4. Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan merupakan pedoman dalam melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi
produksi, kontrol keselamatan dan keselamatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain.
2.1.2 Dampak Pembangunan di Bidang Pertambangan Umum Setiap kegiatan pembangunan dibidang pertambangan pasti
menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Meningkatkan pendapatan asli daerah PAD. 3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang.
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang. 5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang..
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang. 7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.
Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah: 1. Kehancuran lingkungan hidup.
2. Penderitaan masyarakat adat. 3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal.
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan. 5. Kehancuran ekologi pulau-pulau.
6. Terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.
2.2. Corporate Social Responsibility CSR
Menurut Sankat dan Clement 2002 dalam Rudito dan Famiola 2007 mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis,
beroperasi legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya,
komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu
untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup yang ada.
Definisi CSR menurut berbagai organisasi adalah: a. International Finance Corporation mendefinisikan CSR sebagai
komitmen dunia
bisnis untuk
memberi kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan
karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi
bisnis maupun pembangunan. b. Institute of Chartered Accountant, England and Wales mendefinisikan
CSR sebagai jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,
seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham shareholder mereka.
c. CSR menurut Canadian Government adalah sebuah kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan, dan sosial ke dalam nilai,
budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan berkembang. d. Menurut European Commision, CSR merupakan sebuah konsep
perusahaan yang mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan
para pemangku kepentingan stakeholder berdasarkan prinsip kesukarelaan.
e. CSR Asia mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan
lingkungan, serta menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholder.
Selain itu, ISO 260000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan
dan kesejahteraan
masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum
yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Menurut Wibisono 2007 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi dan social triple bottom line dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. 2.2.1 Peraturan Pelaksanaan CSR
Menurut Sutopoyudo 2009 Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarelakomitmen yang dilakukan perusahaan didalam
mempertanggung-jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajibmenjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau
menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU PT, yang disahkan pada 20 Juli
2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan: 1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL. 2 TJSL merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini,
perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab
sosialnya kepada masyarakat. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH Pasal 41 ayat 1
yang menyatakan: “Barangsiapa yang melawan
hukum dengan
sengaja melakukan
perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup,
diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah
”. Selanjutnya, Pasal 42 ayat 1 menyatakan: “Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan
yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak seratus j uta rupiah”.
2.2.2. Tahapan Implementasi CSR Menurut Wibisono 2007 terdapat empat tahapan CSR, yaitu:
1. Tahap perencanaan Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building,
CSR Assessment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan
komitmen manajemen, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya dan lain-lain. CSR Assessment merupakan upaya memetakan kondisi
perusahaan dan
mengidentifikasikan aspek-aspek
yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR
secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta
bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir
dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian organizing sumber daya, penyusunan staffing, pengarahan direction, pengawasan atau koreksi controlling,
pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian evaluation tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama,
yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta
pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Pelaporan Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan di bagi menjadi 3 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau
organisasi sosial perusahaan dan bermitra dengan pihak lain. Adapun bentuknya sebagai berikut:
1. Grant hibah: bantuan dana tanpa ikatan yang diberikan oleh perusahaan untuk membangun investasi sosial.
2. Penghargaan award: pemberian bantuan oleh perusahaan kepada sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan
usahanya. Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan
secara berkelanjutan dan dalam waktu tertentu. 3. Dana komunikasi lokal community funds: bantuan dana atau dalam
bentuk lain bagi komunitas untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara berkesinambungan.
4. Bantuan subsidi social subsidies: bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak meningkatkan kinerja secara berkelanjutan
seperti pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.
5. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan sehingga
mampu meningkatkan produktivitas. Misalnya, bantuan teknis untuk usaha kecil
atau mikro.
6. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial
lainnya bagi masyarakat. 7. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga,
baik masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan maupun masyarakat pada umumnya.
8. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat. 9. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban
polusi serta kerusakan lingkungan. Implementasi CSR dilakukan sedemikian rupa secara sistematis,
terstruktur dan periodik. Tujuan CSR senantiasa mengedepankan persoalan- persoalan
vital yang
dihadapi masyarakat
dalam peningkatan
kesejahteraannya, antara lain bidang agama, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Tujuan tersebut dapat dilaksanakan berdasarkan visi dan misi
perusahaan. Berdasarkan tujuan-tujuan CSR tersebut, implementasi CSR perusahaan akan mengikuti arah dari kepentingan perusahaan di tengah-
tengah komunitas lingkungan hidup masyarakat. Tujuan-tujuan CSR tersebut seperti tujuan dalam kerangka tanggung jawab pendidikan,
ekonomi, moral, filantropi kedermawanan dan tujuan dalam tanggung jawab hukum.
2.2.3 Manfaat CSR Menurut Darwin dalam Rakhiemah 2009 perusahaan dapat
memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR apabila dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, diantaranya: dapat mempererat
komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan,
mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih
competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier dan pangsa pasar.
Menurut Wibisono 2007 beberapa manfaat penerapan CSR sosial
bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya:
1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. 2. Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk
terus dapat beroperasi. 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang
harmonis dengan para stakeholders perusahaan. 4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya.
5. Membentangkan akses menuju market. 6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui
proses daur ulang ke dalam siklus produksi. 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-based Business for Social Responsibility BSR, banyak sekali keuntungan yang didapatkan
oleh perusahaan yang telah mempraktekkan CSR antara lain: 1. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan
CSR dapat membuat perusahaan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat sehingga reputasi perusahaan juga akan meningkat apabila perusahaan
melaksanakan program tersebut dengan sebaik-baiknya. 2. Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan
Apabila program CSR dilakukan dengan baik oleh perusahaan maka para pelanggan akan menjadi lebih loyal karena para pelanggan tidak
hanya mengetahui kualitas tetapi juga tujuan baik perusahaan. 3. Mengurangi biaya operasional
Dengan adanya CSR perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk biaya promosi, karena produk atau perusahaan pasti
akan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian biaya operasional perusahaan akan menurun.
4. Meningkatkan kinerja keuangan Dengan adanya CSR diharapkan laba perusahaan akan lebih meningkat
karena penjualan juga akan meningkat. Dengan demikian kinerja keuangan dari perusahaan tersebut secara otomatis akan meningkat
pula.
2.2.4 Kategori Perusahaan yang Melaksanakan CSR Menurut Suharto 2007 berkaitan dengan pelaksanaan CSR,
perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan
kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan
program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat.
Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan
progresif. Tentu saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan.
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR:
a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya
termasuk kategori ini. b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan
tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan yang termasuk kategori ini adalah perusahaan besar, namun pelit.
c. Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR-nya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini
disebut perusahaan dermawan atau baik hati. d. Perusahaan Reformis. Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran
CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju
Gambar 1.
Perusahaan Ekonomis - Pelit
Perusahaan Minimalis -
Kecil - Lemah Perusahaan
Reformis - Maju
Perusahaan Humanis
– Baik HatiDermawan
Anggaran CSR Profil
Perusahaan
Gambar 1. Kategori perusahaan berdasarkan profit perusahaan dan anggaran CSR Suharto 2007
2. Berdasarkan tujuan CSR untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat: a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan
jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekedar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat
promosi dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.
b. Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan
”tebar pesona” daripada ”tebar karya”. c. Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan
daripada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata daripada tebar pesona.
d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang
sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi kemajuan perusahaan Gambar 2.
Perusahaan Impresif
– Tebar Pesona
Perusahaan Pasif
– Tidak Tebar Pesona
dan Karya Perusahaan
Progresif – Tebar
Pesona dan Karya
Perusahaan Agresif
– Tebar Karya
Pemberdayaan Promosi
Gambar 2. Kategori perusahaan berdasarkan tujuan CSR Suharto 2007
2.3. Citra Perusahaan