4.2 Hasil Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik dilakukan dengan memasukkan semua peubah penjelas ke dalam model. Pengujian parameter secara simultan dengan uji G
didapatkan nilai statistik uji khi-kuadrat sebesar 32,708 dengan nilai p = 0,002 p 0.10. Dengan demikian disimpulkan bahwa H
ditolak, yang berarti setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh nyata terhadap waktu
ketahanan ART. Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan uji Wald, peubah yang berpengaruh nyata pada taraf alpha 10 adalah cara penularan, jenis
kelamin dan status bekerja. Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik
Peubah B
Wald Sig.
ExpB CD4 Awal
-0,181 0,332
0,565 0,835
Stadium Klinis -0,320
1,309 0,252
0,726 Cara Penularan
10,665 0,005
Hubungan Seksual 0,734
2,930 0,087
2,083 Jarum Suntik
-0,185 0,220
0,639 0,832
Riwayat ART 0,351
1,352 0,245
1,420 Status Fungsional
2,798 0,247
Kerja -0,689
1,935 0,164
0,502 Ambulatori
-0,842 2,790
0,095 0,431
Umur -0,036
0,021 0,884
0,964 Jenis Kelamin
-0,961 7,367
0,007 0,383
Pendidikan 5,033
0,169 Tidak Tamat SMP
0,086 0,029
0,865 1,090
Tamat SMP -0,460
0,870 0,351
0,631 Tamat SMA
-0,539 4,036
0,045 0,584
Status Bekerja -0,665
7,073 0,008
0,514 Constant
0,787 1,225
0,268 2,197
Dugaan persamaan model regresi logistik untuk probabilitas waktu ketahanan ART lebih dari 2
tahun atau π X = PY=1|X yang terbentuk adalah:
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kebaikan prediksi atau keakuratan dari model adalah menggunakan tabel klasifikasi. Hasil
klasifikasi analisis regresi logistik biner antara nilai asal peubah penjelas dengan nilai prediksi model Lampiran 2 terlihat bahwa model regresi dengan melibatkan
seluruh peubah penjelas memiliki tingkat prediksi yang lebih baik 74,2
dibanding model sederhana yang melibatkan 5 peubah penjelas 72,1. Nilai mengindikasikan bahwa keragaman waktu ketahanan ART
penderita HIV dapat diterangkan oleh peubah penjelas pada model dengan pengaruh utama lebih besar 11,4 daripada model sederhana 7,8. Sehingga
model regresi logistik yang digunakan untuk menduga waktu ketahanan ART penderita HIV adalah model dengan menggunakan seluruh peubah penjelas.
Tabel 4 menunjukkan bahwa peubah cara penularan berpengaruh nyata terhadap waktu ketahanan ART nilai p = 0,005. Pasien yang tertular HIV
melalui hubungan seksual berbeda nyata jika dibandingkan pasien yang tertular HIV melalui cara lainnya. Rasio odds cara penularan melalui hubungan seksual
dibanding cara lainnya sebesar 2,083 atau resiko pasien dengan cara penularan lainnya memiliki waktu ketahanan ART lebih dari 2 tahun dibanding cara
penularan melalui hubungan seksual sebesar 12,083= 0,48 kali. Peubah jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap waktu ketahanan ART
nilai p = 0,007. Rasio odds perempuan dibanding laki-laki sebesar 0,383 atau resiko pasien laki-laki masuk stadium AIDS lebih dari 2 tahun sebesar 2,61 kali
lebih besar dibanding pasien perempuan. Hal ini berarti pasien perempuan memiliki resiko masuk stadium AIDS lebih cepat dibandingkan dengan pasien
laki-laki setelah ART. Peubah status bekerja berpengaruh nyata terhadap waktu ketahanan ART
nilai p = 0,008. Rasio odds bekerja dibanding tidak bekerja sebesar 0,514 atau resiko pasien yang tidak bekerja masuk stadium AIDS setelah ART lebih dari 2
tahun 1,94 kali lebih besar dibanding pasien yang bekerja. Perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS pada pasien yang bekerja saat memulai ART cenderung lebih
cepat dibandingkan pasien yang tidak bekerja. Hal ini diperkuat dengan informasi yang terdapat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi status akhir pasien berdasarkan CD4 awal dan stadium klinis Peubah
Frekuensi Status Akhir
AIDS CD4 Awal
CD4 200 CD4 ≥ 200
393 1
99,7 0,3
Stadium Klinis
Stadium 1 dan 2 210
53,3 Stadium 3 dan 4
184 46,7
Berdasarkan Tabel 5, sebanyak 99,7 pasien yang menjalani ART telah masuk stadium AIDS sebelum melakukan terapi CD4 200, Sehingga peubah
CD4 awal menjadi tidak nyata. Beratnya stadium klinis pasien saat memulai ART mempengaruhi lamanya proses perbaikan kondisi klinis pasien Kemenkes 2011.
Persentase tertinggi pasien yang masuk stadium AIDS setelah ART berdasarkan Tabel 5 adalah pasien dengan stadium klinis awal ringan saat sebelum ART
stadium 1 dan 2, sehingga stadium klinis menjadi tidak nyata. Tabel 6. Distribusi lama pasien menjalani ART berdasarkan peubah riwayat ART,
status fungsional, umur dan pendidikan
Peubah Distribusi waktu ART pasien
Bebas AIDS
Tahun ke-1
Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4
Tahun ke-5
Tahun ke-6
Riwayat ART Pernah ART
30 45
33 21
19 11
57,9 Belum ART
159 197
131 108
62 86
56 Status Fungsional
Kerja 136
176 113
75 52
60 55,6
Ambulatori 41
63 44
43 25
17 57,4
Baring 12
3 7
11 4
20 59,7
Umur 16 - 29 Tahun
91 109
80 63
35 48
56,9 30 Tahun
98 133
84 66
46 49
55,9 Pendidikan
Tidak Tamat SMP 12
10 12
13 2
2 53
Tamat SMP 11
17 6
7 5
14 51,7
Tamat SMA 117
135 95
69 41
47 54
Tamat PT 49
80 51
40 33
34 62,1
Peubah riwayat ART, status fungsional, umur dan pendidikan tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan Tabel 6, hal ini dapat disebabkan karena
persentase tertinggi pasien yang menjalani ART, masih bertahan menjalani ART hingga tahun ke-2 kecuali pada pasien dengan status fungsional baring yang
mampu bertahan hingga tahun ke-6 dan riwayat pendididikan tidak tamat SMP yang mampu bertahan hingga tahun ke-4. Hal ini mengindikasikan lemahnya daya
tahan pasien menjalani terapi. Namun berdasarkan status CD4 terakhir lebih dari separuh 50 pasien yang telah menjalani ART tidak masuk stadium AIDS
hingga penelitian berakhir. Sehingga peubah-peubah penjelas tersebut menjadi tidak nyata mempengaruhi lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS.