Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri Terhadap Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA PUTRI TERHADAP HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI
DI SMA CAHAYA MEDAN 2015
SKRIPSI
Oleh :
DOMINIKA MALAU NIM. 121021061
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Putri Terhadap Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015”.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman.MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Erna Mutiara, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademi.
4. Ibu Namora Lumongga Lubis,Msc,Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan.
5. Bapak Drs.Tukiman.MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan.
6. Bapak Dr.Drs.R.Kintoko.R, MKM, dan Ibu Maya Fitria, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan.
7. Seluruh dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen dan staf di Departemen Kependudukan dan
(4)
8. Ibu Sr. Ludovika, S.Psi selaku Kepala Sekolah SMA CAHAYA Medan beserta Staf yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Alm.Ayahanda Kristen Malau dan Ibunda Marnur Nababan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moral maupun material. Kakak, Gokma, Lasma, Berna, kaicha, abang Martua, Adik saya yang tersayang Romasta, dan kakak ipar , serta seluruh keluarga besar yang turut memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis.
10.Abang Indra yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
11.Teman-teman terbaik dan seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan PKIP Patima Sijabat, Vina Rahayu, Nia Maharani, Yudha Juwita, Petronella, Meilin, Hesti Lestari, Tri Desfi rahayu, Melda hayani
12.Teman sekaligus adik Nurlela yang memberikan semangat, dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan motivasinya selama ini
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2015 Penulis,
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dominika Malau
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Pertahanan / 23 Februari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Anak ke : 6 dari 7 bersaudara Status Pernikahan : Belum Menikah Nama Ayah : Kristen Malau Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : Marnur Nababan
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba Riwayat Pendidikan
1. SD/ Tamat tahun : SD Negeri 010024 Kp. Pertahanan / 2003 2. SLTP/ Tamat tahun : SLTP Negeri 2 Sei Kepayang / 2006 3. SMA/ Tamat tahun : SMK Negeri 1 Kisaran / 2009
4. Akademi/ Tamat tahun : Akademi Kebidanan Sehati Medan/ 2012 5. Lama Studi di FKM USU: 2012-2015
(6)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...v
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perilaku ... 6
2.2 Domain Perilaku... 8
2.2.1 Determinan Perubahan Perilaku ... 15
2.2.2 Cara Mengukur Indikator Perilaku ... 21
2.3 Remaja... 22
2.3.1 Pengertian ... 22
2.3.2 Perkembangan Remaja Dan Ciri-Cirinya ... 24
2.3.3 Perkembangan Organ Reproduksi Remaja Perempuan ... 24
2.3.4 Masa Transisi Remaja ... 25
2.4 Organ Reproduksi Remaja... 27
2.4.1 Organ Genetalia Eksterna...27
2.4.2 Organ Genetalia Interna... 27
2.5 Menarche Dan Menstruasi ... 28
2.5.1 Pengertian ... 28
2.5.2 Usia Menarche ... 29
2.6 Menstruasi ... 30
2.6.1 Pengertian ... 30
2.6.2 Durasi Perdarahan Menstruasi ... 31
2.7 Hygiene ... 32
2.7.1 Pengertian ... 32
2.7.2 Hygiene Alat Kelamin Wanita ... 34
2.7.3 Keluhan Disekitar Organ Reproduksi ... 38
2.8 Personal Hygiene Saat Menstruasi ... 39
2.8.1 Tujuan ... 39
(7)
2.8.3 Langkah-Langkah Melakukan Personal Hygiene Yang Benar
Pada Daerah Kewanitaan Antara Lain ... 40
2.9 Kerangka Pikir ... ... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penilitian ... 42
3.2 Desain Penelitian ... 42
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 43
3.3.1 Lokasi Penelitian ... 43
3.3.2 Waktu Penelitian... 44
3.4 Sumber Data ... 44
3.5 Fokus Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 44
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.7 Teknik Analisa Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
4.2 Matriks Pengetahuan Informan ... 47
4.2.1 Pengetahuan Informan... 47
4.2.2 Sikap Informan ... 49
4.2.3 Tindakan Informan ... 51
4.2.4 Faktor Penguat Teman ... 54
4.2.5 Orang Tua (Ibu)... 55
4.2.6 Petugas Kesehatan ... 58
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Informan ... 60
5.2 Aspek Pengetahuan... 61
5.3 Aspek Sikap ... 63
5.4 Aspek Tindakan ... 65
5.5 Aspek Penguat (Teman) ... 69
5.6 Aspek Penguat (Orang Tua/Ibu) ... 70
5.7 Aspek Penguat ( Petugas Kesehatan) ... 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kempulan ... ... 76
6.2 Saran ... ... 76 DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, sepertiganya adalah remaja umur 10-19 tahun. (Maesaroh, 2010). Di Indonesia ada sekitar 60.861.350 remaja berusia 10-24 tahun atau sekitar 30,2% dari total penduduk Indonesia (Widyastuti, 2009). Namun tidak semua remaja di Indonesia menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Pada saat inilah dalam kehidupan remaja diperlukan perhatian khusus agar mereka mempunyai pengetahuan yang baik tentang perubahan yang dialaminya, sehingga diharapkan mereka mempunyai perilaku yang baik terhadap kesehatan reproduksinya, khususnya pada saat menstruasi.
Menarche merupakan menstruasi pertama perempuan dimana cairan darah keluar dari alat kelamin wanita yang berasal dari luruhnya lapisan dinding dalam rahim (endometrium) (Pudiastuti, 2012). Usia menarche ini umumnya terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Santrock, 2003). Pulungan (2009) juga mengatakan bahwa usia menarche remaja putri berkisar pada usia termuda 8 tahun dan usia tertua adalah 14 tahun. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(9)
(RisKesDas, 2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Uraian tersebut menunjukkan bahwa menarche terjadi lebih dari dimana anak perempuan mengalami menstruasi pertama pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Manuaba, 2004).
Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya dinding rahim (endometrium) yang mengandung pembuluh darah karena sel telur (ovum) tidak dibuahi (Pudiastuti, 2012). Pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi ketika menstruasi karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Kusmiran, 2012). Infeksi ini biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans,
Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis yang dapat menyebabkan gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih. Adapun infeksi tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%), Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%) (Davey, 2005). Bohl (2005) menyatakan bahwa di Amerika dari 160 responden 100% pernah mengalami pruritus vulva, 90% pruritus vulvae akut (berlangsung detik sampai minggu) dan 10% mengalami pruritus vulvae kronis (berlangsung lama).
Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah pruritus vulva yaitu ditandai adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan (Misery, 2010). Selain itu, terjadi iritasi pada vagina akibat bahan kimia atau fisik (seperti sabun, spermisida, pembalut, dan lain-lain), alergi dan dermatitis kontak serta adanya penyebab lain seperti polip servikalis/neoplasma (Davey, 2005). Pruritus
(10)
vulvae kronis tersebut disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus yang muncul karena buruknya personal hygiene dan hygiene menstruasi (44%), karena alergi dari pembalut kewanitaan (30%) serta karena kelainan patologik pada vulva (26%).
Ketidak adekuatan hygiene merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker vulva (Davey, 2005). Selain itu, masalah hygiene juga merupakan faktor risiko terjadinya infertilitas sekunder pada wanita. Masalah hygiene ini meliputi penggunaan pembalut yang tidak hygiene saat menstruasi dimana remaja menggunakan kain yang dipakai ulang setelah dikeringkan, bahkan mereka mengeringkannya ditempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari. Tindakan ini berisiko terhadap tumbuhnya mikroba dan larva serangga sehingga mengakibatkan vagina berbau busuk atau terjadi keputihan (Ali, 2007).
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita adalah dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan vagina menggunakan air yang bersih dan membersihkannya dari depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) untuk mencegah kotoran/bakteri dari anus masuk ke vagina serta mengganti pembalut sesering mungkin setelah penuh atau tidak lebih dari 6 jam (Kusmiran, 2012).
Hasil penelitian Panda (2013), menunjukkan bahwa pada 50 kasus pada penderita lekore (keputihan) terdapat 26 kasus (52%) terjadi infeksi oleh Candida, 3 kasus (6%) oleh Trichomonas vaginalis, dan infeksi oleh keduanya adalah 4 kasus (8%). Penelitian ini menunjukkan bahwa Candida albicans merupakan spesies Candida yang paling sering menyebabkan keputihan. Infeksi dan masalah
(11)
vagina diatas dipengaruhi oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit (Pudiastuti, 2012).
Hasil penelitian Indah (2012), menunjukkan bahwa remaja putri di SMAN 1 Ngimbang Lamongan 100% pernah mengalami pruritus vulvae saat menstruasi, yaitu 12 orang (15,2%) mengalami pruritus vulvae setiap hari selama menstruasi dan 67 orang (84,8%) merasakan pruritus vulvae namun tidak setiap hari selama menstruasi.
Hasil penelitian Puspitaningrum (2012), menyatakan bahwa sebanyak 66% responden memiliki praktik kurang dalam perawatan organ genitalia eksternalnya dan 34% memiliki praktik baik dalam perawatan organ genital eksternalnya.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada remaja putri SMA CAHAYA Medan didapatkan 47 siswa putri dari kelas 1 SMA dibagi 3 ruangan (ruangan 1A terdapat 15 siswa putri, 1B terdapat 16 siswa putri, 1C terdapat 16 siswa putri). Sekitar 2 remaja putri menganti pembalut sebanyak 1 kali perhari dan tidak menggantinya setelah buang air besar maupun buang air kecil, 1 remaja putri tidak mengeringkan vagina dengan tisu atau handuk kering setelah membersihkan vagina, serta 4 remaja putri mengalami gatal-gatal saat menstruasi.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri terhadap hygiene pada saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
(12)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Remaja Putri terhadap Hygiene pada saat Menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor predisposisi (pengetahuan, dan sikap) remaja putri terhadap hygiene pada saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui faktor penguat (teman, orang tua, dan petugas kesehatan) remaja putri terhadap tindakan hygiene pada saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui tindakan remaja putri terhadap hygiene pada saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang hygiene pada saat menstruasi pada remaja putri.
3. Sebagai informasi bagi para remaja putri di SMA CAHAYA tentang hygiene menstruasi.
(13)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya, cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau menangis.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh
(14)
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka orang tersebut melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.
Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar. Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah. Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik. Berikut adalah teori S-O-R :
(15)
Bagan 2.1. Teori Stimulus Organisme Respon.
2.2 Domain Perilaku
Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang bersangkutan.
Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang. Stimulus Organisme
Respon Tertutup : Pengetahuan
Sikap
Respon Terbuka : Praktik/Tindakan
(16)
Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
2. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :
a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus
c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.
d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru
e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu
(17)
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi. Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
b) Informasi/ media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar.
c) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
(18)
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh seiap individu.
e) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengelaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
(19)
Adapun tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu recall (mengingat kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. orang yang paham terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (nyata). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip pemecahan masalah.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitanya
(20)
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya, membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
5. Indikator pengetahuan kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan tertulis atau angket/kuesioner. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu tentang cara-cara mencegah penyakit
(21)
demam berdarah atau berapa persen responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
a) Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).
b) Tindakan/praktik
Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka. Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku ini bisa secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
(22)
2.2.1 Determinan Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Beberapa teori mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green.
Dalam teorinya mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat, dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
a. Faktor perilaku (behaviour causes)
b. Faktor diluar perilaku (non-behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoadmodjo, 2003) yaitu :
a. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya; posyandu, puskesmas, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
(23)
c. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya (Notoatmodjo, 2010).
Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors), Menurut Green (1980) faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan, sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor, pimpinan serikat buruh dan keluarga. Faktor – faktor pendorong meliputi faktor teman, orang tua, dan petugas kesehatan.
1. Teman
Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan antara sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group) merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Menurut Andi Mappiare (1982) “kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya”. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993) “kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya”. Menurut St.Vembriarto (1993) ada beberapa pokok dalam pengertian teman sebaya:
(24)
1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara anggotanya intim.
2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok remaja.
Perkembangan teman sebaya dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting dalam masa-masa remaja. Pada kelompok teman sebaya untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Jalinan yang kuat itu terbentuk norma, niali-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan dengan apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Remaja dalam bergaul dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati.
2. Orang tua
Kedekatan anak dengan orangtuanya pada beberapa menit pertama dan beberapa jam setelah lahir, secara meyakinkan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak tersebut. Komunikasi antara anak dan orangtua terbentuk saat orangtua mengendong bayinya dengan lembut dan penuh cinta. Dalam gendongan orangtua, anak merasakan rasa aman seperti yang dirasakannya selama di dalam kandungan.
(25)
Pada usia 2 tahun terjadi proses identifikasi yaitu proses mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan pandangannya sendiri. Anak akan melakukan segala sesuatu dengan cara menirunya. Orangtua akan menjadi contoh dan panutan untuk ditiru. Tugas sebagai panutan ini akan lebih sulit jika orangtua mengawalinya dengan cara yang keliru sehingga perlu menghabiskan waktu untuk mengoreksi kesalahan tersebut di saat anak sudah terlanjur terikat dengan perilakunya. Oleh karena itu, pada masa ini perlu ketegasan orangtua untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Usia ini adalah saat paling baik untuk mulai mengajarkan anak menggunakan sikat gigi.
Orangtua sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ayah mempunyai peran yang besar dalam keluarga yaitu sebagai pencari nafkah bagi keluarga, bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan materil, namun juga kebutuhan psikologi. Ibu juga mempunyai peran yang besar dalam merawat anak terutama karena ibu lebih banyak menghabiskan waktu bersama anaknya.
Ayah, seperti yang dikatakan ahli World Health Organization, menyatakan bahwa perawatan anak adalah hal yang sama pentingnya dengan pekerjaannya. Seorang ayah harus aktif dan setara dalam memberikan kontribusi ke semua aspek rumah tangga dan perawatan anak. Sering kali, ayah menunda untuk merawat anaknya sampai anaknya tumbuh lebih besar. Jika seperti ini maka ayah kehilangan waktu berharga bersama anaknya dan istri menjadi ahli mengurus anak sementara ayahnya masih berencana menunda “fathering” (peran ayah).
(26)
Ayah mungkin tidak akan merawat anak seperti yang dilakukan ibu, namun ayah tetap dapat ikut ambil bagian dalam merawat dan mengikuti tumbuh kembang anak. Peran ayah dalam merawat anak dapat apa saja, misalnya dengan menemani anak bermain, mengawasi anak melakukan sesuatu hal baru, menyediakan kebutuhan-kebutuhan anak, mengobati ketika anak terluka atau sakit, dan sebagainya.
Dalam merawat anaknya orangtua harus memperhatikan pemeliharaan kesehatan anak. Dalam memelihara kesehatan anak, orangtua perlu pengetahuan tentang kesehatan anak sehingga dapat membantunya menghadapi berbagai kemungkinan gejala yang akan timbul pada anaknya.
Untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, orangtua perlu mengetahui berbagai hal tentang kesehatan gigi dan mulut. Dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut orangtua perlu mengajari anaknya cara menyikat gigi sedini mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi adalah usia 2 tahun. Setelah anak diajarkan untuk menyikat gigi sebaiknya orangtua mengawasi anak ketika menyikat giginya apakah sudah dibersihkan dengan baik dan benar. Untuk menyikat gigi, orangtua harus menyediakan sikat gigi yang sesuai ukurannya dengan anak dan pasta gigi yang mengandung fluoride. Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi pun sebaiknya diberikan kepada anak, seberapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, menyikat gigi dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi hari sebelum sarapan dan sebelum tidur malam, dan memberitahukan kepada anak tentang makanan-makanan yang dapat merusak gigi dan apa tindakan atau upaya orangtua dalam menyiasati agar anak tidak
(27)
terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan tersebut, dan membiasakan anak untuk menyukai sayuran dan buah-buahan untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak. Orangtua perlu membawa anak ke dokter gigi untuk memeriksa gigi dan mulut anak sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun, dan bukan membawa anak ke dokter gigi hanya karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi secara rutin, 6 bulan sekali untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan gigi dan merawatnya jika diperlukan. Orangtua juga harus dapat aktif memeriksa gigi dan mulut anak misalnya melihat adanya gigi yang berlubang, karang gigi, gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh berlapis, gigi berjejal, dan lainnya).
3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).
Dukungan petugas kesehatan (petugas imunisasi) merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas imunisasi) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui. Petugas kesehatan akan mendukung perilaku ibu untuk melakukan upaya kesehatan (mengimunisasikan anaknya) melalui keterampilan komunikasi dan ada kecenderungan bahwa upaya-upaya petugas kesehatan memperkuat ibu dengan memberikan pujian, dorongan dan diskusi atau dengan menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya (Graeff, 1996).
(28)
Petugas kesehatan yang berperan memberikan dukungan informatif kepada ibu tentang imunisasi dianjur kan mengikuti tata cara pemberian sebagai berikut :
a. Memeberitahu secara rinci risiko imunisasi dan risiko apabila tidak diimunisasi.
b. Memeriksa kembali persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapakan.
c. Membaca dengan teliti informasi prosuk vaksin yang akan diberikan dan dapatkan persetujuan orangtua.
d. Meninjau kembali apakah ada kontra indikasi.
e. Memeriksa identitas klien dan berikan antipiretik bila perlu.
f. Memeriksa jenis dan keadaan vaksin serta yakinkan penyimpanannya baik. g. Menyakinkan vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan bila perlu
tawarkan juga vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal. h. Memberikan vaksin dengan teknik yang benar.
i. Setelah pemberian vaksin, menjelaskan apa yang harus dialakukan apabila ada reaksi ikutan, membuat laporan imunisasi kepada instansi terkait, memeriksa status imunisasi keluarga dan bila perlu menawarkan vaksinasi untuk mengekar ketinggalan (Muslihatun, 2010).
2.2.2 Cara Mengukur Indikator Perilaku
Cara mengukur pengetahuan dan sikap adalah dengan wawancara, baik terstruktur maupun wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion), khusus untuk penelitian kualitatif. Namun untuk memperoleh
(29)
data tindakan atau perilaku adalah dengan metode langsung yaitu observasi, atau metode tidak langsung yaitu pendekatan recall melalui wawancara dengan mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan responden beberapa waktu lalu (Maulana, 2009). Sinamora (2008) menjelaskan bahwa ada tiga kategori tentang pengukuran perilaku, yaitu :
1. Kategori 1 : “What the people do” (mengamati apa yang dilakukan
individu yaitu dengan pancaindra, kamera, dan handycam).
2. Kategori 2 : “ What the people say” (mengamati apa yang dikatakan
individu) yaitu dengan wawancara yang merupakan metode pengukuran yang tepat. Instrumen yang dipakai adalah wawancara yatu dengan kuesioner maupun pedoman wawancara.
3. Kategori 3 : mengukur psikologis yang ditunjukkan oleh sistem syaraf yaitu dengan peralatan laboratorium.
Namun, harus diakui bahwa alat ukur yang banyak digunakan dalam mengukur perilaku adalah kuesioner.
2.3 Remaja 2.3.1 Pengertian
Remaja adalah bila seorang anak perempuan berusia 13-19 tahun (Wong, 2009). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah bila anak perempuan atau laki-laki telah mencapai usia 10-19 tahun. Sedangkan Pendidikan Nasional dalam Soetjiningsih (2007) mengatakan bahwa anak dianggap remaja
(30)
bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
Effendi dan Makhfudli (2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Adapun salah satu perubahannya adalah perubahan fisik akibat adanya pacu tumbuh (growth spurl). Pada pacu tumbuh ini timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007).
Masa praremaja terjadi lebih cepat daripada masa prasekolah. Masa praremaja adalah masa terjadinya pacu tumbuh adolesen yaitu pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan. Selain itu, adanya pertumbuhan alat kelamin dan tanda-tanda sekunder (Soetjiningsih, 2007) serta perubahan-perubahan pada tulang dan otot-otot yang menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar dan organ tubuh menjadi lebih sempurna (Berk, 1989 dalam Ali, 2010).
Pertumbuhan somatik di atas melibatkan endokrin dan sistem tulang. Hormon yang berperan dalam pacu tumbuh tersebut adalah growth hormon, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid, paratiroid, dan kalsitonin. Hormon-hormon ini mempercepat menstruasi jika berlebihan dan memperlambat menstruasi jika mengalami defisiensi (Soetjiningsih, 2007).
(31)
2.3.2 Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja, Pinem (2009) membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain merasa ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, dan mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai ciri jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri.
2.3.3 Perkembangan Organ Reproduksi Remaja Perempuan
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genital, dimana pertumbuhannya lambat pada anak dan sangat cepat pada masa pacu tumbuh remaja. Perkembangan seksual ini terjadi pada dua periode singkat yaitu perkembangan seksual primer pada embrio dan adanya karakteristik sekunder selama pubertas. Hal ini merupakan respon terhadap hormon gonadrotopin kelenjar hipofisis (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Pada masa pubertas inilah muncul karakteristik sekunder, yaitu pertumbuhan kuncup payudara (10-11 tahun). Diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis 6-12 bulan. Kemudian, dan setelah 2-2,5 tahun baru mengalami
(32)
menarche. Rata-rata menarche terjadi pada umur 10,5-15,5 tahun. Namun, hal ini bervariasi tergantung pada kecepatan pertumbuhan kuncup payudara, rambut pubis serta menstruasi genitalia interna maupun eksterna. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seks sekunder tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu (Behrman, 2000; Soetjiningsih, 2007).
Warne GL dalam Soetjiningsih (2007) membuat Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) menghubungkan antara pertumbuhan dan stadium pubertas pada perempuan.
2.3.4 Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Menurut Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2012), masa transisi tersebut adalah :
a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan tubuh
Pada masa ini juga kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dimana bentuk tubuh sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja sering tampak gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih, dan marah. Namun disisi lain tekadang tertawa dan gembira.
(33)
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar keluarga. Remaja lebih cenderung bergaul dengan teman sebaya. Pergaulan dengan sebayanya termasuk upaya remaja untuk bersikap mandiri, baik mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang tertentu. Ketika kondisinya tidak sesuai maka dapat menyebabkan kebingungan peran.
d. Transisi dalam nilai-nilai normal
Remaja mulai meninggalkan nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai mengukur nilai-nilai-nilai-nilai yang diterima pada waktu ia masih kanak-kanak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam kognitif (pemahaman)
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Daya kemampuan berpikir remaja ini berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk menambah rasa percaya dirinya. Pada masa perkembangan ini, pikiran anak telah membentuk gambaran mental dan mampu menyelesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikiran yang abstrak (Hidayat, 2008).
(34)
2.4 Organ Reproduksi Wanita 2.4.1 Organ Genitalia Eksterna
Organ genitalia eksterna meliputi : Mons veneris (bagian yang menonjol di atas sinfisis dimana pada orang dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan), Labia mayora (bibir besar yang terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah), Labia minora (suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar),
Klitoris yang bersifat erektil yang terletak tepat di bawah arkus pubis yang ketika terangsang glans dan korpus klitoridis membesar karena mengandung banyak pembuluh darah, Vestibulum (vulva berbentuk lonjong ini memanjang dari depan ke belakang, Bulbus vestibuli (bagian yang terletak di bawah selaput lendir vulva yang mengandung banyak pembuluh darah, Introitus vagina (dapat dilihat jika bibir kecil dibuka karena ditutupi oleh himen atau selaput darah), Perineum
(terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit, panjangnya kira-kira 4 cm).
2.4.2 Organ Genitalia Interna
Organ genitalia interna meliputi : Vagina (liang kemaluan yang ditemukan setelah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus. Cairan vagina sedikit asam dan berasal dari bagian genitalia bawah. Interaksi laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman (pH 4,5). Apabila pH meningkat di atas 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina), Uterus (organ yang berdinding tebal, muskuler dan pipih dan tampak seperti buah peer terbalik), Tuba fallopi, Ovarium (ovarium terdiri dari korteks bagian luar dan medula pada bagian dalam). Fungsi utama ovarium adalah
(35)
menyelenggarakan ovulasi dan menghasilkan hormon seks steroid (estrogen, progesteron, androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal. Selama usia subur, umumnya setiap bulan satu atau lebih ovum matur dilepaskan. Ketika ovum dibuahi maka terjadi kehamilan, namun jika tidak dibuahi maka endometrium luruh dan disebut sebagai menstruasi) (Pinem, 2009).
2.5 Menarche dan Menstruasi 2.5.1 Pengertian Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun (Manuaba, 2007). Mekanisme menarche belum diketahui, namun hal inii berhubungan dengan menstruasi hipotalamus dan spesifik dipicu oleh pembentukkan lemak dengan presentasi 17% dan BB 48 kg (Dickason,Silverman, Kaplan, 1997). Santrock (2003) menjelaskan bahwa
menarche juga dapat dipengaruhi oleh mutu makanan, kesehatan, genetik dan massa tubuh.
Menarche merupakan ciri suatu kedewasaan seorang wanita. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon esterogen. Esterogen merangsang pertumbuhan payudara dan seks sekunder lainnya, diantaranya pertumbuhan rambut pubis, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva dan perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan esterogen yang cukup
(36)
lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche (Manuaba, 2007).
Sebagian besar menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi, sehingga memberikan kesempatan yang cukup tanda-tanda seks sekunder untuk mencapai kematangan seksual. Namun, menstruasi yang seseungguhnya diikuti oleh ovulasi yang sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun (Manuaba, 2007).
2.5.2 Usia Menarche
Usia menarche berbeda-beda setiap individu. Sejak sekitar 150 tahun yang lalu, usia menarche mengalami pergeseran ke arah yang lebih muda. Rata-rata usia menarche di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 4 bulan tiap dekade. Sehingga sekitar tahun 2003 menarche terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Eveleth dalam Santrock, 2003). Pulungan (2009) menjelaskan bahwa usia
menarche terjadi pada usia termuda 8 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Manuaba (2007) menarche terjadi sekitar umur 10-11 tahun. Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Begitu juga yang telah ditetapkan oleh para ulama bahwa usia menstruasi pertama wanita terjadi pada usia 9 tahun (Fuad, 2007). Usia tersebut masuk dalam kategori remaja awal dan dengan usia 11-12 pada siswi sekolah dasar merupakan siswa yang berada pada kelas tinggi atau antara kelas 4 sampai 6 (Yusuf, 2012).
(37)
2.6 Menstruasi 2.6.1 Pengertian
Menstruasi (haid) artinya mengalirkan sesuatu, namun dalam syariat agama menstruasi merupakan darah yang keluar dari rahim seorang perempuan secara alami, tanpa sebab apapun di waktu-waktu yang sudah dimaklumi (Al-Utsaimin, 2009). Cummingham (2006) menyatakan bahwa menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala sebagai tanda bahwa alat kandungan telah memenuhi faalnya. Menstruasi terjadi dalam interval-interval yang teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mendapatkan intervensi farmakologis.
Siklus menstruasi terjadi karena suatu interaksi yang kompleks antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Proses ini memerlukan komunikasi nyata antara organ target yang terlibat yang diregulasi oleh fluktuasi hormon utama reproduksi, yaitu : FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), estradiol, dan progesteron. Siklus haid (menstruasi) ini terbagi menjadi dua fase utama, yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler berawal pada hari pertama terjadinya haid, ditandai dengan tingginya kadar FSH dan rendahnya LH, estradiol, dan progesteron. Peningkatan FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel dan proliferasi endometrium. Seiring berlangsungnya proses maturasi folikel pada fase folikuler akhir, kadar estradiol meningkat tajam sehingga memicu sekresi LH. LH ini menginduksi proses ovulasi dimana terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Fase luteal siklus haid ini ditandai
(38)
dengan terbentuknya korpus luteum dibawah stimulasi LH, sebagai hasil leutinisasi sel-sel folikel yang pecah saat ovulasi. Korpus luteum ini menghasilkan progesteron (dalam jumlah besar) dan estradiol (dalam jumlah moderat). Pada permulaan fase ini terjadi penurunan estradiol, kemudian estradiol meningkat lagi seiring peningkatan progesteron pada sebagaimana permulaan fase folikuler. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum mengalami degenerasi, progesteron dan estradiol menurun menyebabkan peluruhan endometrium yang dikenal sebagai menstruasi (Suparman dan Ivan, 2012).
2.6.2 Durasi Perdarahan Menstruasi
Kondisi fisik seorang wanita tidak sama. Hal ini mempengaruhi kinerja organ-organ kewanitaannya, terutama saat mereka mengalami menstruasi. Lama keluarnya darah menstruasi berbeda antara wanita satu dengan yang lain. Menurut Fuad (2007) dalam syari’at Islam dijelaskan bahwa darah haid keluar paling sedikit selama 3 hari 3 malam, sebanyak-banyaknya adalah 15 hari serta yang sedang adalah 5 hari. Sebagaimana halnya dengan Cummingham (2006) bahwa durasi menstruasi paling sering adalah 4 sampai 6 hari. Dalam hal ini bukan berarti harus keluar terus-menerus tanpa henti, namun bila darah terasa keluar, sesudah itu reda, kemudian keluar lagi maka semuanya dianggap haid (Fuad, 2007).
(39)
2.7 Hygiene 2.7.1 Pengertian
Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan kesehatan (Potter & Perry, 2006). Sedangkan menurut WHO (2013) hygiene merupakan kondisi dan praktik untuk mempertahankan kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit, meningkatkan derajat kesehatan individu, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Purnawijayanti, 2006).
Menurut Potter & Perry (2006), sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Citra Tubuh
Penampilan seseorang menggambarkan hygiene individu tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah dan mempengaruhi cara seseorang mempertahankan hygiene.
b. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial merupakan wadah seseorang untuk berhubungan sehingga mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air yang mengalir juga mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana kondisi
(40)
hygiene setiap harinya. Seperti tersedianya alat kesehatan mandi dan kosmetik yang bisa digunakan setiap hari serta alat-alat untuk membantu memelihara hygiene secara aman.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Walaupun demikian, pengetahuan saja tidak cukup. Individu juga harus memotivasi diri untuk memelihara perawatan diri. Sehingga praktik hygiene ini akan mengurangi risiko kesehatan dengan memotivasi diri untuk selalu menjaga hygiene dirinya.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula.
f. Kebiasaan
Setiap orang memiliki keinginan untuk menentukan kapan ia mandi, mencukur rambut, melakukan perawatan rambut dan sebagainya. Individu memiliki keinginan tersendiri terhadap alat kesehatan, dan cara melakukan hygienenya. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam melakukan hygiene pada dirinya.
g. Kondisi Fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu seringkali mengalami kekurangan energi fisik untuk melakukan hygiene. Sehingga ketika seseorang
(41)
mengalami penyakit seperti operasi, maka ia tidak memiliki daya untuk melakukan hygiene dirinya.
Hygiene merupakan tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Hygiene sangat penting dilakukan saat mengalami menstruasi, karena saat menstruasi tubuh mengeluarkan keringat dan minyak secara berlebih dan vagina rentan sekali terkena infeksi (Kusmiran, 2012).
2.7.2 Hygiene Alat Kelamin Wanita
Kesehatan organ reproduksi penting untuk dijaga agar fertilitas tetap terjaga sehingga mampu menghasilkan keturunan. Saat menstruasi tubuh cenderung memproduksi lebih banyak keringat, minyak dan cairan tubuh lainnya. Sehingga seorang wanita harus tetap menjaga kebersihan dirinya terutama menjaga organ reproduksi wanita yaitu kesehatan vagina (Kusmiran, 2012).
Bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti di daerah alat kelamin merupakan bagian yang paling penting. Ketika tubuh mengeluarkan banyak keringat maka bagian ini cenderung lembab dan mikroorganisme jahat seperti jamur mudah berkembang biak yang akhirnya dapat menimbulkan infeksi. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya wanita yang mengalami keputihan dan gatal-gatal di vagina akibat adanya infeksi jamur dan bakteri (Pudiastuti, 2012).
Davey (2005) menyatakan bahwa infeksi vagina biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan
Gardnerella vaginalis. Infeksi vagina yang tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%). Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%).
(42)
Keputihan juga sering terjadi pada wanita dan disebabkan oleh Candida dan
Trichomonas vaginalis, namun Candida albicans adalah jamur yang paling sering menyebabkan keputihan tersebut (Panda, 2013).
Adapun menurut cara memelihara organ reproduksi remaja perempuan adalah sebagai berikut :
a. Saat menstruasi, wanita lebih berkeringat dibanding dengan hari-hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang bersih dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana Lawan, Yusuf, & Musa (2010), menyatakan bahwa remaja putri sebagai respondennya menyatakan bahwa mereka menambah frekuensi mandinya saat menstruasi sebanyak 3-4 kali per hari.
b. Membersihkan bebas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara teratur dengan air bersih, lebih baik air hangat, dan sabun lembut dengan kadar soda rendah terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina dan berisiko menimbulkan infeksi. Setelah dibersihkan, vagina dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tisu kering supaya vagina tidak lembab.
c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (douching). Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme
(43)
alami untuk mempertahankan keasamannya yaitu adanya kuman Doderlin yang hidup di vagina dan berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana masam yang mampu mencegah bakteri masuk ke dalam vagina. Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri tersebut dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.
d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan. Bahkan celana dalam yang baik harus menyerap keringat seperti katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi juga sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih. e. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor.
Pemakian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan diganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah. Hal ini dikarenakan pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti. Penelitian Lee et al (2006) menjelaskan bahwa dari seluruh responden yaitu remaja putri di Malaysia terdapat 70,8% menggunakan pembalut ≤ 4 pembalut per hari karena jumlah darah yang keluar sedikit, 17,6% menggunakan 2 pembalut dalam satu kali pemakaian karena keluarnya darah sangat banyak, dan 11,1%
(44)
menggunakan pembalut 5-10 pembalut per hari karena jumlah darahnya sedang.
f. Menggunakan pembalut (sanitary pad) yang siap pakai, bukan pembalut kain, karena dikhawatirkan pembalut kain tersebut kurang hygiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti mengeringkan di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang menyebabkan vagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).
g. Selain itu, membuang pembalut bekas dengan dibungkus kertas kemudian dibuang ke tempat sampah (Nada, 2007). Adapun penelitian Lawan, Yusuf, & Musa (2010) menyatakan bahwa remaja membuang pembalut bekas di limbah rumah tangga (71,2%), pembakaran (24,3%), penguburan (4,3%) dan disiram di toilet (0,3%). Sebagaimana penelitian Dasgupta dan Sarkar (2008), menjelaskan bahwa sebesar 92 responden (57,5%) remaja membuang dengan benar pembalut/potongan kain yang digunakan dengan membungkusnya dengan sebuah kantong kertas dan dibuang di tempat pembuangan limbah padat. Penelitian ini juga sejalan dengan Thakre (2011) bahwa responden membungkus pembalut dengan di limbah padat atau membakarnya. Sebanyak 52,20% respondennya membuang pembalut dengan cara dibakar, sebesar 39,79% membuang di limbah padat dan 6,72% menggunakan metode pembuangan lain (Kusmiran, 2012 ; Nadesul, 2008 ; Dingwal, 2010).
(45)
2.7.3 Keluhan di Sekitar Organ Reproduksi
Organ reproduksi merupakan terdiri dari organ reproduksi bagian luar dan bagian dalam (Pinem, 2009). Alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar yang memudahkan terjadinya infeksi pada bagian luarnya yang secara berkelanjutan dapat menginfeksi selaput dinding perut (peritonitis). Namun, vagina memiliki sistem pertahanan alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dengan sistem asam basa melalui lendir yang menyebabkan bakteri dibuang dalam bentuk menstruasi. Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini terkadang cukup lemah sehingga infeksi sering susah dikendalikan dan menimbulkan keluhan klinis dari infeksi tersebut. Salah satu keluhan klinis/infeksi alat kelamin ini adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 2009).
Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada darah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan
pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan lubang vagina yang biasa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina (Misery, 2010). Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvovaginal adalah infeksi fungsi
(jamur). Sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut yang sering, karena masih banyak remaja yang menggunakan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunaan sabun yang berlebihan pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa
(46)
hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion, panty-liners, pakaian, panas, iritasi lain dan perawatan iritasi vagina.
2.8 Personal Hygiene saat Menstruasi
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal Hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Laksmana, 2002).
2.8.1 Tujuan Personal Hygiene
Menurut (Laksmana, 2002) Personal Hygiene mempunyai tujuan antara lain :
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
2.8.2 Hal –hal yang perlu diperhatikan saat menstruasi
Menurut (Ambarwati, 2010), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja wanita saat menstruasi, antara lain :
(47)
1. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun mandi biasa. Hati-hati saat membersihkan organ reproduksi, bagian dalam vagina tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan sabun atau zat kimia karena akan bersih dengan sendirinya secara alamiah. Bila hal tersebut dilakukan dapat menimbulkan terjadinya iritasi bagian dalam.
2. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama sehabis buang air kecil (jika kurang dari empat kali, misal gantinya lebih dari 6 jam sekali, hal ini dapat menyebabkan bakteri yang terdapat dalam darah yang sudah keluar itu akan berubah menjadi ganas, dan bisa kembali masuk ke dalam vagina sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi bahkan kanker). 3. Bila perut terutama daerah sekitar rahim terasa nyeri dan masih dapat
diatasi ringan, tidak perlu dibiasakan minum obat penghilang rasa sakit, kecuali sangat mengganggu seperti misalnya hingga menyebabkan pingsan.
4. Makan-makanan bergizi, terutama yang banyak mengandung zat besi dan vitamin seperti hati ayam/sapi, daging, telur, sayur dan buah.
5. Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali bila ada aktivitas fisik yang berlebihan misalnya olahraga berat, terutama pada siswi sekolah perlu dipertimbangkan.
2.8.3 Langkah-langkah melakukan personal hygiene yang benar pada daerah kewanitaan antara lain :
1. Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil ataupun buang air besar membasuh dari arah depan ke belakang.
(48)
2. Menggunakan air yang bersih untuk mencuci organ reproduksi.
3. Mengganti celana dalam sehari 2 kali, memakai pakaian dalam berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
4. Mengganti pembalut secara teratur 3-4 kali per hari atau setiap 6 jam sekali.
5. Membiasakan diri mencukur rambut disekitar daerah kemaluan, untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi.
2.9 Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dalam penelelitian ini adalah sebagai berikut:
Dari kerangka pikir diatas, terlihat bahwa faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap dan faktor penguat yaitu teman, orangtua, dan petugas kesehatan mempengaruhi tindakan hygiene pada remaja putri saat menstruasi.
Faktor Predisposisi 1.Pengetahuan 2.Sikap
Faktor Penguat 1.Teman 2.Orangtua
3.Petugas kesehatan
Tindakan hygiene saat menstruasi
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari remaja putri terhadap hygiene pada saat menstruasi di SMA Cahaya Medan Tahun 2015.
3.2 Desain Penelitian
Dengan digunakan metode kualitatif ini maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: analisis standar sarana dan prasarana, penyusunan rancangan penelitian, penetapan tempat penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian sekaligus sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu wawancara mendalam pada siswi remaja putri kelas 1 di SMA Cahaya Medan Tahun 2015.
(50)
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancaramendalam terhadap siswa remaja putri kelas di SMA Cahaya Medan Tahun 2015 serta observasi hygiene siswi remaja putri.
4. Evaluasi
Semua data kebutuhan, ketersediaan, dan penggunaan pembalut pada siswi remaja putri di SMA Cahaya Medan Tahun 2015 yang telah dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui hygiene saat menstruasi berdasarkan pemakaian pembalut.
3.3Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Cahaya Medan Tahun 2015. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
1. Telah dilakukan penelitian sebelumnya yaitu “ Gambaran Perilaku Makan Remaja Putri dan Kejadian Dismenorhea atau Nyeri Haid di SMA Cahaya Medan Tahun 2013”.
2. Dari survei pendahuluan dengan mewawancarai 8 remaja putri bahwa 2 remaja putri menganti pembalut sebanyak 1 kali perhari, 1 remaja putri tidak mengeringkan vagina dengan tisu atau handuk, dan 5 remaja putri mengalami gatal-gatal saat menstruasi.
3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri terhadap hygiene pada saat menstruasi di SMA Cahaya Medan Tahun 2015.
(51)
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2015. 3.4 Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun yang dijadikan sumber data adalah :
1) Wawancara terhadap siswi remaja putri tentang pemakaian pembalut digunakan untuk mengetahui hygiene pada saat menstruasi.
3.5 Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini diarahkan pada pengkajian kebutuhan dan penggunaan pembalut pada siswi remaja putri di SMA Cahaya Medan Tahun 2015 berdasarkan hygiene saat menstruasi.
Sedangkan ruang lingkup yang diteliti meliputi penggunaan pembalut yang diwujudkan dalam kegiatan manajemenadministrasi, tata letak/ruang dan pengetahuan tentang hygiene saat menstruasi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
1) Teknik Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
(52)
pertanyaan itu. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui hygiene saat menstruasi pada siswi remaja putri di SMA Cahaya Medan Tahun 2015
2) Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang ditunjukkan dalam hal ini adalah segaladokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi,struktur organisasi UKGS. Teknik ini dilakukan untukmengetahui hygiene saat menstruasi pada siswi remaja putri di SMA Cahaya Medan Tahun 2015.
3.7. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan,dan dokumentasi,dengan cara mengorganisasi data ke dalam kategori,menjabarkan ke dalam unit-unit,melakukan sistesa,menyusun ke dalam pola,memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Model analisis data dalam penilitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman.Miles and Hubermen dan mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.Komponen dalam analisis data.
(53)
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak,untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci .Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data
Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan bentuk uraian singkat,bagan,hubungan anatar kategori,dan sejenisnya.
3. Verifikasi atau penyimpulan Data
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
(54)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sejarah berdirinya SMA CAHAYA Medan tanggal 5 April 1979 mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari segi fisik bangunan, sarana/prasarana, tenaga guru dan pegawai maupun jumlah siswa. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan mengacu pada 8 standar Pendidikan (Permen No.19 tahun 2005), SMA CAHAYA mencoba membuat pengembangan KTSP. Dalam PP No.19/2005 Pasal 94 butir b, dinyatakan bahwa “satuan pendidikan wajib menyusuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya PP tersebut”. Hal dimaksud berarti bahwa paling lambat pada tahun 2013 seluruh satuan pendidikan diharapkan sudah/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada kategori sekolah mandiri. Hal ini dituangkan dalam program kerja sebagai acuan dalam menjalankan PBM dengan upaya pengembangan sekolah,baik program jangka pendek dan menengah.
SMA CAHAYA Medan terdiri dari 18 ruangan kelas dan memiliki kegiatan ekstrakulikuler diantaranya paskibra, paduan suara, tari, basket putra dan putri, teater band.Adapun yang menjadi visi dan misi sekolah SMA CAHAYA Medan, yaitu:
VISI
Terwujudnya pendidikan yang berkualitas dan terintegrasi berlandaskan ajaran dan moral katolik dengan pemberdayaan dan pengembangan potensi
(55)
peserta didik, hingga siap memasuki perguruan tinggi, terampi IPTEK dan bermoral.
MISI
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang mengarah kepada pengembangan KTSP berdasarkan Karakteristik Satuan Pendidikan dengan model PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inofatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan, setiap sisw berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik, serta mengembangkan keterampilan peserta didik sebagai bekal melanjut ke perguruan tinggi
3. Meningkatkan disiplin sekolah baik guru, siwa, dan administrasi sekolah 4. Melaksanakan kgiatan bimbingan dan pembinaan mental spritual dalam upaya
mengembangkan karakter pibadi yang positif
5. Melaksanakan berbagai jenis ekstrakurikuler(Teater, Band, Paduan suara, Tari, Futsal, Paskibra, Basket, dan Kerohanian) untuk mengembangkan potensi non akademik dan memupuk kecerdasan emosiona, sosial dan spritual.
6. Meningkatkan peran serta warga sekolah agar terbina kerjasama yang baik, bertanggung jawab dan hormat-menghromati sehingga tercipta susunan yang kondusif dan harmonis.
(56)
4.2 Matriks Pengetahuan Informan 4.2.1.Pengetahuan Informan
1. Pada umur berapa anda datang bulan/haid
Adapun hasil wawancara mengenai pengetahuan informan tentang umur berapa pada saat datang bulan/haid terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.1 Pada umur berapa informan menstruasi(datang bulan/haid) di SMA CAHAYA Medan tahun 2015
Informan Pada umur berapa pertama kali menstruasi(datang bulan/haid)
1 Umur 16 tahun kak waktu masih SMP dulu.... 2 Umur 15 tahun kak...
3 Umur 15 tahun....
4 Dulu pertama haid umur 15 tahun kak
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui pengetahuan tentang umur berapa informan pertama kali menstruasi, informan 1 umur 16 tahun, informan 2,3,4 umur 15 tahun.
2. Pengetahuan informan tentang menstruasi/datang bulan
Adapun hasil wawancara mengenai apa yang diketahui informan tentang menstruasi/datang bulan terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.2 Pengetahuan informan tentang apa yang diketahui informan tentang menstruasi/datang bulan di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
Informan Pernyataan
1 Datang bulan itu pertanda udah dewasa yang jadi harus banyak jaga diri kan kalau udah datang bulan biasanya udah bisa hamil dan punya anak...
2 Haid menurut saya darah yang keluar pada wanita yang udah dewasa dan membutuhkan pembalut biar enggak bocor ato tembus
(57)
3 Datang bulan itu berarti udah dewasa karena itu salah satu ciri-ciri udah dewasa dan harus banyak-banyak makanan yang bergizi karena kan kita mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
4 Haid itu darah yang keluar setiap bulannya pada wanita yang udah dewasa.
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang menstruasi dilihat dari informan 1,2,3,4 mengetahui apa itu menstruasi.
3.Apa yang anda ketahui tentang hygiene (kebersihan) saat menstruasi Adapun hasil wawancara mengenai apa yang diketahui tentang hygiene(kebersihan) saat menstruasi terdapat dalam matriks dibawah ini:
Matriks 4.3 Pengetahuan informan tentang hygiene (kebersihan)saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
Informan Pernyataan
1 Memakai pembalut dan mencuci celana dalam sampe bersih kalau lagi ganti pembalut
2 Kebersihan saat menstruasi itu kayak mencuci alat kelamin pake air dan sabun sampe bersih terus memakai pembalut dan harus menggantinya
3 Mengganti pembalut kalo udah penuh dan sering-sering membersihkan pake air dan sabun sampe bersih
4 Enggak tau yang penting bersih lah kalo lagi datang bulan kak...enggak jorok-jorok
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui apa yang diketahui informan tentang hygiene saat menstruasi pada informan 1,2,3 memakai pembalut dan membersihkan pakai air dan sabun, pada informan 4 tidak tahu yang penting bersih.
(58)
4. Jika anda tidak menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi penyakit apa yang bisa timbul pada alat kelamin anda
Adapun hasil wawancara mengenai penyakit apa yang bisa timbul pada alat kelamin jika tidak menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.4 Pengetahuan informan tentang penyakit apa yang bisa timbul pada alat kelamin jika tidak menjaga hygiene(kebersihan) saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015
Informan Jika tidak menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi penyakit apa yang bisa timbul pada alat kelamin anda 1 Enggak tau kak....
2 Penyakit gatal-gatal kak 3 Kanker alat kelamin kak 4 Bisa gatal-gatal dan merah.
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa informan 1 mengatakan tidak tahu, informan 2,4 gatal-gatal dan merah, dan informan 3 mengatakan kanker alat kelamin.
4.2.2. Sikap Informan
1. Sikap Informan pada saat menstruasi berada dilingkungan sekolah Adapun hasil wawancara mengenai sikap informan pada saat menstruasi terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.5 Sikap informan pada saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015
Informan Tanggapan informan pada saat menstruasi di sekolah 1 Biasa aja sih....waktunya datang ya datang
2 Kalo lagi datang bulan pas disekolah bawaannya malas belajar. 3 Malas pengen tidur aja kalo lagi datang bulan apalagi ditambah
(59)
nyeri gitu
4 Hal yang saya malaskan kalo lagi sekolah itu datang bulan, harus ganti pembalut takut tembus malu dilihat temanteman sekolah semua harus dijaga.
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa informan 1 kurang menanggapi dan informan 2,3,4 menanggapi mengenai menstruasi pada saat disekolah.
2. Jika tidak mengganti pembalut seharian selama disekolah apa yang anda rasakan
Adapun hasil wawancara mengenai apa yang dirasakan informan jika tidak mengganti pembalut seharian saat menstruasi disekolah terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.6 Sikap informan mengenai apa yang dirasakan jika tidk mengganti pembalut seharian saat menstruasi selama berada disekolah
Informan Apa yang dirasakan jika tidak mengganti pembalut seharian selama disekolah
1 Biasa aja kak...enggak ada rasa apa-apa
2 Agak risih kak...terus enggak nyaman apalagi basah-basah gitu kita rasa mau belajar pun malas jadinya
3 Enggak ada rasa apa-apa kak kadang pun lupa kalo lagi datang bulan pas diskolah
4 Selama enggak tembus dan enggak sakit perutnya kak enggak ada rasa apa-apa biasa aja..
Berdasarkan matriks diatas dapat dilihat bahwa informan 1,4 kurang menanggapi saat menstruasi dan informan 2,3 menanggapi saat menstruasi disekolah.
(60)
3. Jika anda menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi apa yang anda rasakan atau manfaat yang ada rasakan.
Adapun hasil awancara mengenai apa yang dirasakan atau manfaat yang didapat jika menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.7 Sikap informan tentang apa yang dirasakan atau manfaatyang didapat jika menjaga hygiene(kebersihan) saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015.
Informan Apa yang dirasakan atau manfaat yang didapat jika menjaga hygiene (kebersihan) saat menstruasi
1 Enak, nyaman,enggak risih lah kk menurut saya 2 Nyaman....
3 Enggak bau terus enggak malas bawaannya 4 Bersih
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa informan 1 tidak tahu, informan 2,3,4 mengatakan nyaman, bersih dan tidak bau jika menjaga hygiene (kebersihan) saat mentruasi.
4.2.3 Tindakan Informan
1. Tindakan informan berapa kali mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi
Adapun hasil wawancara mengenai tindakan informan tentang berapa kali mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi terdapat dalam matriks dibawah ini :
Matriks 4.8 Tindakan informan tentang berapa kali dalam sehari mengganti pembalut saat menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015
(61)
Informan Berapa kali mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi
1 Biasanya ganti pembalut dalam sehari itu Cuma 1 kali aja siang aja
2 2 kali dalam sehari saya ganti pembalut
3 Kalo hari pertama 2 kali ganti kan lagi deras-derasnya tapi kalo udah hari kedua dan setreusnya itu 1 kali aja biar hemat pembalut juga sayang diganti kalo belum penuh 4 2 kali ganti dalam sehari..
Berdasarkan matriks diatas dapat dilihat bahwa informan 1 mengatakan 1 kali ganti pembalut dalam sehari, informan 2,3,4 mengatakan 2 kali ganti pemabalut dalam sehari.
2. Pada saat menstruasi(haid) kemana anda membuang pembalut yang sudah dipakai jika berada dilingkungan sekolah
Adapun hasil wawancara mengenai Tindakan informan tentang kemana membuang pembalut yang sudah diapakai jika berada dilingkungan sekolah terdapat dalam matriks dibawah ini:
Matriks 4.8 Tindakan informan tentang kemana membuang pembalut yang sudah dipakai jika berada dilingkungan sekolah SMA CAHAYA Medan Tahun 2015
Informan Kemana membuang membuang pembalut yang sudah dipakai jika berada dilingkungan sekolah
1 Biasanya sih ditong sampah yang ada di toilet sekolah kak..
2 Buang dilantai toilet itu aja...kan banyak juga sampah-sampah bertumpuk disana
3 Kalo pembalut yang sudah dipakai dibuang ditoilet itu aja kadang di kloset wc terus disiram air yang banyak
4 Buang dikamar mandi kak..
Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa informan 1 mengatakan membuang pembalut yang sudah dipakai di tong sampah yang ada ditoilet,
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan tujuan khusus penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Penelitian ini bahwa faktor penguat teman, orang tua, petugas kesehatan mempengaruhi remaja putri terhadap hygiene saat menstrusi.
2. Pengetahuan, sikap dan tindakan informan dalam hygiene saat menstruasi masih kurang baik dimana 3 orang informan masih kurang menjelaskan tentang hygiene dan mengganti pembalut hanya 2 kali sehari sedangkan idealnya mengganti pembalut 4-5 kali dalam sehari saat menstruasi.
6.2Saran
1. Diharapkan ada tindakan proaktif yaitu membangun kerja sama dengan para orang tua siswa serta memberikan informasi-informasi dari pihak sekolah SMA CAHAYA Medan tentang pentingnya hygiene saat menstruasi pada remaja putri
2. Adanya komunikasi remaja putri terhadap teman tentang hygiene saat menstruasi agar remaja putri lebih banyak mengetahui dan dapat menjaga hygiene saat menstruasi
3. Diharapkan pihak SMA CAHAYA Medan perlu lebih meningkatkan lagi pengetahuan siswi melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) seperti dengan cara pendidikan kesehatan reproduksi serta memasukkan artikel-artikel tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai hygiene saat menstruasi.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2007
Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. Shahih Fiqih Wanita. Jakarta : Akbarmedia. 2009
Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Behman, Kliegman, & Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Vol. 3. Jakarta : EGC. 2009
Cummingham, F. Gary. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC. 2006 Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga. 2005
Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. 2012
Manuaba, et al. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. 2004 , et al. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. 2007
, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : BGC. 2009 Maulana. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. 2009
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007 Misery, Laurent dan Sonja Stander. Pruritus. London : Spinger. 2010
Nadesul, Hendrawan. Cantik, Sehat, dan Feminim. Kesehatan Perempuan Sepanjang Usia. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. 2008
(3)
Pudiastuti, Ratna Dewi. 3 Fase Penting Pada Wanita (Menarche, Menstruasi, dan Menopause). 2012
Pulungan, Pebri Warita. Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009. (SKRIPSI). Medan : Universitas Sumatera Utara. 2009 Purnawijayanti, Hiasinta A. Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Dalam
Pengolahan Makanan. Cetakan Ke-6. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 2006
Santrock, Jhon W. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga. 2003
Soetjiningsih. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. SAGUNG SETO. 2007
Suparman, Eddy dan Ivan Rifai Sentosa. Premenstrual Syndrome. Jakarta : EGC. 2012
Vembriarto. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Wong, Donna L., at al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2009
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012
Indriastuti, Putri, 2009, Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Hygiene Remaja Putri pada saat Menstruasi. Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(4)
(5)
(6)