II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aquilaria malaccensis
Aquilaria malaccensis merupakan pohon dengan tinggi sekitar 15-30 m dan diameter 1,5-2,5 m, berbatang lurus dan seringkali bergalur tegas, memiliki
bentuk daun menyirip dengan panjang 5-8 cm, serta memiliki bunga berwarna putih Chakrabarty et al. 1994. Spesies ini memiliki daerah sebaran yang luas,
meliputi Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura dan Thailand. A. malaccensis dan spesies lainnya dalam genus
Aquilaria terkadang menghasilkan kayu berisi resin yang berbau harum dan bernilai tinggi. Kayu yang mengandung resin tersebut dinamakan gaharu,
agarwood, eaglewood, atau kalamabak Barden et al. 2000; Anonim 2003. Berikut ini taksonomi A. malaccensis Anonim 2004.
Kingdom : Plantae Filum :
Tracheophyta Kelas :
Magnoliopsida Ordo :
Myrtales Famili :
Thymelaeaceae Genus :
Aquilaria Spesies :
Aquilaria malaccensis Lamk. Pemanenan yang sangat tinggi di beberapa negara seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand dan India mengakibatkan IUCN Red List mengklasifikasikan A. malaccensis sebagai spesies dalam status rawan vulnerable sejak 1998 serta
terdaftar dalam Appendix II pada CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. Tingginya tingkat pemanenan
tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dalam melakukan pemanenan dengan tidak melihat dahulu apakah tanaman Aquilaria spp. yang dituju sudah
mengandung gaharu atau belum. Kebanyakan pemanen langsung menebang tanaman Aquilaria spp. yang ditemukan di hutan. Bila di dalam tanaman tersebut
tidak mengandung gaharu, maka tanaman akan ditinggalkan begitu saja oleh penebang.
2.2. Gaharu
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Gaharu SNI 01-5009.1-1999, gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta
memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari
proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria spp.
Penyebab timbulnya infeksi yang menghasilkan gaharu pada pohon penghasil gaharu hingga saat ini masih terus diamati. Para peneliti menduga
bahwa ada 3 elemen penyebab proses infeksi pada pohon penghasil gaharu, yaitu 1 hipotesa patologi contohnya infeksi karena fungi, 2 perlukaan dan infeksi
fungi, dan 3 hipotesa non-patologi Ng et al. 1997, tetapi hipotesis ini masih memerlukan pembuktian. Menurut Rahayu et al. 1998 terdapat tujuh jenis fungi
yang telah diketahui dapat menginduksi pembentukan gubal gaharu pada A. malaccensis dan A. microcarpa antara lain Fusarium, Scytalidium, Libertella,
Trichoderma, Thielaviopsis dan Chepalosporium. Tanaman menghasilkan beragam metabolit sekunder yang di antaranya
memiliki peranan sebagai antifungal. Beberapa dari senyawa ini bersifat konstitutif, terdapat pada tanaman sehat dalam bentuk aktif biologisnya,
sedangkan yang lainnya seperti glikosida cyanogenic dan glucosinolat, terjadi sebagai prekursor tidak aktif dan diaktifkan dalam merespon kerusakan jaringan
atau serangan patogen. Aktivasi ini sering melibatkan enzim tanaman yang dihasilkan sebagai akibat dari kerusakan integritas sel Osbourn 1996.
Masuknya mikrob ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing, sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk
pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain Ingham 1972. Fitoaleksin adalah senyawa antimikrob dengan berat molekul
rendah yang terakumulasi dalam tanaman sebagai akibat dari infeksi atau stress. Oleh karena itu, fitoaleksin tidak dapat dideteksi pada tanaman sehat Nugroho et
al. 2002.
2.3. Biopolimer pada Serat Kayu