Konsep Hubungan Manusia dan Alam Tentang Taman

a. Bangunan b. Gazebo rumah taman c. Kursi atau bangku taman. d. Kolam ikan e. Pagar taman f. Pergola perambat tanaman g. Fasilitas tempat sampah h. Air mancur taman i. Lampu taman Hard material berfungsi sebagai: a. Penambah suasana untuk meningkatkan nilai-nilai estetika atau keindahan b. Dapat membangkitkan jiwa seni seseorang c. Sebagai tempat untuk meningkatkan rasa kenyamanan, keamanan dan kenikmatan d. Menambah pengetahuan e. Sebagai tempat bertamasya, rekreasi atau objek wisata.

1.8 Konsep Hubungan Manusia dan Alam Tentang Taman

Ada dua konsep hubungan antara manusia dan alam mengenai taman, yaitu: 1. Konsep Barat. Berakar dari mitos Taman Firdaus telah membawa manusia pada pandangan “Hidup Manusia adalah Untuk Menguasai Alam”. Manusia mempunyai wewenang serta kekuasaan terhadap alam dan berhak berbuat apa saja terhadap alam. 2. Konsep Timur. Manusia hidup bersama dan bersatu dengan alam secara langsung. Menurut E.A. Gutkind dalam Laurie An Introduction To Landscape Architecture mencatat empat tahapan perubahan sikap manusia terhadap lingkungannya, yaitu: 1. Tahap pertama. Pola hubungan aku-engkau, yang ditandai dengan adanya rasa takut terhadap kekuatan-kekuatan alam yang tak terduga, disertai dengan keinginan untuk memperoleh perlindungan dan rasa aman. Manusia mempunyai hubungan langsung dengan lanskap tempat mereka bekerja dan bertempat tinggal. 2. Tahap kedua. Ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan diri yang membawa mereka lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan kebutuhan yang bermacam-macam. Pola hubungan aku-engkau masih dipertahankan manusia bekerja secara bersama dengan alam dan didasarkan pengertian mereka terhadap proses alam. Lanskap Arsitektur Landskap 10 dipandang sebagai sumber daya dan hasil panen setiap tahun sangat bergantung pada pengolahan dan pemeliharaan. 3. Tahap ketiga. Adalah situasi masyarakat berteknologi maju. Tahap ini merupakan tahap penyerbuan dan penaklukan. Penyesuaian yang dilakukan pada tahap kedua berubah menjadi eksploitasi dan pemborosan sumber daya alam. Hubungan dengan alam berubah menjadi aku-dia, yang ditandai dengan pemujaan terhadap benda buatan manusia dan perluasan. Pada wilayah perkotaan dilakukan penggundulan hutan daerah pedalaman, penggalian bahan mineral dan pencemaran sungai. Hal ini melemahkan kesadaran akan hubungan total manusia dan alam. 4. Tahap keempat. Terletak pada masa depan perencanaan dan pencerahan tentang masa depan. Sikap aku-dia tampak berubah menjadi pengertian yang diperbaharui kepada pemahaman cara kerja alam yang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan. Sikap yang baru ini bergantung kepada pengetahuan ekologi serta konservasi terhadap sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

1.9 Taman dan Periode Historis