Susut Bobot Kajian pelilinan terhadap kualitas dan daya simpan buah pepaya Callina
25 yang diberi lapisan lilin 10 mulai mengalami penurunan pada hari ke-10.
Perubahan nilai L yang semakin turun disebabkan oleh warna kulit buah menjadi kusam, menghitam, dan banyak tumbuh cendawan.
Nilai L pada buah pepaya di suhu 13 °C menghasilkan nilai kecerahan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan buah pepaya yang disimpan disuhu ruang
ber-AC. Hal ini terjadi karena suhu dingin mampu menghambat perubahan kecerahan warna kulit buah pepaya. Pada suhu dingin 13 °C nilai L semakin
meningkat hingga hari terakhir penyimpanan. Dapat dilihat pada Gambar 21 nilai L pada buah pepaya kontrol semakin meningkat hingga hari ke-16. Kemudian
nilai L untuk buah pepaya yang diberi lapisan lilin 6 meningkat hingga hari ke- 22. Nilai L pada buah pepaya dengan konsentrasi lilin 6 tingkat kecerahannya
terus meningkat sedangkan yang diberi lapisan lilin kecerahannya menurun pada hari ke-18. Hal ini disebabkan warna kulit berubah menghitam dan semakin
kusam.
Gambar 21 Perubahan nilai kecerahan L buah pepaya selama penyimpanan Persamaan garis yang dibentuk oleh titik-titik pengukuran notasi L
menunjukkan pola perubahan tingkat kecerahan buah pepaya selama periode
simpan. Berdasarkan nilai R
2
model matematik dalam bentuk persamaan linier yang dianggap mendekati kondisi nyata adalah pada perlakuan lilin 6 pada suhu
13 °C. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk kecerahan kulit buah terdapat pada Lampiran 6. Untuk uji lanjut Duncan pada nilai L
menunjukkan bahwa konsentrasi lilin yang
digunakan berpengaruh nyata p≤0.05 pada hari ke- 2, 4, dan 10. Di mana konsentrasi pelilinan 0 berbeda nyata dengan konsentrasi
pelilinan 6 dan 10. Sedangkan suhu yang digunakan berpengaruh nyata p≤0.05 pada hari ke-2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Di mana suhu 13 °C berbeda nyata
dengan suhu ruang ber-AC dengan rata-rata tingkat kecerahan tertinggi yaitu pada
suhu ruang ber-AC.
Komponen Warna Merah-Hijau a
Nilai a selama penyimpanan untuk semua perlakuan cenderung meningkat. Peningkatan nilai a pada buah pepaya menunjukkan bahwa warna
merah pada kulit buah pepaya semakin bertambah. Seperti hasil pengamatan pada Gambar 22 bahwa nilai a semakin lama semakin meningkat. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dilihat bahwa buah pepaya yang diberi konsentrasi lilin 10 di suhu ruang ber-AC mampu mempertahankan warna merah. Sedangkan pada suhu
dingin, buah pepaya yang diberi lapisan lilin 6 menghasilkan nilai a paling rendah dibandingkan dengan buah pepaya kontrol dan yang diberi lapisan lilin
10 pada suhu yang sama. Hal ini membuktikan bahwa suhu rendah dapat menekan perubahan warna kulit buah.
Gambar 22 Perubahan nilai komponen warna merah-hijau a buah pepaya selama penyimpanan
Persamaan garis yang dibentuk oleh titik-titik pengukuran notasi a menunjukkan pola perubahan warna merah buah pepaya
selama periode simpan. Berdasarkan nilai R
2
model matematik dalam bentuk persamaan linier yang dianggap mendekati kondisi nyata adalah pada perlakuan kontrol pada suhu 13 °C
serta kontrol dan lilin 6 pada suhu 20-25 °C. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk nilai a terdapat pada Lampiran 7. Untuk uji lanjut Duncan pada
nilai a menunjukkan bahwa konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata
p≤0.05 pada hari ke-2, 8, 10, dan 12. Sedangkan suhu yang digunakan berpengaruh nyata p≤0.05 pada hari ke-2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Di mana suhu 13
°C berbeda nyata dengan suhu ruang ber-AC dengan rata-rata tingkat perubahan nilai a tertinggi yaitu pada suhu ruang ber-AC.
Komponen Warna Kuning-Biru b
Pada Gambar 23 memperlihatkan perubahan nilai komponen warna kuning-biru b kulit buah pepaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat
dilihat pada Gambar 23 bahwa nilai b untuk semua perlakuan cenderung meningkat. Untuk buah pepaya yang disimpan di suhu ruang ber-AC
menghasilkan nilai b yang lebih tinggi bila dibandingkan buah pepaya yang disimpan di suhu 13 °C. Nilai b tertinggi pada suhu ruang mencapai angka 51