Analisis Citra Perusahaan Pada Pembangunan Jalan Perusahaan PT. Adjie Transindo Di Cianjur, Jabar.

(1)

JABAR.

Oleh

ADHITYO AJIE

H24104055

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

JABAR.

SKRIPSI

Sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ADHITYO AJIE

H24104055

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(3)

Nama : Adhityo Ajie NIM : H24104055

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Mimin Aminah, MM NIP. 196609071991032002

Mengetahui Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM, M.Sc NIP. 197606232006041001


(4)

Jalan Perusahaan PT. Adjie Transindo Di Cianjur, Jabar. Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik masyarakat yang terlibat dalam program CSR PT. Adjie Transindo, bagaimana penilaian masyarakat terhadap program CSR Pembangunan Jalan PT. Adjie Transindo, dan apakah terdapat pengaruh program CSR Pembangunan Jalan PT. Adjie Transindo terhadap citra perusahaan.

Populasi dalam penelitian adalah warga masyarakat Desa Wanasari, Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer sebagian besar diperoleh dari pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara dengan karyawan PT. AT khusus mengenai program CSR dan wawancara terstruktur dengan masyarakat sekitar pertambangan di Desa Wanasari melalui kuesioner.

Uji Validitas dan Reliabilitas telah dilakukan dengan bantuan Microsoft SPSS versi 20.00 for Mac. Nilai αcronbach, untuk penilaian responden terhadap Program CSR PT. AT telah diketahui yaitu α = 0,891 dan sikap responden terhadap citra PT. AT dengan α = 0,919.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis faktor. Alat analisis ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pada suatu objek yang akan diteliti. Penilaian responden terhadap citra PT. AT melalui kegiatan pembangunan jalan masuk dalam kategori baik (3,26–3,59) sesuai 6 (enam) indikator yang diteliti, yaitu dynamic, cooperative, business wise, character, successful dan withdrawn. Penilaian secara keseluruhan indikator tersebut diperoleh nilai skor rataan 3,43 yang dapat diartikan bahwa responden menilai citra PT. AT melalui program CSR pembangunan jalan sudah baik.

Hasil analisis faktor pada 6 dimensi citra perusahaan PT. AT di dapat bahwa dimensi Withdrawn memiliki pengaruh paling tingggi terhadap citra PT. AT sebesar 81,9 persen sedangkan dimensi paling kecil adalah Succesful yang memiliki nilai sebesar 52,8 persen. Dimensi lainnya yaitu Business Wise, Cooperative, Character dan Dynamic memiliki nilai berturut-turut 79,4 persen, 66,1 persen, 64,2 persen dan 53 persen.


(5)

iii

Penulisdilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Juni 1989 sebagai anak dari Bapak Susanto Yudharianto dan Ibu Siti Sundari. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara yang mengawali pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Pengadilan III, Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Bogor. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2007.

Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Diploma III Komunikasi, Fakultas Komunikasi Pengembangan Masyarakat melalui jalur PMDK. Pendidikan diploma III tersebut dapat diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB.

Pada bulan September 2011, penulis mendapatkan kesempatan bekerja di Sarana Citra Intinusa (SCI) pada divisi Forecasting Business Plan, Jakarta selama dua bulan. Bulan Januari 2011 pada perusahaan Mitra Investasi Artaperdana. Bulan Juli 2011 pada perusahaan Mitra Investasi Artaperdana. Bulan Juli 2011 hingga saat ini, penulis ikut tergabung dalam perusahaan PT. Adjie Transindo, Bogor. Selama menjadi mahasiswa di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB, penulis pernah tergabung dalam dalam Himpunan Profesi Extension of Management (EXOM) Mei 2011–April 2012.


(6)

iv

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen yang telah membantu dan mendukung kelancaran skripsi.

2. Ir. Mimin Aminah, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan segenap waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

3. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas motivasinya, baik materil maupun non materil, doa dan kasih sayang yang tiada henti.

4. Mas Aria sebagai salah satu tim di Program CSR yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan masukan untuk skripsi ini.

5. Pihak sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang telah membantu saya dalam berbagai informasi perkuliahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pramadyka dan Arnold teman yang telah memperkenalkan saya pada program CSR perusahaan serta turut membantu dalam penyelesaian.

7. Reza, Willfridus, Sieva, Fitri dan rekan-rekan eksman seperjuangan angkatan 8 lainnya yang membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Les Voitures yang telah memberi semangat.

Akhirnya, semoga segala amal kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan yang baik pula. Amin.


(7)

v

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul “Analisis Corporate Social Responsibility Pada Program Pembangunan Jalan Terhadap Citra Perusahaan PT. Adjie Transindo” merupakan syarat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Topik skripsi dipilih dengan pertimbangan semakin berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang yang dipelajari di Departemen Ekonomi dan Manajemen. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana tingkat partisipasi mempengaruhi tingkat manfaat program CSR di Desa Warnasari.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan masukan amat penulis nantikan. Semoga skripsi ini dapat diterima oleh pihak yang terkait dalam penelitian ini serta bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan semua pihak yang membaca skripsi ini pada umumnya.

Bogor, Oktober 2013 Penulis


(8)

vi RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pertambangan ... 9

2.1.1 Kegiatan Usaha Pertambangan Umum di Indonesia ... 10

2.1.2 Dampak Pembangunan di Bidang Pertambangan Umum ... 13

2.2. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 13

2.2.1 Peraturan Pelaksanaan CSR ... 15

2.2.2 Tahapan Implementasi CSR ... 16

2.2.3 Manfaat CSR ... 18

2.2.4 Kategori Perusahaan yang Melaksanakan CSR ... 20

2.3. Citra Perusahaan ... 22

2.4. Masyarakat ... 24

2.4.1 Pengembangan Masyarakat ... 25

2.4.2 Pengembangan Masyarakat sebagai Alat untuk Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 26

2.5. Segmentasi, Targeting dan Positioning ... 26

2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 34

3.4.1 Uji Validitas ... 34

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 34

3.4.3 Analisis Deskriptif ... 35

3.4.4 Analisis Crosstab ... 36


(9)

vii

4.1. Profil Perusahaan ... 38

4.1.1 Identitas Perusahaan... 39

4.1.2 Struktur Organisasi ... 40

4.1.3 Kondisi Geografis ... 40

4.1.4 Morfologi ... 41

4.1.5 Topografi... 41

4.1.6 Geologi ... 41

4.1.7 Profil Kecamatan Agrabinta ... 41

4.1.8 Kegiatan Lain di Sekitar Tambang ... 42

4.1.9 Metode dan Tata Cara Penambangan ... 42

4.1.10 Tenaga Kerja Penambang ... 43

4.1.11 Reklamasi ... 43

4.1.12 Kontribusi Perusahaan Terhadap Desa ... 43

4.1.13 STP (Segemntasi, Targeting, Positioning) ... 44

4.1.14 Pelaksanaan CSR Menurut Tujuan Perusahaan ... 45

4.1.15 CSR pada Program Pembangunan Jalan Desa ... 45

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 49

4.3. Karakteristik Responden ... 50

4.3.1 Usia ... 50

4.3.2 Jenis Kelamin ... 51

4.3.3 Pendidikan Terakhir ... 51

4.3.4 Pekerjaan ... 52

4.3.5 Status Pernikahan ... 52

4.3.6 Jumlah Anggota Keluarga... 53

4.3.7 Pendapatan per Bulan ... 53

4.4. Analisis Crosstab ... 54

4.4.1 Usia dengan Persepsi terhadap Citra Perusahaan ... 54

4.4.2 Pendidikan dengan Persepsi terhadap Citra Perusahaan ... 54

4.4.3 Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Citra Perusahaan ... 55

4.4.4 Pendapatan dengan Persepsi terhadap Citra Perusahaan ... 56

4.5. Persepsi Responden terhadap Citra PT. AT ... 56

4.6. Uji Normalitas ... 57

4.7. Analisis Faktor Pada Masing-Masing Dimensi ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

1. Kesimpulan ... 61

2. Saran ... 61


(10)

viii

No. Halaman

1. Jumlah penduduk miskin ... 2

2. Koefisien Gini RI ... 2

3. Kegiatan CSR berdasarkan jumlah kegiatan dan dana ... 3

4. Jenis kegiatan CSR berdasarkan jumlah kegiatan dan dana ... 3

5. Populasi dan sampel ... 34

6. Skala Likert ... 36

7. Rincian biaya PT. AT untuk program CSR pembangunan jalan ... 46

8. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 51

9. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 51

10. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 52

11. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ... 52

12. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ... 52

13. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 53

14. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan per bulan ... 53

15. Crosstab usia dengan persepsi terhadap citra perusahaan ... 54

16. Crosstab pendidikan dengan persepsi terhadap citra perusahaan ... 55

17. Crosstab pekerjaan dengan persepsi terhadap citra perusahaan ... 55

18. Crosstab pendapatan per bulan dengan persepsi terhadap citra Perusahaan ... 56

19. Rekapitulasi penilaian responden terhadap citra PT. AT yang dibangun melalui kegiatan CSR pembangunan jalan ... 57


(11)

ix

No. Halaman

1. Kategori perusahaan berdasarkan profit perusahaan dan

anggaran CSR ... 21

2. Kategori perusahaan berdasarkan tujuan CSR ... 22

3. Kerangka pemikiran penelitian ... 31

4. Logo perusahaan ... 39

5. Struktur organisasi PT. AT ... 40

6. Perbaikan jalan tahap 1 ... 47

7. Perbaikan jalan tahap 2 ... 47

8. Perbaikan jalan tahap 3 ... 48

9. Perbaikan jalan tahap 4 ... 48

10. Perbaikan jalan tahap 5 ... 49


(12)

x

No. Halaman

1. Kuesioner ... 66

2. Hasil uji validitas kuesioner ... 70

3. Hasil uji reliabilitas kuesioner ... 73

4. Hasil uji normalitas pengaruh program CSR terhadap citra ... 74

5. Rekapitulasi hasil jawaban responden ... 75

6. Analisis Crosstab ... 82


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Wacana tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) pada saat sekarang menjadi isu sentral yang semakin populer, bahkan ditempatkan pada posisi yang terhormat. Banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti trend tanpa memahami esensi dan manfaatnya.

Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan untuk pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Di sisi lain, masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusikan keuntungannya melalui pembangunan masyarakat lokal, seiring waktu masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.

Berdasarkan sensus yang telah dilakukan oleh BPS (2010), penduduk Indonesia masih mengalami kemiskinan yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya walaupun sempat berkurang tetapi secara keseluruhan nilainya tetap bertambah, pada Tabel 1. Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini cukup tinggi, yakni 31,6 juta orang, atau 13,3% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237,6 juta jiwa. Kendati Indonesia pernah melampaui tingkat kemiskinan 17,7% pada 2005 akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), penurunan kemiskinan di Indonesia rata-rata 0,6% per tahun. Artinya, penurunan angka kemiskinan berjalan sangat lambat.


(14)

Tabel 1. Jumlah penduduk miskin Tahun Jumlah (juta)

2005 25,1

2006 39,3

2007 37,17

2008 41,5

2009 32,53

2010 31,02

Sumber: BPS dalam Republika

Demikian pula berdasarkan rasio Gini Coefficient Indonesia yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyatakan bahwa kesenjangan di Indonesia tak kunjung membaik. Gini Coefficient (Koefisien Gini) adalah ukuran ketimpangan distribusi, nilai 0 menyatakan kesetaraan total dan nilai 1 ketidaksetaraan maksimal/total.

Sejak 2005, Koefisien Gini RI berturut-turut berada di level tinggi 0,36; 2006 di posisi 0,34; 2007 dan 2008 0,35; 2009 di posisi 0,37 dan 0,33 di 2010, pada Tabel 2. Artinya, pendapatan RI senilai Rp 6 ribu triliun dibagi rata 230 juta penduduk maka didapat masing-masing US$3.000 per tahun. Kenyataannya tiap orang tidak mendapatkan US$3.000 per kapita, ini berarti masih ada kesenjangan.

Tabel 2. Koefisien gini RI Tahun Koefesien Gini

2005 0,36

2006 0,34

2007 0,35

2008 0,35

2009 0,37

2010 0,33

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat dalam BPS

Karena itu CSR juga merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi angka kesenjangan kemiskinan tersebut. Dari 45 perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37,38%), hubungan baik dengan masyarakat (16,82%) dan mendukung operasional perusahaan (10,28%). Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kualitas maupun kuantitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar.


(15)

Dengan dikukuhkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), kedudukan CSR sebagai salah satu kewajiban perusahaan semakin kuat. Meskipun baru pada tahun 2007 CSR memiliki kedudukan atas dasar hukum, namun kegiatan dan aktivitas CSR telah dilakukan lama oleh sebagian perusahaan di Indonesia. Telah berlangsung sebanyak 279 kegiatan CSR dengan jumlah dana Rp 115,3 M. Informasi tersebut di dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.Oleh karena itu, dimungkinkan terjadi peningkatan kegiatan CSR di Indonesia seiring dengan telah ditetapkannya legalitas kegiatan CSR bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia (Suharto, 2006).

Tabel 3. Kegiatan CSR berdasarkan jumlah kegiatan dan dana

No. Model Jumlah

Kegiatan (%)

Jumlah Dana (Miliar Rupiah)

1. Langsung 113 14,2

2. Yayasan Perusahaan 20 20,7

3. Bermitra dengan Lembaga Sosial

114 79

4. Konsorsium 2 1,5

Jumlah Total 279 115,3

Sumber: Suharto, 2006

Tabel 4. Jenis kegiatan CSR berdasarkan jumlah kegiatan dan dana No. Jenis/Sektor Kegiatan Jumlah

Kegiatan (%)

Jumlah Dana (Miliar Rupiah)

1. Pelayanan Sosial 95 38

2. Pendidikan dan Penelitian 71 66,8

3. Kesehatan 46 4,4

4. Kedaruratan (Emergency) 30 2,9

5. Lingkungan 15 395

6. Ekonomi Produktif 10 640

7. Seni, Olah Raga, Pariwisata 7 1

8. Pembangunan Prasarana dan Perumahan

5 1,3

Jumlah Total 279 115,3

Sumber: Suharto, 2006

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan


(16)

pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat di dalam dan di luar perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meskipun perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang.

Konsep CSR pun bertujuan untuk menjelaskan bagian tanggung jawab perusahaan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, sehingga konsep pembangunan berkelanjutan menjadi dasar pijakannya. Konsep ini menegaskan betapa pentingnya peranan CSR sebagai perpanjangan tangan perusahaan untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan pada suatu negara. Agar keberlangsungan pembangunan dapat terjaga maka desain program-program CSR juga harus bersifat berkelanjutan, tidak parsial. Program CSR yang berkelanjutan jelas membutuhkan ketegasan komitmen dari perusahaan serta seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mengawali perjalanannya. Karena itulah Bank Dunia menyebutkan, CSR sebagai media atau sarana untuk mewujudkan pembangunan ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat lokal, penanggulangan bencana alam, maupun pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan bersama-sama pemerintah. Demikian pada dasarnya setiap perusahaan memiliki kewajiban sosial yang luas dan selalu melekat pada setiap aktivitas bisnisnya.

Kesadaran menjadi kondisi ideal dalam konteks pemberdayaan masyarakat yang sering diimplementasikan dalam bentuk program CSR merupakan aktivitas yang lintas sektor dan menjadi modal sosial yang harus dioptimalkan melalui mekanisme kemitraan yang berperan meningkatkan sosio-ekonomi masyarakat dan komunitas lokal yang berada di sekitar perusahaan. Program ini diimplementasikan dan diarahkan untuk


(17)

memperbesar akses masyarakat dalam mencapai sosio-ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraannya yang lebih baik dengan tercapainya sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesadaran. Sasaran kapasitas masyarakat harus dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation).

PT. Adjie Transindo (PT. AT) merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang trading barang pertambangan. Pada prakteknya perusahaan yang sudah berjalan dari tahun 2008 ini sering kali mengalami gangguan pada sistem kinerjanya. Permasalahan yang terbesar muncul dari masayarakat sekitar pertambangan yang menuntut kepada perusahaan agar perusahaandapat membangun infrastruktur desa. Mendapat permasalahan tersebut maka perusahaan pun beritikad untuk melaksanakan program CSR Pembangunan Jalan, sebagaimana program CSR tersebut akan dilakukan perusahaan untuk meningkatkan citraserta kepercayaan masyarakat kepada perusahaan agartidak terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakatsekaligus meningkatkan kinerja yang juga menjadi tujuan utama dari perusahaan.

Kegiatan CSR sudah dilakukan oleh PT. AT sejak awal perjanjian dengan masyarakat. Perusahaan pun telah melakukan beberapa kegiatan CSRyang bersifat bukan pembangunan seperti bantuan kegiatan sosial, partisipasi kegiatan keagamaan dan memfasilitasi kegiatan usaha lain di sekitar pertambangan. Pada beberapa waktu kemudian maka perusahaan melakukan Pembangunan Jalan yang merupakan suatu program CSR dengan pengeluaran dana terbesar dibandingkan dengan program CSR lain. Tentunya dari dana yang dikeluarkan tersebut, maka perusahaan sangat mengharapkan perolehan angka hasil analisis ilmiah yang baik untuk masukan bagi perusahaan, maka topik inilah yang menjadi dasar dalam


(18)

pembuatan skripsi ini, yaitu dengan judul Analisis Citra Perusahaan pada Pembangunan Jalan Perusahaan PT. Adjie Transindo di Cianjur, Jabar

.

1.2. Rumusan Masalah

Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang wajib dilakukan perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan. Semakin banyaknya bentuk pertanggung jawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, maka image perusahaan menurut pandangan masyarakat akan semakin meningkat atau citra perusahaan menjadi baik. Sehingga gesekan yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat desa dapat teratasi.

Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat tidak hanya menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa namun juga adanya tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan untuk masyarakat. Dengan adanya CSR perusahaan, masyarakat berharap kesejahteraannya dapat meningkat dibandingkan dengan sebelum adanya program CSR. CSR merupakan bentuk komitmen, kepedulian dan kontribusi perusahaan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Meskipun ada beberapa CSR yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam jangka pendek, namun CSR akan memberikan hasil positif bagi perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung di masa mendatang. Dengan demikian bila perusahaan melakukan CSR di harapkan perusahaan dapat menjaga eksistensi perusahaan dan menjadi Good Business. Dalam penerapan CSR, perusahaan biasanya akan melibatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Masyarakat dapat ikut serta dalam proses pemberdayaan, saling bekerja sama dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada demi mencapai tujuan kesejahteraan hidup. Hal ini karena masyarakat merupakan pihak terpenting untuk memperoleh apresiasi dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup


(19)

masyarakat. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi perusahaan.

Atas dasar uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik masyarakat yang terlibat dalam program CSR PT. AT?

2. Bagaimana persepsimasyarakat terhadap program CSR Pembangunan Jalan PT. AT?

3. Faktor-faktor manakah yang paling mempengaruhi citra perusahaan melalui CSR Pembangunan Jalan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam program CSR PT. AT.

2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap program CSR Pembangunan Jalan PT. AT.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi citra perusahaan PT. AT melalui kegiatan CSR Pembangunan Jalan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai analisis program Corporate Social Responsibility terhadap citra perusahaan, antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan program CSR untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

2. Bagi Akademisi

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.


(20)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada penganalisaan program CSR pembangunan jalan terhadap citra perusahaan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis citra perusahaan, dan analisis regresi linear sederhana. Lingkup populasi yang akan diteliti pada penelitian adalah masyarakat Desa Wanasari dengan jumlah contoh 100 (seratus) orang.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertambangan

Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Sedangkan dalam Pasal 1 butir (6) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi 6 (enam) macam yaitu:

1. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi. 2. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 3. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang

meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.


(22)

4. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.

5. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.

6. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.

7. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

8. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubara.

Di dalam bidang pertambangan dikenal 2 (dua) jenis kegiatan pertambangan, yakni:

1. Tambang Terbuka (Surface Mining)

Pemilihan sistem penambangan atau tambang terbuka biasa diterapkan untuk bahan galian yang keterdapatannya relatif dekat dengan permukaan bumi.

2. Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)

Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut karena letak mineral yang umumnya berada jauh di bawah tanah (www.amanahgroup.co.id, diakses tanggal 2 Januari 2013). 2.1.1 Kegiatan Usaha Pertambangan Umum di Indonesia

Menurut Sujono (2004) tahapan penyelidikan tersebut dilakukan guna menghindari gagalnya sebuah kegiatan eksploitasi, sehingga biaya penyelidikan dapat dikendalikan secara proporsional. Artinya, untuk kebanyakan bahan galian, sangat tidak mungkin kegiatan eksplorasi dilakukan secara tiba-tiba, yaitu tidak mungkin setiap satu kilometer persegi dilakukan pemboran rinci tanpa acuan, arahan, dan petunjuk data-data geologis yang menuntunnya.


(23)

Menurut Sudrajat (2010) berpendapat bahwa kegiatan pemboran dalam eksplorasi secara teknis telah termasuk pada tataran eksploitasi detail, selain itu dalam melaksanakan kegiatan pemboran, secara geologis, deposit yang akan dibor terlebih dahulu harus telah diketahui dengan jelas arah dan kemiringannya.Selanjutnya, tahapan penyelidikan endapan bahan galian apabila mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), dimulai dari survei tinjau atau peninjauan wilayah yang menjadi sasaran sampai kegiatan eksplorasi bersifat detail atau rinci.

Menurut Sudrajat (2010) secara teknis, yang membedakan kegiatan penyelidikan survei tinjau dengan eksplorasi detail terletak pada:

1. Metode penyelidikan/penelitian yang digunakan 2. Jenis percontohan

3. Tingkat kerapatan contoh yang diambil.

Adapun tahapan kegiatan eksplorasi bahan galian adalah: 1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan kegiatan persiapan sebelum melakukan penyelidikan langsung di lapangan.

2. Survei tinjau

Survei tinjau merupakan kegiatan eksplorasi di lapangan, sifatnya hanya peninjauan sepintas pada daerah-daerah yang sebelumnya diperkirakan menarik dari sisi data geologi, sehingga dari kegiatan ini diharapkan dapat diketahui indikasi mineralisasi bijih bahan galian.

3. Eksplorasi pendahuluan (prospeksi)

Kegiatan eksplorasi pendahuluan dilaksanakan pada wilayah yang telah dibatasi atau dilokalisasi dari hasil studi survei tinjau yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Eksplorasi umum

Kegiatan eksplorasi umum merupakan bagian dari kegiatan penyelidikan pendahuluan, dengan cakupan luas areal penyelidikan lebih kecil.


(24)

5. Eksplorasi detail atau rinci

Pasal 1 butir 15 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, menegaskan: “Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup”. Kegiatan eksplorasi rinci merupakan kegiatan tahapan penyelidikan lapangan terakhir yang dilakukan.

Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP (Izin Usaha Pertambangan) Operasi Produksi.Sesungguhnya apabila dipahami secara benar, studi kelayakan merupakan dokumen penting yang berguna bagi berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha, pemerintah, dan investor atau perbankan.Dengan demikian, dokumen studi kelayakan bukan hanya seonggok tumpukan kertas yang di dalamnya memuat konsep, perhitungan angka-angka dan gambar-gambar semata, tetapi merupakan dokumen yang sangat berguna bagi manajemen dalam mengambil keputusan strategis apakah tambang tersebut dilanjutkan atau tidak. Hal lain yang harus dipahami adalah studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi/proyeksi ekonomis, namun juga mengkaji aspek nonteksnis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan.

Menurut Sudrajat (2010) studi kelayakan selain berguna dalam mengambil keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga berguna pada saat kegiatan itu jadi dilaksanakan, yaitu: 1. Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan

kegiatan, baik acuan kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor.

2. Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan. 3. Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan,

sehingga apabila ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat segera ditanggulangi atau dicarikan jalan keluarnya.


(25)

4. Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan merupakan pedoman dalam melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol keselamatan dan keselamatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain.

2.1.2 Dampak Pembangunan di Bidang Pertambangan Umum

Setiap kegiatan pembangunan dibidang pertambangan pasti menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:

1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang. 4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang.

5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang.. 6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang. 7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah: 1. Kehancuran lingkungan hidup.

2. Penderitaan masyarakat adat.

3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal. 4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan. 5. Kehancuran ekologi pulau-pulau.

6. Terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan. 2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Sankat dan Clement (2002) dalam Rudito dan Famiola (2007) mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu


(26)

untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup yang ada.

Definisi CSR menurut berbagai organisasi adalah:

a. International Finance Corporation mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

b. Institute of Chartered Accountant, England and Wales mendefinisikan CSR sebagai jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholder) mereka.

c. CSR menurut Canadian Government adalah sebuah kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan, dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.

d. Menurut European Commision, CSR merupakan sebuah konsep perusahaan yang mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

e. CSR Asia mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, serta menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholder.

Selain itu, ISO 260000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan


(27)

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Menurut Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi dan social (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

2.2.1 Peraturan Pelaksanaan CSR

Menurut Sutopoyudo (2009) Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung-jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.

Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup,


(28)

diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah”.

2.2.2. Tahapan Implementasi CSR

Menurut Wibisono (2007) terdapat empat tahapan CSR, yaitu: 1. Tahap perencanaan

Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya dan lain-lain. CSR Assessment merupakan upaya memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

2. Tahap implementasi

Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.


(29)

3. Tahap evaluasi

Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Pelaporan

Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan di bagi menjadi 3 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan dan bermitra dengan pihak lain. Adapun bentuknya sebagai berikut:

1. Grant (hibah): bantuan dana tanpa ikatan yang diberikan oleh perusahaan untuk membangun investasi sosial.

2. Penghargaan (award): pemberian bantuan oleh perusahaan kepada sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya. Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan secara berkelanjutan dan dalam waktu tertentu.

3. Dana komunikasi lokal (community funds): bantuan dana atau dalam bentuk lain bagi komunitas untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara berkesinambungan.

4. Bantuan subsidi (social subsidies): bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak meningkatkan kinerja secara berkelanjutan seperti pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.

5. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Misalnya, bantuan teknis untuk usaha kecil atau mikro.


(30)

6. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial lainnya bagi masyarakat.

7. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan maupun masyarakat pada umumnya.

8. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat.

9. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi serta kerusakan lingkungan.

Implementasi CSR dilakukan sedemikian rupa secara sistematis, terstruktur dan periodik. Tujuan CSR senantiasa mengedepankan persoalan-persoalan vital yang dihadapi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraannya, antara lain bidang agama, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Tujuan tersebut dapat dilaksanakan berdasarkan visi dan misi perusahaan. Berdasarkan tujuan-tujuan CSR tersebut, implementasi CSR perusahaan akan mengikuti arah dari kepentingan perusahaan di tengah-tengah komunitas lingkungan hidup masyarakat. Tujuan-tujuan CSR tersebut seperti tujuan dalam kerangka tanggung jawab pendidikan, ekonomi, moral, filantropi (kedermawanan) dan tujuan dalam tanggung jawab hukum.

2.2.3 Manfaat CSR

Menurut Darwin dalam Rakhiemah (2009) perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR apabila dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, diantaranya: dapat mempererat komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan, mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier dan pangsa pasar.

Menurut Wibisono (2007) beberapa manfaat penerapan CSR sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya:


(31)

1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. 2. Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk

terus dapat beroperasi.

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan.

4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya. 5. Membentangkan akses menuju market.

6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi.

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-based Business for Social Responsibility (BSR), banyak sekali keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan yang telah mempraktekkan CSR antara lain:

1. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan

CSR dapat membuat perusahaan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat sehingga reputasi perusahaan juga akan meningkat apabila perusahaan melaksanakan program tersebut dengan sebaik-baiknya.

2. Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan

Apabila program CSR dilakukan dengan baik oleh perusahaan maka para pelanggan akan menjadi lebih loyal karena para pelanggan tidak hanya mengetahui kualitas tetapi juga tujuan baik perusahaan.

3. Mengurangi biaya operasional

Dengan adanya CSR perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk biaya promosi, karena produk atau perusahaan pasti akan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian biaya operasional perusahaan akan menurun.

4. Meningkatkan kinerja keuangan

Dengan adanya CSR diharapkan laba perusahaan akan lebih meningkat karena penjualan juga akan meningkat. Dengan demikian kinerja keuangan dari perusahaan tersebut secara otomatis akan meningkat pula.


(32)

2.2.4 Kategori Perusahaan yang Melaksanakan CSR

Menurut Suharto (2007) berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat.

Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Tentu saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan.

1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR:

a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini.

b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan yang termasuk kategori ini adalah perusahaan besar, namun pelit.

c. Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR-nya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut perusahaan dermawan atau baik hati.

d. Perusahaan Reformis. Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju (Gambar 1).


(33)

Perusahaan Ekonomis - Pelit

Perusahaan Minimalis -Kecil - Lemah

Perusahaan Reformis - Maju

Perusahaan Humanis – Baik Hati/Dermawan

Anggaran CSR Profil

Perusahaan

Gambar 1. Kategori perusahaan berdasarkan profit perusahaan dan anggaran CSR (Suharto 2007)

2. Berdasarkan tujuan CSR untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat: a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekedar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.

b. Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan ”tebar pesona” daripada ”tebar karya”.

c. Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan daripada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata daripada tebar pesona.

d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi kemajuan perusahaan (Gambar 2).


(34)

Perusahaan Impresif – Tebar Pesona

Perusahaan Pasif – Tidak Tebar Pesona dan Karya

Perusahaan Progresif – Tebar Pesona dan Karya

Perusahaan Agresif – Tebar Karya

Pemberdayaan Promosi

Gambar 2. Kategori perusahaan berdasarkan tujuan CSR (Suharto 2007)

2.3. Citra Perusahaan

Menurut Jefkins (2003) Citra adalah kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Menurut Kotler (2009) corporate image is the consumer‟s response to the total offering and is defined as a sum the belief ,ideas and impressions that a public has an organization. Pengertian tersebut mendefinisikan citra perusahaan sebagai respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan perusahaan dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide dan kesan masyarakat pada suatu organisasi.Citra tersebut terbentuk di benak konsumen karena adanya pengalaman, kepercayaan, informasi dan pengetahuan yang pernah diperoleh oleh konsumen.

Menurut Jefkins dalam Indarwati (2007) citra perusahaan terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan adalah:

1. Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang. 2. Keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya. 3. Keberhasilan ekspor.

4. Hubungan industri yang baik.

5. Reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar. 6. Kesediaan turut memikul tanggungjawab sosial.


(35)

Menurut Spector dalam Picton & Broderick (2001) dalam upaya pengukurannya menemukan enam faktor utama yang dapat mengukur dimensi utama para calon responden yang mereka gunakan dalam mengekspresikan citra dari suatu organisasi. Keenam faktor utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dynamic: pioneering, attention-getting, active, goal oriented

Bahwa sebuah organisasi atau perusahaan haruslah dinamis: pelopor, menarik perhatian, aktif dan berorientasi pada tujuan.

2. Cooperative: friendly, well-liked, eager to please good relations

Sebuah organisasi harus mampu bekerja sama: ramah, disukai, membuat senang orang lain dan memiliki hubungan baik dengan orang lain. 3. Business: wise, smart, persuade, well-organized

Organisasi harus memiliki karakter bisnis: bijak, cerdas, persuasif, terorganisir dengan baik.

4. Character: ethical, reputable, respectable

Sebuah organisasi yang baik, harus memiliki karakter yang baik pula seperti: etis, reputasi baik dan terhormat.

5. Successful: financial performance, self-confidence

Ciri yang dimiliki organisasi sukses adalah kinerja keuangan yang baik dan percaya diri.

6. Withdrawn: aloof, secretive, cautious

Organisasi harus mampu menahan diri: ketat, menjaga rahasia dan berhati-hati.

Dengan demikian, maka parameter atau pengukuran citra perusahaan dapat dilakukan, melalui keenam faktor temuan Spector ini yang akan dikonversi melalui instrumen penelitian, yaitu kuesioner. Parameter citra ini kemudian akan dikonversi dengan menggunakan skala agar dapat diukur melalui angka. Skala yang digunakan adalah Skala Likert.


(36)

2.4. Masyarakat

Menurut Shadily (1993) memberikan pengertian bahwa masyarakat adalah kesatuan yang selalu berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan terjadi proses perubahan tersebut. Sedangkan menurut Plato, masyarakat merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami keguncangan sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur, yaitu nafsu, semangat dan intelegensi.

Masyarakat adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi dengan masyarakat lingkungannya dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pada manusia sebagai warga.

Menurut Ambaddar (2008) kesejahteraan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial. Subejo dan Supriyanto (2004) kesejahteraan masyarakat menurut adalah suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosial.

Menurut Mapisangka (2009) dalam lingkungan perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan merupakan pihak yang terpenting untuk memperoleh apresiasi. Apresiasi itu sendiri dapat berbentuk peningkatan kesejahteraan hidup melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan melalui kegiatan CSR. Dalam penerapannya, umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh dalam


(37)

menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan.

2.4.1 Pengembangan Masyarakat

Menurut Dunham dalam Rukminto (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai berbagai upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga sukarela. Dunham juga menyatakan ada lima prinsip dasar pengorganisasian masyarakat ataupun pengembangan masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Penekanan pada pentingnya kesatuan hidup masyarakat yang dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan kehidupan masyarakat, tidak dilakukan untuk segmen tertentu.

2. Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat, tidak hanya menekankan pada pendekatan multi profesi, tetapi juga multi lapisan profesi (multi vocational).

3. Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bias (multipurpose) pada wilayah pedesaan.

4. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal.

5. Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan masyarakat.

Menurut Wibisono (2007) indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sustainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Sedangkan keberlanjutan adalah strategi program yang dipakai untuk


(38)

menunjang kemandirian komunitas/komunitas yang dapat dilihat dari sisi sisi manusia (human), sosial (social), lingkungan(environment) danekonomi (economic). Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya.

2.4.2 Pengembangan Masyarakat sebagai Alat untuk Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Kadar dalam Aprilianti (2008) program pengembangan masyarakat merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Program pengembangan masyarakat sebagai salah upaya implementasi tanggung jawab sosial perusahaan antara laindilatar belakangi oleh:

1. Adanya penguasaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif.

2. Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat.

3. Perusahaan adalah entitas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility.

4. Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan.

2.5. Segmentasi, Targeting dan Positioning (STP)

Menurut Kotler (2009) strategi pemasaran modern STP yaitu (1) segmentasi pasar, (2) penetapan pasar sasaran, (3) penetapan posisi pasar, seperti yang dijelaskan.

Segmentasi

Segmen pasar : Sub kelompok orang-orang atau organisasi yang memiliki satu atau lebih karakteristik yang samamenyebabkan mereka memiliki produk yang serupa.


(39)

kelopok-kelompok yang bermakna, relative samadan dapat diidentifikasikan.

Tujuan segmentasi pasar adalah membuat para pemasar mampu menyelesaikan bauran pemasaran untuk memenuhi kebutuhan satu atau lebih segmen pasar tertentu. Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Kotler (2009) menyatakan:

“Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs”.

Targeting

Menurut Kotler (2009) setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasar, selanjutnya adalah mengevaluasi beragam segmen tersebut untuk memutuskan segmen mana yang menjadi target market.Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda perusahaan harus melihat dua faktor yaitu daya tarik pasar secara keseluruhan serta tujuan dan resource perusahaan.

Positioning

Menurut Kotler (2009) positioning adalah image atau citra yang terbentuk di benak seorang konsumen dari sebuah nama perusahaan atau produk. Posititioning adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing.Dalam hal ini termasuk brand image, manfaat yang dijanjikan serta competitive advantage.Inilah alasan kenapa konsumen memilih produk suatu perusahaan bukan produk pesaing.

2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Prasetya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility „Lifebuoy Berbagi Sehat‟ terhadap Loyalitas Konsumen dan Citra Perusahaan Unilever Indonesia(Studi Kasus di Kota Bogor) mendapatkan kesimpulan bahwa


(40)

Brand Awareness produk Lifebuoy di kota Bogor mencapai 100 persen aware dengan posisi Top of Mind 61 persen, Brand Recall 33 persen dan Brand Recognition 6 persen. Sementara efektifitas iklan televisi CSR “Lifebuoy Berbagi Sehat” melalui perhitungan CRI adalah sebesar 76,99 persen. Kemudian terdapat hubungan positif yang kuat antara kegiatan CSR dengan loyalitas konsumennya (39,2%) serta positif lemah dengan citra perusahaan (16,1%).

Jatmiko (2011) dalam skripsi berjudul Kajian Citra Perusahaan Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibility pada Bank “X” Bogor pada tahun 2011.Penelitian ini meneliti hubungan antara TJS yang dilakukan perusahaan terhadap citra perusahaan setelah dilakukan program TJS tersebut.Penelitian tersebut menggunakan analisis faktor, dengan hasil responden menilai citra yang dibangun oleh Bank “X” melalui program CSR sudah baik.Penelitian ini menggunakan 6 (enam) dimensi untuk menjelaskan hubungan antara citra perusahaan melalui kegiatan CSR. Keenam dimensi tersebut adalah successful (90,4%), business wise (89,1%), character (89%), cooperative (73,2%), withdrawn (70,4%) dan dynamic (67,2%). Setelah dilakukan analisis faktor, keenam dimensi tersebut mampu menjelaskan variasi 64,745%.

Ramadhani (2011) dalam skripsi berjudul Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Citra dan Loyalitas Konsumen PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk. pada tahun 2011 Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penilaian responden terhadap citra PT IVM melalui kegiatan Peduli Kasih masuk dalam kategori baik (3,14–3,69) sesuai 6 (enam) indikator yang diteliti, sedangkan pengukuran terhadap loyalitas konsumen dengan parameter 4 (empat) indikator yang diteliti didominasi oleh responden setuju (59%), yang bersedia menonton ulang tayangan Indosiar. Kegiatan CSR PT IVM melalui PPKI menghasilkan pengaruh paling besar terhadap dimensi dynamic pada citra perusahaan, yang dijelaskan oleh nilai R Square = 33,2% dan pengaruh paling kecil terhadap dimensi withdrawn dengan nilai R Square = 7,7%. Hal lainnya ditemui pengaruh positif dan nyata antara program CSR Peduli Kasih dengan citra


(41)

PT IVM, yang dijelaskan oleh nilai R Square = 30% dan juga ditemui pengaruh nyata program CSR Peduli Kasih terhadap loyalitas konsumen, yang dijelaskan oleh nilai R Square = 8,3%.


(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini memiliki kerangka awal dengan mengetahui terlebih dahulu visi dan misi perusahaan yang mana telah dibentuk sebagai pedoman dan landasan dalam melaksanakan kegiatan operasional agar efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan perusahaan.Demikian pun pada perusahaan ini telah memiliki visi dan misi yang telah dibentuk sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.

CSR merupakan bagian yang akan dianalisa, tujuan CSR pada perusahaan adalah membantu dan membangun masyarakat sekitar agar menjadi lebih baik. Masyarakat yang berada di sekeliling pertambangan merupakan bagian stakeholder dari perusahaan yang patut diberikan bantuan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner dengan teknik Purposive Sampling yaitu penentuan sample yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan.

Pengujian dilakukan dengan cara deskriptif yaitu untuk menjelaskan mengenai karakteristik responden yang merupakan sampel dari populasi masyarakat terkait pada perusahaan. Serta mengidentifikasi penilaian masyarakat terhadap program CSR perusahaan.Kemudian menganalisa pengaruh program CSR perusahaan terhadap citra perusahaan.Kesimpulan pada akhir penelitian ini ialah dapat mengetahui implikasi manajerialnya yang dimaksudkan untuk merekomendasikan kebijakan dari hasil kegiatan penelitian serta dapat memberikan beberapa masukan kepada pihak perusahaan terkait dengan kegiatan CSR yang telah dilakukan, apakah perusahaan memiliki manajemen CSR yang baik dengan hasil yang efektif atau tidak. Agar lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada kerangka pemikiran.


(43)

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Wanasari, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat yang merupakan lokasi proyek PT. AT. Penelitian dilaksanakan sejak bulan November hingga bulan Februari tahun 2013.

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Perusahaan PT. AT sebagai perusahaan trading pertambangan dipilih menjadi lokasi penelitian, karena PT. AT merupakan perusahaan baru yang telah menerapkan CSR dalam menjalankan usahanya sehingga hasilnya

PT. AT

Program CSR (Pembangunan Jalan)

Karakteristik Responden

Visi & Misi Perusahaan

Deskriptif

Pengaruh Program CSR terhadap Citra

Perusahaan

Deskriptif Persepsi Citra Perusahaan Terhadap

Masyarakat

Analisis Faktor

Crosstab

Ada tidaknya Hubungan KR

dengan Citra

Faktor yang Mempengaruhi

Citra

Persepsi Citra Kondisi

Karakteristik


(44)

lebih terlihat dikarenakan citra perusahaan yang terbentuk bukan karena image perusahaan yang telah berdiri lama, oleh karena itu skripsi ini akan menganalisa manfaat perusahaan mengimplementasikan CSR yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di lokasi proyeknya.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer sebagian besar diperoleh dari pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara dengan karyawan PT. AT khusus mengenai program CSR dan wawancara terstruktur dengan masyarakat Desa Wanasari melalui kuesioner (Lampiran 1). Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup.Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya dapat memilih alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai.

Pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian ini menggunakan Skala Likert. Menurut Rangkuti (2009), Skala Likert digunakan dalam kuesioner dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai pertanyaan yang diajukan. Bobot dalam Skala Likert dibuat ke dalam lima (5) penilaian, yaitu:

a. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5 b. Jawaban setuju diberi bobot 4

c. Jawaban ragu-ragu diberi bobot 3 d. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

e. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1

Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut, baik yang dilakukan langsung oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lainnya.Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui studi literatur, penelitian-penelitian terdahulu dan internet.

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Wanasari dengan jumlah sampel 100 orang. Jumlah ini diperoleh dengan menggunakan Rumus Slovin dengan nilai e sebesar 10% (nilai kritis untuk penelitian deskriptif). Rumus Slovin digunakan dengan asumsi bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal,


(45)

yaitu: ) Ne 1 ( N n 2

 ... (1) dimana:

n = jumlah contoh

N = jumlah populasi di Desa Wanasari tahun 2010, yaitu 6.254 jiwa (Hasil Sensus Penduduk Desa Wanasari, www.bps.go.id, 2010) e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh

yang masih ditolerir (10%).

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, diketahui jumlah penduduk Desa Wanasari yaitu 6.254 jiwa, sehingga diperoleh contoh sejumlah: 100 3316 , 98 ) 1 , 0 894 . 5 1 ( 894 . 5

n 2  

 

 responden

Jadi sampel yang diambil sebanyak 100 orang, nilai 100 tersebut merupakan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian di Desa Mekarsari. Untuk mendapatkan jumlah sampel per sub populasi dilakukan perhitungan menggunakan rumus metode alokasi proporsional menurut Nazir, M (1998) yaitu:

n x N N

n i

i  ……….…………..(2)

Keterangan:

ni = ukuran sampel yang diambil dari stratum ke-i Ni = ukuran populasi stratum ke-i

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel yang diambil Atau

ni = nilai sampel yang dicari dari setiap sub populasi Ni = jumlah tiap sub populasi

N = 6254

n = 100 (merupakan ukuran sampel yang telah dihitung pada α = 0,1) Dengan menggunakan rumus diatas, berikut ini merupakan perhitungan tiap sub populasi dari seluruh responden yang di wawancara. Terdapat 5 kedusunan dalam desa Agrabinta dengan memiliki jumlah total penduduk 6254 jiwa, dalam penelitian ini responden dibagi menjadi 5 kedusunan dengan masing-masingnya dipersentasekan sesuai jumlah


(46)

penduduk yang terdaftar pada tiap kedusunan tersebut. Hasil dari perhitungan terlihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Populasi dan Sampel

No Posisi (Kedusunan) Jumlah Populasi (Orang)

Sampel (Orang)

1. Warnasari 1807 29

2. Mekarwangi 1480 24

3. Sukamulya 927 15

4. Mekarmulya 876 14

5. Lingkungsari 1164 18

Jumlah 6254 100

Sumber: Sebaran Populasi, 2013 3.4. Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1 Uji Validitas

Pengujian kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden. Kuesioner diuji validitasnya untuk mengetahui bagaimana alat ukur (instrument) mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson berikut:



2 2

2

2

Y Y n X X n Y X XY n r

 

 ... (3)

Keterangan: r = koefisien reliabilitas yang dicari N = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total

Berdasarkan hasil perhitungan, jika rhitung lebih besar daripada rtabel, maka kuesioner dinyatakan valid.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam riset. Uji reliabilitas ini dilakukan pada saat sebelum penelitian untuk mengetahui apakah instrumen pengumpulan data tersebut sebuah reliabel (dapat diandalkan) atau belum. Apabila ternyata hasilnya tidak reliabel,


(47)

maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kuesioner. Jika hasilnya reliabel, maka penelitian akan dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner. Uji reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus berikut:

                 2 tot 2 b ii S S 1 1 k k

r ... (4) Keterangan: rii : koefisien reliabilitas instrumen

k : jumlah butir instrumen 2

b

S : varians butir 2

tot

S : varians total

Apabila rhitung positif dan lebih besar dari nilai rtabel dan nilai alpha cronbach minimum adalah 0,6 maka pernyataan dalam kuesioner reliabel. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPPS (Statistical Package for Social Sciences) versi 20.00for Mac.

3.4.3 Analisis Deskriptif

Menurut Subagyo dalam Jatmiko (2010) analisis deskriptif adalah cara pengumpulan data yang kemudian disajikan dengan menentukan nilai-nilai statistika dan membuat diagram atau menampilkan gambar yang merupakan informasi hasil pengolahan data, penyajian ini dilakukan agar lebih mudah dipahami dan dibaca. Analisis deskriptif pada penelitian ini meliputi karakteristik responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi citra perusahaan.

Menurut Umar (2003) pengujian penilaian responden terhadap program CSR PT. AT yaitu Program Pembangunan Jalan sendiri dilakukan dengan memberikan delapan pertanyaan. Berdasarkan jawaban dari responden tersebut, kemudian dilakukan penilaian citra perusahaan yang disebabkan oleh Program Pembangunan Jalan kriteria penilaian berdasarkan Skala Likert pada Tabel 6 sebagai berikut:


(48)

Tabel 6. Skala Likert

Selang Arti

1,00 – 1,80 Sangat Buruk 1,81 –2,60 Buruk 2,61 – 3,40 Cukup Baik

3,41 -- 4,20 Baik

4,21 – 5,00 Sangat Baik Sumber: Umar, 2003

3.4.4 Analisis Crosstab

Cross-tabulation adalah teknik statistic yang dapat menggambarkan dua variable atau lebih secara simultan. Cross-tabulation ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara satu variable dengan variable lainnya.

Chi-square statistic membantu dalam menunjukan apakah terdapat hubungan antara dua variable tersebut. Variabel yang akan dianalisis dalam chi-square test ini adalah hubungan karakteristik responden umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan citra perusahaan. Uji chi-square juga dilengkapi dengan beberapa alat uji, salah satunya sebagai berikut:

Hipotesis untuk kasus ini:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara baris dan kolom. H1 : Terdapat pengaruh antara baris dan kolom. Pengambilan keputusan:

1. Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel maka H0 diterima. 2. Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel maka H0 ditolak. 3.4.5 Uji Normalitas

Salah satu cara mendeteksi normalitas adalah dengan plot probabilitas normal. Melalui plot ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengannilai harapan dari distribusi normal. Jika residual berasal dari distribusi normal,maka nilai-nilai data (titik-titik dalam grafik) akan terletak di sekitar garis diagonal.


(49)

3.4.6 Analisis Faktor

Menurut B. A Nugroho (2005) analisis faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokan dan meringkas factor-faktor yang merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena tertentu.Pengujian dengan menggunakan analisis faktor dapt menggunakan data yang berasal dari data primer maupun data sekunder.Analisis faktor yang berasal dari data primer didapat melalui sebuah kuesioner (angket) yang bertujuan untuk mengkuantitatifkan data dengan menggunakan skala likert serta menggunakan rata-rata pembobotan sebagai data statistic yang diolah.

Analisis faktor dengan data sekunder bisa menggunakan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi. Namun dalam hal ini dimesi data yang digunakan haru disesuaikan dengan definisi suatu variabel atau fenomena yang akan diukur.


(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan

PT. AT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan khususnya pada pengolahan, pemurnian serta pengangkutan dan penjualan dari masing-masing izin pertambangan, yang memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus dengan nomor IUP: 503/Tmb.1539/DPSDAP&P. Perusahaan ini didirikan oleh pihak swasta pada tanggal 9 Mei 2011

Perusahaan ini memiliki kantor di Ruko Danau Bogor Raya Blok D6 No.4, dengan lokasi wilayah pertambangan di Desa Wanasari, Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur dengan luas area wilayah yang mencapai 50.000 m2 (50 Ha) dengan komoditas mineral logam jenis pasir besi.

Sejak terbitnya IUP Operasi Produksi Khusus pada tanggal 9 Mei 2011 sampai dengan akhir tahun 2012 perusahaan sudah melakukan kerjasama dengan pemilik Izin Pertambangan Rakyat (IPR) salah satunya dengan IPR yang berada di Cianjur Selatan, Kecamatan Agrabinta. Pada kawasan ini terdapat izin IPR yang terdiri dari 10 orang pemilik izin yang langsung dikerjasamakan oleh perusahaan sebagai “Bapak Angkat” dari pertambangan rakyat ini. Dalam perjalanannya, perusahaan mempunyai kegiatan untuk membeli hasil pertambangan yang ditambang oleh rakyat kemudian mengolah logam material tersebut menjadi barang setengah jadi (pengolahan dan pemurnian) dengan menaikan kadar Fe yang terkandung dalam logam tersebut menggunakan seperangkat alat mesin separator serta menjual kepada buyer yang berasal dari lokal maupun asing (pengangkutan dan penjualan).

Kegiatan perusahaan di lapangan berkaitan dengan tahapan-tahapan kegiatan (ekplorasi, ekploitasi, konstruksi serta pembangunan jalan umum pada desa dan sebagainya).Pembangunan jalan yang dilakukan perusahaan ini merupakan salah satu fasilitas penunjang kegiatan penambangan dilokasi, selain itu pembangunan jalan desa itu pun bertujuan untuk membangun dan mensejahterakandesa di sekitar


(51)

wilayah pertambangan. Beberapa fasilitas umum yang berada di desa pun telah dibangun oleh perusahaan,dimana kegiatan itu merupakan bagian dari CSR perusahaan untuk mendapat citra dari warga setempat.

4.1.1 Identitas Perusahaan Logo Perusahaan:

Gambar 4. Logo perusahaan

Arti Logo : Marka jalan yang berarti alur transportasi yang sebagaimana merupakan symbol dari bidang usaha yang dilakukan oleh perusahaan.

Nama Perusahaan : PT. ADJIE TRANSINDO

Bidang Usaha : Produksi, Pemurnian, Pengangkutan dan Penjualan Mineral Pasir Besi.

Alamat : Komplek Ruko Danau Bogor Raya Blok D6 No.4. Kecamatan Katulampa. Jl. Raden Kan’an No. 3 RT. 05/04 Kel. Tanah Baru – Kec. Bogor Utara.

Misi Perusahaan : Mengutamakan konsumen dengan menyediakan pasir besi kualitas terbaik.

Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan bertaraf internasional dengan menjadikan konsumen sebagai prioritas utama.


(52)

4.1.2 Struktur Organisasi

Gambar 5. Struktur organisasi PT. AT. 4.1.3 Kondisi Geografis

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah dibagian Selatan Propinsi Jawa Barat yang dikenal dengan banyaknya bahan galian yang dapat diusahakan. Salah satu bahan galian yang terdapat di daerah tersebut adalah pasir besi yang penyebarannya hampir di seluruh pantai dan muara di Kabupaten Cianjur.

Lokasi penelitian terletak di Desa Wanasari Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan jarak 60 km dari Kota Cianjur–Cibeber–Sukanagara–Pagelaran–Sagaranten– Sindangbarang–Lokasi. Selain itu lokasi penelitian juga dapat ditempuh dari Kota Cianjur dengan jarak 80 km.

KOMISARIS

Direktur Utama

Direktur Marketing Direktur

Operasional Direktur

Keuangan

CSR Humas

Audit

Pembangunan Jalan


(1)

(Pekerjaan * Persepsi responden terhadap Citra Perusahaan)

Pekerjaan * Persepsi Citra Perusahaan? Crosstabulation

Count

Persepsi Citra Perusahaan?

Cukup Baik Baik Sangat Baik Total

Pekerjaan Pelajar 7 9 0 16

Pegawai Negeri 1 5 0 6

Pegawai Swasta 9 7 2 18

IRT 9 11 1 21

Wiraswasta 28 10 1 39

Total 54 42 4 100

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 14.350a 8 .073

Likelihood Ratio 14.676 8 .066

Linear-by-Linear Association 3.893 1 .048 N of Valid Cases 100


(2)

Lanjutan Lampiran 9.

(Pendapatan * Persepsi responden terhadap Citra Perusahaan)

Pendapatan * Persepsi Citra Perusahaan? Crosstabulation

Count

Persepsi Citra Perusahaan?

Cukup Baik Baik Sangat Baik Total Pendapatan < Rp. 1.000.000,- 38 30 2 70

Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.500.000,- 11 8 2 21 Rp. 2.500.000,- s/d Rp. 5.000.000,- 3 3 0 6

> Rp. 5.000.000,- 2 1 0 3

Total 54 42 4 100

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.542a 6 .864

Likelihood Ratio 2.471 6 .872

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000 N of Valid Cases 100


(3)

Character, Succesful & Withdrawn)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .853 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 357.626

df 15.000

Sig. .000

Communalities

Initial Extraction Dynamic 1.000 .530 Cooperative 1.000 .661 Business 1.000 .794 Character 1.000 .642 Succesful 1.000 .528 Withdrawn 1.000 .819 Extraction Method: Principal Component Analysis.

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Dynamic

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .483 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 21.510

df 3.000

Sig. .000

Communalities

Initial Extraction Attention-getting 1.000 .741

Active 1.000 .979

Goal Oriented 1.000 .727 Extraction Method: Principal Component Analysis.


(4)

Lanjutan Lampiran 7.

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Cooperative

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .581 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 32.424

df 3.000

Sig. .000

Communalities

Initial Extraction

Friendly 1.000 .356

Well-liked 1.000 .675 Eager to please 1.000 .616 Extraction Method: Principal Component Analysis.

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Business Wise

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .512 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 55.208

df 6.000

Sig. .000

Communalities

Initial Extraction

Wise 1.000 .581

Smart 1.000 .823

Persuade 1.000 .885 Well-organized 1.000 .629 Extraction Method: Principal Component Analysis.


(5)

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Character

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .500 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square .574

df 1.000

Sig. .449

Communalities

Initial Extraction Ethical 1.000 .538 Respectable 1.000 .538 Extraction Method: Principal Component Analysis.

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Succesful

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .500 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 10.219

df 1.000

Sig. .001

Communalities

Initial Extraction Financial performance 1.000 .658 Self-confidence 1.000 .658 Extraction Method: Principal Component Analysis.


(6)

Lanjutan Lampiran 7.

Analisis Faktor 6 Dimensi (

Withdrawn

)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .429 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 11.531

df 3.000

Sig. .009

Communalities

Initial Extraction Aloof 1.000 .729 Secretive 1.000 .870 Cautious 1.000 .757 Extraction Method: Principal Component Analysis.