R15 masih dapat mengeluarkan enzim ekstraselular endoglukanase yang berperan mendegradasi CMC ke dalam bentuk cello-oligosakarida pada suhu relatif tinggi
50 °C. Sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk proses fermentasi etanol pada suhu tinggi dalam pembuatan bioetanol.
4.3.2. Identifikasi Fungi
Identifikasi fungi meliputi kenampakan morfologi fungi secara makroskopis dan mikroskopis. Fungi yang terpilih melalui tahap identifikasi yaitu isolat fungi 7.
Gambar 9. Kenampakan a permukaan koloni dan b reverse side isolat fungi 7 setelah inkubasi empat minggu pada suhu ruangan dalam media PDA
Kenampakan koloni isolat fungi 7 Gambar 9 secara makroskopis memiliki ciri- ciri morfologi sebagai berikut: permukaan cottony tipis halus berwarna putih
krem dengan pusat koloni berwarna coklat muda, terdapat lingkaran-lingkaran konsentris berwarna coklat muda, warna di sebaliknya reverse side coklat
dengan bagian pusat koloni berwarna lebih tua, dan memiliki elevasi datar. Kenampakan morfologi tersebut diidentifikasi pada koloni yang ditumbuhkan
dalam media PDA yang diinkubasi pada suhu ruangan selama empat minggu. Hal ini disesuaikan dengan waktu yang bersamaan pada pengamatan isolat fungi
secara mikroskopis.
b a
G Gambar 1
Pada terlihat str
adalah ko yang meru
konidia m lebih ting
Garis skala: 0. Kenamp
dan c m cotton b
a pengamat ruktur khas
onidia Gam upakan ciri
merupakan in ggi. Tsui e
a-b = 5 m pakan mikro
merupakan blue, b kon
tan isolat f dari jenis fu
mbar 10c d i khusus da
ndikator tak et al. 200
m; c = 1 m. oskopik isol
helicoid ko nidiofor teg
fungi 7 sec fungi tersebu
dengan struk ari kelompo
ksonomi ya 06 mengan
lat fungi 7 onidia, prep
ak timbul d cara mikros
ut. Kenamp ktur meling
ok fungi he ang baik un
nalisis seb a ditunjuk
parat digena dari miseliu
skopik Gam pakan yang p
gkarmengg licospora. A
ntuk penemp agian besa
kan tanda p angi lactoph
um mbar 10,
paling men gulung heli
Adanya hel patan filoge
ar spesies 24
panah henol-
dapat colok
icoid licoid
enetik fungi
helicospora termasuk ke dalam anamorf genus Helicoma, Helicomyces dan Helicosporium yang seluruhnya membentuk kelompok monofiletik teleomorf
genus Tubeufia. Selanjutnya, Goos 1985, 1986, 1989 dalam Zhao et al. 2007 meninjau ketiga genus fungi helicospora dan membedakannya sebagai berikut:
konidia Helicoma bersifat non-higroskopik dengan proporsi filamen konidia yang relatif tebal daripada panjangnya, sedangkan Helicomyces dan Helicosporium
bersifat higroskopik dengan proporsi filamen konidia yang relatif tipis daripada panjangnya.
Konidiofor pada isolat fungi 7 memiliki ciri-ciri berseptum, hyaline, simpel atau bercabang, halus, tegak, lurus atau sedikit bengkok, dan ketebalan 2-3 m
pada bagian paling lebar. Konidia diproduksi tunggal solitary, hyaline, halus, berbentuk melingkar helicoid dengan ketat, berseptum, filamen konidia relatif
tebal, dan bersifat non-higroskopik. Melalui ciri-ciri tersebut, isolat fungi 7 dapat dikelompokan ke dalam genus Helicoma. Tsui et al. 2006 menerangkan
sebagian besar fungi helicospora merupakan fungi saprobik yang terdapat pada serasah tanaman, kayu dan ranting yang membusuk di tempat lembab atau di
sekitar air. Adanya beberapa isolat dari kelompok fungi helicospora yang dapat memproduksi enzim selulase dan xylanase boleh jadi turut berperan pada
pembusukan kayu dan serasah dalam ekosistem air tawar.
4.4. Pembahasan Umum