Budget Allocation and Leading Sector Linkage to Optimalization Regional Development Performance in Tarakan City

(1)

UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA

PEMBANGUNAN KOTA TARAKAN

JAFAR SIDIK SALIM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya mengatakan bahwa tesis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sekor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber-sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Agustus 2010

Jafar Sidik Salim


(3)

JAFAR SIDIK. Budget Allocation and Leading Sector Linkage to Optimalization Regional Development Performance in Tarakan City. Advice by SETIA HADI and MUHAMMAD ARDIANSYAH

Proper budget allocation should give positive impact to development and economics growth, thus create balanced, synergy, and sustainability for region development. In this context, national budget allocation in leading sector can initiate significant impact for other sectors, which in time will create a sustainable economic growth. This research is aimed to : Searching of leading sector, potential and development plan of leading sektor and indentification budget allocation to leading sector also compiling budget allocation strategy supporting to leading sector. Analysis result indicates that government expense allocation feature of Tarakan, consist of several sectors : government administration sector, nature and human resource, financial and cooperation, trading, monitoring and security, and industrial and service sector. In this case, leading sectors are: food and beverage industrial sector, wood and non-forest product sector,Other Industrial Sector, government and defense sector, Ranch and his Results Sector, civil construction sector, Drinking Water, Sea Transportation and Bank Sector also Fishery Sector. It is also indicated that there is no connection between budget allocation with the leading sectors, development budget structures are oriented to complete the base requirement and minimal of public serving. Regional analysis result of sector activity using human resources data in three priority sectors, showed that range of entropy index is 0,068 -0,380, i.e. Kelurahan Karang Anyar (0,380), Karang Anyar Pantai (0,312) and Selumit Pantai (0,312), while the district that lower entropy index is East Mamburungan (0,068)). Skalogram analysis indicates that there is imbalance interregional development in Tarakan. Gini ratio analysis showed unevenness of income distribution in Tarakan City, where 40 % from people low rate income whose benefited from 13,50% of total regional income and 20 % high incomes people, that is 51,29% too. Whereas 80% people just has to benefit 48,71% from total regional income of Tarakan City. Eventhough IPM of Tarakan City in 2008 is higher than Kalimantan Timur province and also Indonesia IPM, live expectation number 71,4 year, literacy number 97,9 %, and average of school duration 9,3 year with purchasing power parity 639.400 IDR, and IPM 75,59.

Keywords: Budget allocation, Leading Sector, Regional Hierarchy, Income Distribution.


(4)

JAFAR SIDIK SALIM, Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan, dibimbing oleh SETIA HADI dan MUHAMMAD ARDIANSYAH.

Alokasi anggaran yang dilakukan dengan baik dan benar serta tepat sasaran akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, mampu menciptakan pembangunan dan perkembangan wilayah yang berimbang, sinerji dan berkelanjutan. Demikian pula halnya pengalokasian anggaran belanja pemerintah pada sektor unggulan akan memberikan dampak yang luas pada sektor-sektor lainnya dan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan mantap, sehingga dapat mengoptimalkan kinerja pembangunan daerah Kota Tarakan.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui sektor-sektor unggulan 2) Menentukan potensi dan rencana pengembangan sektor unggulan, 3) Mengidentifikasi alokasi anggaran dalam mendukung sektor unggulan, 4) Menyusun suatu strategi alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan. Adapun metode yang digunakan adalah, analisis input output, analisis kewilayahan yang digambarkan dalam peta tematik dan analisis kesejahteraan melalui gini rasio dan indeks pembangunan manusia serta analisis PCA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciri alokasi anggaran bidang belanja pemerintah Kota Tarakan terdiri dari : Sektor Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan, Keuangan dan Koperasi, Perdagangan, Pariwisata, Pengawasan dan Keamanan dan Sektor Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan Komunikasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman. Sedangkan yang menjadi sektor unggulan yaitu : Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Air Minum, Sektor Pemerintahan dan Pertahanan, Sektor Industri Lainnya, Sektor Bank, Sektor Perikanan, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Sektor Angkutan Laut.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan alokasi anggaran dengan sektor unggulan. Struktur anggaran pembangunan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar dan standar pelayanan publik minimal. Hasil analisis kewilayahan terhadap aktivitas sektor menggunakan data tenaga kerja tiga sektor utama, diperoleh indeks entropi berkisar antar 0,068 sampai dengan 0,380, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tenaga kerja di Kota Tarakan masih tergolong rendah karena hanya tiga kelurahan yang memiliki indeks entropi tinggi 0,312 - 0,380 yaitu Kelurahan Karang Anyar sebesar 0,380, Karang Anyar Pantai sebesar 0,312 dan Kelurahan Selumit Pantai sebesar 0,312, indek entropi paling rendah terdapat pada Kelurahan Mamburungan Timur yaitu sebesar 0,068.

Demikian pula hasil analisis skalogram bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis skalogram pada tingkat kelurahan bahwa hanya terdapat tiga kelurahan yang memiliki hirarki I yaitu : Kelurahan Karang Balik, Karang Rejo dan Karang Anyar, tujuh


(5)

memiliki hirarki III.

Hasil analisis gini rasio dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan di Kota Tarakan tergolong ketimpangan sedang (moderat inequality) yaitu 40% dari penduduk berpendapatan rendah hanya menikmati sebesar 13,50% pendapatan dari total pendapatan regional. Secara keseluruhan bahwa sebagain besar total pendapatan regional Kota Tarakan hanya dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi yaitu sebesar 51,29%. Sedangkan 80% penduduk lainnya hanya menikmati sebesar 48.71% dari total pendapatan regional Kota Tarakan. IPM Kota Tarakan pada tahun 2008 berada di atas IPM Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, dengan angka harapan hidup 71,4 tahun, angka melek hurup sebesar 97,9% dan rata-rata lama sekolah 9,3 tahun dengan paritas daya beli sebesar Rp. 639.400 dengan IPM 75,59.

Kata kunci: Alokasi anggaran, Sektor unggulan, Hirarki wilayah, Distribusi pendapatan.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA

PEMBANGUNAN KOTA TARAKAN

JAFAR SIDIK SALIM

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(8)

(9)

dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan

Nama : Jafar Sidik Salim

NRP : A156080031

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si

Anggota

Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(10)

UNTUK : KEDUA ORANG TUA KU SALIM DOMAN (ALM) DAN Hj. RUGAIYAH

ISTERIKU SALMAH ANAKKU ; RIZQI IQBAL,FIQRI AULIA GHIFFARI DAN FATIMAH SAFIRA DAN SEMUA YANG KUKASIHI DAN DIKASIHI ALLAH SWT


(11)

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Tesis ini berhasil diselesaikan serta shalawat dan salam pada Nabi yang agung Muhammad SAW.

Terima kasih yang tulus dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Ibuku Hj. Rugaiyah dan mertuaku Suluwati, istriku Salmah dan permata hatiku Rizqi Iqbal, Fiqri Aulia Ghiffari dan Fatimah Safira serta Saudaraku atas pengorbanannya dan senantiasa memberikan dorongan, do’a serta sebagai pelipur lara bagi penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah dengan penuh perhatian dan keikhlasan membimbing dan memberikan pencerahan keilmuan.

3. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr beserta staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB.

4. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan beasiswa program pascasarjana tahun 2008-2010.

5. Pimpinan dan staf kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan, yang telah memberikan kesempatan dan membantu selama pengumpulan data.

6. Rektor dan staf Universitas Borneo yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

7. Dekan dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Borneo serta rekan-rekan dosen yang telah memberikan semangat dan dorongan.

8. Saudaraku dan Anandaku angkatan 2008 Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Ilmu Tanah dan Agro Teknologi Tanah Sekolah Pascasarjana IPB, sebagai sumber inspirasi dan motivasi.

9. Semua pihak yang tak mungkin penulis sebutkan, dan telah membantu dalam penulisan tesis ini hingga rampung.

Semoga tesis ini memberikan manfaat dan sebagai informasi bagi pemerintah Kota Tarakan serta kalangan akademisi yang berminat dalam kajian ini. Menjadi amal zariah bagi penulis dan seluruh yang terlibat dalam penulisan ini AMIN YA ALLAH.

Bogor, Agustus 2010


(12)

Penulis dilahirkan di Tarakan pada tanggal 16 Juli 1963 sebagai anak

kedua dari delapan bersaudara dari ayah Salim Doman (Alm) dan ibu Hj. Rugaiyah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda pada tahun 1982 menamatkan studi pada tahun 1987, pada tahun yang sama bekerja pada sebuah perusahaan HPH PT. Daisy Timber di Samarinda hingga tahun 2001.

Pada tahun 2000 hingga 2003 kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Samarinda konsentrasi Ilmu Ekonomi Islam hingga semester akhir. Tahun 2004 penulis menjadi dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan hingga saat ini. Pada tahun 2008 mendapat beasiswa program pascasarjana Dikti Departemen Pendidikan Nasional melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) Institut Pertanian Bogor dan Lulus tahun 2010.

Penulis menikah dengan Salmah, S.Pd pada tahun 1993 dikarunia 2 orang putra Rizqi Iqbal lahir tanggal 5 Nopember 1993 dan Fiqri Aulia Ghiffari lahir tanggal 6 April 1995 dan seorang putri Fatimah Safira lahir tanggal 28 April 2001.


(13)

xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Kerangka Pemikiran ... 7

1.4. Karangka Analisis ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Konsep Wilayah ... 12

2.2. Pengembangan Wilayah ... 12

2.3. Pembangunan Sektor... 13

2.4. Keterkaitan Antar Sektor ... 15

2.5. Analisis Input Output ... 16

2.6. Analisis Komponen Utama (PCA) ... 18

2.7. Sumber Pendapatan Daerah ... 19

2.8. Indikator-Indikator Kinerja Pembangunan ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.3. Metode Analisis ... 24

3.3.1. Analisis Input Output ... 24

3.3.2. Analisis Diversitas (Entropy) ... 31

3.3.3. Analisis Skalogram ... 31

3.3.4. Analisis Gini Ratio ... 32

3.3.5. Analisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 33

3.3.6. Analisis Komponen Utama ... 33

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 37

4.1. Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 38

4.2. Sosial ... 40

4.3. Pertanian... 44

4.4. Industri ... 45

4.5. Perdagangan dan Koperasi ... 45


(14)

xii

KINERJA PEMBANGUNAN ... 48

5.1. Sektor Unggulan Kota Tarakan ... 48

5.1.1. Struktur Total Output ... 48

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 49

5.1.3. Keterkaitan Sektor ... 52

5.1.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 56

5.1.5. Kriteria Sektor Unggulan ... 61

5.2. Potensi Wilayah Kota Tarakan dan Pengembangannya ... 64

5.2.1. Analisis Diversitas Entropy ... 64

5.2.2. Analisis Skalogram ... 66

5.2.3. Analisis Gini Rasio ... 74

5.2.4. Analisis Indek Pembangunan Manusia ... 77

5.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan ... 84

5.4. Struktur Alokasi Anggaran ... 88

5.5. Keterkaitan Alokasi Anggaran Dengan Sektor Unggulan ... 95

5.6. Simulasi Alokasi Anggaran pada Tabel I-O Updating 2007 ... 101

5.7. Optimalisasi Kinerja Pembangunan Daerah Kota Tarakan ... 103

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 105

6.1. Simpulan ... 105

6.2. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(15)

xiii Halaman

1. Sumber-sumber Penerimaan Daerah Kota Tarakan Tahun 2000-2007 .... 4

2. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tarakan ADHK 2000, Tahun 2000-2007 5 3. Sektor-Sektor dalam Tabel Input Output Kota Tarakan Tahun 2007 ... 25

4. Matrik Tujuan, Metode, Data yang Diperlukan dan Output yang Diharapkan ... 36

5. Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan ... 37

6. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2007 ... 39

7. Penduduk Berdasarkan Usia di Kota Tarakan Tahun 2004 - 2007 ... 39

8. Indikator Ketenagakerjaan Kota Tarakan 2004 – 2007 ... 40

9. Jumlah dan Pertumbuhan Ruang Kelas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007 ... 41

10. Jumlah Sekolah Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan ... 43

11. Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2008 ... 44

12. Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kota Tarakan Tahun 2000 – 2007 ... 47

13. Total Output Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 ... 48

14. Nilai Tambah Bruto Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 ... 49

15. Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan Menurut Komponennya Tahun 2007 50 16. Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Belakang (DBL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang (DIBL) .. 53

17. Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Depan (DFL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan (DIFL) ... 54

18. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Total Output Terbesar ... 57

19. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pendapatan Terbesar... 57

20. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Surplus Usaha Terbesar ... 58 21. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pajak Tak Langsung Netto Terbesar 59


(16)

xiv

22. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Nilai Tambah Total Terbesar ... 60

23. Sektor Unggulan di Kota Tarakan ... 62

24. Indeks Entropy dan Kalsifikasi Wilayah di Kota Tarakan ... 65

25. Hirarki Perkembangan Wilayah Kelurahan di Kota Tarakan ... 67

26. Hirarki Perkembangan Wilayah Kecamatan di Kota Tarakan ... 72

27. Kemiskinan Relatif dan Gini Rasio Kota Tarakan Tahun 2006-2007 ... 75

28. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tarakan Tahun 2004-2008 .. 77

29. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000-2007 (persen) ... 87

30. Eigenvalues Extraction: Principal Components APBD Bidang Belanja Sektor Kota Tarakan ... 90

31. Nilai Faktor Loading Variabel APBD Belanja Sektor ... 92

32. Nilai Faktor Loading Variabel Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007 .. 100

33. Simulasi Alokasi Anggaran Berdasarkan Sektor Unggulan Tabel Input Output Updating 2007 Kota Tarakan ... 101

34. Hasil Simulasi Realokasi Pengeluaran Pemerintah dan Pertahanan untuk Sektor Unggulan Kota Tarakan ... 102


(17)

xv Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 8

2. Kerangka Analisis ... 10

3. Peta Adiministrasi Kota Tarakan ... 23

4. Jumlah Ruang Kelas... 42

5. Kuadran Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Sektoral ... 55

6. Pola Spasial Indeks Diversitas Tiga Sektor Pekerjaan Utama ... 64

7. Peta Hirarki Perkembangan Kelurahan di Kota Tarakan ... 72

8. Peta Hirarki Perkembangan Kecamatan di Kota Tarakan ... 74

9. Kurva Lorenz Kota Tarakan Tahun 2007 ... 76

10. Indeks Pembangunan Manusia Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ... 78

11. Angka Harapan Hidup Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ... 80

12. Angka Melek Huruf Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ... 81

13. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ... 82

14. Paritas Daya Beli Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ... 83

15. Pertumbuhan Rill Sektor Ekonomi ... 85

16. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2007 (persen) ... 87

17. Distribusi PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2007 (juta rupiah) ... 88


(18)

xvi Halaman 1. Tabel I-O Transaksi Domestik Kota Tarakan Tahun 2000

Atas Dasar Harga Produsen ... 110

2. Tabel Koefisien I-O Transaksi Domestik Kota Tarakan Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen ... 116

3. Matriks Identitas 28 x 28 ... 121

4. Matrik Identitas Minus Matrik Koefisien I-O ... 123

5. Kebalikan Matriks Leontief Terbuka (Household Exogenous) ... 127

6. Kebalikan Matriks Leontief Tertutup (Household Endogenous) ... 131

7. Backward Linkages ... 135

8. Forward Linkages ... 136

9. Multiplier ... 137

10. Resume Hasil Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007 ... 139

11. Nilai Hasil Standarisasi Menentukan Sektor Unggulan ... 142

12. Indeks Hirarki Wilayah ... 143

13. Variabel Analisis Skalogram ... 147

14. APBD Kota Tarakan Tahun 2000-2004 (Ribuan Rupiah) ... 148


(19)

xvii DAU : Dana Alokasi Umum,

DAK : Dana Alokasi Khusus DBH : Dana Bagi Hasil

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah NTB : Nilai Tambah Bruto

PAD : Pendapatan Asli Daerah ADHK : Atas Dasar Harga Konstan SDM : Sumberdaya Manusia SDA : Sumberdaya Alam

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

PCA : Principal Components Analysis

FA : Factor Analysis

I-O : Input-Output

UNDP : United Nations Development Program

PODES : Potensi Desa

PDB : Produk Domestik Bruto

DBL : Direct Backward Linkages

DIBL : Direct Indirect Backward Linkages

DFL : Direct Forward Linkages

DIFL : Direct Indirect Forward Linkages

F1 : Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga F2 : Pengeluaran Konsumsi Pemerintah F3 : Pembentukan Modal Tetap (Investasi) F4 : Perubahan Stok

F5 : Ekspor Barang dan Jasa OA : Output Antara

F : Permintaan Akhir O : Output Total


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Wilayah

Secara yuridis menurut Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Rustiadi et al. (2008) wilayah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi yaitu: (1) wilayah homogen (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) perencanaan/pengelolaan (planning region atau

programming region).

2.2. Pengembangan Wilayah

Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasil produk barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 2004).

Menurut Anwar (2005) pertimbangan dalam pembangunan wilayah membutuhkan pendekatan multi dimensional, terutama yang menyangkut: (1) peranan teknologi dalam peningkatan produktivitas, (2) pembangunan sumberdaya manusia (khususnya yang menyangkut aspek-aspek kesehatan dan pendidikan), (3) pembangunan infrastruktur fisik dengan memperhatikan aspek


(21)

lingkungan hidup, dan (4) pembangunan administrasi dan finansial, termasuk mendorong partisipasi luas kepada masyarakat dan memperhitungkan aspek politik-institusional.

Inovasi atau pembukaan daerah baru mungkin menghasilkan perubahan struktural, yang demikian akan memperluas pasar domestik dan memperluas pasar luar negeri. Penemuan tehnik hanya timbul dalam masyarakat yang memiliki tradisi yang memungkinkan anggotanya melakukan eksperimen, sadar untuk mengatasi keterbatasan kemampuan fisik mereka yang dengan kata lain menyadari akan perlunya melakukan ekspansi (Jhingan, 2007).

Pola dan gerak dari adanya suatu inovasi dan pembukaan wilayah baru akan berpotensi terhadap pertumbuhan pembangunan dan pengembangan suatu wilayah yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, hal ini bukan hanya penting dalam pertumbuhan ekonomi, namun pada tingkat di mana inovasi dapat di perbanyak, dimodifikasi, dan menyebar ke sektor ekonomi lainnya yang akan mempengaruhi kemajuan suatu wilayah.

Menurut United Nation Center for Regional Development dalam Supriatna (2000) konsep pembangunan berkelanjutan menitik beratkan pada pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi yang dicirikan oleh: a.) pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial disektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan dan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, b.) pembanguan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya serta menciptakan kedamaian, dan c.) pertumbuhan yang diorentasikan pada manusia untuk berbuat melalui people centered development

dan promote the empowerment people.

2.3. Pembangunan Sektor

Menurut Anwar dan Hadi (1996) penentuan peranan sektor-sektor pembangunan diharapkan dapat mewujudkan keserasian antar sektor


(22)

pembangunan sehingga dapat meminimalisasikan inkompatibilitas antar sektor dalam pemanfaatan ruang.

Perencanaan pembangunan wilayah dari sudut pandang ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam mencapai target pertumbuhan yang selanjutnya diikuti oleh investasi pada berbagai sektor baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta. Dalam perencanaan pembangunan wilayah menurut Tarigan (2005), pendekataan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah).

Rustiadi et al. (2008) menyatakan kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah atau negara sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama (prime mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda.

Perencanaan pembangunan yang disusun secara konprehensif terpadu dan terarah akan memberikan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pembangunan daerah. Setiap kebijakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah hendaknya mengacu pada potensi yang dimiliki suatu daerah, sebagai sebuah kekhasan dan keunggulan daerah, bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja, aktivitas perekonomian yang beragam dan merata disetiap wilayah, pertumbuhan perekonomian wilayah yang stabil yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan wilayah, dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana menentukan peranan faktor-faktor produksi yang terbatas, bagaimana dan kearah mana kegiatan ekonomi daerah diarahkan guna mencapai sasaran dan langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran pertumbuhan. Pencapaian sasaran pertumbuhan tidak terlepas dari peran swasta sedang pemerintah tidak hanya bersifat sebagai pengatur dan pengendali (regulator) tetapi juga sebagai


(23)

sesuai dengan kondisi daerah dan ketersediaan sumberdaya, sehingga mampu menggerakkan perekonomian daerah melalui sektor-sektor yang diunggulkan.

2.4. Keterkaitan Antar Sektor

Keterkaitan antar sektor merupakan unsur penting dalam proses pembangunan daerah, karena dengan adanya keterkaitan antar sektor tersebut akan dapat diwujudkan pembangunan ekonomi yang saling menunjang dan bersinergi antara sumber yang satu dengan lainnya. Keterkaitan ini dapat bersifat ke depan (forward linkages) pada lajur baris output menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang digunakan oleh sektor lain dan keterkaitan ke belakang

(backward linkages) menunjukkan pengaruh suatu sektor terhadap produksi

sektor lain yang menyediakan input pada lajur kolom input dengan adanya keterkaitan ini akan dapat terwujud pembangunan yang efisien dan saling mendukung, sehingga perekonomian dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat.

Dari sudut dimensi sektor pembangunan, suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa: 1. Setiap sektor memberikan sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pencapaian pembangunan. 2. Setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda, dan 3. Aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan (infrastuktur) dan sumberdaya sosial (Rustiadi, et al. 2008).

Terbatasnya keterkaitan internal dapat menjadi halangan untuk membangun karena, jika perusahaan meningkatkan outputnya, hanya sedikit dari keuntungan akan berimbas pada kegiatan ekonomi, pengganda lokal akan menjadi lebih kecil. Demikian juga, wilayah kecil akan memiliki lebih sedikit keterkaitan internal daripada wilayah yang lebih besar karena wilayah kecil lebih mungkin untuk mengimport permintaan inputnya (Blair, 1995).


(24)

2.5. Analisis Input Output

Pendekatan analisis Input-Output merupakan alat analisis keseimbangan umum, yang didasarkan pada arus transaksi antara pelaku perekonomian yang penekanan utamanya adalah pada sisi produksi (Nazara, 2005). Penerapan kerangka Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an untuk melihat hubungan antar sektor. Pendekatan ini mampu menggambarkan beragam sifat hubungan di antara sektor-sektor industri dan diantara sektor-sektor industri dengan komponen lainnya (Isard, 1972).

Analisis Input Output juga banyak digunakan pada berbagai disiplin ilmu lain, bahkan dalam bidang ilmu perencanaan, kemampuan alat analisis Input

Output untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian hingga tingkat

yang sangat rinci membuat alat analisis ini cocok bagi proses perencanaan pembangunan. Model Input Output merupakan peralatan analisis pada berbagai disiplin ilmu seperti; Geografi, regional science dan engineering, lingkungan hidup (Young, 2002).

Analisis Input Output menurut Tarigan (2004) memberikan manfaat atau kegunaan antara lain:

1. Menggambarkan keterkaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah.

2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkages) dan daya mendorong (forward linkages) setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah.

3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran.

4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif.

5. Dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.


(25)

Pada hakekatnya analisis Input Output digunakan untuk menganalisis dan mengukur hubungan produksi dan konsumsi antar sektor dalam perekonomian wilayah, yang dijabarkan dalam bentuk persamaan linier, dimana hasil yang diperoleh menunjukkan sektor-sektor apa saja yang menjadi unggulan yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk pengembangannya, sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam analisis input output menurut Sritua Arief (1993) adalah sektor-sektor yang: a. Mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke

depan (forward linkages) yang relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

b. Menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir yang relatif tinggi pula.

c. Mampu menghasilkan penerimaan devisa yang tinggi. d. Mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang relatif tinggi

Kebanyakan ahli ekonomi sekarang percaya bahwa baik keterkaitan ke belakang atau keterkaitan ke depan dalam analisis Tabel Input Output lebih efektif. Meskipun keterkaitan ke depan lebih kuat dibandingkan dengan keterkaitan ke belakang terhadap industri (Blair, 1995).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model

Input-Output antara lain yang dilakukan oleh Ferdinan Sukadantel (2007), yaitu

untuk menganalisis sektor-sektor unggulan dalam perekonomian dan alokasi anggaran pembangunan untuk mendukung sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Hasil analisis diidentifikasi bahwa sektor unggulan Kabupaten Bogor adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor bangunan dan sektor tanaman bahan makanan.

Suryawardana (2006), menggunakan metode Input-Output, untuk mengidentifikasi sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur. Hasil analisis

Input-Output tersebut adalah terdapat lima sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur,


(26)

dan alas kaki, sektor makanan kacang-kacangan lainnya, sektor restoran dan sektor bangunan dan konstruksi.

2.6. Analisis Komponen Utama (PCA)

Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menjelaskan struktur variansi-kovariansi dari sekumpulan variabel melalui beberapa variabel baru dimana variabel baru ini saling bebas, dan merupakan kombinasi linier dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini dinamakan komponen utama (principal component).

Secara umum tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data dan untuk kebutuhan interpretasi. Secara teknis, analisis komponen utama merupakan suatu teknik mereduksi data multivariat yang berfungsi mencari dan untuk mengubah (mentranformasi) suatu matriks data awal/asli menjadi suatu set kombinasi linier yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal (Supranto, 2004).

Pendekatan mengenai berapa banyak faktor/komponen dilihat dari nilai eigen (eigen value), titik dimana besaran nilai eigen turun drastis dari nilai besar ke kecil dianggap sebagai suatu petunjuk banyaknya faktor atau komponen yang digunakan dalam analisis (Johnson dan Wichern, 1998). Hal mana nilai eigen ini sangat penting untuk mengukur kriteria penetuan jumlah komponen sebagaimana Gasser dan Roussson (2004), yaitu untuk mengukur persentase dari varian dengan menemukan suatu vektor komponen utama yang didefinisikan dengan faktor loading suatu matriks p dimana p adalah variabel yang dijadikan kasus.

Agus Sunarto (2007), menggunakan Analisis PCA untuk mengetahui keterkaitan pola anggaran dengan kinerja pembangunan di wilayah Jawa Bagian Barat dilakukan penyederhanaan variabel-variabel belanja bidang perkapita menjadi 2 faktor dari 22 variabel anggaran belanja yaitu faktor utama I merupakan belanja administrasi dan produksi, dan faktor utama II merupakan belanja penanaman modal. Sedangkan Prasetyo et al. (2008) dengan menggunakan data NTB seluruh Propinsi di Indonesia diperoleh empat


(27)

komponen utama dari sembilan variabel NTB dan diperoleh nilai penduga koefisien standar error paling kecil adalah metode komponen utama pada regresi komponen utama daripada metode kuadrat terkecil pada regresi linier berganda, hal ini menunjukkan bahwa analisis komponen utama lebih tepat dan dipercaya (reliable) terhadap variabel bebas daripada metode kuadrat terkecil.

2.7. Sumber Pendapatan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sumber-sumber pendanaan pemerintah daerah terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan yang sah. Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN, terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewajiban yang diberikan oleh pemerintah pusat dan mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta untuk mengurangi kesenjangaan pendanaan pemerintah antar daerah.

2.7.1. Pendapatan Asli Daerah

Menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa : PAD bersumber dari pajak daerah, retrebusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Lain-lain PAD yang sah meliputi : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi dan potongan, atau pun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. Dengan demikian bahwa yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah, laba perusahaan milik daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.


(28)

2.7.2. Dana Bagi Hasil

Dana perimbangan yang berasal dari DBH bersumber dari penerimaan pajak dan sumber daya alam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dengan sistem bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak antara pemerintah pusat dan daerah. Pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak ini dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan besarnya sumbangan daerah penghasil. 2.7.3. Dana Alokasi Umum

Tujuan dari DAU ini adalah untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antar pemerintah pusat dan daerah, dengan dana perimbangan ini diharapkan akan memberikan kepastian pada pemerintah daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kebutuhan DAU oleh suatu daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan fiscal gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Berdasarkan konsep fiscal gap ini, distribusi DAU kepada daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif lebih besar akan memperoleh DAU lebih kecil, demikian pula halnya bagi daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif kecil akan menerima DAU lebih besar.

2.7.4. Dana Alokasi Khusus

DAK adalah dana yang disediakan dalam APBN yang dialokasi untuk daerah guna membantu kebutuhan khusus. Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1999 jo PP Nomor 104 Tahun 2000, DAK dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan memperhatikan ketersediaan dana APBN. Kriteria kebutuhan khusus tersebut meliputi: pertama kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus alokasi umum, kedua

kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional, dan ketiga


(29)

penghasil. Berdaasarkan kebutuhan tersebut DAK dibedakan atas DAK dana reboisasi (DAK DR) dan DAK non dana reboisasi (DAK Non DR).

2.8. Indikator-Indikator Kinerja Pembangunan

Indikator merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung atau diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (Rustiadi et al, 2008).

Indikator-indikator kinerja ini dibangun atas dasar variabel-variabel penting yang dapat menggambarkan tingkat perkembangan dan pertumbuhan atau mampu menjelaskan tingkat ukuran kinerja pembangunan daerah yang dapat dirumuskan dengan angka indeks atau rasio. Indeks atau rasio tersebut diantaranya adalah: 1) Bidang Perekonomian yang diukur dari tingkat laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, pendapatan perkapita, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, tingkat pemerataan pendapatan, tingkat daya beli, tingkat tabungan masyarakat, tingkat investasi, perdagangan luar negeri (ekspor-impor), indeks harga bangunan, realisasi penerimaan APBD, dll. 2) Bidang ketertiban umum: diukur dengan luas wilayah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis konflik, berdasarkan kasus/kejadian, kecelakaan, perampokan, kebakaran hutan dll. 3) Bidang kesehatan: jumlah penduduk sakit, tingkat kematian, tingkat harapan hidup, angka kelahiran, dll. 4) Bidang pendidikan: diukur dengan tingkat pendidikan, angka putus sekolah, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dll. 5) Bidang tata ruang, lingkungan hidup dan pemerintahan umum : diukur dengan tingkat kepadatan penduduk, rumah permanen dan non permanen, ketersediaan ruang terbuka hijau, penyimpangan penggunaan lahan dari rencana tata ruang, pencemaran, dll (Saefulhakim, 2005).

Jumlah dan keadaan penduduk akan berimplikasi pada kualitas masyarakat suatu wilayah atau daerah, yang menentukan tingkat harapan hidup masyarakat, disamping itu akan berimplikasi pada penyebaran dan perkembangan angkatan kerja. Keseimbangan antara jumlah dan lapangan kerja,


(30)

dan pemerataan sebarannya perlu dijadikan sebagai suatu target penting dalam mewujudkan hasil-hasil pembangunan yang efektif (Riyadi dan Bratakusumah, 2004). Kualitas hidup penduduk dan daya saing perekonomian suatu daerah juga menentukan indikotar kinerja pembangunan (Wong, 2006), karena kualitas hidup yang baik akan memangkas proses persaingan sehingga menciptakan keamanan dan kenyamanan hidup.

Dalam pembangunan, keberlanjutan merupakan asas yang sangat penting karena prinsip pembangunan adalah menjamin ketersediaan kebutuhan hidup manusia di waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Penerapan pembangunan berkelanjutan yang komplek dapat disederhanakan dengan pemilihan indikator capaian yang tepat sebagai sebuah standar capaian kinerja, pemilihan indikator akan menentukan penilaian akhir, karena indikator bersifat spesifik untuk berbagai kondisi wilayah.

Pemilihan banyaknya indikator perlu diperhitungkan secara tepat dan benar, karena akan berpengaruh terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk analisis kebijakan dan hasil, disamping itu indikator yang terlalu banyak akan menghasilkan analisis yang tidak mencapai sasaran, karena menjadi tidak fokus dan bersifat umum. Sebaliknya jika indikator yang ditetapkan terlalu sedikit akan terjadi kekeliruan dalam menterjemahkan keadaan, karena kemungkinan banyak mengandung kelemahan. Oleh sebab itu penetapan indikator yang tepat agar dapat menggambarkan pembangunan berkelanjutan mulai dari input, proces, output, outcome dan impact menjadi sangat penting dan merupakan suatu tugas yang cukup sulit bagi perencana wilayah.


(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Tarakan, sebagai satu diantara daerah otonom yang terletak di Bagian Utara Propinsi Kalimantan Timur, secara geografis berada diantara 3°14’23”-3°26’37” Lintang Utara dan 117°30’50”-117°40’12” Bujur Timur dengan luas wilayah daratan seluas ± 250,80 km² dan luas lautan ±406,33 km². Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret 2010.

Gambar 3 Peta Administrasi Kota Tarakan

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulaan data dilakukan dengan melakukan studi literatur dari buku teks, jurnal dan penerbitan ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan data yang berhubungan langsung dengan obyek penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data skunder dari Bappeda, BPS dan Instansi terkait lainnya berupa data time series antara tahun 2000 sampai


(32)

dengan 2007, yaitu masing-masing: Data NTB, APBD, Kependudukan, Ketenagakerjaan di Kota Tarakan.

3.3. MetodeAnalisis

3.3.1. Analisis Input Output

3.3.1.1. Konstruksi Tabel Input Output Metode RAS

Metode RAS merupakan suatu metode untuk memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t “A(t)”dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t, dan total input antara. Metode ini dikembangkan untuk menghasilkan matriks teknologi dimasa yang akan datang tanpa harus melakukan survey detail dengan menggunakan matriks teknologi di masa lalu, sebagai jalan untuk melakukan

up-dating terhadap matriks A. Metode ini disebut dengan metode RAS, karena

untuk menghasilkan suatu tabel Input Output baru didasarkan pada matriks r, A dan s. Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t diperkirakan dengan rumus

A

(t) = R.

A

(0).S

dimana :

A(t) = Matriks teknologi tahun “t”

R = Matriks diagonal yang elemen-elemennya menunjukkan pengaruh substitusi,

S = Matriks diagonal yang elemen-elemennya menunjukkan pengaruh pabrikasi

Dalam penelitian ini metode RAS digunakan untuk melakukan up-dating

Tabel Input Output Kota Tarakan tahun 2007 dengan dasar Tabel Input Output Kota Tarakan tahun 2000.

Menurut Saefulhakim (2004) secara matematis metode RAS dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:


(33)

Xij

r

(0) = Input antara sektor j yang berasal dari output sektor i tahun dasar i,

b

= Elemen matriks diagonal R i

k

= Jumlah permintaan antara sektor i tahun “t” j

s

= Jumlah input antara sektor j tahun “t” j

Tabel 3 Sektor-Sektor dalam Tabel Input Output Kota Tarakan Tahun 2007 = Elemen matriks diagonal S

No. Sektor Kode

Sektor Uraian Sektor

1 2 3 4

1 Pertanian 1 Tanaman Bahan Makanan

2 Tanaman Perkebunan

3 Peternakan dan Hasil-hasilnya

4 Kehutanan

5 Perikanan

2 Pertambangan dan Penggalian 6 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

7 Penggalian

3 Industri Pengolahan 8 Industri Makanan dan Minuman

9 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain

10 Industri lainnya

4 Listrik, Gas dan Air Minum 11 Listrik

12 Air minum

5 Bangunan 13 Bangunan/Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 14 Perdagangan

15 Restoran

16 Hotel

7 Angkutan dan Komunikas 17 Angkutan darat

18 Angkutan laut

19 Angkutan udara

20 Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan

21 Komunikasi

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

22 Bank

23 Lembaga Keuangan Tanpa Bank

24 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 25 Pemerintahan dan Pertahanan

26 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

27 Jasa Hiburan dan Rekreasi

28 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Input Antara

201 Upah dan Gaji

202 Surplus Usaha

203 Penyusutan

204 Pajak Tak Langsung Netto


(34)

Lanjutan Tabel 3

1 2 3 4

Permintaan Akhir

301 Konsumsi Rumah Tangga

302 Konsumsi Pemerintah

303 Pembentukan Modal Tetap

304 Perubahan Stok

305 Ekspor Barang

309 Jumlah Permintaan Akhir

Sumber : BPS Kota Tarakan

Dalam model I-O parameter yang utama adalah input atau koefisien teknologi aij analisis ini adalah untuk melihat struktur keterkaitan (linkages) ekonomi antar sektor dalam suatu perekonomian serta efek multiplier suatu sektor terhadap sektor ataupun perekonomian secara keseluruhan. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut:

atau

Dimana :

(3)

aij = Rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j (=Xij) terhadap total input sektor j (=Xj).

Dengan demikian, Tabel I-O secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

a11X1 + a12X2 + … a1jXj …+ a1nXn + Y1 = X

a

1 21X1 + a22X2 + … a2jXj …+ ainXn + Y2 = X

. . . 2

. . .

. . .

ai1X1 + ai2X2 + … aijXj.… + ainXn + Yi = Xi

. . .

. . .

. . .


(35)

atau

=

+

n i n i n i nn n n ij n n

X

X

X

X

Y

Y

Y

Y

X

X

X

X

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

2 1 2 1 2 1 2 1 2 22 21 1 12 11

:

(5)

Dengan notasi matrikss dirumuskan sebagai berikut:

AX + Y = X (6)

Matriks A merupakan matriks koefisien hubungan langsung antar sektor (koefisien teknologi), dengan demikian maka,

X – AX = Y (I – A)X= Y X = (I – A)-1.Y

Matriks (I - A) dikenal sebagai matriks Leontief, merupakan parameter penting di dalam analisis I-O. Invers matriks tersebut, matrikss (I - A)-1 atau B adalah matriks invers Leontief yang mengukur keterkaitan antara sektor secara langsung dan tidak langsung. Karena (I – A)-1

3.3.1.2. Analisis Deskriptif (Analisis Keterkaitan)

atau Y = BY, maka peningkatan produksi (X) merupakan akibat tarikan permintaan akhir Y. Gradien peningkatannya ditentukan oleh elemen-elemen matrikss B, semakin besar koefisiennya maka semakin besar pula output pada sektor tersebut.

1. Keterkaitan langsung ke depan

Keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut.


(36)

Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Fi

X

= Keterkaitan langsung ke depan ij

X

= Banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j

i

a

= Total Output sektor i

ij = Unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis

2. Keterkaitan langsung ke belakang

Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut.

Bj

X

= Keterkaitan langsung ke belakang ij

X

= Banyaknyak output sektor i yang digunakan oleh sektor j

j

a

= Total input sektor i

ij = Unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis Nilai Bj

3. Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan

> 1 menunjukkan bahwa sektor j memiliki kaitan ke belakang yang kuat dalam pengertian memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain.

Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan (direct and indirect forward

linkage) menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung ke depan dari

perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(37)

FDIL = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

bij

(kolom)

= Unsur kebalikan matriks Leontief sektor i (baris) dan sektor j

4. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct and indirect

backward linkage) menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari

kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor tertentu, pada peningkatan total output seluruh sektor perekonomian. Parameter ini menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan seluruh sektor perekonomian, secara matematis diformulasikan sebagai berikut:

BDIL = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

bij

(kolom)

= Unsur kebalikan matriks Leontief sektor i (baris) dan sektor j

3.3.1.3. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier effect)

Dalam hal ini, paling tidak dikenal dua tipe multiplier, yakni: Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief (I-A)-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara

exogenous. Bila sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling

ketergantungan, dengan menambah satu baris berupa pendapatan rumah tangga dan satu kolom berupa pengeluaran rumah tangga, yang berarti sektor rumah tangga diperlakukan secara endogenous dalam sistem, maka multiplier yang diperoleh adalah Multiplier Tipe II. Untuk keperluan analisis, dalam tulisan ini


(38)

dihitung berbagai jenis multiplier baik untuk Multiplier Tipe I maupun Multiplier Tipe II, antara lain:

1. Pengganda Output

Dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan total output seluruh sektor di wilayah penelitian.

Fd

(I – A)

= Permintaan akhir

-1

2. Pengganda Pendapatan

= Invers matriks Leontif

Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah penelitian.

I

v

i = rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i terhadap total output

sektor i untuk i=j, maka Ivi = Iv

b

j

ij = elemen inverse matriks Leontief

3. Pengganda Pajak

Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan pajak tak langsung netto secara keseluruhan di wilayah penelitian.

T

vi

untuk i=j, maka

: rasio pajak tak langsung netto dari sektor i terhadap total output sektor i

T

vi = Tv

b

j


(39)

4. Pengganda Nilai Tambah/NTB

Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan NTB wilayah penelitian.

(16)

GDP

v

i = Rasio Produk Domestik Regional Bruto dari sektor i terhadap

total output sektor i untuk i=j, maka GDPvi = GDPv

b

j

ij = elemen inverse matriks Leontief 3.3.2. Analisis Diversitas (Entropy)

Metode ini digunakan untuk menghitung perkembangan aktivitas sektor ekonomi disuatu wilayah yang meliputi 20 Kelurahan pada empat kecamatan yaitu Kecamatan Tarakan Tengah 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Barat 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Timur 7 Kelurahan dan Kecamatan Tarakan Utara 3 Kelurahan, sehingga dapat diketahui sektor apa saja yang berkembang pada suatu wilayah, dengan prinsif semakin beragam aktivitas sektor, maka semakin besar nilai indek entropy yang mengindikasikan wilayah tersebut semakin berkembang.

Dengan formula untuk analisis Entropy adalah:

S = Nilai Entropy Pi

i = Aktivitas ekonomi ke-i (tiga lapangan kerja utama penduduk)

= Nilai rasio kejadian aktivitas ekonomi ke-i terhadap total kejadian di total kategori n

n = total kategori

3.3.3. Analisis Skalogram

Analisis skalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah, dilakukan terhadap jenis, jumlah sarana dan prasarana yang tersedia dalam suatu


(40)

wilayah. Adapun data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah seluruh fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap kelurahan dan kecamatan di Kota Tarakan.

Analisis skalogram dilakukan dengan persamaan:

= Kelurahan yang memiliki fasilitas = Bobot fasilitas

3.3.4. Gini Rasio

Gini rasio merupakan suatu teknik analisis untuk melihat tingkat pemerataan distribusi pendapatan masyarakat disuatu wilayah, disusun dengan bantuan kurva Lorenz dalam skala absis dan ordinat yang sama, masing-masing persentase populasi dan persentase pendapatan. Selanjutnya ditarik diagonal bersudut 45o sebagai batas, besarnya tingkat kemerataan dan ketidakmerataan dihitung dari luasan yang dibentuk oleh suatu fungsi yang menggambarkan tingkat pendapatan masyarakat dan garis diagonal 45o

Analisis Gini Ratio dilakukan dengan persamaan: .

G = Gini Rasio Pi

Ø

= Proporsi populasi kategori ke-i i

P

= Proporsi kumulatif pendapatan sampai dengan kategori pendapatan ke-i i = ki

N = Banyaknya kategori pendapatan /k

ki = Banyaknya populasi untuk kategori pendapatan ke-i k = Total populasi


(41)

Nilai Gini Rasio antara 0 sampai dengan 1, bila nilai G = 0, maka distribusi pendapatan masyarakat tersebut tidak terdapat ketimpangan, atau merata sangat baik, sebaliknya jika = 1, maka distribusi pendapatan masyarakat sangat timpang.

3.3.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan indikator yang bertujuan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara atau wilayah, dengan angka indeks berkisar antara 0 – 100. IPM ini merupakan standar yang dikeluarkan PBB melalui United Nations Development Program (UNDP) dengan tiga kelompok kategori (Todaro, 2004) sebagai berikut yaitu:

Tingkat Pembangunan Manusia Rendah (0 hingga 0,499) Tingkat Pembangunan Manusia Menengah (0,50 hingga 0,799) Tingkat Pembangunan Manusia Tinggi (0,80 hingga 100)

Adapun indikator daripada IPM berdasarkan tiga tujuan atau produk akhir pembangunan adalah:

IPM = 1/3(Indeks X

1

+ Indeks X

2

+ Indeks X

3 Dimana :

)

X1

X

= Usia Harapan hidup

2

X

= Pendidikan (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf)

3 = Daya beli

3.3.6. Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama menggunakan PCA Teknis Analisis yaitu dengan mentransformasikan secara linier satu set peubah kedalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil namun representatif dan tidak saling berkorelasi (ortogonal). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah, merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah. Dalam analisis ini APBD yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah dan disetujui oleh DPRD Kota Tarakan, disusun secara time series kemudian


(42)

dilakukan analisis PCA terhadap variabel-variabel pembentuk APBD untuk mentranformasikan secara linier satu set peubah kedalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil namun representatif dan tidak saling berkorelasi (ortogonal), sehingga diperoleh komponen utama variabel pengalokasian anggaran daerah.

1. Tujuan Dasar

Ada dua tujuan dasar dari PCA dan FA, yakni:

a. Ortogonalisasi Variabel: mentransformasikan suatu struktur data dengan variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel-variabel baru (yang disebut sebagai Komponen Utama atau Faktor) yang tidak saling berkorelasi.

b. Penyederhanaan Variabel: banyaknya variabel baru yang dihasilkan, jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tapi total kandungan informasinya (total ragamnya) relatif tidak berubah.

2. Manfaat Pokok

Ada dua manfaat pokok dari PCA dan FA, yakni:

a. Salah satu asumsi (prasyarat) dasar yang membolehkan penggunaan Analisis Regresi Berganda (pendugaan parameter struktur hubungan linier antara satu variabel tujuan dengan lebih dari satu variabel penjelas), atau Analisis Fungsi Diskriminan (pendugaan parameter struktur hubungan linier antara satu variabel pengelompokan dengan lebih dari satu variabel penjelas perbedaan antar kelompok), adalah tidak terjadinya apa yang disebut dengan

multicollinearity (fenomena saling berkorelasi antar variabel penjelas).

Dengan demikian, PCA dan FA dapat membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan multicollinearity ini.

b. Dengan dapat menyajikan data dengan struktur yang jauh lebih sederhana tanpa kehilangan esensi informasi yang terkandung didalamnya, maka kita akan lebih mudah memahami, mengkomunikasikan, dan menetapkan prioritas penanganan terhadap hal-hal yang lebih pokok dari struktur permasalahan yang kita hadapi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas penanganan permasalahan dapat lebih ditingkatkan.


(43)

Perumusan PCA secara umum adalah:

Dalam penelitian ini PCA digunakan sebagai penciri indikator pengalokasian anggaran, analisis PCA ini dilakukan hingga diperoleh nilai PC Score dengan nilai total akar ciri (eigenvalues) diatas 70 % dari jumlah faktor-faktor baru yang diperoleh.


(44)

Tabel 4 Matriks Tujuan, Metode, Data yang diperlukan dan Output yang diharapkan

No Tujuan Metode Data Output

1 Mengetahui sektor-sektor unggulan dalam perekonomian

-Analisis Input Output NTB Kota Tarakan Tahun 2007

Sektor unggulan dan peranan sektor

2 Menentukan potensi dan menyusun rencana pengembangan sektor unggulan Kota Tarakan.

-Gini Rasio -IPM

-Analisis Entropy -Analisis Skalogram

Pendapatan Penduduk Kota Tarakan Tahun 2006-2007

Penduduk Kota Tarakan Tahun 2007 Podes Kota Tarakan Tahun 2008

Sumber daya tersedia dan kinerja pembangunan

3 Mengidentifikasi alokasi anggaran dalam mendukung sektor unggulan di Kota Tarakan.

-PCA

-Sintesis analisis

APBD Kota Tarakan Tahun 2000-2004 Hasil-hasil analisis

Efisiensi dan efektifitas Anggaran dalam mendukung sektor unggulan

4 Menyusun suatu strategi alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan

-Sintesis analisis Hasil-hasil analisis Efisiensi dan efektifitas Anggaran dalam mendukung sektor unggulan


(45)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kota Tarakan terletak di pintu gerbang utara Propinsi Kalimantan Timur secara astronomis berada diantara 3°14’23”-3°26’37” Lintang Utara dan 117°30’50”- 117°40’12” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan adalah 657,33 km2

Secara geografis Kota Tarakan berbatasan langsung dengan wilayah : terdiri dari daratan seluas ± 250,80 km² dan luas lautan ± 406,53 km². Wilayah Kota Tarakan umumnya merupakan dataran rendah, dimana variasi ketinggian wilayah antara 0 -110 m di atas permukaan laut. Bagian terendah berada di daerah sepanjang pantai dengan ketinggian 0 -7 meter seluas 2.937 ha sedangkan bagian tertinggi 25,1 – 110 meter tersebar pada Kecamatan Tarakan Utara dan Kecamatan Tarakan Tengah dengan luas sebesar 52,64 % dari wilayah daratan Kota Tarakan.

Bagian Utara: pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu Bagian Timur: Kecamatan Pulau Bunyu dan Laut Sulawesi Bagian Selatan: pesisir pantai Kecamatan Tanjung Palas Bagian Barat: pesisir pantai Kecamatan Sesayap

Secara administratif sesuai dengan Perda No.23 dan 24 Tahun 1999 Kota Tarakan terbagi menjadi 4 Kecamatan dengan 20 Kelurahan yaitu Kecamatan Tarakan Timur terdiri dari 7 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Barat terdiri dari 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Tengah terdiri dari 5 Kelurahan dan Kecamatan Tarakan Utara terdiri dari 3 Kelurahan.

Tabel 5 Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan

No Kecamatan Kelurahan

1 2 3

1 Tarakan Timur 1 Lingkas Ujung

2 Gunung Lingkas 3 Mamburungan 4 Kampung Empat 5 Kampung Enam 6 Pantai Amal


(46)

Tabel 5 Lanjutan.

1 2 3

2 Tarakan Tengah 8 Selumit Pantai

9 Selumit 10 Sebengkok 11 Pamusian

12 Kampung Satu Skip

3 Tarakan Barat 13 Karang Rejo

14 Karang Balik 15 Karang Anyar 16 Karang Anyar Pantai 17 Karang Harapan

4 Tarakan Utara 18 Juata Permai

19 Juata Kerikil 20 Juata Laut Sumber : Bappeda Kota Tarakan, 2008

4.1. Penduduk dan Ketanagakerjaan

Sumberdaya manusia merupakan suatu elemen penting dalam menunjang kemajuan dan perkembangan suatu negara atau daerah, khususnya sumberdaya manusia pada umur produktif, demikian pula halnya dengan jumlah dan tingkat sebaran penduduk pada suatu daerah memegang peranan penting terhadap perkembangan daerah. Berdasarkan registrasi tahun 2007 jumlah penduduk Kota Tarakan adalah sebanyak 176.981 jiwa. Sebaran penduduk dapat dikatakan tidak merata dengan tingkat sebaran masing-masing: Kecamatan Tarakan Utara sebesar 11,13%, Kecamatan Tarakan Timur sebesar 22,66%, sebanyak 65,64% penduduk berada di pusat kota, yaitu di Kecamatan Tarakan Barat sebesar 33,96%, dan Kecamatan Tarakan Tengah 32,25%.

Demikian pula halnya jika dilihat dari tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Tarakan Utara dengan kepadatan paling rendah yaitu hanya 181 jiwa per km2,disusul Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 692 jiwa per km2, Kecamatan Tarakan Barat tergolong paling padat yaitu 2.155 jiwa per km2, dan Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan 1.028 jiwa per km2.


(47)

Tabel 6 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2007

Kecamatan Jumlah Penduduk

Luas Wilayah Km

Kepadatan

2

Km

Sebaran

2

( % )

Tarakan Timur 40.104 58.01 692 22,66

Tarakan Tengah 57.084 55.54 1.028 32,25

Tarakan Barat 60.101 27.89 2.155 33,96

Tarakan Utara 19.692 109.36 181 11,13

Jumlah 176.981 250.80 100

Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008

Berdasarkan Tabel 7 penduduk Kota Tarakan mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya khususnya penduduk usia muda 0 – 14 tahun dari sebanyak 48.848 jiwa pada tahun 2004 menjadi sebanyak 61.572 jiwa pada tahun 2007, namun penduduk usia remaja pada usia 15 – 24 tahun terjadi penurunan jumlah penduduk sejak tahun 2005, demikian pula pada penduduk umur produktif 25 – 54 tahun sejak tahun 2007 mengalami penurunan. Secara keseluruhan pertumbuhan penduduk Kota Tarakan mengalami pertumbuhan yang menurun yaitu dari 6.27% tahun 2005 menjadi hanya 1,08% pada tahun 2007.

Tabel 7 Penduduk Berdasarkan Usia di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007

Usia Penduduk 2004 2005 2006 2007

0 – 14 48.848 52.045 56.800 61.572

15 – 24 28.448 31457 31.202 27.496

25 – 54 68.183 70.722 75.268 73.541

55 – 64 9.243 9.688 8.496 10.372

65 > 2.852 3.548 3.327 4.000

Jumlah 157.574 167.459 175.092 176.981

Pertumbuhan 6,27% 4,56% 1,08%


(48)

Struktur penduduk Kota Tarakan memiliki struktur umur muda, hal ini akan berakibat pada semakin besarnya jumlah angkatan kerja dimasa datang. Pada tahun 2007 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 62,11% yaitu sebanyak 115.403 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 67.997 orang, dengan jumlah pengangguran sebanyak 3.684 jiwa yaitu sebesar 5,14%. Jika dibandingkan dengan tahun 2004 terjadi penurunan pengganguran sebesar 7,85% dari semula sebesar 12,99%. Hal ini memungkinkan terjadi karena tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan rata-rata sebesar 8,15%, sehingga meningkatkan investasi pada berbagai sektor yang pada akhirnya mampu menyerap tenaga kerja.

Tabel 8 Indikator Ketenagakerjaan Kota Tarakan 2004 – 2007

Indikator Satuan 2004 2005 2006 2007

Usia Kerja 15 Th + Orang 108.730 115.417 118.287 115.403 Angkatan Kerja Orang 63.374 74.790 74.582 71.681 Bekerja Orang 55.140 67.774 67.260 67.997 Mencari Kerja Orang 8.234 7.016 7.322 3.684 Bukan Angkatan Kerja Orang 45.357 40.626 43.700 43.722 Tingkat Partisipasi AK % 58,29 64,80 63,05 62,11 Tingkat Kesempatan Kerja % 87,01 90,62 90,18 94,86 Tingkat Pengangguran Tbk % 12,99 9,38 9,82 5,14 Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008

4.2. Sosial

Tingginya persentase penduduk pada usia sekolah yaitu sebesar 57,04% (BPS, 2008), memungkinkan terjadinya angka putus sekolah tinggi jika tidak diimbangi dengan pembangunan gedung sekolah dan penambahan ruang belajar siswa, maka untuk itu pemerintah daerah melalui dinas pendidikan akan terus melakukan perhitungan ratio penduduk usia sekolah terhadap kapasitas ruang kelas guna memenuhi standar tingkat pendidikan penduduk sebagai modal pembangunan manusia, sekaligus investasi pada dunia pendidikan yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan daerah.


(49)

Di Kota Tarakan pembangunan sumberdaya manusia melalui investasi bidang pendidikan sangat mendapat perhatian, dengan porsi anggaran sebesar 16,39% dari APBD Kota Tarakan pada tahun 2007 (Bappeda Kota Tarakan, 2008). Sebagaimana terlihat pada Tabel 9 bahwa jumlah ruang kelas terus meningkat dengan pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2006 sebesar 13,25%, hal ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya penambahan ruang kelas pada tingkat SMA/SMK dan MA yaitu sebanyak 77 ruang kelas dibandingkan dengan pertambahan pada tingkat SD/MI hanya sebanyak 28 ruang kelas dan SMP/MTs sebanyak 15 ruang kelas. Pembangunan ruang kelas pada tahun 2007 diarahkan pada tingkat pendidikan SD yaitu bertambah sebanyak 33 ruang kelas sedangkan tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA hanya masing-masing sembilan dan sepuluh ruang kelas.

Tabel 9 Jumlah dan Pertumbuhan Ruang Kelas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007

Tahun TK SD/MI SMP/MTs SMA/SMK

/MA Jumlah

Pertum buhan

( % )

2004 67 559 180 67 873 -

2005 82 577 184 93 936 7,22

2006 86 605 199 170 1.060 13,25

2007 93 638 208 180 1.119 5,57

Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008

Secara keseluruhan baik sekolah negeri maupun swasta rasio murid per kelas pada tingkat pendidikan TK/Raudathul Atfal adalah 25 murid perkelas, pendidikan SD/MI adalah 33 murid per kelas, SMP/MTs 34 murid per kelas dan SMA/SMK/MA adalah 33 murid per kelas (BPS Kota Tarakan 2008). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Tarakan telah melakukan upaya perbaikan kinerja pembangunan ruang kelas setiap sekolah untuk memenuhi kebutuhan dasar bidang pendidikan bagi masyarakat. Berdasarkan indikator rasio kelas per murid, ketersediaan ruang kelas tingkat pendidikan dasar dan


(50)

menengah di Kota Tarakan telah memadai bahkan berada dibawah angka rasio kelas ideal yaitu 1 : 36 murid per kelas.

Peran serta masyarakat dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) khususnya TK sangat besar mengingat bahwa sistem pendidikan PAUD/TK ini lebih bertumpu pada swadaya masyarakat. Berdasarkan data BPS Kota Tarakan Tahun 2008 bahwa TK yang berstatus Negeri hanya 1 TK sedangkan yang dikelola oleh pihak swasta sebanyak 27 TK dengan indikator murid per kelas TK Negeri 23,80 murid per kelas dan TK Swasta 25,56 murid per kelas.

Gambar 4 Jumlah Ruang Kelas

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Tarakan Tengah lebih banyak dari kecamatan lainnya yaitu sebesar 34,58 % dengan jumlah sebanyak 45 fasilitas pendidikan. Hal ini karena Kecamatan Tarakan Tengah adalah merupakan pusat kota dan sebagai wilayah yang paling awal dibangun di Kota Tarakan sebelum berstatus kota pada tahun 1997.

Berbagai fasilitas yang tersedia di suatu wilayah memungkinkan suatu wilayah berkembang lebih cepat di bandingkan dengan wilayah yang kurang memiliki fasilitas, mengingat bahwa aktivitas masyarakat dan mobilisasi masyarakat lebih tinggi.

0 200 400 600 800 1000 1200

2004 2005 2006 2007

J

um

la

h

R

ua

ng

K

e

la

s


(51)

Implikasinya adalah bahwa seluruh sektor yang saling berkaitan satu sama lain baik langsung maupun tidak langsung akan bergerak secara simultan, pergerakan masyarakat yang akan melakukan kegiatan rutin pergi ke sekolah akan menggerakkan sistem transportasi, dan jumlah murid serta guru yang melakukan kegiatan belajar tentu membutuhkan konsumsi yang akan menggerakkan sektor perdagangan makanan dan minuman demikian pula akan terjadi pergerakan pada sektor terkait lainnya.

Tabel 10 Jumlah Sekolah Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan

Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008

Perbaikan tingkat kesehatan masyarakat dapat diupayakan dengan peningkatan kualitas pelayanan dan perbaikan fasilitas pelayanan serta dengan tersedianya fasilitas yang terjangkau baik dari segi jarak maupun biaya bagi masyarakat kebanyakan. Pada tahun 2007 di Kota Tarakan tersedia 1 Rumah Sakit Pemerintah Daerah dan 2 Rumah Sakit swasta. Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah berada di Kecamatan Tarakan Tengah, sedangkan Rumah Sakit Ilyas yang dikelola oleh Yayasan Angkatan Laut dan Rumah Sakit Pertamedika Pertamina berada di Kecamatan Tarakan Barat. Kecamatan lain hanya memiliki Puskesmas masing-masing di Kecamatan Tarakan Timur 3 Unit, Kecamatan Tarakan Barat 1 unit Kecamatan Tarakan Tengah 1 unit dan Kecamatan Tarakan Utara 2 Unit.

Persentase ketersediaan fasilitas kesehatan yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kota Tarakan masih sangat timpang, ketersediaan fasilitas

No Kecamatan TK SD/

MI

SMP/ MTs

SMA/ SMK/ MAN

Univ Sekolah Tinggi

Aka

demi Jml %

1 Tarakan Timur 7 20 6 2 1 1 2 39 29,10

2 Tarakan Tengah 7 21 8 8 0 0 1 45 34,58

3 Tarakan Barat 8 16 4 5 0 0 1 34 25,37

4 Tarakan Utara 6 6 2 2 0 0 0 16 11,94


(52)

tertinggi berada di Kecamatan Tarakan Tengah, yaitu sebesar 39,77% kemudian Kecamatan Timur sebesar 36,36%, terendah adalah di Kecamatan Tarakan Utara hanya sebesar 9,66% dari seluruh fasilitas kesehatan yang tersedia, sementara Kecamatan Tarakan Barat berada pada kondisi sedang sebesar 14,22%, hal ini mengakibatkan masyarakat Kecamatan Tarakan Utara dan sebagian Kecamatan Tarakan Barat masih sulit untuk mengakses fasilitas kesehatan, karena harus menempuh jarak yang terlalu jauh yaitu antara 14 Km – 22 Km menuju pusat pelayanan daerah (PODES Tarakan, 2008).

Tabel 11 Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2008

No Kecamatan Rumah

Sakit

Pus kesmas

Puskesmas Pembantu

Pos Yandu

Praktik Dokter

Jumlah

Fasilitas %

1 Tarakan Timur 0 3 2 49 10 64 36,36

2 Tarakan Tengah 2 1 0 63 5 70 39,77

3 Tarakan Barat 1 1 0 17 6 25 14,22

4 Tarakan Utara 0 2 0 11 4 17 9,66

Jumlah 3 7 2 140 25 176 100

Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 dan Olahan

4.3. Pertanian

Sektor pertanian dalam hal ini mencakup tanaman pangan, peternakan perikanan, (BPS Kota Tarakan, 2008). Luas lahan pertanian tanaman pangan adalah 1.318 ha terdiri dari sawah 13 ha, jagung 823 ha, lahan ubi kayu 297 ha dan ubi jalar seluas 185 ha. Hortikultura seluas 6.847 ha. Produksi pada tahun 2007 padi sawah 17 ton, jagung 5.723 ton, ubi kayu 9.975 ton dan ubi jalar 2.210 ton, sayur-sayuran 36.941 ton dan buah-buahan 20.596 ton.

Guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada bidang peternakan tersedia jenis ternak besar, kecil dan unggas dengan produksi dalam bentuk daging dan telur, produksi pada tahun 2007 dalam bentuk daging sebanyak 1.669,43 ton dan telur 16.157,29 ton.

Sebagai kota pulau potensi perikanan laut diperkirakan sebesar 5.000 ton pertahun dan pada tahun 2007 produksi perikanan laut sebanyak, 3.735,80 ton,


(1)

dalam pelayanan perijinan (debirokratisasi), keamanan dan penegakan hukum (law inforcement), penghapusan biaya tinggi dan pungutan liar yang dapat menghambat investasi.

Sedangkan Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebagai sektor unggulan tidak mendapat sentuhan anggaran pembangunan, demikian pula halnya Sektor Pertanian walaupun memiliki konstribusi yang cukup besar dalam pembentukan NTB Kota Tarakan dan memiliki pertumbuhan yang stabil namun kurang mendapat perhatian pemerintah dan dukungan alokasi anggaran, sehingga menciptakan ketimpangan pembangunan wilayah antara wilayah yang berbasis pertanian dengan wilayah berbasis industri dan perdagangan, seperti Kecamatan Tarakan Utara dan Sebagian Kecamatan Tarakan Timur dan kelurahan-kelurahan yang berada di atas pantai.

Pada masa yang akan datang diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian yang besar dan memberikan alokasi anggaran yang besar pada sektor unggulan, agar ketimpangan pembangunan wilayah di Kota Tarakan tidak terus melebar dan meluas, serta mengarahkan investasi kepada sektor-sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal, yang berasal dari daerah hinterland, sehingga terjadi keterkaitan sektor dan keterkaitan wilayah yang saling memperkuat agar kinerja ekonomi dan pembangunan Kota Tarakan optimal dan mencapai sasaran yang ditargetkan.

Selanjutnya untuk memenuhi target perencanaan sesuai RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014, penyusunan dan pengalokasian anggaran tidak hanya merupakan kegiatan rutin tahunan dan hanya untuk memenuhi kepentingan kelompok tertentu dan ambisi politik para pemimpin daerah, hendaknya alokasi anggaran didasarkan atas prinsip pengelolaan efisien, efektif dan transparan dalam kerangka good governance, agar dapat menciptakan kesejahteraan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, dan mengatasi kesenjangan sektoral dan kesenjangan wilayah di Kota Tarakan.

Faktor-faktor penyusun variabel-variabel dalam penentuan sektor unggulan dalam tabel Input Output Kota Tarakan memberikan gambaran tentang hubungan antar variabel keterkaitan sektor dan angka pengganda sebagai indikator dalam analisis ini. Berdasarkan hasil analisis PCA terhadap variabel


(2)

penentu sektor unggulan dapat dijelaskan korelasi masing-masing variabel tersebut.

Tabel 32 Nilai Faktor Loading Variabel Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007

No Variabel Communality Factor

F1 F2 F3

1 SDBL 0.72278 0.69804 0.48531 -0.00263 2 SDIBL 0.70724 0.78395 0.28520 -0.10641 3 SDFL 0.71871 -0.05077 -0.02840 0.84577

4 SDIFL 0.88603 -0.21200 -0.11726 0.90958

5 IM-1 0.97556 0.05349 0.98574 -0.03172 6 IM-2 0.97556 0.05349 0.98574 -0.03172

7 SM-1 0.86502 0.91489 0.07523 0.14949

8 SM-2 0.81163 0.89393 0.00318 0.11181

9 DM-1 0.33551 0.22490 0.07396 0.52864

10 DM-2 0.86497 0.91496 0.07460 0.14919

11 TM-1 0.67986 0.79220 -0.11348 -0.19847 12 TM-2 0.67997 0.79210 -0.11413 -0.19877

13 VM_1 0.97396 0.83683 0.51657 0.08271

14 VM_2 0.97404 0.83790 0.51486 0.08290

15 Expl. Var 6.33632 2.84933 1.98519

16 Prp. Totl 0.79792 0.45259 0.20352 0.14180 Sumber Data Olahan

Faktor Utama 1 menunjukkan terdapat korelasi antar varibel keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang yang distandarisasi (SDIBL), pengganda surplus usaha (SM), pengganda penyusutan (DM-2) dan pengganda pajak tak langsung netto (TM) serta pengganda nilai tambah (VM) berkorelasi secara positif, artinya bahwa setiap terjadi perubahan (peningkatan atau penurunan) pada masing-masing variabel akan mengakibatkan perubahan pada variabel lainnya.

Sedangkan Faktor Utama 2 pengganda pendapatan (IM) baik secara endogen maupun eksogen berkorelasi secara positif dan saling mempengaruhi, demikian pula keterkaitan langsung kedepan (SDFL), keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan (SDIFL) memiliki korelasi positif artinya jika terjadi kenaikatan SDFL akan menaikan SDIFL yang teridentifikasi sebagai Faktor Utama 3.

Variabel SDIBL, SDFL, SDIFL, IM-1 dan IM 2, SM-1 dan SM2, DM-2, VM-1 dan VM-2, memiliki konstribusi nyata dalam analisis Input Output


(3)

5.6. Simulasi Alokasi Anggaran pada Tabel Input Output Updating 2007 Untuk melihat peran anggaran terhadap sektor unggulan dilakukan simulasi terhadap hasil Tabel Input Output updating tahun 2007 Kota Tarakan dengan melakukan realokasi anggaran pada kolom konsumsi pemerintah terhadap enam sektor unggulan. Dengan asumsi permintaan akhir adalah konstan. Adapun pola realokasi anggaran dan besarnya alokasi anggaran setiap sektor adalah sebagai sebagai berikut :

1. Mengalihkan sebesar 10% belanja Sektor Pemerintah dan Pertahanan menjadi belanja Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, Sektor Perikanan, Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi.

2. Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, Sektor Perikanan, Sektor Industri Makanan dan Minuman serta Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain dialokasikan masing-masing sebesar Rp. 2.000,- juta, Sektor Bangunan/ Konstruksi sebesar Rp. 1.944,- juta pada kolom konsumsi pemerintah. Tabel 33 Simulasi Alokasi Anggaran Berdasarkan Sektor Unggulan Tabel Input

Output Updating 2007 Kota Tarakan

Hasil simulasi realokasi anggaran sebesar Rp. 9.944,- juta memberikan peningkatan total output secara keseluruhan sebesar Rp. 17,237.79 juta. Sedangkan jika dilihat perubahan masing-masing sektor bahwa Sektor Perikanan memiliki perubahan yang besar yaitu Rp. 3.488,45 juta, kemudian Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Rp. 2.645,94 juta dan perubahan terendah adalah sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Rp. 2.100,15 juta, dengan

No Sektor Kode Sektor Alokasi Anggaran

(Juta Rp.)

1 Peternakan dan Hasilnya 3 2.000,-

2 Perikanan 5 2.000,-

3 Industri Makanan dan Minuman 8 2.000,- 4 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 2.000,-

5 Bangunan/Konstruksi 13 1.944,-


(4)

besaran realokasi anggaran yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya realokasi anggaran berpengaruh positif terhadap total output khususnya terhadap sektor yang belum mendapatkan alokasi anggaran yang memadai.

Tabel 34 Hasil Simulasi Realokasi Pengeluaran Pemerintah dan Pertahanan untuk Sektor Unggulan Kota Tarakan

No Sektor Kode

Sektor

Sebelum (Juta Rp.)

Setelah (Juta Rp.)

Perubahan (Juta Rp.) 1 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 120.466,83 123.112,77

2.645,94 2 Perikanan 5 433.294,29 436.782,74

3.488,45 3 Industri Makanan dan Minuman 8 592.661,96 594.861,31

2.199,35 4 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 591.927,30 594.027,45

2.100,15 5 Bangunan/Konstruksi 13 308.035,59 310.542,86 2.507,28 Sumber Data Olahan

5.7. Optimalisasi Kinerja Pembangunan Daerah Kota Tarakan

Kota Tarakan sebagai pintu gerbang kedua Propinsi Kalimatan Timur wilayah utara dan sebagai transit bagi kabupaten disekitarnya memiliki peran yang cukup besar dalam pelayanan dan penyediaan barang dan jasa, serta memiliki fasilitas sosial dan ekonomi yang terbilang lengkap, sehingga Kota Tarakan lebih maju dibanding dengan kabupaten lain disekitarnya dalam pembangunan wilayah dan pembangunan ekonomi.

Perencanaan pembangunan wilayah hendaklah dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan terlebih dahulu kondisi dan potensi yang tersedia di dalam wilayah dan di sekitarnya, dengan terlebih dahulu menyusun kerangka kebijakan dasar pembangunan yang akan memberikan gambaran tentang pola pelaksanaan pembangunan yang akan ditempuh guna mencapai kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan pembangunan sesuai dengan target yang ditetapkan.


(5)

Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur APBD bidang belanja Kota Tarakan, pertumbuhan ekonomi dan indikator kewilayahan yang secara langsung menggambarkan kinerja perekonomian dan pembangunan Kota Tarakan, bahwa terlihat tidak adanya keterkaitan alokasi anggaran dengan sektor-sektor yang diidentifikasi sebagai sektor unggulan. Struktur anggaran pembangunan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar dan standar pelayanan publik minimal. Sementara Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya dan Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain dan Sektor Air Minum sebagai sektor unggulan belum mendapat dukungan anggaran yang mamadai. Sebagai kota pulau dan daerah transit sudah seyogyanya sektor ini mendapat perhatian serius bagi pemerintah.

Hasil analisis kewilayahan terhadap aktivitas sektor menggunakan data tenaga kerja tiga sektor utama, yaitu tenaga kerja sektor pertanian, sektor manufaktur dan sektor jasa hasil yang diperoleh berkisar antar 0,068 sampai dengan 0,380, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tenaga kerja di Kota Tarakan masih tergolong rendah karena hanya ada tiga kelurahan yang memiliki indeks entropy tinggi 0,312 - 0,380, dengan kategori sedang terdapat tujuh kelurahan dengan indeks entropy 0,189 – 0,267, selebihnya 10 kelurahan lainnya dengan kriteria rendah dengan indek 0.068 – 0,176.

Demikian pula hasil analisis skalogram bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis skalogram berdasarkan kelurahan, bahwa hanya terdapat tiga kelurahan yang memiliki hirarki I dengan indeks pembangunan sebesar 51,82 – 70,22 dan tujuh kelurahan teridentifikasi memiliki hirarki II serta sepuluh kelurahan berada pada hirarki III dengan indeks pembangunan sebesar 25,58 – 39,64 artinya bahwa sebanyak 50% wilayah masih belum menikmati hasil pembangunan secara maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, bahkan cenderung terjadi keterkaitan wilayah yang saling melemahkan dan penghisapan wilayah lain (backwash effect), sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah yang sangat tajam.

Hasil analisis gini rasio dalam penelitian ini menunjukkan kesejangan distribusi pendapatan berdasarkan kriteria Bank Dunia mengenai ketidakadilan


(6)

(inequality) melalui indikator kemiskinan relatif (relative inequality) rata-rata tahun 2007 tingkat kemerataan distribusi pendapatan di Kota Tarakan tergolong ketimpangan sedang (moderat inequality) yaitu 40% dari penduduk berpendapatan rendah hanya menikmati sebesar 13,50% pendapatan dari total pendapatan regional. Secara keseluruhan bahwa sebagain besar total pendapatan regional Kota Tarakan hanya dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi yaitu sebesar 51,29%. Sedangkan 80% penduduk lainnya hanya menikmati sebesar 48,71% dari total pendapatan regional Kota Tarakan.

Sedangkan IPM Kota Tarakan menunjukkan indeks yang cukup menggembirakan berada di atas IPM Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, hal ini membuktikan bahwa pemerintah Kota Tarakan sangat memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat, khususnya pendidikan dan kesehatan.

Rencana pemerintah Kota Tarakan untuk mencapai target kinerja ekonomi dan pembangunan guna mewujudkan visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014 perlu mendapat dukungan kinerja yang bagus dari seluruh stakeholders. Bagian terpenting untuk mengoptimalkan kinerja ekonomi dan kinerja pembangunan Kota Tarakan adalah dengan memberikan alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan, berbasis sumberdaya lokal, dan pola pembangunan berbasis wilayah fungsional. Sebagaimana Pardede dan Sinaga (2005) menyatakan bahwa agar pembangunan masing-masing sektor menjadi optimal perlu adanya realokasi anggaran dari sektor yang memiliki dana terbesar namun memberikan multiplier yang kecil seperti sektor pemerintahan dan sektor-sektor non infrastruktur dialihkan untuk setiap sektor unggulan.

Proses interaksi antara wilayah perdesaan dan perkotaan harus dalam konteks pembangunan interregional berimbang dimana terjadi proses pembagian nilai tambah yang seimbang dan proporsional. Pembangunan yang berimbang secara spasial menjadi penting dalam mencapai tujuan otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta berkelanjutan, sekaligus sebagai daya dukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.