Pembangunan berkelanjutan Good governance

20

2.8.1. Dana perimbangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 sudah mengatur tentang bagian daerah dalam bentuk bagi hasil penerimaan, yang mengacu pada pendekatan potensi daerah. Bentuk system bagi tersebut sangat berpotensi mempertajam ketimpangan horizontal yang dialami antara daerah penghasil dan non penghasil. Hal ini disebabkan hanya beberapa daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam secara signifikan, misalnya: minyak bumi dan gas alam, pertambangan dan kehutanan. Demikian juga dengan potensi penerimaan daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, BPHTB, dan PPh perseorangan.

2.8.2. Pengelolaan keuangan daerah

Imp lementasi prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan keuangan daerah sudah diatur dalam PP 105 tahun 2000 sebagai penjabaran lebih lanjut dari UU Nomor 25 Tahun 1999, telah mengatur secara jelas mengenai pengelolaan keuangan daerah yaitu: a. Perencanaan: penganggaran berdasarkan pendekatan kinerja. b. Pelaksanaan: penatausahaan berdasarkan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah. c. Pertanggungjawaban keuangan kepala daerah terdiri dari Perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas, dan Neraca.

2.9. Konsep pembangunan berkelanjutan dan g ood governance

2.9.1. Pembangunan berkelanjutan

Pakar lingkungan, Gordon Conway 2000 memberikan beberapa indikator tentang pembangunan berkelanjutan antara lain: i Produktivitas diukur dengan mengunakan terminologi hasil atau pendapatan bersih, ii Stabilitas dari hasil atau pendapatan bersih, iii Keberlanjutan dari hasil atau pendapatan bersih, dan iv Pemerataan dalam terminologi distribusi pendapatan. Diseminasi pembanguan berkelanjutan ini menjadi sangat penting karena pemerintah selama ini masih kurang memperhatikan implementasi pembangunan berkelanjutan. 21 Misalnya dalam penghitungan Produk Domestik Bruto, pemerintah masih memakai metode konvensional atau kalaupun ada masih dalam bentuk studi. Secara umum konsep pembangunan berkelanjutan sudah mulai dipakai oleh World Commision on Environment and Development The Brundtland Commision Report of Our Future tahun 1987. . 22 Gambar 4. Pembangunan regional dalam perspektif linkage development reform antara rural dan urban Sumber: Materi Kuliah Perencanaan Pembangunan Regional oleh Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim, MAgr. Struktur Keterkaitan Tumbuh Yes No Linkage Developme nt Pola Keterkaitan Asymmetric Symmetric Proses Involutif Linkages Reform Proses Eksploratif Pembangunan Tidak Berimbang yan g Saling Melemakan dan Tidak Berkelanjutan Pembangunan Berimbang, Saling Memperkuat dan Berkelanjutan 23

2.9.2. Good governance

Walaupun istilah good governance saat ini sudah semakin mengemuka dan sudah menjadi syarat penting penyelenggaraan pemerintahan, harus pula diakui bahwa istilah dan konsep good governance merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia. Bahkan untuk menemukan padanan katanya dalam Bahasa Indonesia pun cukup sulit. Memberikan definisi yang baku untuk istilah tersebut juga bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Meskipun demikian, secara umum good governance dapat dipahami sebagai tata cara penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang didukung oleh tiga pilar utama yakni lembaga lembaga penyelenggara pemerintah public governance, pihak swastadunia usaha corporate governance, dan masyarakat sipil civil society di mana hubungan di antara ketiganya dan aturan main yang ada di dalamnya harus lahir dari kesepakatan melalui cara-cara yang demokratis.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Metodologis

Kerangka metodologis penelitian, bahwa ada tiga komponen utama yang saling terkait lihat gambar 4. di bawah: 1. komponen kinerja pembangunan, 2. tipologi permasalahan daerah dan 3. struktur penganggaran daerah. Dalam kinerja pembangunan ada variabelindikator sebagai reprensentasi optimalnya performa pembangunan antara lain: pertumbuhan produk ekonomiproduk domestik regional bruto. Sedangkan komponen tipologi permasalahan daerah direpresentasikan oleh variabel pokok yang merupakan pilar pembangunan yaitu variabel pendidikan. Dalam penelitian ini indikator pendidikan direpresentasikan oleh variabel tingkat buta huruf dari kabupatenkota. Gambar 5. Pola keterkaitan k inerja pembangunan Kinerja Pembangunan: Pertumbuhan Ekon. Tipologi permasalahan Daerah: Tingkat Buta Huruf Struktur Penganggaran Daerah: Rasio Pengeluaran Pendidikan APBD