Kondisi dan Variasi Temporal Parameter Fisika-Kimiawi Perairan

24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi dan Variasi Temporal Parameter Fisika-Kimiawi Perairan

Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang. Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi morfologi maupun fisiologi karang. Kondisi perairan tempat pengambilan sampel karang berdasarkan data Lampiran 1 dengan kondisi perairan tempat transplantasi karang memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan, namun masih memenuhi karakter baik untuk pertumbuhan karang Tabel 5 pada bulan September 2011 hingga bulan Februari 2012. Tabel 5. Nilai Parameter Fisika-Kimiawi Perairan Selama Penelitian Parameter Waktu Pengamatan Paremeter Bulan ke-i Baku Mutu September Oktober November Desember Januari Februari Suhu a o C 29 29 29 29 28 29 28-30 Salinitas b 00 30 31 31 35 34 33 33-34 Kekeruhan c NTU 0,250 0,370 0,360 1,050 0,560 0,310 5 Oksigen Terlarut mgl 4,879 5,011 5,045 6,031 5,573 5,375 5 Nitrat mgl 0,246 0,156 0,354 0,163 0,045 0,065 0,008 Amonia mgl 0,327 0,369 0,340 0,126 0,212 0,208 0,3 Ortofosfat mgl 0,004 0,004 0,005 0,278 0,010 0,064 0,015 Berdasarkan : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Keterangan : Untuk terumbu karang; a Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2 C dari suhu alami, b Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman, c Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 kedalaman euphotic. Kondisi perairan tempat pengamatan transplantasi karang memiliki kisaran suhu 28 C sampai 29 C. Kisaran suhu yang diperoleh masih dalam kisaran optimum bagi pertumbuhan biota karang, hal ini dinyatakan oleh Thamrin 2006, karang hermatipik tumbuh dan berkembang dengan subur antara 25 C sampai 29 C. Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, suhu pada tempat pengamatan masih tergolong normal perubahan suhu yang terjadi tidak lebih dari 2 C dari suhu alami. Nilai salinitas yang didapatkan pada saat pengamatan berkisar antara 30 00 hingga 35 00 . Pengaruh salinitas terhadap kehidupan hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam, seperti run off, badai dan hujan Supriharyono, 2007. Romimohtarto dan Juwana 2001 menyatakan bahwa keadaan perairan disenangi pertumbuhan karang meliputi salinitas di atas 30 00 tetapi di bawah 35 00 . Nilai salinitas ini menunjukkan batas cukup baik untuk pertumbuhan karang pada saat pengamatan. Kekeruhan merupakan indikasi peningkatan sedimentasi yang masuk ke dalam perairan. Kekeruhan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan nilai sebesar 1,05 NTU, sedangkan nilai terendah terjadi pada bulan September dengan nilai 0,25 NTU. Meningkatnya sedimentasi yang masuk ke perairan dapat mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan karang, hal ini dikarenakan sedimen yang masuk ke perairan menyebabkan kekeruhan. Kisaran nilai kekeruhan selama penelitian masih baik untuk biota laut karena nilainya berada di bawah 5 NTU MENLH, 2008. Oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme hewan karang. Nilai oksigen terlarut pada perairan memiliki nilai terendah sebesar 4,879 mgl yang terjadi pada bulan September, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan nilai sebesar 6,031 mgl. Nilai oksigen terlarut yang terjadi pada bulan September tidak masuk ke dalam kategori baik, karena menurut Effendi 2003 perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan memiliki kadar oksigen tidak kurang dari 5 mgl. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mgl menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi organisme akuatik. Nitrat NO 3 merupakan bentuk utama dari nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga Effendi, 2003. Kandungan nitrat tertinggi terjadi pada bulan November dengan nilai 0,354 mgl. Nilai tersebut sudah berada di atas nilai baku mutu yang ditetapkan untuk biota laut. Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik, akan tetapi apabila kadar nitrat lebih dari 0,2 mgl, maka dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan yang dapat menyebabkan pertumbuhan alga dan tumbuhan air meningkat secara pesat blooming Effendi, 2003. Amonia merupakan salah satu senyawa kimia yang bersifat racun bagi biota perairan jika jumlahnya berlebihan di dalam perairan Effendi, 2003. Kandungan amonia terendah adalah 0,126 mgl sedangkan kandungan tertinggi mencapai 0,369 mgl. Kandungan amonia yang terjadi pada bulan September hingga November berada sedikit lebih tinggi dari nilai yang ditetapkan pada baku mutu, yaitu sebesar 0,3 mgl. Namun, nilai tersebut tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan karang, karena tiga bulan setelah itu kadar amonia menurun sehingga pertumbuhan karang semakin baik. Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat digunakan oleh tumbuhan akuatik secara langsung Effendi, 2003. Nilai ortofosfat yang terdapat pada tiap bulan mengalami perbedaan, nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 0,278 mgl. Hal ini menyebabkan ortofosfat dapat secara langsung dimanfaatkan oleh alga, seperti filamentous alga dan makro alga seperti jenis Padina sp. Gambar 7, alga ini dapat tumbuh dengan baik di sekitar rak dan pinggiran substrat fragmen. Gambar 7. Alga Padina sp. yang Tumbuh pada Rak Transplantasi Variasi temporal karakteristik fisik-kimiawi perairan pada saat pengamatan dapat dihubungkan dengan bulan pengamatan. Hasil analisis ini menggunakan Analisis Komponen Utama PCA dengan memperoleh dua sumbu utama penyusun yang masing-masing memberi kontribusi terhadap hubungan antara parameter fisika-kimiawi perairan. Sumbu 1 F1 mempunyai akar ciri Eigenvalue sebesar 4,17 dengan kontribusi sebesar 59,63. Sumbu 2 F2 memiliki akar ciri sebesar 2,13 dengan kontribusi sebesar 30,46, sehingga interpretasi Analisis Komponen Utama ini dapat mewakili keadaan yang terjadi dengan tidak mengurangi informasi yang banyak dari data yang dianalisis. Hasil PCA Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai suhu dan amonia memiliki korelasi terhadap bulan September, Oktober dan November 2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai suhu yang konstan pada ketiga bulan ini yaitu 29 C, sedangkan nilai amonia berada pada nilai baku mutu 0,3 mgl Lampiran 1. Gambar 8. Hasil PCA terhadap Parameter Fisik-Kimiawi Perairan dengan Bulan Pengamatan Korelasi nilai kekeruhan serta ortofosfat dapat dilihat pada bulan Desember 2011. Pada bulan ini nilai kekeruhan serta ortofosfat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan bulan lainnya. Karakteristik fisik-kimiawi pada bulan Januari 2012 berkorelasi positif dengan nilai salinitas dan DO, sedangkan korelasi negatif dapat dilihat pada nilai suhu, amonia dan nitrat yang memiliki nilai paling rendah dibandingkan bulan lainnya. Selanjutnya, pada bulan Februari 2012 karakteristik fisik-kimiawi tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan, sehingga korelasi dari semua parameter memiliki nilai yang hampir sama dengan bulan-bulan lainnya.

4.2. Pemulihan dan Perubahan Warna Karang

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang (Caulastrea furcata), dengan Fragmentasi Buatan di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu

0 5 74

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang (Caulastrea furcata) dengan Fragmentasi Buatan di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu

0 13 74

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Pulau Sekati, dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta

1 10 9

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Hydnophora rigida (Dana 1846), Acropora nobilis (Dana 1846), dan Acropora microphthalma (Verrill 1859) yang Ditransplantasikan di Perairan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu.

0 3 124

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Transplantasi Jenis Acropora humilis (Dana 1846), Acropora brueggemanni (Brook 1893), dan Acropora austera (Dana 1846) di Perairan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 1

Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora nobilis dan Montipora altasepta, Hasil Transplantasi di Pulau Karya, Kepulauan Seribu

0 7 103

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis dan Acropora millepora yang Ditransplantasikan dengan Teknik Rubble Stabilization di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

0 8 31

Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Transplantasi Karang Masif Favia rotundata (Veron, 2000) di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 31

Tutupan Karang Di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

2 10 38

Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembang

0 0 7