Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK

TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,

PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT

DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

SKRIPSI

ASHARI DZIKRO NIM : 108102000076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA OKTOBER 2012


(2)

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK

TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,

PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT

DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ASHARI DZIKRO NIM : 108102000076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA OKTOBER 2012


(3)

ii

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ashari Dzikro

NIM : 108102000076

Tanda Tangan :


(4)

iii

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK

TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,

PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

Nama : Ashari Dzikro NIM : 108102000076 Program Studi : Farmasi Judul Penelitian :

Menyetujui,

Pembimbing pertama, Pembimbing kedua,

Farida Sulistiawati, M.Si., Apt Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed NIP. 19670105 200604 2 001 NIDN. 0313087204

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi


(5)

iv Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ashari Dzikro NIM : 108102000076 Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Farida Sulistiawati, M.Si., Apt

Pembimbing II : Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed

Ketua Penguji : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt ... Anggota Penguji I : Prof. Atiek Soemiati, M.Sc., Apt

Anggota Penguji II : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt Anggota Penguji III : Sabrina, M.Farm., Apt

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 25 Oktober 2012

Mengetahui,


(6)

v Nama : Ashari Dzikro Program Studi : Farmasi

Judul : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kurma tahnik terhadap jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit. Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20 – 25 gr berjumlah 18 ekor dibagi menjadi tiga kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari enam mencit. Kelompok I adalah kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum biasa), kelompok II adalah kontrol positif (diberi vaksin thypoid), dan kelompok III adalah kelompok perlakuan (diberi kurma tahnik). Periode perlakuan berlangsung selama dua minggu. Pengambilan darah mencit melalui ekor dilakukan pada hari ke-0 (sebelum perlakuan), hari ke-2, hari ke-8, dan hari ke-15. Perhitungan jumlah total leukosit, persentase monosit, dan persentase limfosit dilakukan pada masing – masing waktu pengambilan darah. Mencit diinduksi dengan sel darah merah domba (SDMD) pada hari ke-15, kemudian pada hari ke-22 dilakukan pengukuran titer antibodi dengan metode hemaglutinasi. Pada hari ke-23, semua mencit dari ketiga kelompok diinfeksi bakteri Salmonella tyhpi secara intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL, kemudian dilakukan pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu setelah infeksi diberikan. Semua data dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for Windows. Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA dilanjutkan dengan metode One – Way

ANOVA (diteruskan dengan uji BNT), data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test), dan data hasil pengamatan persentase

survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit mencit. Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu meningkatkan persentase limfosit mencit, namun menurunkan persentase monosit mencit. Titer antibodi mencit kelompok pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak berbeda signifikan dengan titer antibodi mencit kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok kontrol positif. Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari periode infeksi bakteri

Salmonella thypi.

Kata kunci : Kurma (Phoenix dactylifera), tahnik, mencit (Mus musculus) sistem imun, leukosit, monosit, limfosit, titer antibodi, survival rate


(7)

vi Name : Ashari Dzikro Program Study : Pharmacy

Title : The Effect of Tahnik With Dates on The Total Number of Leukocytes, The Percentage of Blood Monocytes and Lymphocytes As Well As Antibody Titer In Mice

This study was conducted to determine the effect of tahnik with dates on the total number of leukocytes, the percentage of blood monocytes and lymphocytes as well as antibody titers in mice. A total 18 of DDY strain mice with 20-25 grams weight were divided into three groups, each group consisted of six mice. Group I is a negative control (just plain fed and watered), group II is the positive control (given typhoid vaccine), and the third group was the treatment group (tahnik with dates). The period of treatment lasted for two weeks. Blood collection was performed from the mice’s tail on day 0 (before treatment), day 2, day 8, and day 15. Calculation of the total number of leukocytes, the percentage of monocytes, and the percentage of lymphocytes performed each time blood was taken. Mice was induced by sheep red blood cells (SRBC) on day 15, and then on day 22 antibody titer was measured by the haemagglutination assay method. On day 23, all three groups of mice were infected with Salmonella tyhpi

intraperitoneally at a dose of 105 CFU/mL, then the percentage of survival rate was observed on each group for one week. All data were statistically analyzed using SPSS 20.0 software for Windows. The number of total leukocytes, the percentage of monocytes, and the percentage of blood lymphocytes of mice were analyzed using two-way repeated measure ANOVA followed by one-way ANOVA (followed by LSD test), the data of antibody titer by hemagglutination assay method was analyzed using one - way ANOVA followed by Post Hoc Test (Tukey test and Bonferroni test), and the data of survival rate percentage was analyzed using Kaplan – Meier method.

The results showed that the administration of tahnik with dates during two weeks increasing the total number of leukocytes in mice. Giving tahnik with dates for one day, one week, and two weeks increasing the percentage of lymphocytes, but reducing the percentage of monocytes in mice. The antibody titer of mice that tahnik with dates was given for two weeks didn’t differ significantly with antibody titer of mice negative control group and positive control group. The survival rate percentage of mice negative control group, positive control group, and the group that tahnik with dates was given showed no significant difference during the seven days period of Salmonella typhi bacterial infection.

Key words : Dates (Phoenix dactylifera), tahnik, mice (Mus musculus), immune system, leukocyte, monocyte, lymphocyte, antibody titer, survival rate


(8)

vii

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan kepada saya, beserta petunjuk dariNya yang selalu hadir mulai dari setiap bangun dari tidur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit. Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada junjungan seluruh umat Islam, Uswatun Hasanah hingga akhir zaman, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa salam, beserta keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa menjalankan amalan – amalan Rasulullah SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan bantuan serta dukungan orang – orang yang telah banyak berjasa. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt, selaku Ketua Program studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak waktu, semangat, ilmu, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, ide, dan masukan yang berharga.

5. Kedua orang tua, mamah Tati Susilawati dan bapak Sukardi tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan material sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar, serta abang Choirul Artadi sebagai satu – satunya saudara kandung yang telah banyak memberikan bantuan material.


(9)

viii

7. Kakak eris, selaku laboran laboratorium PBB Farmasi FKIK yang telah sabar karena sering direpotkan dan telah banyak membantu selama penelitian. 8. Kakak Lisna, kakak Niken, kakak Tiwi, mba Rani, kakak Yopi, dan om

Rahmadi yang telah membantu selama penelitian.

9. Kakak Pia yang telah membantu penulis dalam hal surat menyurat dan urusan akademik.

10. Putri Rahmawati yang telah banyak membantu dan memberi dukungan sebelum sidang skripsi.

11. Ikhsan Budiarto yang telah membantu mengurus mencit pada awal penelitian di laboratorium.

12. Intan Fauziah yang telah banyak memberi informasi tempat membeli bahan – bahan keperluan penelitian.

13. Teman – teman farmasi angkatan 2008 baik kelas A maupun kelas B yang sama – sama berjuang menyelesaikan penelitian.

14. Pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi masyarakat luas khususnya umat Islam.

Jakarta, 17 Oktober 2012


(10)

ix

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ashari Dzikro NIM : 108102000076 Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN

LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 10 Desember 2012

Yang menyatakan,


(11)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kurma ... 6

2.1.1 Taksonomi Kurma ... 6

2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma ... 8

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma ... 9

2.2 Mencit ... 12

2.3 Sistem Imun ... 13

2.3.1 Imunitas ... 13

2.3.2 Antigen dan Antibodi ... 14

2.3.3 Leukosit ... 16

2.3.4 Monosit ... 18

2.3.5 Limfosit ... 18

2.3.6 Imunisasi ... 19

2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP ... 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 23

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

4.2 Subjek Penelitian ... 23

4.2.1 Populasi ... 23

4.2.2 Sampel ... 23 Halaman


(12)

xi

4.4 Alur Penelitian ... 25

4.5 Prosedur Kerja ... 26

4.5.1 Persiapan Hewan Coba ... 26

4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit ... 26

4.5.3 Perhitungan Dosis ... 27

4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik ... 31

4.5.5 Pengambilan Darah Mencit ... 31

4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit ... 31

4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah ... 32

4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi ... 33

4.5.9 Uji Tantang ... 35

4.6 Analisa Data ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1 Hasil ... 38

5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit... 38

5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit ... 42

5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit ... 46

5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit ... 51

5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit .... 52

5.2 Pembahasan ... 56

5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik ... 56

5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit Mencit ... 58

5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Monosit Mencit ... 61

5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Limfosit Mencit ... 63

5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer Antibodi Mencit ... 65

5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 69


(13)

xii

2.1 Buah Kurma ... 6

2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal ... 7

4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian ... 24

4.2 Alur Penelitian ... 25

5.1 Grafik rata- rata jumlah total leukosit selama periode perlakuan .. 39

5.2 Grafik rata- rata persentase monosit selama periode perlakuan ... 43

5.3 Grafik rata- rata persentase limfosit selama periode perlakuan ... 47

5.4 Grafik rata – rata titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ... 51

5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi ... 53

5.6 Kurva Kaplan – Meier persentase survival rate mencit selama periode infeksi Salmonella typhi ... 54

7.2 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari ... 80

7.3 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu minggu ... 81

7.4 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama dua minggu ... 82

7.6 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari ... 87

7.7 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari ... 88

7.8 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari ... 90

7.10 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu hari ... 95

7.11 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu minggu ... 97

7.12 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama dua minggu ... 98

7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan ... 100

7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi ... 103

7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I ... 104

7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II ... 104

7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III ... 105


(14)

xiii

2.1 Kandungan senyawa (gr /100 gr dry flesh) dari 11 jenis buah

kurma yang berbeda ... 9

2.2 Kandungan vitamin buah kurma ... 9

2.3 Kandungan mineral kurma ... 10

2.4 Kandungan asam amino (mg/100 gr dry) kurma ... 10

2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun spesifik ... 14

2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin ... 16

4.1 Dosis dan perlakukan uji respon imun mencit ... 26

4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usianya ... 28

5.1 Hasil hitung total leukosit mencit (sel/µL) ... 38

5.2 Rata - rata jumlah total leukosit mencit (sel/µ l) selama periode perlakuan ... 38

5.3 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ... 39

5.4 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 40

5.5 Hasil hitung persentase monosit mencit (%) ... 42

5.6 Rata - rata persentase monosit mencit selama periode perlakuan .. 42

5.7 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ... 43

5.8 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 44

5.9 Hasil hitung persentase limfosit mencit (%) ... 46

5.10 Rata - rata persentase limfosit mencit selama periode perlakuan .. 47

5.11 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ... 47

5.12 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 48

5.13 Titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ... 51

5.14 Persentase survival rate mencit selama satu minggu periode infeksi bakteri Salmonella typhi ... 52

5.15 Nilai rata – rata (mean) dan nilai tengah (median) survival time mencit ... 53

5.16 Level signifikansi persentase survival rate mencit antar kelompok perlakuan ... 54


(15)

xiv

1. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ... 76 2. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one –

way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 78 3. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way

repeated measure ANOVA ... 83 4. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one –

way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 85 5. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way

repeated measure ANOVA ... 91 6. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one –

way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ... 93 7. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way ANOVA,

dilanjutkan dengan post hoc test (tukey test dan bonferroni test) .. 99 8. Hasil analisis persentase survival rate dengan metode kaplan –

meier ... 101 9. Hasil pengukuran titer antibodi dengan metode haemaglutination

antibody (HA) setelah dua minggu periode perlakuan ... 104


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep kesehatan Thibun Nabawi telah dikenal dalam Islam sebagai metode pengobatan Rasulullah SAW yang senantiasa berjalan atas dasar wahyu. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Islam sebuah tata cara pemeliharaan kesehatan sejak dari lahir yang bersumber dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Memberi Kesehatan. Salah satu cara yang diajarkan Rasulullah adalah Tahnik. Tahnik merupakan suatu cara pemeliharaan kesehatan secara fisik yang diperkenalkan Rasulullah SAW dengan memberikan kurma yang telah dikunyah atau dihaluskan pada langit – langit mulut bayi sambil mendoakannya. Beberapa hadits yang berkaitan dengan tahnik :

 Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa, dia berkata :

-

ل ص

ه

ل ع

مل س

-

م

Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma.” (HR. Bukhari Muslim)

 Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr :


(17)

Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di

pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka itulah makanan yang pertama kali masuk ke kerongkongannya (si bayi) melalui Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dan

mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Sesungguhnya perbuatan Rasulullah SAW mentahnik bayi yang baru lahir memiliki hikmah yang agung. Enzim pencernaan yang terdapat pada kurma tahnik akan membantu pengubahan kandungan senyawa – senyawa dalam kurma sehingga dapat lebih mudah dicerna dan diabsorbsi oleh tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna (Mustofa dan Prabandari, 2010).

Kurma sendiri diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler. Ekstrak


(18)

etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan

plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al., 2000).

Kurma juga diketahui memiliki berbagai khasiat lain diantaranya adalah dapat menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004), efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al.,

2011), aktivitas antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012).

Tinjauan ilmiah terhadap manfaat kurma sudah cukup banyak dilakukan, namun penelitian praklinis maupun klinis mengenai manfaat kurma tahnik terhadap peningkatan sistem imun belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta melihat pengaruh dari lamanya pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan respon imun mencit terhadap parameter – parameter tersebut sehingga dapat menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

1) Apakah pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit.

2) Waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.

1.3 Hipotesis

Pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui aktivitas imunostimulan kurma tahnik terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah mencit serta mengetahui efektifitas waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tahnik dengan kurma dalam hal peningkatan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi sehingga diharapkan dapat


(20)

menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.


(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurma

2.1.1 Taksonomi Kurma

Kurma (Phoenix dactylifera) atau dalam bahasa Arab biasa disebut

tamar adalah buah manis dengan kandungan gula lebih dari 50% yang merupakan kebutuhan utama dan menjadi salah satu sektor ekonomi penting di Timur Tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Kurma merupakan salah satu makanan tertua di dunia selama lebih dari 6000 tahun dan semua bagian dari kurma diketahui bermanfaat tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga untuk kesehatan (mengatasi berbagai penyakit) dan mengatasi kelaparan karena kurma memiliki kandungan karbohidrat, mineral, serat, vitamin, asam lemak, asam amino, dan protein yang tinggi (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Berikut ini adalah klasifikasi dari kurma (Alebidi, 2008) :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Arecales Family : Arecaceae Genus : Phoenix Species : P. dactylifera

Binomial Name :

Phoenix dactylifera L.


(22)

Pohon kurma dapat mencapai tinggi 15 – 25 meter, batang pohonnya terbuat dari serat selulosa yang kuat dan dapat dimanfaatkan untuk membuat kayu lapis (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Saat ini, kurma dibudidayakan di banyak negara di dunia seperti Amerika Serikat (California, Arizona, Texas), Meksiko, Brazil, Argentina, Afrika Selatan, Australia, Namibia, namun untuk produksi terbesar tetap berada di daerah Arab dan timur tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Ada lebih dari 2000 varietas kurma segar di dunia dengan masa panen setiap 8 bulan (Al – Shahib dan Marshall, 2003).


(23)

2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma

Perkembangan buah kurma terdiri dari 4 tahap (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Sebelum tahap pertama dimulai, pada 4 – 5 minggu pertama buah kurma disebut “altalaa” dimana buah kurma berwarna hijau.  Tahap pertama : stadium Kimri

Ditandai dengan terjadinya 2 fase. Fase pertama, buah kurma mengalami peningkatan ukuran dan berat secara bersamaan, serta meningkatnya kandungan gula, asam, dan kelembaban. Fase kedua, ditandai dengan mulai berkurangnya peningkatan ukuran dan berat buah, berkurangnya tingkat akumulasi kadar gula, sedikit berkurangnya keasaman, dan kadar kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan fase pertama. Pada tahap Kimri, rata – rata panjang buah adalah 27,5 mm, diameter 17,8 mm, berat 5,8 gr, serta mengandung 5,6% protein, 0,5% lemak, dan 3,7% abu (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

 Tahap kedua : stadium Khalal

Ditandai dengan berubahnya warna dari hijau menjadi antara kuning atau merah tergantung jenis kurma. Rata – rata panjang buah bertambah menjadi 32,5 mm dengan diameter juga bertambah menjadi 21 mm. Persentase protein, lemak, dan abu berkurang menjadi 2,7%, 0,3%, dan 2,8%, sementara berat rata – rata bertambah menjadi 8,7% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

 Tahap ketiga : stadium Rutab

Buah kurma mulai menjadi lembut dan kehilangan air. Rata – rata kandungan protein, lemak, dan abu pada tahap ini berkurang menjadi 2,6%, 0,3%, dan 2,6% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).


(24)

 Tahap keempat : stadium Tamr

Pada stadium ini buah kurma mulai mengering dengan konsisten dan warnanya menjadi gelap, namun ada juga beberapa jenis buah kurma yang tidak mengalami tahapan ini. Rata – rata persentase protein, lemak, dan abu pada stadium ini adalah 2,3%, 0,2%, dan 1,7% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma

Buah kurma memiliki kadar yang tinggi dari karbohidrat (total 44 – 88%), lemak (0,2 – 0,5%), 15 jenis garam & mineral, vitamin, protein (2,3 – 5,6%), serat (6,4 – 11,5%) (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

Tabel 2.1 Kandungan Senyawa (gr /100 gr Kurma Kering) dari 11 Jenis Buah Kurma yang Berbeda (Borchani et al., 2010)

Varietas

Kurma Berat Kering Protein Lemak Total Gula Abu Total Serat Alligh 82,94 ± 0,7 1,22 ± 0,03 0,56 ± 0,19 84,59 ± 0,18 2,18 ± 0,22 11,45 ± 0,62 Deglet Nour 86,42 ± 0,75 1,71 ± 0,08 0,4 ± 0,11 88,02 ± 0,6 1,78 ± 0,1 8,09 ± 0,89 Bajo 86,88 ± 0,59 1,28 ± 0,08 0,11 ± 0,04 79,93 ± 0,31 1,73 ± 0,04 16,95 ± 0,47 Boufeggous 88,7 ± 0,68 1,51 ± 0,16 0,14 ± 0 86,72 ± 0,95 1,58 ± 0,05 10,05 ± 1,16 Goundi 90,57 ± 0,37 2,85 ± 0,2 0,35 ± 0,21 84,79 ± 0,91 1,85 ± 0,03 10,16 ± 1,35 Ikhouat 87,97 ± 0,4 0,66 ± 0,03 0,07 ± 0 78,86 ± 0,33 2,59 ± 0,52 17,82 ± 0,88 Kenta 88,22 ± 0,79 0,9 ± 0,02 0,06 ± 0,01 85,11 ± 0,46 1,75 ± 0,02 12,18 ± 0,51 Kentichi 87,29 ± 0,18 0,46 ± 0,01 0,11 ± 0,04 77,44 ± 0,26 1,74 ± 0,05 20,25 ± 0,36 Lagou 73,1 ± 0,6 1,83 ± 0,05 0,25 ± 0 77,31 ± 0,15 2,08 ± 0,02 18,53 ± 0,22 Touzerzailet 70,66 ± 0,38 1,49 ± 0,05 0,57 ± 0,04 78,58 ± 0,77 2,11 ± 0,19 17,25 ± 1,05 Tranja 87,85 ± 0,55 2,42 ±0,85 0,14 ± 0,07 83,95 ± 0,35 2,23 ± 0,09 11,26 ± 1,36

Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003) Vitamin Kandungan (mg/100 gr kurma kering)

Vitamin C 2,4 – 17,5

Asam Folat 0,004 – 0,007

Asam Nikotinat 0,002

Niasin 0,0004 – 0,0007

Vitamin B2 0,13 – 0,17

Vitamin B1 0,08 – 0,13


(25)

Tabel 2.3 Kandungan Mineral Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003) Mineral Kandungan (mg/100 gr kurma kering)

Boron 3,3 – 5,6

Kalsium 9,5 – 20,7

Kobalt 0,8 – 1

Tembaga 0,1 – 2,9

Florin 0,1 – 0,2

Besi 0,3 – 10,4

Magnesium 47 – 82

Mangan 0,3 – 5,9

Potasium 107,4 – 916

Fosfor 13 – 63

Selenium 0,1 – 0,3

Sodium 1 – 287

Seng 0,1 – 1,8

Tabel 2.4 Kandungan Asam Amino Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003)

Asam Amino Kandungan (mg/100 gr kurma kering)

Alanin 8 – 342

Arginin 2 – 261

Aspartam 230 – 450

Asam Aspartat 2 – 467

α-amino asam butirat 266 – 337

Sistein 11 – 114

Sitin 0,73 – 122

Glutamin 65 – 87

Asam Glutamat 40 – 631

Glisin 4 – 349

Histidin 0,1 – 76

Isoleusin 0,2 – 465

Leusin 0,5 – 264

Leusin dan Isoleusin 254

Lisin 3 – 282

Metionin 0,2 – 219

Fenilalanin 0,8 – 173

Prolin 12 – 369

Serin 6 – 238

Treonin 1 – 264

Triptofan 100

Tirosin 1 – 181

Valin 0,5 – 271

Kurma merupakan salah satu tanaman yang disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an dengan total penyebutan sebanyak 15 kali, diantaranya pada surat Al An’am ayat 99 & 141, Kahf ayat 32, Ta – Ha ayat 71,


(26)

Shuaraa ayat 148, Ar Rahman ayat 11 & 68. Sementara itu, terdapat 4 buah hadist Rasullullah SAW yang menyebutkan kurma memiliki manfaat dalam bidang kesehatan.

Kurma merupakan sumber energi yang sangat baik karena memiliki kandungan gula yang tinggi, maka tidak heran jika di daerah Arab dan Timur Tengah kurma menjadi kebutuhan konsumsi sehari – hari yang tidak pernah dilewatkan. Kandungan gula yang tinggi pada kurma mungkin menjadi pantangan bagi para penderita hiperglikemia, tetapi ternyata, dari hasil sebuah penelitian, kurma memilki khasiat untuk menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004). Dalam penelitian yang lain, kurma juga diketahui memiliki efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al., 2011), aktivitas antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012).

Kurma juga diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler tersebut.


(27)

Ekstrak etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody

(HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al., 2000).

2.2 Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) adalah termasuk hewan pengerat (rodensia) yang memiliki karakteristik cepat berkembang biak dan mudah dipelihara dalam jumlah banyak. Selain itu, pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis terkarakteristik dengan baik. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari daerah beriklim dingin, sedang, maupun panas dan dapat terus-menerus di dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar. Malole dan Pramono (1989) menjelaskan bahwa mencit dapat dijadikan sebagai salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Mencit laboratorium mempunyai berat badan kira-kira sama dengan mencit liar yang banyak ditemukan di dalam gedung dan rumah yang dihuni oleh manusia, dengan berat badan bervariasi 18-20 gram pada umur empat minggu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).


(28)

2.3 Sistem Imun

2.3.1 Imunitas

Secara historis, kata immunity berasal dari kata latin immunitas

yang artinya perlindungan dari tuntutan hukum yang diberikan kepada senator romawi selama masa jabatan mereka. Immunity / kekebalan berarti perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit menular. Sel – sel dan molekul – molekul yang bertanggung jawab terhadap imunitas ini disebut dengan sistem imun, sementara bagaimana sel dan molekul tersebut bekerja sama secara kolektif dalam merespon masuknya zat – zat asing disebut dengan respon imun. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari respon imun dalam arti luas serta peristiwa seluler dan molekuler yang terjadi setelah masuknya mikroba dan zat asing lainnya yang menimbulkan respon imun tersebut.

Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun

innate/natural/nonspesifik dan sistem imun adaptive/dapatan/spesifik yang keduanya masing – masing memiliki respon imun yang khas (Abbas et al., 2012). Berikut ini adalah perbedaan dari sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik serta gambarannya secara umum :


(29)

Tabel 2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun spesifik (Abbas et al., 2012)

Innate (non-spesifik) Adaptive (spesifik)

Spesifitas

Molekul yang terkait dengan mikroba tertentu dan molekul yang dihasilkan dari sel inang yang rusak

Mikrobial dan

non-mikrobial antigen

Diversitas

(keragaman) Jumlah reseptor terbatas

Reseptor sangat bervariasi & jumlahnya banyak, terbentuk dari rekombinasi genetik dari gen reseptor

Memori Tidak ada

Ada, respon lebih cepat / lebih besar pada infeksi

serupa berikutnya

sehingga perlindungan lebih baik pada infeksi berulang

Nonreaktif

terhadap self Ya Ya

Barrier seluler dan kimia

- Kulit, epitel mukosa

- Molekul antimikrobial

- Limfosit pada epitel

- Antibodi yang disekresikan pada permukaan epitel Protein darah Komplemen dan yang lainnya Antibodi

Sel Fagosit (makrofag, neutrofil), sel

NK Limfosit

2.3.2 Antigen dan Antibodi

Antigen adalah zat apapun yang secara spesifik berikatan dengan molekul antibodi atau reseptor sel T. Walaupun semua antigen dapat dikenali oleh limfosit yang spesifik atau antibodi, tetapi hanya beberapa antigen saja yang mampu mengaktifasi limfosit. Molekul antigen yang


(30)

mampu menstimulasi respon imun ini disebut dengan immunogen (Abbas

et al., 2012).

Antibodi adalah protein tersirkulasi yang diproduksi oleh sel B di sumsum tulang belakang sebagai respon terhadap rangsangan imunogen (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Antibodi mampu mengenali antigen yang berasal hampir dari setiap molekul biologis, termasuk metabolit sekunder sederhana, gula, lipid, autacoid, dan hormon, serta makromolekul seperti karbohidrat, fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Hal ini berbanding terbalik dengan sel T yang lebih utama mengenali peptida (Abbas et al., 2012).

Baratawidjaja dan Iris Renggaris (2009) menjelaskan bahwa ketika darah dibiarkan membeku maka akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang disebut globulin yang sekarang dikenal sebagai

immunoglobulin. Dua ciri yang penting dari imunoglobulin (Ig) adalah spesifitas dan aktivitas biologiknya, sedangkan fungsi utamanya adalah untuk mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan. Ig dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Ada 5 jenis imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Berikut ini adalah kelas dan sifat dari kelima jenis imunoglobulin tersebut :


(31)

Tabel 2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009)

Sifat utama Fungsi Ikatan sel

IgG

Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh terutama ekstravaskular untuk memerangi mikroorganisme dan toksinnya  Opsonisasi  antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity (ADCC)  Aktivasi komplemen  Imunitas neonatal

Mononuklear, Limfosit, Neutrofil, Trombosit

IgA

Ig utama dalam sekresi serumukosa untuk menjaga permukaan luar tubuh

Imunitas mukosal Limfosit, Neutrofil

IgM

Merupakan aglutinator yang sangat efektif, diproduksi dini pada respon imun, menjadi pertahanan terdepan terhadap bakterimia

 Aktivasi komplemen  Naive B cell antigen

receptor

Limfosit, Reseptor sel B

IgD Umumnya ditemukan pada

permukaan limfosit - Reseptor sel B

IgE

Pengerahan agen anti mikrobial, meningkat pada infeksi parasit, berperan pada gejala alergi

 Menimbulkan alergi, syok anafilaksis  Pertahanan terhadap

parasit

Sel mast, Basofil, Limfosit

2.3.3 Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati jumlah leukosit


(32)

rata-rata 4.500 – 11.000 setiap mikroliter darah. Dilihat dengan mikroskop cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai bentuk inti yang bervariasi, dan sitoplasmanya homogen (Abbas et al., 2012 ; Effendi, 2003).

Leukosit terbagi atas dua kelompok, yaitu leukosit granulosit polimorfonukleus (sel yang mengandung granula dan mempunyai banyak bentuk nukleus) dan agranulosit mononukleus (sel tanpa granula dan satu nukleus). Jenis leukosit granulosit yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil, sedangkan jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit (Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.

Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan

leukocytosis, sedangkan jika jumlahnya terlalu rendah disebut dengan

leukopenia. Leukositosis selain dapat disebabkan karena terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus dalam tubuh, tetapi juga dapat terjadi karena reaksi peradangan atau inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis. Dalam suatu kasus, peningkatan leukosit yang ekstrim dapat menjadi indikasi penyakit leukemia. Leukopenia dapat terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi imun, kerusakan hati, atau kerusakan limpa (Vieira, 2011).


(33)

2.3.4 Monosit

Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang membentuk sekitar 10% dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4% dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada manusia dan satu hari pada tikus (Yona dan Jung, 2009). Abbas et al.

(2012) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa adalah 0 – 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan masuk ke dalam jaringan (biasanya karena terjadi pajanan antigen), kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag.

Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan

monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari leukopenia (Vieira, 2011).

2.3.5 Limfosit

Sebanyak 20% dari total leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa adalah limfosit yang terdiri atas sel T dan sel B yang mampu mengenal antigen serta membedakannya dari sel jaringan sendiri sehingga limfosit menjadi kunci pengontrol sistem imun (Baratawidjaja dan Iris


(34)

Renggaris, 2009). Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa jumlah total limfosit pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 5 × 1011 (2% ada dalam darah, 10% di sumsum tulang, 15% dalam jaringan limfoid mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, dan 65% di organ limfoid terutama kelenjar getah bening dan limpa). Sel limfosit merupakan sel yang berperan utama dalam sistem imun spesifik, sel T pada imunitas seluler, dan sel B pada imunitas humoral.

Tingginya jumlah limfosit dari nilai normal biasanya dapat menjadi indikasi seseorang terkena infeksi antigen yang patogen, sedangkan jumlah limfosit yang lebih rendah dari nilai normal (lymphocytopenia) dapat disebabkan karena beberapa hal seperti stres, malnutrisi, atau invasi virus seperti HIV, lymphocytopenia dapat menyebabkan kemampuan tubuh untuk mengenali dan menyerang antigen patogen menjadi menurun (Vieira, 2011).

2.3.6 lmunisasi

Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen/toksin tertentu dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi alamiah dan imunisasi buatan. Imunisasi alamiah merupakan imunisasi yang diperoleh manusia sejak lahir berupa antibodi yang didapatkan dari plasenta dan kolostrum ibu, disebut dengan imunisasi alamiah pasif, sedangkan imunisasi alamiah aktif berasal dari luar tubuh yang berupa


(35)

infeksi kuman yang dapat merangsang respon imun dan sel memori. Imuniasi buatan terdiri dari imunisasi buatan aktif dan imunisasi buatan pasif. Imunisasi buatan aktif berarti mendapatkan kekebalan dengan cara diberikan vaksin hidup / dilemahkan / dimatikan, sedangkan imunisasi buatan pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi / produk sel dari orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009).

Imunisasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif dengan menciptakan ambang mekanisme efektor imun yang sesuai dan adekuat, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang cepat pada kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009).

2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum

Haemagglutination Antibody (HA) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah merah (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Sebagai antigen dalam metode HA pada mencit dapat digunakan sel darah merah domba (SDMD) karena mudah diperoleh dan dapat diukur, bersifat cukup stabil, lisis dari SDMD dapat dilihat, dan dapat dibuat dengan mudah (Achyat et al., 2007).

Achyat et al. (2007) menjelaskan bahwa reaksi aglutinasi dikatakan positif bila endapan sel darah merah tersebar merata menutupi seluruh atau sebagian besar dinding dasar tabung. Aglutinasi terjadi karena


(36)

adanya suatu reaksi antibodi dalam serum dengan sel darah merah yang dijadikan sebagai antigen. Reaksi antigen – antibodi ini terjadi dengan permukaan yang luas hingga dalam uji hemaglutinasi terlihat hingga menutupi seluruh atau sebagian dasar tabung. Reaksi aglutinasi negatif dapat diketahui dengan terlihatnya sel darah merah yang berkumpul di dasar tabung dan berbentuk seperti kancing. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya antibodi dalam serum sehingga tidak terjadi ikatan antara antibodi dan antigen yang membuat sel darah merah hanya mengendap (karena pengaruh gaya berat) dan berkumpul di tengah – tengah dasar tabung.


(37)

22 BAB III

KERANGKA KONSEP

Sistem Imun

Non-spesifik ( o osit →

Spesifik

Antibodi Limfosit Kurma

Tahnik

Efektivitas opsonisasi, aktivasi komplemen, mekanisme Antibody-Dependent Cell-mediated

Cytotoxicity (ADCC)

↑ Efektifitas pengenalan dan penyerangan antigen

Membunuh antigen berupa virus / bakteri yang terdapat

dalam cairan tubuh

Antigen berupa virus / bakteri dapat dikenali, pembentukan memori Antigen (virus

/ bakteri)

Antigen berupa virus / bakteri dieliminasi dari dalam tubuh,

sel memori terbentuk

Tidak terjadi infeksi berlanjut


(38)

23 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Animal House FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium Bioavaibility & Bioequivalency (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium

Drug Research & Development (PDR) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan laboratorium Microbiology & Medicinal Chemistry (MBC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli sampai September 2012.

4.2 Subjek Penelitian

4.2.1 Populasi

Hewan uji dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata antara 20 – 25 gram yang terbagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan. Masing – masing kelompok terdiri dari 6 mencit.

4.2.2 Sampel

Kurma yang digunakan adalah kurma ajwa yang diperoleh dari Thamra PT Duta Karimah yang telah bekerja sama dengan Thamra Al Tumur Trading Est, Riyadh – Saudi Arabia sebagai distributor produk kurma internasional. Kurma ajwa dipilih karena merupakan jenis kurma


(39)

dengan kualitas terbaik yang hanya dapat tumbuh di kota madinah, dan merupakan kurma kesukaan Rasulullah SAW.

Gambar 4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian (Dokumentasi Pribadi, 26-06-2012)

4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat

Kandang & tempat pakan mencit, timbangan digital (gram dan miligram), dispenser & spuit, beaker glass, gelas ukur, ose, cotton bud

modifikasi, gunting bedah, pipet leukosit, microplate 96 wells, eppendorf tube, eppendorf tube 13 mL, vacutainer tube EDTA, Incubator Bath,

centrifuge, Laminar Air Flow, mikropipet 0,5 – 20 µL, mikropipet 20 – 200 µL, mikropipet 1000 µL, white tip, yellow tip, blue tip, kaca objek, mikroskop (Olympus), pipet tetes, cawan petri, hemasitometer (Improved Naubauer).


(40)

Hari Ke-2

Hari Ke-8

Hari

Ke-15 Ke-22 Hari

Hari Ke-23 Hari Ke-27 Hari Ke-30 4.3.2 Bahan

Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20 – 25 gr berjumlah 18 ekor (Institut Pertanian Bogor), pakan mencit, akuades, kurma ajwa (Thamra), vaksin typhoid (GlaxoSmithKline), bakteri

Salmonella typhi (Mikrobiologi UI), K2HPO4, KH2PO4, NaCl, darah

domba (Mikrobiologi UI), asam asetat glasial, larutan gentian violet,

pewarna giemza, buffer fosfat pH 6,8 – 7,2.

4.4 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Alur Penelitian Periode

Perlakuan

Periode Infeksi

Salmonella typhi (Uji

Tantang)

Pemberian i.p. SDMD 20% 0,1 mL  Jumlah total

leukosit  Persentase

monosit  Persentase

limfosit

Titer antibodi Diinfeksi dengan

Salmonella typhi

% Survival rate

Hari Ke-0


(41)

4.5 Prosedur Kerja

4.5.1 Persiapan Hewan Coba

Mencit – mencit diaklimasi di dalam laboratorium Animal House FKIK UIN Syarif Hidayatullah selama satu minggu pada suhu kamar antara 25 – 270C dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup. Mencit dipelihara di dalam kandang plastik bertutup dan dialas dengan sekam. Masing – masing kandang berisi 6 mencit dan diberi label kelompok 1, 2, dan 3 pada masing – masing kandang. Di dalam kandang, mencit diberi makan berupa pellet secara terkontrol dan minum aquadest yang diberikan secara ad libitum. Setiap hari mencit ditimbang untuk mengontrol berat badan mencit tetap pada range 20 – 25 gr. Kandang serta tempat makan dan minum dibersihkan, dan alas sekam diganti sedikitnya dua kali seminggu (Smith, 1988).

4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit

Tabel 4.1 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit

Kelompok Perlakuan Dosis Rute Pemberian Waktu Pengambilan Darah Kelompok I (Kontrol negatif) Hanya diberi makan dan minum.

- - Hari ke-0, 2, 8,

15, dan 22

Kelompok II (Kontrol positif) Diberi vaksin Typhoid.

2,19 µL 1 kali pada hari ke-1 i.m.

Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22

Kelompok III

Diberi kurma tahnik.

225 mg 1x sehari selama 14 hari

oral Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22


(42)

4.5.3 Perhitungan Dosis

a) Dosis kurma tahnik

Jumlah sampel kurma tahnik yang diberikan kepada kelompok perlakuan didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW. Berdasarkan hadits tersebut, dosis kurma untuk tahnik seorang anak yang baru lahir / bayi adalah sebanyak 1 butir kurma (berat rata – rata untuk 1 butir kurma ajwa tanpa biji adalah 7 gr). Dosis tahnik untuk bayi berdasarkan hadits Rasulullah SAW tersebut akan dikonversikan ke dalam dosis mencit menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke (perbandingan luas permukaan tubuh) sebagai berikut :

Db =

x Dm

Keterangan :

Db = dosis bayi (gr) Dm = dosis mencit (gr)

LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)

LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)

Untuk mendapatkan luas permukaan tubuh rata – rata bayi baru lahir terlebih dahulu harus mendapatkan data berat badan (W) dan tinggi badan bayi (H), selanjutnya nilai W dan H tersebut akan dirubah menjadi nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) menggunakan Moesteller Formula (Furqan dan Haque, 2009).


(43)

Tabel 4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usianya (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia)

Umur Berat (kg) Tinggi (cm)

Standar 80% Standar Standar 80% Standar

Lahir 3,4 2,7 50,5 40,5

0 – 1 Bulan 4,3 3,4 55 43,5

2 Bulan 5 4 58 46

3 Bulan 5,7 4,5 60 48

4 Bulan 6,3 5 62,5 49,5

5 Bulan 6,9 5,5 64,5 51

6 Bulan 7,4 5,9 66 52,5

7 Bulan 8 6 67,5 54

8 Bulan 8,4 6,3 69 55,5

9 Bulan 8,9 7,1 70,5 56,5

10 Bulan 9,3 7,4 72 57,5

11 Bulan 9,6 7,7 73,5 58,5

12 Bulan 9,9 7,9 74,5 60

15 Bulan 10,6 8,5 78 62,5

18 Bulan 11,3 9 81,5 65

21 Bulan 11,9 9,6 84,5 67,5

24 Bulan 12,4 9,9 87 69,5

27 Bulan 12,9 10,5 89,5 71,5

30 Bulan 13,5 10,8 92 73,5

33 Bulan 14 11,2 94 75

36 Bulan 14,5 11,6 96 77

39 Bulan 15 12 98 78,5

42 Bulan 15,5 12,4 99,5 79,5

45 Bulan 16 12,9 101,5 81,5

48 Bulan 16,5 13,2 103,5 82,5

51 Bulan 17 13,6 105 84

54 Bulan 17,4 14 107 85,5

57 Bulan 17,9 14,4 108 86,5

60 Bulan 18,4 14,7 109 87

Dari tabel indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usia diatas didapatkan nilai berat badan bayi (W) = 3,4 kg dan tinggi badan bayi (H) = 50,5 cm. Nilai W dan H selanjutnya diproses


(44)

dengan Moesteller Formula untuk mendapatkan nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) sebagai berikut :

LPTb =

=

= 0,218 m2

Luas permukaan tubuh bayi baru lahir (LPTb) yang didapatkan adalah 0,218 m2. Luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007).

Db =

x Dm 7 =

x Dm 7 = 31,14 x Dm Dm = 0,225 gr

Keterangan :

Db = dosis bayi (gr) Dm = dosis mencit (gr)

LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)

LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)

Jadi, banyaknya kurma yang digunakan dalam perlakuan kepada hewan coba (mencit) adalah sebesar 225 mg /hari.


(45)

b) Dosis Vaksin Typhoid

Dosis vaksin typhoid adalah 0,5 mL bagi anak umur dua tahun ke atas dan dewasa. Konversi dosis vaksin dari orang dewasa ke mencit dilakukan dengan menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke

(perbandingan luas permukaan tubuh) dengan terlebih dahulu mengetahui luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dan luas permukaan tubuh mencit (LPTm).

Luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dengan berat rata – rata 60 kg adalah 1,6 m2 dan luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007). Konversi dosis adalah sebagai berikut :

Dd =

x Dm 0,5 =

x Dm 0,5 = 228,57 x Dm Dm = 0,00219 mL

Keterangan :

Dd = dosis orang dewasa (mL) Dm = dosis mencit (mL)

LPTd = luas permukaan tubuh orang dewasa (m2) LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)


(46)

4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik

Pembuatan sampel kurma tahnik didasarkan pada hadits Rasulullah SAW. Pertama – tama sebutir kurma tanpa biji dikunyah dalam mulut sampai halus, kemudian hasil kunyahan dimuntahkan ke dalam beaker glass dan ditimbang sesuai dosis. Kurma tahnik dioleskan perlahan – lahan ke langit – langit mulut mencit menggunakan cotton bud hasil modifikasi yang ujungnya dilapisi plastik tipis yang tidak menyerap cairan.

4.5.5 Pengambilan Darah Mencit

Pengambilan darah mencit dilakukan melalui ekor dengan cara memotong ujung ekor mencit sepanjang 1 cm. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam vacutainer tube

yang telah mengandung EDTA hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1 mL. Pengambilan darah selanjutnya dilakukan dengan cara memotong bekas ekor yang telah terpotong sebelumnya sepanjang 2 – 3 mm untuk mencegah trauma pada mencit (Hoff, 2000). Darah dalam vacutainer tube

digunakan untuk perhitungan jumlah total leukosit serta persentase monosit dan limfosit darah.

4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit

Leukosit dihitung menggunakan alat hemositometer dengan pengenceran 1:20. Larutan pengencer berupa larutan Turk (1 mL asam asetat glasial, 1 mL larutan gentian violet, add 100 mL akuades) yang berfungsi sebagai pelisis sel darah merah dan pewarna leukosit. Untuk


(47)

memperoleh pengenceran 1:20, darah dihisap ke dalam pipet leukosit sampai batas 0,5 lalu diisi dengan larutan pengencer sampai tanda 11. Dua sampai tiga tetes pertama larutan dibuang, kemudian satu tetes diteteskan pada kamar hitung dan dibiarkan menetap selama 3 menit. Sediaan kemudian diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x. Penghitungan dilakukan terhadap leukosit yang terdapat dalam persegi 1,2,3,4 atau kamar hitung hemocytometer. Sel yang menempel di garis pemisah sebelah kiri dan di garis atas kotak persegi ikut dihitung, sel yang menempel di kedua sisi kotak lain tidak ikut dihitung (Anandika, 2011 ; Triana dan Nurhidayat, 2006 ; Kulisic et al., 2006). Jumlah leukosit dihitung per mm3 dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah total leukosit per mm3 =

=

= 50 N Keterangan :

N = Jumlah total leukosit dari 4 kamar hitung

4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah

Sampel darah segar diteteskan pada gelas objek dan dibuat preparat apus. Setelah dibiarkan mengering di udara, preparat apus kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Preparat kemudian diwarnai dengan pewarna giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit (buffer


(48)

fosfat pH 6,8 – 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan dibiarkan mengering. Setelah kering preparat diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan dibubuhi minyak emersi pada permukaan sediaan apus tersebut. Pertama – tama dihitung sampai 100 sel leukosit, kemudian dari 100 sel leukosit tadi dihitung jumlah monosit dan limfosit, lalu ditentukan persentase monosit dan limfosit dari total 100 leukosit tersebut dengan rumus sebagai berikut (Handajani dan Ruben, 2009) :

4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi

a) Pembuatan Larutan PBS pH 7,2

K2HPO4 ditimbang sebanyak 9,35 gr, KH2PO4 sebanyak 3,45 gr,

dan NaCl sebanyak 4,5 gr. Semua bahan dilarutkan dalam 1000 mL akuades, kemudian diukur pH larutan hingga mencapai 7,2 (Achyat et al., 2008).

b) Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD)

Darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang berupa plasma dibuang dengan pipet, kemudian ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Tabung dibolak – balik agar tersuspensi rata, kemudian


(49)

disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, lalu supernatan dibuang. Pencucian dilakukan sebanyak 3 – 4 kali hingga diperoleh larutan yang benar – benar jernih pada supernatannya. Pada pencucian terakhir semua supernatan dibuang. SDMD yang terdapat dalam tabung merupakan suspensi SDMD 100% (Achyat et al., 2008).

c) Pengumpulan Serum dari Darah Mencit

Darah mencit diambil melalui ekor dengan cara memotong ujung ekor mencit. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam tabung eppendorf kosong hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1 mL. Darah yang terdapat dalam tabung eppendorf didiamkan pada suhu kamar selama 1 – 2 jam, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit, supernatan (serum) lalu diisolasi menggunakan alat suntik steril (Sasmito et al., 2006). Serum disimpan pada suhu -200C sampai saat digunakan untuk perhitungan titer antibodi dengan metode hemaglutinasi.

d) Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode Hemaglutinasi

(Achyat et al., 2007 ; Vaghasiya et al., 2010)

1) Melakukan dekomplementasi / inaktivasi serum pada suhu 560 C selama 30 menit untuk mencegah lisis sel darah merah domba (SDMD) yang dapat mengaburkan reaksi hemaglutinasi.

2) Mikroplate diberi label pada sumur – sumurnya dengan nomor 1 – 12.


(50)

3) 50 µL PBS ditambahkan ke dalam sumur nomor 2 – 12, sedangkan sumur nomor satu dibiarkan kosong.

4) 100 µL serum yang telah diinaktivasi ditambahkan ke dalam sumur nomor satu.

5) 50 µL serum dari sumur nomor satu diambil, lalu ditambahkan ke dalam sumur nomor dua, kemudian dihomogenkan.

6) 50 µL serum dari sumur nomor dua diambil, lalu ditambahkan ke ke dalam sumur nomor tiga, kemudian dihomogenkan. Begitu seterusnya sampai sumur nomor 12 sehingga didapatkan 12 seri pengenceran dengan kelipatan dua, yaitu 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64, 1:128, 1: 256, 1:512, 1:1024, dan 1:2048.

7) 1% SDMD sebanyak 50 µL ditambahkan ke dalam semua sumur nomor 1 – 12, kemudian dihomogenkan, lalu disimpan pada suhu kamar selama dua jam.

8) Nilai titer antibodi ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih memperlihatkan terjadinya hemaglutinasi. Angka hasil pembacaan titer yang berupa deret ukur dikonversikan ke dalam deret hitung dengan rumus sebagai berikut :

4.5.9 Uji Tantang

Pada hari ke-23 penelitian, semua mencit pada masing – masing kelompok diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi secara intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL (Besung, 2011), kemudian dilakukan

2


(51)

pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu setelah infeksi diberikan.

Pembuatan dan pemberian bakteri Salmonella typhi dengan dosis 105 CFU/mL adalah sebagai berikut : stok kultur bakteri Salmonella typhi

yang telah diremajakan sebelumnya diambil dengan menggunakan ose steril, kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh suspensi dengan konsentrasi bakteri 109 CFU/mL yang memiliki nilai absorban 0,164. Pengukuran nilai absorban menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, nilai absorban 0,164 mempunyai kerapatan sel bakteri sekitar 109 CFU/mL (Harni et al., 2007). Dari suspensi tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 108 CFU/mL. Sebanyak 1 mL dari suspensi bakteri 108 CFU/mL diambil dengan spuit, kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 107 CFU/mL. Begitu seterusnya hingga didapatkan konsentrasi suspensi bakteri 105 CFU/mL.

Persentase survival rate mencit dinilai berdasarkan lamanya mencit bertahan hidup dalam masing – masing kelompok (Sawitri, 2008) selama 7 hari.

4.6 Analisa Data

Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis secara statistik menggunakan


(52)

perangkat lunak SPSS 20 for Windows dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan rata – rata hasil hitung tersebut pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode perlakuan.

Data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data tersebut.

Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan.


(53)

38 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit

Tabel 5.1 Hasil Hitung Total Leukosit Mencit (sel/µL)

Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

I

1 27100 24675 22275 24550

2 18775 20900 18450 19525

3 16875 15750 14875 14025

4 11375 11250 13975 12675

5 9175 10350 12325 10300

6 8800 8100 10475 9800

II

1 11700 13550 12500 11900

2 6300 10000 9900 7975

3 9400 11100 11675 9950

4 11400 12650 11750 10375

5 17375 22150 14825 17025

6 14500 13800 14175 13400

III

1 12350 10900 8700 12450

2 12750 12100 9200 14350

3 12850 12600 9200 14800

4 16500 15900 14450 19000

5 13350 14300 9700 14900

6 17350 19200 18300 22050

Keterangan :

 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)  Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)  Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.2 Rata - Rata Jumlah Total Leukosit Mencit (sel/µ L) Selama Periode Perlakuan (Mean ± SD)

Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

I 15350 ±

7056,24 15171 ± 6513,03 15396 ± 4303,15 15146 ± 5779,91

II 11779 ±

3861,3 13875 ± 4308,22 12471 ± 1800,52 11771 ± 3160,67

III 14192 ±

2157,87 14166 ± 3025,01 11592 ± 3912,85 16258 ± 3554,63


(54)

Keterangan :

 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)  Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)  Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Gambar 5.1 Grafik Rata- Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan

Tabel 5.3 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Metode Uji Sum of Square

Tipe III df Mean Square f Signifikansi

Asumsi Bulat 64450538,19 6 10741756,37 6,472 0

Greenhouse-Geisser 64450538,19 3,717 17340704,84 6,472 0,001 Huynh-Feldt 64450538,19 4,786 13465388,62 6,472 0

Lower-bound 64450538,19 2 32225269,1 6,472 0,009 * Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 1

Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan two – way repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

Kelompok I (kontrol negatif)

Kelompok II (kontrol positif)

Kelompok III (pemberian kurma tahnik)


(55)

yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan jumlah total leukosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau secara sederhana dapat diartikan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan selama periode perlakuan.

Hasil analisa dengan two – way repeated measure ANOVA hanya menunjukkan secara umum bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, namun tidak dapat menunjukkan kelompok mana yang mengalami perubahan tersebut. Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.

Tabel 5.4 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing

– Masing Periode Perlakuan

Periode Perlakuan

Signifikansi ANOVA

Notasi BNT Kelompok I

(Kontrol Negatif)

Kelompok II (Kontrol

Positif)

Kelompok III (Pemberian Kurma Tahnik)

Satu Hari 0,049 a b a

Satu Minggu 0,072 - - -

Dua Minggu 0,041 a a b

Keterangan :

 Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)


(56)

 Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)

 Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan (Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)

 Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 2

Hasil analisa data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada periode perlakuan selama satu hari dan dua minggu terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (signifikansi ANOVA < 0,05). Tidak terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05) sehingga uji BNT tidak dilanjutkan pada periode ini. Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan jumlah total leukosit kelompok II (kontrol positif) berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik) (p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2275 dan 2121 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok III.

Jumlah total leukosit kelompok III mengalami perubahan yang berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu periode perlakuan (p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2271 dan 2075 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok II.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol positif) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda


(57)

signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok III setelah satu hari perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu perlakuan.

5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit

Tabel 5.5 Hasil Hitung Persentase Monosit Mencit (%)

Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

I

1 2 2 2 3

2 0,5 0,5 0,5 0

3 1,5 1,5 1,5 1

4 1,5 1,5 1 1

5 1,5 1,5 1 1

6 1,5 1 1 1

II

1 7 2,5 3 2

2 7 2 2 1,5

3 4 1 1 0,5

4 10 4 4 2

5 4 1 0,5 0,5

6 5 1,5 2 0,5

III

1 12 3,5 5 3

2 5 2 3 2

3 3 2 2 1

4 5 2 3 1,5

5 4 3 3 2,5

6 6 2 2 1,5

Keterangan :

 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)  Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)  Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.6 Rata - Rata Persentase Monosit Mencit Selama Periode Perlakuan (Mean ± SD)

Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

I 1,42 ± 0,492 1,33 ± 0,516 1,17 ± 0,516 1,17 ± 0,983

II 6,17 ± 2,317 2 ± 1,14 2,08 ± 1,281 1,17 ± 0,753


(58)

Keterangan :

 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)  Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)  Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Gambar 5.2 Grafik Rata- Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan

Tabel 5.7 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Metode Uji Sum of Square

Tipe III df Mean Square f Signifikansi

Asumsi Bulat 43,021 6 7,17 7,709 0

Greenhouse-Geisser 43,021 2,316 18,576 7,709 0,003

Huynh-Feldt 43,021 2,723 15,801 7,709 0,002

Lower-bound 43,021 2 21,51 7,709 0,005

* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 3

Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan two – way repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase

0 1 2 3 4 5 6 7

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

Kelompok I (kontrol negatif)

Kelompok II (kontrol positif)

Kelompok III (pemberian kurma tahnik)


(59)

monosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara signifikan selama periode perlakuan.

Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase monosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.

Tabel 5.8 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –

Masing Periode Perlakuan

Periode Perlakuan

Signifikansi ANOVA

Notasi BNT Kelompok I

(Kontrol Negatif)

Kelompok II (Kontrol

Positif)

Kelompok III (Pemberian Kurma Tahnik)

Satu Hari 0 a b b

Satu Minggu 0,003 a b ab

Dua Minggu 0,003 a b b

Keterangan :

 Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)  Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau

a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)

 Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan (Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)

 Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 4

Hasil analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada semua periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat


(60)

kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (ANOVA’S p value < 0,05).

Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase monosit kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik) masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif). Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan masing – masing

mean difference sebesar -4,08 dan -2,67 terhadap kelompok I.

Pada periode perlakuan selama satu minggu, kelompok II mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (p < 0,05). Perubahan persentase monosit pada kelompok II ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan mean difference sebesar -3,83 terhadap kelompok I. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05).

Perubahan persentase monosit kelompok II dan kelompok III masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I pada periode perlakuan selama dua minggu. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan


(1)

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi

0,191 2 15 0,828

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi

Between Groups 0,333 2 0,167 0,079 0,924

Within Groups 31,667 15 2,111

Total 32 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi semua kelompok data


(2)

Lampiran 8. Hasil Analisis Persentase Survival Rate Dengan Metode Kaplan

– Meier

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan

Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak


(3)

Tabel Survival

Kelompok Ulangan

Waktu (Hari Ke) Status Cumulative Proportion Surviving at the

Time N of Cumulative Event N of Remaining Cases

Estimasi Standar

Error

I

1 1 0 0,833 0,152 1 5

2 2 0 0,667 0,192 2 4

3 7 1 - - 2 3

4 7 1 - - 2 2

5 7 1 - - 2 1

6 7 1 - - 2 0

II

1 5 0 0,833 0,152 1 5

2 7 1 - - 1 4

3 7 1 - - 1 3

4 7 1 - - 1 2

5 7 1 - - 1 1

6 7 1 - - 1 0

III

1 2 0 0,833 0,152 1 5

2 7 1 - - 1 4

3 7 1 - - 1 3

4 7 1 - - 1 2

5 7 1 - - 1 1

6 7 1 - - 1 0

Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival Time Mencit

Kelompok

Rata - rata Nilai Tengah

Estimasi Standar Error

Tingkat

Kepercayaan 95% Estimasi Standar Error Tingkat Kepercayaan 95% Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound

I 5,167 1,065 3,079 7,254 - - - -

II 6,667 0,304 6,07 7,263 - - - -

III 6,167 0,761 4,676 7,658 - - - -

Keterangan :

 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)

 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)


(4)

Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar Kelompok Perlakuan

Metode Uji Chi-Square df Signifikansi

Log Rank (Mantel-Cox) 0,817 2 0,665

Breslow (Generalized Wilcoxon) 0,995 2 0,608

Tarone-Ware 0,905 2 0,636

Hasil Signifikansi > 0,05

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan

Gambar 7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi


(5)

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode Haemaglutination Antibody (HA) Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan

Gambar 7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I


(6)

Dokumen yang terkait

Dampak Stres terhadap Jumlah Total Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit Darah Perifer pada Pengungsi Pasca banjir Bandang yang Menderita Penyakit Periodontal

0 6 12

Uji Imunomodulator Ekstrak Etanol Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Limfosit, Persentase Monosit Dan Kadar Interleukin-1β Pada Mencit BALB/c

1 10 170

Uji imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi dari jinten hitam (nigella sativa L.) terhadap total leukosit, jumlah limfosit dan monosit , serta interleukin-1β pada mencit BALB/C

2 34 119

PENGARUH CARA PEMBERIAN VAKSIN ND LIVE PADA BROILER TERHADAP TITER ANTIBODI, JUMLAH SEL DARAH MERAH DAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH

0 9 63

PENGARUH CARA PEMBERIAN VAKSIN ND LIVE PADA BROILER TERHADAP TITER ANTIBODI, JUMLAH SEL DARAH MERAH DAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH

2 28 58

PENGARUH DOSIS VAKSIN NEWCASTLE DISEASE INAKTIF PADA ITIK BETINA TERHADAP JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TITER ANTIBODI

0 6 53

Pengaruh Pemberian Kangkung dan Vitamin C tehadap Jumlah Leukosit, Rasio Heterofil/Limfosit dan Pertambahan Bobot BAdan Mandalung

0 6 53

Pengaruh Pemberian Protein Ransum Terhadap Jumlah Sel Limfosit pada Tikus Percobaan

1 6 12

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN LIMFOSIT PADA MENCIT Balb/C YANG DIINFEKSI Klebsiella pneumoniae

1 4 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP AKTIVITAS, KAPASITAS MAKROFAG DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT, LIMFOSIT, NEUTROFIL PADA MENCIT JANTAN GALUR BALBc SKRIPSI

0 0 16