48 Analisis Profitabilitas Usaha dan Nilai Tambah Produk Pada Usaha Keripik Singkong Geprek Di Kabupaten Bogor

51 Tabel 22 Perbandingan perhitungan profitabilitas dan degree of operating leverage keripik singkong geprek per ukuran kemasan per tahun No Ukuran Kemasan gram Keuntungan DOL 1 150 dan 75 26.1

2.3 2 130

28.3 2.2

3 500 25.2

2.3 4 20

4.1 9.1

Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa produk keripik singkong geprek Bapak Unandar yang memiliki tingkat keuntungan terbesar adalah pada ukuran 130 gram yaitu sebesar 28.3 persen. Akan tetapi nilai degree of operating leverage DOL terbesar adalah pada ukuran 20 gram yaitu sebesar 9.1. Nilai dari DOL tertinggi menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai peluang menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan produk yang lain apabila total penjualan produk di tingkatkan. Produk utama dari UKM Keripik Singkong Geprek adalah produk dengan ukuran kemasan 150 dan 75 gram, karena kedua produk tersebut memiliki tingkat penjualan terbesar per bulan. Keuntungan dari produk tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Perhitungan keuntungan UKM keripik singkong geprek ukuran 150 dan 75 gram per bulan No Uraian UKM Keripik Singkong Geprek 150 dan 75 gram 1 Total Biaya Variabel Rp 6 294154.223 2 Total Biaya Tetap Rp 5 195 682.044 3 Total Biaya Rp 11 489 836.27 4 Total Penerimaan Rp 15 540 000 5 Harga Produk Per Gram Rp 53.3 6 BEP UnitGram 163 737.5197 7 BEP Rupiah 8 732 667.719 8 MIR 59.5 9 MOS 43.8 10 Tingkat Keuntungan 26.1 1 11 J DOL 2.3 Pada Tabel 23 terlihat bahwa produk tersebut menghasilkan keuntungan sebesar 26.1 persen, itu artinya apabila produk dapat terjual habis maka keuntungan yang akan diperoleh pemilik usaha adalah sebesar 26.1 persen. Nilai degree of operating leverage adalah 2.3 kali, itu artinya apabila penjualan naik sebesar 10 persen pada penerimaan sebesar 15 540 000 rupiah, maka laba bersih akan mengalami kenaikan sebesar 23 persen. Berdasarkan perhitungan Keuntungan pengolahan keripik singkong Pathilo yang dilakukan di Desa Pandan dan Bulusari Kecamatan Siloghimo 52 Kabupaten Wonogiri yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka, Keuntungan yang dihasilkan untuk UKM keripik singkong geprek per bulan ini lebih rendah dibandingkan pengolahan Keripik Singkong Pathilo di Wonogiri. Hal tersebut ditunjukkan oleh Tabel 24. Tabel 24 Perbandingan keuntungan usaha UKM Keripik Singkong Geprek dan usaha Keripik Singkong Pathilo per bulan No Uraian UKM Keripik Singkong Geprek 150 dan 75 gram Pengolahan Usaha Keripik Singkong 1 Harga Produk Per Gram Rp 53.3 10 2 BEP Unit Gram 169 696.7476 131 869.59 3 Margin Income Ratio 59.5 55.7 4 Margin Of Safety 43.8 65.5 5 Tingkat Keuntungan 26.1 36.5 6 Degree Of Operating Leverage 2.3 1.5 Hasil perhitungan tingkat keuntungan dari penelitian Widyanti 2010. Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa usaha Pengolahan keripik singkong Pathilo lebih menguntungkan dibandingkan UKM Keripik Singkong Geprek. Hal tersebut karena ada beberapa hal yang menyebabkan usaha pengolahan keripik Pathilo lebih baik dibandingkan UKM Keripik Singkong Geprek. Margin of safety MOS yang diperoleh usaha pengolahan keripik pathilo lebih besar dibandingkan UKM Keripik Singkong Geprek yang membuat tingkat profitabilitas yang di peroleh pun besar. Hal tersebut karena MOS berpengaruh pada titik impas yang diperoleh. Semakin tinggi titik impas yang di peroleh maka akan semakin rendah MOS yang di dapat. Karena itu MOS pada usaha pengolahan keripik Pathilo lebih besar yaitu 65.5 persen dibandingkan usaha UKM Keripik Singkong Geprek sebesar 43.8 persen . Nilai DOL yang dimiliki UKM Keripik Singkong Geprek lebih kecil dibandingkan usaha pengolahan keripik singkong pathilo. Artinya, UKM Keripik Singkong Geprek memiliki peluang profit yang lebih besar jika usaha yang meningkatkan jumlah penerimaannya. Analisis Nilai Tambah Metode yang dapat digunakan untuk melihat perkiraan sejauh mana perubahan nilai suatu input yang diubah menjadi suatu output berupa produk yang menimbulkan nilai tambah yang dipengaruhi oleh teknologi dalam proses pengolahan disebut juga analisis nilai tambah. Faktor-faktor yang terkait dengan pengolahan diantaranya bahan baku dan tenaga kerja, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami et al.1987 dalam menganalisis nilai tambah. Analisis nilai tambah dari kegiatan pengolahan ubi kayu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pengolahan bahan baku utama ubi kayu menjadi produk keripik singkong geprek. Dasar perhitungan nilai tambah yang digunakan adalah per satuan bahan baku utama yang dalam hal ini adalah satu 53 kilogram ubi kayu. Hasil perhitungan nilai tambah pengolahan singkong menjadi keripik singkong pada kedua tahun dapat dilihat pada Tabel 25, sedangkan perhitungan komponen nilai tambah disajikan pada Lampiran 6. Tabel 25 Analisis nilai tambah produk keripik singkong geprek per tahun No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga 1 Output yang dihasilkan kgtahun 3 677 2 Bahan baku yang digunakan kgtahun 7 500 3 Tenaga kerja HOKtahun 2 212.5 4 Faktor konversi 12

0.49 5 Koefisien tenaga kerja 32

0.295 6 Harga Output Rpkg 52 911 7 Upah rata-rata tenaga kerja RpHOK 18 305 Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku Rpkg bahan baku 3 500 9 Sumbangan input lain Rp 15 427.5 10 Nilai output 4×6 Rp 25 940.5 11 a.Nilai tambah 10-9-8 Rp 7 013

b.Rasio nilai tambah 11a10×100 27

12 a.Imbalan tenaga kerja 5×7 Rp 5 400

b.Bagian tenaga kerja 12a11a×100 77

13 a.Keuntungan 11a-12a Rp 1 613

b.Tingkat keuntungan13a11a×100 Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi

23 14 Marjin 10-8Rpkg 22 440.5 a.Pendapatan tenaga kerja 12a14×100

24.1 b.Sumbangan input lain 914×100

68.7 c.Keuntungan Perusahaan 13a14×100

7.2 Bahan baku yasng diproduksi rata-rata 25 kilogram per hari atau 7 500 kilogram per tahun dengan hasil output 3 677 kilogram per tahun atau 12.26 kilogram per hari.Dari besaran output dan input bahan baku utama diperoleh nilai faktor konversi pada tahun 2014 dan 2015 yaitu sebesar 0.49 Artinya nilai faktor konversi sebesar 0.49 menunjukkan bahwa dari pengolahan satu kilogram ubi kayu segar akan menghasilkan sebanyak 0.49 kilogram keripik singkong . Bagi usaha Bapak Unandar, tenaga kerja yang dihitung adalah semua tenaga kerja yang berperan dalam proses produksi keripik singkong berjumlah 5 orang . Semua tenaga kerja masing-masing bekerja selama 8 jam perhari dengan total HOK per tahun 2 212.5. Koefisien tenaga kerja pada usaha ini sebesar 0.295HOK 1HOK=8 jam, yang berarti untuk mengolah satu kilogram bahan baku ubi kayu segar dibutuhkan waktu sebanyak 2.4 jam. Dalam satu tahun UKM Keripik ingkong geprek membutuhkan jumlah ubi kayu sebanyak25 kilogram ubi kayu per hari atau 7 500 kilogram per tahun, sehingga hargaoutput yang dihasilkan sebesar 52 991 rupiah per kilogram. Upah rata-rata tenaga kerja usaha keripik singkong Bapak Unandar sebesar 18 305 54 rupiah per HOK. Upah rata-rata yang diperoleh dari hasil penjumlah upah seluruh tenaga kerja dibagi dengan total HOK. Sumbangan input lain pada usaha Bapak Unandar sebesar 15 427.5 rupiah per kilogram output, diperoleh dengan membagi total input lain selain bahan baku utama per tahun dengan jumlah output per tahun. Perhitungan nilai tambah di peroleh dari selisih nilai output dengan harga bahan baku utama dan nilai sumbangan input lain per kilogram bahan baku utama. Nilai tambah usaha keripik singkong adalah7 013 rupiah per kilogram bahan baku utama, dengan rasio nilai tambah sebesar 27 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan mengolah ubi kayu menjadi keripik singkong untuk setiap 100 rupiah dari nilai output terdapat nilai tambah sebesar 27 rupiah. Rasio tenaga kerja merupakan persentase dari pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah.Imbalan tenaga kerja yang dikeluarkan Bapak Unandar sebesar 5 400 rupiah denganrasio tenaga kerja usaha Bapak Unandar sebesar 77 persen, artinya untuk setiap 100 rupiah dari nilai tambah maka sebesar 77 rupiah merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Keuntungan yang didapat dari pengolahan keripik singkong berdasarkan perhitungan nilai tambah sebesar 1 613 rupiah, dengan tingkat keuntungan sebesar 23 persenartinya untuk setiap 100 rupiah dari nilai tambah maka sebesar 23 rupiah merupakan bagian untuk keuntungan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa distribusi nilai tambah lebih besar kepada bagian tenaga kerja dibandingkan dengan keuntungan, dimana distribusi nilai tambah kepada bagian tenaga kerja sebesar 77 persen dan keuntungan 23 persen. Balas jasa pemilik faktor produksi terdiri atas pandapatan untuk tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan. Marjin disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi dalam menghasilkan output selain bahan baku utama. Nilai marjin di peroleh dari pengurangan nilai output dengan harga bahan baku utamanya. Marjin pada usaha Bapak Unandar sebesar 22 440.5 rupiah yang didistribusikan untuk masing-masing faktor yaitu 24.1 persen untuk pendapatan tenaga kerja , 68.7 persen untuk sumbangan input lain, dan 7.2 persen keuntungan perusahaan. Marjin yang didistribusikan lebih kepada sumbangan input lain perusahaan karena bagian terbesar bila dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja langsung dan keuntungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai tambah pengolahan singkong menjadi keripik singkong geprek adalah sebesar 7 013 rupiah per kg singkong yang digunakan.Sedangkan balas jasa terhadap faktor – faktor produksi atau margin adalah 22 440.5 rupiah per kg singkong.Jika periode produksi per hari menggunakan 25 kilogramsingkong maka dalam satu bulan kapasitas produksi UKM keripik singkong geprek adalah 625 kilogram singkong. Berdasarkan perhitungan per bulan, UKM keripik singkong gprek menerima nilai tambah dari proses produksi tersebut adalah sebesar 4 383 125 rupiah. Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian antara volume penggunaan bahan baku per bulan dengan nilai tambahnya. Sedangkan untuk margin, perusahaan menerima margin sebesar 14 025 312.5 rupiah yang merupakan hasil perhitungan dari 22 440.5 rupiah per kilogram dikalikan 625 kilogram. Berdasarkan perhitungan nilai tambah pengolahan keripik singkong yang dilakukan oleh anggota KUB Wanita Tani Makmur dan KUB Wanita Tani