49
Tabel. 7. Struktur realisasi pengeluaran pemerintah daerah kabupatenkota Propinsi Jawa Barat dan Banten
tahun 1998-2000 persen
KabupatenKota 1998
1999 2000
Rata-rata
01. Pandeglang 2.53 2.76 2.60 2.63
02. Lebak 2.25 2.23 2.38 2.29
03. Bogor 7.85 8.26 8.48 8.19
04. Sukabumi 3.78 4.05 3.91 3.92
05. Cianjur 3.94 4.05 3.64 3.88
06. Bandung 10.89 9.57 11.67 10.71
07. Garut 4.04 4.35 4.29 4.22
08. Tasikmalaya 4.29 4.39 2.85 3.84
09. Ciamis 3.92 3.86 4.06 3.95
10. Kuningan 2.57 2.71 2.47 2.58
11. Cirebon 4.17 4.21 3.76 4.04
12. Majalengka 3.04 2.96 2.92 2.97
13. Sumedang 3.47 3.49 3.02 3.33
14. Indramayu 4.01 3.51 3.20 3.57
15. Subang 3.06 3.61 3.42 3.37
16. Purwakarta 2.01 2.10 2.09 2.07
17. Karawang 4.29 4.27 4.19 4.25
18. Bekasi 3.81 3.40 3.37 3.52
19. Tangerang 4.46 3.81 4.91 4.40
20. Serang 4.06 4.21 3.88 4.05
71. Bogor 2.48 2.20 2.14 2.28
72. Sukabumi 1.24 1.20 1.13 1.19
73. Bandung 6.93 7.46 7.44 7.28
74. Cirebon 1.46 1.53 1.54 1.51
75. Tangerang 3.45 3.46 3.61 3.51
76. Bekasi 2.00 2.36 3.02 2.46
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber:Diolah dari APBD kabupatenkota Propinsi Jawa Barat dan Banten
5.2. Keragaan Perekonomian 5.2.1. Keragaan Perekonomian Kabupaten dan Kota Jawa Barat
Struktur perekonomian antar kabupatenkota di Jawa Barat cukup bervariasi, misalnya untuk kabupaten Bekasi, Bogor dan Purwakarta mempunyai peranan yang
sangat signifikan pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2002, peranannya berturut-
50 turut sebesar 82,87 persen, 49,27 persen dan 44,72 persen. Sedangkan untuk kabupaten
Indramayu dinominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, dimana perannya sebesar 45,15 persen seluruh kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Kabupaten
Subang, Garut, dan Cirebon mempunyai peran yang menonjol di sektor pertanian, perannya berturut-turut sebesar 42,80 persen, 40,96 persen dan 37,47 persen.
Tabel 8. Struktur dan pertumbuhan ekonomi bebe rapa sektor dominan
kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat tahun 2002 persen
Pertanian Pertambangan
Penggalian Industri Pengolahan
KabKota Struktur
Pertumbuhan Struktur
Pertumbuhan Struktur
Pertumbuhan 1. Kab. Subang
2. Kab. Garut 3. Kab, Cirebon
4. Kab.Bekasi 5. Kab.Bogor
6. Purwakarta 7. Indramayu
42.80 40.96
37.47 2.32
11.46 10.95
15.72 2.21
3.89 1.64
0.25 1.72
3.76 0.20
0.94 0.16
0.46 0.33
1.55 0.31
45.15
1.64 0.44
4.45 0.73
-2.71 3.56
3.64 5.19
9.36 10.76
82.87 49.27
44.72 22.48
1.42 5.08
6.82 5.18
4.40 2.01
6.73
Sumber: Diolah dari Publikasi PDRB KabupatenKota Propinsi Jawa Barat dan Banten tahun 2002
Dari data pada lampiran dapat dilihat struktur perekonomian secara rinci. Pada lampiran 1. bisa dilihat untuk tahun 2000, kabupaten Bogor mempunyai peran yang
sangat signifikan pada sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 49,30 persen atau hampir separoh dari kegiatan perekonomian di kabupaten Bogor tersebut. Tahun-tahun
berikutnya juga masih berada pada kisaran angka tersebut, sebesar 48,50 persen untuk tahun 2001, kemudian naik sedikit pada tahun 2002 menjadi 49,27 persen. Pada tahun
2003 terjadi penurunan menjadi 47,97 persen. Selain sektor industri pengolahan, kabupaten Bogor juga unggul di sektor ”perdagangan, hotel dan restoran” dan sektor
pertanian. Pada tahun 2000 peran sektor perdagangan, hotel dan restoran tercatat sebesar 15,27 persen diikuti oleh sektor pertanian sebesar 12,20 persen. Pada tahun-tahun
berikutnya polanya hampir sama, yaitu 15,25 persen untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dan 12,10 persen untuk sektor pertanian untuk tahun 2001. Pada tahun 2002,
peran sektor”perdagangan, hotel dan restoran” dan pertanian mengalami perlambatan
51 masing-masing memberikan kontribusi sebesar 15,21 persen dan 11,46 persen. Pada
tahun 2003, sektor perdagangan, hotel dan restoran menguat, yaitu memberikan kontribusi sebesar 15,37 persen. Sedangkan sektor pertanian mengalami perlambatan,
yang hanya memberikan kontribusi sebesar 11,30 persen. Dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya lampiran 2, kabupaten Bogor
mempunyai pertumbuhan yang cukup moderat. Pada tahun 2000, ekonomi kabupaten Bogor tumbuh sebesar 2,20 persen. Pada tahun 2001, laju pertumbuhannya meningkat
menjadi 3,61 persen dan mencapai puncaknya pada tahun 2002, yaitu sebesar 4,46 persen. Pada tahun 2003 laju pertumbuhannya agak melemah menjadi 2,89 persen.
Secara sektoral dapat dilihat sektor-sektor yang menjadi pendorong pertumbuhan tersebut, yaitu sektor ”listrik, gas dan air bersih” dan subsektor komunikasi, masing-
masing tumbuh sebesar 17,52 persen dan 10,81 persen untuk tahun 2000. Pada tahun 2001 dan 2002 yang menjadi pendorong tumbuhnya perekonomian kabupaten Bogor
masih sektor dan sub sektor tersebut. Pada tahun tahun 2003, di samping melambatnya pertumbuhannya juga dikarenakan melambatnya pertumbuhan sektoralnya.
Pada lampiran 3 dan 4 mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi mempunyai peran yang cukup signifikan
pada sektor pertanian. Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian di kabupaten ini mempunyai peran
sebesar 38,05 persen, sektor perdagangan sebesar 17,48 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 16,07 persen untuk tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2001 pola
perannya masih sama dengan pola tahun 2000, yaitu sektor pertanian mempunyai kontribusi sebesar 37,60 persen diikuti sektor ”perdagangan, hotel dan restoran” dan
sektor industri pengolahan masing- masing sebesar 16,62 persen dan 16,42 persen. Pada tahun 2002 dan 2003, kontribusi sektor pertanian masing- masing sebesar 37,78 persen
dan 37,83 persen. Sedangkan untuk sektor industri pengolahan pada tahun 2003 masing- masing memberikan kontribusi sebesar 17,03 dan 17,19 persen.
Ditinjau dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Sukabumi mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten Bogor. Pada tahun 2000,
ekonomi kabupaten Sukabumi tumbuh cukup signifikan yaitu sebesar 12,48 persen. Pada tahun 2001, laju pertumbuhannya melambat menjadi tumbuh hanya 6,48 persen. Tahun-
52 tahun berikutnya juga terjadi perlambatan laju pertumbuhannya. Pada tahun 2002, laju
pertumbuhannya sebesar 5,67 persen dan tahun 2003 melambat lagi menjadi hanya tumbuh sebsar 4,02 persen. Secara sektoral juga dapat dilihat sektor-sektor yang menjadi
pendorong laju pertumbuhan, yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh sangat luar biasa untuk tahun 2000, yaitu sebesar 97,93 persen. Kemudian diikuti oleh sektor
”listrik, gas dan air bersih” dan subsektor komunikasi, masing- masing tumbuh sebesar 17,51 persen dan 14,27 persen untuk tahun 2000. Pada tahun 2001, 2002 dan 2003 yang
menjadi pendorong tumbuhnya perekonomian kabupaten Sukabumi masih dinominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sub sektor komunikasi. Kalau
dilihat dari tahun ke tahun, laju pertumbuhan sektor industri pengolahan di kabuapten Sukabumi mengalami pasang naik dan pasang surut atau fluktuatif. Pada tahun 2001
tercatat pertumbuhannya sebesar 7,33 persen, kemudian pada tahun 2002 mengalami peningkatan menjadi 8,29 persen dan pada tahun 2003 mengalami perlambatan menjadi
5,12 persen. Pada lampiran 5 dan 6 mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi
kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur mempunyai peran yang cukup signifikan pada sektor pertanian terutama dikenal dengan berasnya. Kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan resto ran; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 mempunyai peran rata-rata sekitar 47 persen atau
kontribusinya hampir separoh dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran sekitar 22 persen selama kurun waktu
tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi rata-rata sebesar 11 persen selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan 2003.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Cianjur mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten Bogor. Selama kurun waktu
2000 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 3,23 persen sampai dengan 3,70 persen atau rata-rata sekitar 3,5 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
2002, yaitu sebesar 3,70 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 3,23 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian
kabupaten Cianjur ini terutama dipacu oleh sektor pertanian. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan pertanian di kabupaten Cianjur berkisar antara 3,20
53 persen sampai dengan 4,08 persen. Laju pertumbuhan sektor pertanian tertinggi terjadi
pada tahun 2002, yaitu sebesar 4,08 persen. Sedangkan laju pertumbuhan sektor pertanian terendah terjadi pada tahun 2000. Sektor lainnya yang ikut mendorong tumbuhnya
perekonomian kabupaten Cianjur adalah sub sektor komunikasi. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor komunikasi berkisar antara 5,83 persen sampai
dengan 7,83 persen atau rata-rata sekitar 7 persen. Laju pertumbuhan tertinggi dari subsektor komunikasi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 7,83 persen. Sedang
terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 5,83 persen. Selanjutnya dari lampiran 9 dan 10 mengetengahkan struktur dan laju
pertumbuhan ekonomi kabupaten Garut. Perekonomian kabupaten Garut d inominasi oleh dua sektor utama, yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi berkisar antara 40,60 persen sampai dengan 41,54 persen atau rata-rata sekitar
41 persen atau kontribusinya hampir separoh dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 41,54 persen. Untuk sektor
perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran rata-rata sekitar 30,35 persen selama kurun waktu tersebut.
Kalau d ilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Garut mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat.
Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 2,74 persen sampai dengan 3,89 persen atau rata-rata sekitar 3,5 persen. Laju pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 3,89 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 2,74 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya
perekonomian kabupaten Garut ini terutama dipacu oleh sub sektor perbankan. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor perbankan di kabupaten
Garut berkisar antara 16,38 persen sampai dengan 19,37 persen. Laju pertumbuhan sub sektor perbankan tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 19,37 persen.
Sedangkan laju pertumbuhan sektor perbankan terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 16,38 persen. Sektor lainnya yang ikut mendorong tumbuhnya perekonomian
kabupate n Garut adalah sub sektor komunikasi. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor komunikasi berkisar antara 10,55 persen sampai dengan
54 10,91 persen atau rata-rata sekitar 10,75 persen. Laju pertumbuhan tertinggi dari
subsektor komunikasi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 10,91 persen. Sedang terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 10,55 persen.
Pada lampiran 11 dan 12 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Tasikmalaya. Ada tiga sektor yang berperan dalam
membangun perekonomian kabupaten Tasikmalaya, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini
selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi berkisar antara 38,11 persen sampai dengan 41,37 persen atau rata-rata sekitar 39 persen. Kontribusi tertinggi
terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 41,37 persen. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran rata-rata sekitar 26 persen selama kurun waktu tersebut.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Tasikmalaya juga mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa
Barat. Selama kurun waktu 2001 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 2,95 persen sampai dengan 3,23 persen atau rata-rata sekitar 3 persen. Laju pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 3,23 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 2,95 persen. Sektor yang memacu
tumbuhnya perekonomian kabupaten Tasikmalaya ini terutama dipacu oleh sektor pebankan. Laju pertumbuhan sub sektor perbankan tertinggi terjadi pada tahun 2002,
yaitu sebesar 143,07 persen. Sedangkan laju pertumbuhan sektor perbankan terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 2,89 persen.
Selanjutnya dari lampiran 13 dan 14 mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Ciamis. Perekonomian kabupaten Ciamis dinominasi
oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan resto ran; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai
2003 memberikan kontribusi berkisar antara 29,72 persen sampai dengan 37,57 persen atau kontribusinya lebih sepertiga dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Kontrib usi
tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 37,57 persen. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran rata-rata sekitar 24 persen selama kurun waktu
tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi berkisar 10 persen sampai dengan 13 persen.
55 Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Ciamis mempunyai
pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Selama kurun waktu 2001 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 3,44 persen
sampai dengan 3,57 persen atau rata-rata sekitar 3,5 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 3,57 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 3,44 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Ciamis ini terutama dipacu oleh sub sektor angkutan rel. Pada
periode tahun 2001 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor angkutan rel di kabupaten Ciamis berkisar antara 18,38 persen sampai dengan 109,27 persen. Laju pertumbuhan sub
sektor angkutan rel tertinggi terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 109,27 persen. Sedangkan laju pertumbuhan sektor angkutan rel terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu
sebesar 18,38 persen. Sektor lainnya yang ikut mendorong tumbuhnya perekonomian kabupaten Ciamis adalah sektor pertambangn dan penggalian. Pada periode tahun 2001
sampai 2003, laju pertumbuhan sektor ini berkisar antara 2,41 persen sampai dengan 23,18 persen.. Laju pertumbuhan tertinggi dari sektor ini terjadi pada tahun 2001, yaitu
sebesar 23,18 persen. Sedang terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 2,41 persen. Lampiran 15 dan 16 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten Kuningan. Struktur perekonomian kabupaten Kuningan d igerakkan oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 40,50 persen atau mendekati separoh dari
seluruh kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran rata-rata sekitar 26 persen selama kurun waktu tersebut. Sedangkan
sektor jasa-jasa memberikan kontribusi rata-rata 16 persen. Kalau dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Kuningan
mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Selama kurun waktu 2001 sampai 2003, pertumbuhannya rata-rata sekitar 4
persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Kuningan ini terutama dipacu oleh sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Pada
periode tahun 2001 sampai 2003, laju pertumbuhan sektor ini di kabupaten Kuningan berkisar antara 10,55 persen sampai dengan 17,96 persen. Laju pertumbuhan tertinggi
56 terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 17,96 persen. Sedangkan laju pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 10,55 persen. Sektor lainnya yang ikut andil dalam mendorong tumbuhnya perekonomian kabupaten Kuningan adalah subsektor
perbankan. Pada periode tahun 2001 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor ini berkisar antara 62,87 persen sampai dengan 80,83 persen.. Laju pertumbuhan tertinggi
dari sektor ini terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 80,83 persen. Sedang terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 62,87 persen.
Lampiran 17 dan 18 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Cirebon. Struktur perekonomian kabupaten Cirebon juga digerakkan
oleh empat sektor utama, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama
kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 37 persen atau lebih sepertiga dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel
dan restoran memberikan kontribusi rata-rata sekitar 21 persen selama kurun waktu tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan memberikan
kontribusi rata-rata 11 persen. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, Kabupaten Cirebon mempunyai
pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, laju pertumbuhannya berkisar antara 3,14 persen
sampai dengan 12,17 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 12,17 persen yang didorong oleh tingginya laju sektor pertanian tahun tersebut
yang mencapai 39,69 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 3,14 persen yang merupakan tren perlambatan laju pertumbuhan yang
sudah dimulai dari tahun 2001. Secara keseluruhan sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Cirebon terutama dipacu oleh susektor perbankan dan sub
sektor komunikasi. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan sub sektor perbankan di kabupaten Cirebon berkisar antara 3,18 persen sampai dengan 33,10 persen.
Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 33,10 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 3,18 persen.
Sektor lainnya yang ikut andil dalam mendorong tumbuhnya perekonomian kabupaten Cirebon adalah subsektor komunikasi. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju
57 pertumbuhan sub sektor ini berkisar antara 7,80 persen sampai dengan 15,87 persen..
Laju pertumbuhan tertinggi dari sektor ini terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 15,87 persen. Sedang terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 7,80 persen.
Selanjutnya la mpiran 19 dan 20 mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Majalengka. Ada empat sektor yang sangat berperan dalam
membangun perekonomian kabupaten Majalengka. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; dan sektor industri
pengolahan. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 34 persen atau lebih sepertiga dari seluruh
kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata sekitar 20 persen selama kurun waktu tersebut. Sedangkan sektor
jasa-jasa dan sektor industri pengolahan masing- masing memberikan kontribusi rata-rata 15 persen dan 13,50 persen.
Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Majalengka mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa
Barat. Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, laju pertumbuhannya berkisar antara 3,07 persen sampai dengan 4,96 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2001,
yaitu sebesar 4,96 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 2,95 persen. Secara keseluruhan sektor yang memacu tumbuhnya
perekonomian kabupaten Majalengka terutama dipacu oleh sektor angkutan dan komunikasi. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju pertumbuhan sektor ini di
kabupaten Majalengka berkisar antara 5,52 persen sampai dengan 7,19 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2000. Sedangkan laju pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2002. Selanjutnya lampiran 21 dan 22 mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten Sumedang. Perekonomian kabupaten Sumedang dinominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor
industri pengolahan. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi berkisar antara 32,65 persen sampai dengan 35,16 persen
atau kontribusinya lebih sepertiga dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 35,16 persen. Untuk sektor perdagangan,
58 hotel dan restoran mempunyai peran rata-rata sekitar hampir 27 persen selama kurun
waktu tersebut. Sedangkan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi rata-rata hampir 17 persen.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Sumedang mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat.
Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 3,32 persen sampai dengan 4,08 persen atau rata-rata sekitar 3,7 persen. Laju pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 4,08 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 3,32 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya
perekonomian kabupate n Sumedang ini terutama dipacu oleh sub sektor komunikasi dan sektor pertambangan dan penggalian.. Pada periode tahun 2000 sampai 2003, laju
pertumbuhan sub sektor komunikasi di kabupaten Sumedang rata-rata sekitar 10 persen. Lampiran 23 dan 24 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten Indramayu. Struktur perekonomian kabupaten Indramayu agak berbeda dengan kabupaten dan kota di propinsi Jawa Barat karena kabupaten ini dikenal
dengan pertambangan minyak. Sehingga kontribusi sektor pertambangan merupakan yang terbesar dibandingkan sektor lainnnya. Sektor pertambangan memberikan
kontribusi rata-rata sekitar 46 persen pada periode tahun 2000 sampai dengan 2003. Di samping sektor pertambangan, perekonomian Indramayu juga dibangun oleh sektor
pertanian dan industri pengolahan. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 15,50 persen. Sedangkan
sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kedua dengan rata-rata sekitar hampir 22 persen.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Indramayu mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat.
Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara 0,40 persen sampai dengan 4,34 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan
terendah terjadi pada tahun 2000. Secara keseluruhan, sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Indramayu ini terutama dipacu oleh sektor pertambangan
penggalian; sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.
59 Pada lampiran 25 dan 26 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju
pertumbuhan ekonomi kabupaten Subang. Ada tiga sektor utama yang membangun perekonomian kabupaten Subang, yaitu sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan
restoran; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2003 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 43 persen atau lebih sepertiga dari
seluruh kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata sekitar 29 persen selama kurun waktu tersebut.
Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi rata-rata 12 persen. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Subang mempunyai
pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Selama kurun waktu 2000 sampai 2003, pertumbuhannya berkisar antara minus 1,00
persen sampai dengan 4,55 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan terendah terjadi pada tahun 2000. Secara keseluruhan, sektor yang memacu
tumbuhnya perekonomian kabupaten Subang ini terutama dipacu oleh sektor pertambangan penggalian; sub sektor komunkasi dan sektor listrik, gas dan air bersih.
Untuk melihat kinerja pembangunan kabupatenkota Jawa Barat lainnya secara detail bisa dilihat pada lampiran selanjutnya .
5.2.2. Keragaan Perekonomian Kabupaten dan Kota Banten
Seperti yang terjadi di Jawa Barat, s truktur perekonomian antar kabupatenkota di Banten juga cukup bervariasi, misalnya untuk kota Cilegon dan kabupaten Tangerang
mempunyai peranan yang sangat signifikan pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2002, kontribusinya masing- masing sebesar 61,84 persen dan 56,28 persen. Sedangkan
untuk kabupaten Lebak dan Pandeglang dinominasi oleh sektor pertanian dengan peran berturut-turut sebesar 40,35 persen dan 36,13 persen.
60
Tabel 9. Struktur dan pertumbuhan ekonomi beberapa sektor dominan kabupatenkota di Propinsi Banten tahun 2002 persen
Pertanian Pertambangan
Penggalian Industri Pengolahan
KabKota Struktur
Pertumbuhan Struktur
Pertumbuhan Struktur
Pertumbuhan Banten
1. Kab.Lebak 2. Pandeglang
3. Kota Cilegon 4.Kab.Tangerang
40.35 36.13
2.99 9.56
1.87 3.14
1.09 4.49
1.19 0.11
0.09 0.09
6.79 2.96
5.62 9.71
9.24 11.99
61.84 56.28
4.23 5.29
7.26 2.68
Sumber: Diolah dari Publikasi PDRB KabupatenKota Propinsi Banten tahun 2002
Pada lampiran 51 dan 52 dapat dilihat struktur perekonomian secara rinci. Untuk kabupaten Pandeglang, perannya sangat signifikan pada sektor pertanian, hal ini
ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap PDRB dengan rata-rata sekitar 37 persen tiap tahunnya untuk tahun 2000 sampai dengan 2002. Sektor lainnya yang juga cukup
signifikan dalam kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Pandeglang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan,
yaitu masing-masing rata-rata sebesar 23 persen, 13 persen dan 12 persen. Dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupa ten Pandeglang selama kurun
waktu tahun 2000 sampai dengan 2002 berkisar antara 4,75 persen sampai dengan 7,21 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2000 dimana perekonomiannya
tumbuh sebesar 7,21 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 4,75 persen. Secara keseluruhan sektor yang memacu pertumbuhannya
adalah sub sektor perbankan yang tumbuh sebesar 228,99 persen untuk tahun 2000, kemudian untuk tahun 2001, tumbuh sebesar 22,62 persen dan tahun 2003 meningkat lagi
menjadi 146,22 persen. Pada lampiran 53 dan 54 selanjutnya mengetengahkan struktur dan laju
pertumbuhan ekonomi kabupaten Lebak. Ada tiga sektor yang sangat berperan dalam membangun perekonomian kabupaten Lebak. Sektor-sektor tersebut adalah sektor
pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2002 memberikan kontribusi rata-rata
sekitar 41 persen atau lebih sepertiga dari seluruh kegiatan perekonomiannya. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata hampir 23 persen
61 selama kurun waktu tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi rata-rata
sekitar 12,50 persen. Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Lebak
mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di banten. Selama kurun waktu 2000 sampai 2002, laju pertumbuhannya berkisar antara
3,37 persen sampai dengan 7,78 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 7,78 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun
2002, yaitu sebesar 3,37 persen. Secara keseluruhan sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Lebak terutama dipacu oleh sektor perbankan.
Pada lampiran 55 dan 56 selanjutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Tangerang. Perekonomian kabupaten Tangerang
dinominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri yangmempunyai sangat sigifikan; sektor perdagangan, hotel dan restora n; dan sektor pertanian. Sektor industri
pengolahan di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2002 memberikan kontribusi yang sangat tinggi, yaitu rata-rata sebesar 57 persen atau lebih separoh dari
kegiatan perekonomiannya. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pertanian, masing- masing memeberikan kontribusi sebesar rata-rata
12 persen dan 9,7 persen. Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Tangerang
mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Banten. Selama kurun waktu 2000 sampai 2002, pertumbuhannya berkisar antara 4,03
persen sampai dengan 5,08 persen atau rata-rata sekitar 4,5 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 5,08 persen. Sedang laju pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 4,03 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kabupaten Tangerang ini terutama dipacu oleh sub sektor
keuangan, persewaan, jasa perusahaan. Lampiran 57 dan 58 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten Serang. Kalau dilihat dari struktur perekonomiannya, kabupaten Serang hampir sama dengan kabupaten Tangerang di mana dinominasi oleh tiga sektor
utama, yaitu sektor industri yang mempunyai peran sangat sigifikan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pertanian. Sektor industri pengolahan di kabupaten ini
62 selama kurun waktu 2000 sampai 2002 memberikan kontribusi yang cukup tinggi, yaitu
rata-rata sebesar 51 persen atau lebih separoh dari kegiatan perekonomiannya. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran;
masing-masing memeberikan kontribusi sebesar rata-rata hampir 15 persen dan 10,35 persen.
Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kabupaten Serang mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di
Banten. Selama kurun waktu 2000 sampai 2002, pertumbuhannya berkisar antara 3,10 persen sampai dengan 5,05 persen atau rata-rata sekitar 4,5 persen. Laju pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 5,05 persen. Sedang laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 3,10 persen. Sektor yang memacu
tumbuhnya perekonomian kabupaten Serang ini terutama dipacu oleh sub sektor komunikasi.
Pada lampiran 59 dan 60 selanjutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan ekonomi kota Tangerang. Kalau dilihat dari struktur perekonomiannya,
kota Tangerang juga hampir sama dengan kabupaten Tangerang di mana struktur perekonomiannya dinominasi oleh dua sektor utama, yaitu sektor industri yang
mempunyai peran sangat sigifikan; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri pengolahan di kabupaten ini selama kurun waktu 2000 sampai 2002 memberikan
kontribusi yang cukup tinggi, yaitu rata-rata sebesar 58,7 persen atau lebih separoh dari kegiatan perekonomiannya. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran; yang memberikan kontribusi sebesar rata-rata lebih dari 25 persen. Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kota Tangerang
mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupaten-kabupaten di Banten. Selama kurun waktu 2000 sampai 2002, pertumbuhannya berkisar antara 3,95
persen sampai dengan 4,63 persen atau rata-rata sekitar 4,4 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 4,63 persen. Sedangkan laju pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 3,95 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian kota Tangerang ini terutama dipacu oleh sub sektor
komunikasi.
63 Lampiran 61 dan 62 berikutnya mengetengahkan struktur dan laju pertumbuhan
ekonomi kota Cilegon. Kalau dilihat dari struktur perekonomiannya, kota Cilegon juga hampir sama dengan kota Tangerang di mana struktur perekonomiannya dinominasi oleh
dua sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan yang mempunyai peran sangat sigifikan; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri pengolahan di kota
ini selama kurun waktu 2000 sampai 2002 memberikan kontribusi yang cuk up tinggi, yaitu rata-rata sebesar 63 persen atau lebih separoh dari kegiatan perekonomiannya.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; yang memberikan kontribusi sebesar rata-rata lebih dari 11 persen.
Kalau diperhatikan dari laju pertumbuhan ekonominya, kota Cilegon mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda jauh dengan kabupatenkota di Banten. Selama kurun
waktu 2000 sampai 2002, pertumbuhannya berkisar antara 6,00 persen sampai dengan 8,76 persen atau rata-rata sekitar 7,5 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2001, yaitu sebesar 8,76 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 6,00 persen. Sektor yang memacu tumbuhnya perekonomian
kota Cilegon ini terutama dipacu oleh sektor listrik, gas dan air bersih.
5.2.3. Pendapatan riil perkapita kabupatenkota di Jawa Barat dan Banten
Pada lampiran 68, tercatat kabupatenkota yang mempunyai pendapatan riil perkapita dengan migas tertinggi tahun 1998 di Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu
dengan nilai sebesar Rp.3 249,0 ribu. Jika pendapatan perkapita Kabupaten Indramayu tanpa migas sebenarnya hanya sebesar Rp 1 005,0 ribu, jauh di bawah kabupatenkota
lainnya di Jawa Barat dan Banten, misalnya Bekasi yang mencapai Rp. 2500,0 rib u. Sedangkan kabupatenkota dengan nilai pendapatan perkapita terendah di Jawa Barat
adalah Kabupaten Cirebon dengan nilai sebesar Rp. Rp. 789,0 ribu. Sebaliknya Kota Cirebon mempunyai pendapatan riil perkapita yang cukup tinggi yaitu, Rp. 3 064,0 ribu.
Di Propinsi Banten, pendapatan riil perkapita tertinggi terdapat di Kota Tangerang, yaitu sebesar Rp. 4 106,0 ribu, sedangkan untuk Kabupaten Tangerang hanya sebesar Rp. 1
384,0 ribu.
64
- 500,0
1.000,0 1.500,0
2.000,0 2.500,0
3.000,0 3.500,0
4.000,0 4.500,0
01. Pandeglang 02. Lebak03. Bogor
04. Sukabumi 05
. C ian
jur 06. Bandung
07. Garut 08. Tasikmalaya
09. Ciamis 10
. K un
ing an
11. Cirebon 12. Majalengka
13. Sumedang 14. Indramayu
15 . S
ub an
g 16. Purwakarta
17 . K
ara wa
ng 18. Bekasi
19. Tangerang 20. Serang71. Bogor
72 . S
uk ab
um i
73 . B
an du
ng 74. Cirebon
75. Tangerang
Kabupatenkota
YKapita dengan migas YKapita tanpa migas
Gambar 6. Pendapatan perkapita kabupatenkota di Jawa Barat dan Banten tahun 1998 ribuan rupiah
Sumber: Diolah dari Lampiran 68
5.2.4. Analisis Sektor Unggulan di KabupatenKota
Sejalan dengan temuan pada kajian struktur pada produk domestik regional bruto, hasil hitungan Kuosien Lokasi juga menunjukkan bahwa di kabupatenkota tertentu
sangat dominan di sektor tertentu. Misalnya untuk kabupaten Indramayu di Propinsi Jawa Barat sangat dominan di sektor pertambangan dan penggalian, hal ini juga ditunjukkan
oleh nilai LQ yang sangat besar yaitu, 6,38. Demikian juga halnya, dimana hasil temuan dengan analisa struktur untuk kabupaten Subang, Garut dan Cirebon sangat dominan
pada sektor pertanian, nilai LQnya juga menunjukkan nilai yang cukup signifikan, yaitu berturut-turut sebesar 1,6048, 1,2475 dan 0,8305. Pada kajia n struktur untuk sektor
industri pengolahan juga menunjukkan hal yang sama, dimana untuk kabupaten Bekasi dan Bogor memiliki kontribusi yang besar, juga sejalan dengan nilai LQnya masing-
masing sebesar 0,8954 dan 0,7919. 5.2.5. Ketimpangan Wilayah
Adanya variasi dalam pendapatan perkapita dari kabupatenkota baik di Jawa Barat maupun di propinsi Banten merupakan indikasi awal bahwa terjadinya
65 ketimpangan antar wilayah. Dari besaran PDRB riil perkapita pada tabel lampiran
Kinerja perekonomian menurut kabupatenkota tahun 1998 propinsi Jawa Barat termasuk Banten dapat dilihat bahwa PDRB perkapita tertinggi terdapat pada kota
Tangerang, yaitu sebesar Rp.4 106 ribu. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Lebak propinsi yang sama di mana PDRB perkapitanya hanya Rp. 816 ribu, maka
ketimpangan antar dua kabupatenkota tersebut sangat menganga. Jika dilihat dari antar kabupatenkota dalam Propinsi Jawa Barat ketimpangan tidak terlalu besar. Dari hasil
penghitungan Indeks Williamson kabupatenkota di masing-masing propinsi diperoleh Indeks Williamson untuk kabupatenkota di propinsi Jawa Barat sebesar 0.4158 dan di
propinsi Banten sebesar 0.5846. Dari hasil ini dapat disimpulkan kesenjangan antar wilayah kabupatenkota di propinsi Banten lebih besar dibanding kesenjangan antar
wilayah kabupatenkota di propinsi Jawa Barat.
5.3. Tipologi Permasalahan Daerah
Dalam bahasan tipologi daerah ini, penulis berpijak pada ketersediaan data yang penulis peroleh. Sehingga bahasannya antara kabupatenkota di propinsi Jawa Barat dan
Banten menjadi satu kesatuan. Bahasannya juga mengacu pada Indeks Pembangunan Manusia IPM, Indeks Kemiskinan Manusia IKM, Indeks Pembangunan Jender IPJ,
Indeks Pemberdayaan Jender IDJ, Kondisi kesehatan, Partisipasi sekolah, dan Kondisi perumahan.
Pada IPM terdapat variabel : 1. Harapan hidup dalam tahun,
2. Angka melek huruf dalam persen, 3. Rata-rata lama sekolah dalam tahun,
4. Pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan dalam ribu rupiah Dari data pada lampiran dapat dilihat bahwa, pada tahun 1996, kabupaten kota yang
mempunyai harapan hidup tertinggi adalah kota Bandung dengan angka harapan hidupnya sebesar 66,8 tahun, sedangkan untuk propinsi Jawa Barat yang masih termasuk
66
- 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0 35,0
40,0 45,0
01 . P
an de
gla ng
02 . L
eb ak
03. Bogor 04. Sukabumi
05. Cianjur 06. Bandung
07. Garut 08. Tasikmalaya
09. Ciamis 10. Kuningan
11 . C
ire bo
n 12. Majalengka
13. Sumedang 14. Indramayu
15. Subang 16. Purwakarta
17 . K
ara wa
ng 18. Bekasi
19. Tangerang 20. Serang
71. Bogor 72. Sukabumi
73 . B
an du
ng 74. Cirebon
75. Tangerang 76. Bekasi
Tingkat Buta Huruf Balita Kurang Gizi
Gambar 7. Angka buta huruf orang de wasa dan balita kurang gizi kabupatenkota Propinsi Jawa Barat dan Banten tahun 1999
Sumber: Diolah dari Lampiran 64 Banten adalah sebesar 62,9 tahun. Sedang harapan hidup terendah terdapat di kabupaten
Garut, yaitu sebesar 58 tahun. Pada tahun 1999 terdapat peningkatan harapan hidup, dimana untuk tingkat propinsi Jawa Barat yang masih termasuk Banten adalah 64,3
tahun. Sedangkan harapan hidup tertinggi masih terdapat di kota Bandung dengan angka sebesar 68,2 tahun.
Untuk variabel Angka melek huruf, pada tahun 1996, kabupatenkota yang memiliki persentase tertinggi adalah kota Sukabumi dengan persentase sebesar 99,0 persen.
Sedangkan persentase terendah untuk tahun 1996 terjadi di kabupaten Indramayu dengan persentase sebesar 67,0 persen. Pada tahun 1996 angka melek huruf untuk tingkat
propinsi Jawa Barat termasuk Banten sebesar 89,7 persen. Pada tahun 1999 angka melek huruf di propinsi Jawa Barat termasuk Banten meningkat menjadi 92,1 persen. Pada
tingkat kabupatenkota, angka tertinggi terdapat di kota Bandung dengan persentase sebesar 98,3 persen. Untuk angka terendah masih terdapat di kabupaten Indramayu,
dengan persentase sebesar 66,7 persen.
67 Untuk variabel Rata-rata lama sekolah sangat erat hubungannya dengan variabel melek
huruf, ini terlihat di mana kabupaten Indramayu yang mempunyai angka terkecil untuk Angka melek huruf juga mempunyai Rata-rata lama sekolah yang rendah, yaitu 3,8
tahun untuk tahun 1996 dan 3,9 tahun untuk tahun 1997. Sebaliknya kabupatenkota yang mempunyai angka melek huruf lebih besar juga terkait denga n rata-rata lamanya sekolah.
Angka tertinggi untuk lamanya sekolah terdapat di kota Bandung baik tahun 1996 maupun tahun 1999, yaitu masing- masing 9,6 tahun. Angka tersebut berbanding lurus
dengan angka melek huruf. Untuk variabel pengeluaran riil perkapita, kabupatenkota terbesar pengeluaran riil
perkapitanya terjadi di kota Cirebon, yaitu sebesar Rp.608,3 ribu untuk tahun 1996. Sedangkan yang terkecil terdapat di kabupaten Lebak sebesar Rp.546,3 ribu untuk tahun
1996. Pada tahun 1999 terjadi pergeseran di antara kabupatenkota untuk varibel pengeluaran riil perkapita, di mana kabupaten Subang memilik angka tertinggi, yaitu
sebesar Rp.591 ribu. Sedangkan yang terrendah terdapat kabupaten Pandeglang. Untuk IPM, kabupatenkota yang mempunyai nilai indeks tertinggi adalah kota Bandung
dengan 74,3 untuk tahun 1996 dan 70,7 untuk tahun 1999. IPM terendah terdapat di kabupaten Indramayu, yaitu berturut-turut sebesar 63,4 dan 60,9 untuk tahun 1996 dan
1999. Semakin tinggi IPM maka semakin tinggi tingkat pembangunan manusianya. Pada IKM terdapat variabel :
1. Penduduk yang tidak mencapai usia 40 tahun dalam persen, 2. Angka buta huruf usia dewasa dalam persen,
3. Penduduk tanpa akses terhadap air bersih dalam persen, 4. Penduduk tanpa akses terhadap sarana kesehatan dalam persen
5. Balita kurang gizi dalam persen. Pada tabel lampiran dapat dilihat variabel persentase penduduk yang tidak mencapai usia
40 tahun di kabupatenkota propinsi Jawa Barat termasuk Banten. Data tersedia untuk tahun 1998. Yang paling tinggi persentase penduduk yang diperkirakan tidak mencapai
usia 40 tahun terdapat di kabupaten Garut, yaitu sebesar 26,9 persen. Sedangkan yang terkecil terdapat di kota Bandung. Rata-rata nilai propinsi adalah sebesar 18,2 persen.
Untuk variabel angka buta huruf, kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang paling tinggi tingkat buta hurufnya, yaitu sebesar 33,3 persen. Sedang yang paling kecil
68 terdapat di kota Bandung, yaitu sebesar 1,7 persen. Untuk rata-rata propinsinya adalah
sebesar 7,8 persen. Selanjutnya variabel penduduk tanpa akses terhadap air bersih, terbesar adalah
terdapat di kabupaten Tasikmalaya dengan persentase sebesar 80.0 persen. Sedangkan yang terendah terdapat di kota Bandung. Nilai untuk propinsi adalah sebesar 62,1 persen.
Untuk variabel penduduk tanpa akses terhadap sarana kesehatan, tertinggi terdapat di kabupaten Cianjur dengan persentase sebesar 55,9 persen. Persentase terendah terdapat di
kota Sukabumi, kota Cirebon dan kota Bekasi dengan persentase masing-masing 0.0 persen. Sedangkan untuk angka persentase penduduk tanpa akses kesehatan propinsi
Jawa Barat termasuk Banten adalah sebesar 22,4 persen. Berikutnya variabel balita kurang gizi. Persentase terbesar untuk balita kurang gizi terdapat di kabupaten
Pandeglang Banten, dengan persentase sebesar 39,6 persen. Sedangkan persentase terkecil terdapat di kota Sukabumi dengan persentase sebesar 10,9 persen. .
5.4. Keterkaitan antara Kinerja Pembangunan, Struktur Penganggaran dan Tipologi Permasalahan Daerah