Karakteristik Umbi Singkong Penelitian Pendahuluan
lebih kecil dalam gram Force untuk memecah atau menghancurkan keripik singkong hasil perendaman umbi singkong selama 1.5 jam dan 0.5 jam. Hasil ini
juga menunjukkan bahwa hidrolisis pati selama perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat selama waktu tersebut akan menghasilkan rasio amilosa
amilopektin yang menurunkan nilai kerenyahan produk. Penelitian sebelumnya yakni oleh Shin et al. 2013 telah membuktikan rasio amilosa amilopektin bahan
adalah yang utama mempengaruhi tekstur dari produk yang dihasilkan.
Analisis fisik keripik singkong hasil perlakuan perendaman terpilih juga mencakup analisis warna obyektif dengan chromameter.Hasil nilai warna L, a,
dan b keripik singkong dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai warna keripik singkong dengan chromameter
Perlakuan
Nilai warna
L a
b
Kontrol 62.06 ± 0.47
1.61 ± 0.04 27.12 ± 0.54
0.5 0.5 jam
62.19 ± 0.73 1.92± 0.36
25.88 ± 0.43 1 jam
62.46 ± 0.61 4.00 ± 0.25
24.63 ± 1.28 1.5 jam
63.02 ± 0.59 5.14 ± 0.53
28.66 ± 0.97 2 jam
63.66 ± 0.85 5.04 ± 0.13
28.23 ± 0.47
1.0 64.10 ± 0.57
0.70 ± 0.10 27.38 ± 1.35
0.5 jam 1 jam
65.41 ± 0.71 1.51 ± 0.15
28.14 ± 0.76 1.5 jam
66.94 ± 0.54 1.53 ± 0.17
28.08 ± 0.32 2 jam
70.34 ± 2.17 1.96 ± 0.10
29.87 ± 0.91 Tabel 4 menunjukkan hal yang sama saat pengukuran warna keripik
singkong pada penelitian pendahuluan, bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan asam asetat dan semakin lama waktu perendaman umbi singkong dalam larutan
asam asetat, maka nilai L yang menunjukkan kecerahan keripik singkong yang dihasilkan semakin tinggi. Selain itu, keripik singkong hasil perendaman dalam
larutan asam asetat juga seluruhnya lebih cerah dibandingkan dengan kontrol, yakni keripik singkong tanpa perlakuan perendaman umbi singkong dalam larutan
asam asetat. Nilai a yang merujuk pada warna merah jika bernilai positif, menunjukkan keripik singkong dengan konsentrasi larutan asam asetat 0.5
memiliki warna yang lebih merah dibanding kontrol maupun keripik singkong dengan perlakuan perendaman dalam larutan asam asetat 1.0 . Berdasarkan nilai
b yang merujuk pada warna kuning jika bernilai positif, dapat dilihat bahwa keripik singkong hasil perlakuan perendaman dalam larutan asam asetat memiliki
warna yang lebih kuning dari kontrol.
Secara keseluruhan, dibandingkan dengan kontrol, keripik singkong yang dihasilkan dengan perlakuan perendaman asam asetat adalah lebih cerah,
kekuningan. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat serta semakin lama waktu perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat, maka keripik singkong
yang dihasilkan juga semakin cerah kekuningan bahkan ketika diamati secara subyektif terlihat semakin pucat. Hal ini dikarenakan bahwa pH berpengaruh
signifikan terhadap reaksi pencoklatan Anupama et al. 2006. Reaksi pencoklatan
15 biasanya terjadi pada pH 9 sampai pH 10.5. Pada pH rendah, banyak grup amino
yang terprotonasi sehingga hanya sedikit asam amino yang tersedia untuk reaksi pencoklatan. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat yang digunakan serta
semakin lama perendaman umbi singkong inilah yang menyebabkan semakin sedikit juga asam amino yang bereaksi membentuk senyawa melanoidin Eriksson
1981.
Sedangkan pada kontrol, yakni keripik singkong tanpa perlakuan perendaman menunjukkan bahwa nilai L, a, dan b adalah lebih tinggi dibanding
keripik singkong hasil perlakuan perendaman. Singkong dikategorikan sebagai bahan makanan sumber karbohidrat, bahkan pada singkong varietas Manggu
memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dari umbi singkong umumnya. Hal ini menyebabkan ketika umbi singkong Manggu tersebut diproses dengan
perlakuan panas pada suhu tinggi seperti proses penggorengan, akan memicu reaksi Karamelisasi yang ditandai dengan adanya proses pencoklatan, yang
dikategorikan dengan proses pencoklatan non-enzymatis. Singkong juga varietas Manggu ini juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dari umbi
singkong umumnya. Keberadaan protein tersebut memungkinkan bahwa pada saat penggorengan umbi singkong juga terjadi reaksi pencoklatan non-enzymatis
lainnya yakni reaksi Maillard yang merupakan reaksi antara karbohidrat khususnya gula reduksi dengan gugus amino International Starch Institute 2005.
Oleh karena itu warna coklat pada keripik singkong kontrol, yakni tanpa perlakuan perendaman dalam larutan asam asetat ditimbulkan oleh reaksi
Karamelisasi dan Maillard yang berlangsung secara simultan selama penggorengan.
Selain analisis fisik, keripik singkong hasil perlakuan perendaman terpilih juga diuji secara organoleptik dengan uji rating hedonic oleh 70 panelis tidak
terlatih. Hasil dari uji organoleptik tersebut akan menentukan keripik singkong terbaik yang selanjutnya akan melalui tahap penyimpanan. Hasil uji organoleptik
keripik singkong dapat dilihat pada Gambar 6 sampai Gambar 10.
Gambar 6 Tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan keripik singkong
1 2
3 4
5 6
7
0.5 jam
1 jam
1.5 jam
2 jam
0.5 jam
1 jam
1.5 jam
2 jam
Kontrol 0.5
1.0 Ska
la
Perlakuan lama perendaman jam dan konsentrasi asam asetat