Kadar Abu SNI 01- 3751-2006 Kadar Protein SNI 01- 3751-2006

Force g Time sec Gambar 1 Kurva analisis profil tekstur Hilangnya sifat renyah maupun keras bahan pangan merupakan penyebab utama penolakan konsumen terhadap makanan kering Amertaningtyas et al. 2010. Hasil penelitian perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat pada penelitian pendahuluan adalah diperolehnya keripik singkong dengan karakteristik tekstur yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 serta warna keripik singkong pada Tabel 3. Gambar 2 dan 3 menunjukkan hasil analisis tekstur keripik singkong dengan texture analyzer penelitian perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat konsentrasi 0.5 ; 1.0 ; 2.0 ; dan 3.0 masing masing selama 2 jam; 4 jam; dan 6 jam. Hasil analisis tekstur mencakup nilai kekerasan dan kerenyahan keripik singkong. Gambar 2 Kerenyahan keripik singkong 100 200 300 400 500 600 700 800 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 0.5 1.0 2.0 3.0 Fo r c e g Perlakuan lama perendaman jam dan konsentrasi asam asetat kerenyahan kekerasan 11 Gambar 3 Kekerasan keripik singkong Hasil analisis statistik yang dilakukan terhadap tekstur keripik singkong, menunjukkan terdapat pengaruh yang sinifikan dari perlakuan perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat terhadap kerenyahan dan kekerasan keripik singkong. Perlakuan perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat selama2 jam dan 4 jam adalah yang menghasilkan keripik singkong yang signifikan berbeda dibanding perlakuan perendaman umbi singkong selama 6 jam. Perlakuan perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat selama 2 jam dan 4 jam menghasilkan keripik singkong dengan nilai kerenyahan dan kekerasan terendah. Hal ini berarti dibutuhkan tenaga yang lebih kecil dalam gram Force untuk memecah atau menghancurkan keripik singkong dengan perlakuan perendaman dalam larutan asam asetat konsentrasi selama 2 jam dan 4 jam. Nilai kekerasan dan kerenyahan yang rendah pada sampel keripik singkong hasil perendaman asam asetat selama 2 jam dan 4 jam tersebut menunjukkan bahwa proses hidrolisis pati selama perendaman umbi singkong menghasilkan rasio amilosa amilopektin yang menurunkan nilai kerenyahan dan kekerasan keripik singkong yang dihasilkan. Rasio amilosa amilopektin sendiri mempengaruhi tingkat pengembangan dan tekstur dari produk pangan Matz 1992. Walau demikian, hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antar sampel keripik singkong hasil perendaman umbi singkong selama 2 jam dan 4 jam menjadi acuan dipilihnya perlakuan perendaman dengan penggunaan asam asetat konsentrasi terendah dan lama perendaman tersingkat sebagai perlakuan terpilih dalam pembuatan keripik singkong selanjutnya. Analisis fisik terhadap warna dilakukan menggunakan chromameter dan menghasilkan nilai warna L, a, dan b. Nilai warna tersebut menunjukkan warna keripik singkong yang dihasilkan, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan nilai warna keripik singkong hasil perendaman umbi singkong dalam larutan asam asetat konsentrasi 0.5 ; 1.0 ; 2.0 ; dan 3.0 masing -masing selama 2 jam; 4 jam; dan 6 jam. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 2 jam 4 jam 6 jam 0.5 1.0 2.0 3.0 Fo r c e g Perlakuan lama perendaman jam dan konsentrasi asam asetat