Syariah 1,32  36,68 

RD 12 Haji Syariah 13,65  16,74 

RD 13 IPB Syariah 19,14  32,55 

RD 14 Capital Syariah Fleksi 1,49  28,55 

RD 15 Mega Dana Syariah 14,78  25,03 

RD 16 CIMB-Principal Islamic BGS 4,81  26,68 

Sumber : Tabel 1, diolah

IPB Syariah masih memiliki expected return tahunan terbesar yaitu 19,14% dan BNI Danaplus memilik expected return terkecil 1,32% ditinjau dari resiko reksa dana Rd Trim Syariah Saham memiliki resiko paling besar dengan standar deviasi tahunan 42,57% dan yang memiliki resiko terendah adalah Big Dana Muamalah dengan standar deviasi tahunan 0,35%.


(72)

4.3.2 Perhitungan Return Pasar ( Rm ) dan Resiko Pasar

Indeks yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan (Rm) dan resiko pasar adalah Jakarta Islamic Index (JII) dihitung dengan menjumlahkan (Rm) dibagi dengan periode penelitian. (Rm) dan resiko pasar dapat dihitung dengan rumus (3.11) dan (3.12)

Tabel 4.4 Perhitungan return dan resiko pasar Periode JII Return Periode JII Return

Jan-07 296,96 Aug-08 356,10 -8,18 Feb-07 294,06 -0,97 Sept-08 286,39 -19,57 Mar-07 315,24 7,20 Oct-08 193,68 -32,37 Apr-07 344,96 9,43 Nov-08 195,69 1,04 May-07 345,58 0,18

2008

Dec-08 216,19 10,47 Jun-07 356,85 3,26 Jan-09 213,63 -1,18 Jul-07 388,63 8,90 Feb-09 214,12 0,23 Aug-07 368,15 -5,27 Mar-09 236,79 10,59 Sept-07 399,75 8,58 Apr-09 279,87 18,19 Oct-07 463,06 15,84 May-09 307,14 9,74 Nov-07 483,96 4,52 Jun-09 321,46 4,66 2007

Dec-07 493,01 1,87 Jul-09 385,22 19,83 Jan-08 476,97 -3,25 Aug-09 380,66 -1,18 Feb-08 508,94 6,70 Sept-09 401,53 5,48 Mar-08 448,42 -11,89 Oct-09 383,67 -4,45 Apr-08 428,09 -4,53 Nov-09 397,89 3,71 2008

May-08 441,66 3,17 2009

Dec-09 417,18 4,85 Jun-08 430,29 -2,58 Avarage Return 1,52 Jul-08 387,81 -9,87 Rm 53,14

Sumber : BEI diolah

Dari hasil pengolahan tabel 4.4 diperoleh return pasar rata-rata sebesar 1,52%, Rm sebesar 53,14% dan tingkat resiko pasar berdasarkan data JII adalah sebesar 10,16% dan varian Pasar tercatat 103,25%.


(73)

4.3.3 Perhitungan Beta Reksa Dana Syariah

Beta merupakan resiko sistematik menggambarkan pengaruh pasar terhadap masing-masing reksa dana syariah, semakin tinggi nilai beta suatu reksa dana syariah semakin sensitif terhadap perubahan pasar. Berarti reksa dana yang memiliki > 1 semakin beresiko. Jika < 1 menunjukan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (3.13).

Tabel 4.5 Beta Reksa Dana Syariah

Kode  Reksa Dana Syariah Beta 

RD 1  Big Dana Muamalah ‐0,00146 RD 2  Danareksa Syariah Berimbang 0,70448 RD 3  PNM Amanah Syariah 0,01077 RD 4  Rd Trim Syariah Berimbang 0,91659 RD 5  Rd Trim Syariah Saham 1,10552 RD 6  Euro Peregrine Syariah BP 0,97833 RD 7  Mandiri Investa Syariah Berimbang 0,62830

RD 8  PNM Syariah 0,64700

RD 9  AAA Amanah Syariah Fund 0,36505

RD 10  BNI Dana Syariah 0,02066

RD 11  BNI Danaplus Syariah 0,90869

RD 12  Haji Syariah ‐0,02925

RD 13  IPB Syariah 0,85303

RD 14  Capital Syariah Fleksi 0,66210 RD 15  Mega Dana Syariah 0,44626 RD 16  CIMB-Principal Islamic BGS 0,71021


(74)

Berdasarkan data pada tabel 4.5, terlihat ada 2 reksa dana syariah yang memiliki nilai beta negatif dan 14 reksa dana yang memiliki nilai beta positif. Nilai beta positif menunjukan bahwa setiap kenaikan nilai pasar akan berbanding lurus dengan kenaikan perolehan return setiap reksa dana jika negatif maka sebaliknya. Nilai beta terbesar dimiliki oleh Rd Trim Syariah Saham 1,10552%,dua nilai negatif yang terlihat masing-masing Big Dana Muamalah dengan -0.00144 dan Haji Syariah -0,02925 sehingga nilai beta yang terendah adalah Haji Syariah.

4.3.4 Perhitungan Tingkat Resiko Tidak Sistematis ( ei2)

( ei2) merupakan penyimpangan dari kesalahan residu yang menunjukan besarnya resiko tidak sistematis yang unik terjadi didalam reksa dana. Perhitungan ( ei2) dengan menggunakan rumus (3.14).

Tabel 4.6 Perhitungan ( ei2)

Kode  Reksa Dana Syariah Unsystematic 

RD 1  Big Dana Muamalah 0,010  RD 2  Danareksa Syariah Berimbang 4,164  RD 3  PNM Amanah Syariah 0,258  RD 4  Rd Trim Syariah Berimbang 13,227  RD 5  Rd Trim Syariah Saham 19,622  RD 6  Euro Peregrine Syariah Balanced Plus 15,139  RD 7  Mandiri Investa Syariah Berimbang 4,223  RD 8  PNM Syariah 4,869  RD 9  AAA Amanah Syariah Fund 4,135  RD 10  BNI Dana Syariah 3,441  RD 11  BNI Danaplus Syariah 23,334  RD 12  Haji Syariah 23,252  RD 13  IPB Syariah 10,043  RD 14  Capital Syariah Fleksi 20,790  RD 15  Mega Dana Syariah 30,807 

RD 16  CIMB-Principal Islamic BGS 5,086  Sumber : Lampiran 4


(1)

68   


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 16 reksa dana syariah yang diteliti hanya ada 3 reksa dana syariah yang memenuhi syarat untuk pembentukan portofolio optimal, yaitu memiliki ERB > C*. maka produk ketiga reksa dana syariah tersebut yang terpilih menjadi kandidat portofolio optimal.

2. Reksa dana syariah yang terpilih menjadi kandidat dalam pembentukan portofolio optimal adalah : PNM Amanah Syariah, BNI Dana Syariah dan Danareksa Syariah Berimbang.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran yang mungkin berguna bagi investor yang akan menanamkan modalnya pada reksa dana syariah sehingga memperoleh return yang optimal dengan resiko minimal. Adapun saran-saran yang ingin penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi para investor atau calon investor yang ingin menginvestasikan dananya pada reksa dana syariah harus mengetahui prospektus dan segala

68   


(3)

69   

2. Karena retun portofolio sangat tergantung dengan perkembangan nilai aktiva bersih (NAB), maka nvestor sebaiknya selalu memantau pergerakan NAB reksa dana secara berkala. Agar dapat merencanakan strategi investasi sesuai dengan preferensi pihak investor. Disarankan untuk dilakukan penelitian dengan model lain dan membandingkan hasilnya dengan model yang dipakai dalam penelitian ini.

3. Pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan menggunakan 2 model pembentukan portofolio optimal berdasarkan efficient frontier Markowitz dan indeks tunggal untuk membandingkan hasil dari kedua model tersebut sama atau tidak, kandidat portofolio optimalnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisetya, Jiwa, 2006, Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksa Dana Saham Menggunakan Metode Single Index Model Dan Efficient Frontier Markovitz, Jurnal Ekonomi.

Bodie, Zvi, Alex Kane and Alan J. Marcus, 2005, Investment, 6th Editions, Irwin McGraw Hill, New York.

Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston, 2006, Fundamentals of Financial

Management,10th Editions, Terjemahan Ali Akbar, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Chandra, Prasanna, 2002, Investment Analysis and Portfolio Management, McGraw Hill, New Delhi.

Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Fakhuddin, M. dan Sopian Hardianto, 2001, Perangkat dan Model Investasi di Pasar Modal, Penerbit Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Husnan, Suad, 1993, Dasar-Dasar Teori portofolio dan Analisi Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.


(5)

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogjakarta.

Jones, Charles P., 2004, Investment : Analysis and Management, 9th Editions, John Wiley and Sons, New Jersey.

Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha, 2009, Reksa Dana : Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Edisi Kedua, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rahardjo, Sapto, 2004, Panduan Investasi Reksa Dana, Penerbit

Reilly, Frank K. and Keith C. Brown, 2006, Investment Analysis and Portfolio

Management, 8th Editions, Thomson, South Western.

Samsul, Muhammad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sharpe, William F., Gordon J. Alexander and Jeffrey V. Bailey, 1997, Investasi,

Soemitra, Andri, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, Penerbit Kencana Media Group, Jakarta.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Tandellilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.


(6)