Persamaan  garis  yang  dibentuk  oleh  titik-titik  pengukuran  susut  bobot menunjukkan  pola  perubahan  susut  bobot  buah  pepaya  selama  periode  simpan.
Berdasarkan  nilai  R
2
model  matematik  dalam  bentuk  persamaan  linier,  semua perlakuan  baik  pada  suhu  13  °C  maupun  pada  suhu  20-25  °C  mampu
menggambarkan kondisi nyata karena nilai R
2
lebih besar dari 0.9. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk susut bobot
terdapat pada Lampiran 3. Untuk uji  lanjut  Duncan  pada  susut  bobot
menunjukkan  bahwa  konsentrasi  lilin  yang digunakan berpengaruh nyata
p≤0.05 pada hari ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15,  dan  16.  Di mana  konsentrasi  pelilinan  0  berbeda  nyata  dengan  konsentrasi
pelilinan  6  dan  10.  Sedangkan  suhu  yang  digunakan  berpengaruh  nyata p≤0.05  pada  hari  ke-0  sampai  hari  ke-12.  Di  mana  suhu  13  °C  berbeda  nyata
dengan suhu ruang ber-AC dengan rata-rata susut bobot tertinggi yaitu pada suhu
ruang ber-AC.
3. Kekerasan Buah
Nilai  kekerasan  merupakan  salah  satu  faktor  perubahan  fisik  yang menunjukkan  tingkat  kematangan  buah.  Menurut  Sjaifullah  dan  Setyadjit  1993
kadar  gula  berkolerasi  dengan  pelunakan  tekstur  selama  pemasakan,  semakin tinggi  kadar  gula  maka  buah  akan  semakin  lunak.  Berdasarkan  hasil  penelitian
dapat  dilihat  pada  Gambar  19  bahwa  nilai  kekerasan  buah  pepaya  selama penyimpanan  pada suhu dingin lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kekerasan
buah  pepaya  pada  suhu  ruang  ber-AC.  Nilai  kekerasan  paling  rendah  pada  suhu 13 °C adalah 1.82 kgf sedangkan nilai  kekerasan paling rendah pada suhu ruang
ber-AC adalah 0.71 kgf.
Semakin  lama  penyimpanan,  maka  nilai  kekerasan  buah  akan  semakin menurun.  Seperti  yang  dapat  dilihat  pada  Gambar  19  bahwa  kekerasan  buah
pepaya  semakin menurun. Akan tetapi terdapat nilai kekerasan buah  pepaya yang mengalami  kenaikan  selama  penyimpanan.  Seperti  pada  buah  pepaya  yang
dilapisi  lilin  dengan  konsentrasi  10  pada  suhu  13
°C  nilai  kekerasannya mengalami kenaikan pada hari ke-18.
Kekerasan  buah  pepaya  pada  ruang  ber-AC  yaitu  buah  pepaya  kontrol, diikuti  dengan  buah  pepaya  yang  diberi  lapisan  lilin  6  dan  lilin  10.  Namun
untuk  buah  pepaya  kontrol  pada  suhu  13  °C  nilai  kekerasannya  lebih  tinggi  bila dibandingkan  dengan  buah  pepaya  yang  diberi  lapisan  lilin.  Hal  ini  disebabkan
oleh kulit buah pepaya mengalami pengeriputan kulit lebih cepat sehingga terjadi peningkatan  nilai  kekerasan.  Menurut  Pantastico  1989,  peningkatan  dan
penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan penguapan air. Tingkat kekerasan bergantung  pada  tebalnya  kulit  luar,  kandungan  total  zat  padatan  terlarut  dan
kandungan pati yang terdapat pada bahan.
23
Gambar 19 Perubahan kekerasan buah pepaya selama penyimpanan Persamaan  garis  yang  dibentuk  oleh  titik-titik  pengukuran  kekerasan
menunjukkan  pola  perubahan  kekerasan  buah  pepaya selama  periode  simpan.
Berdasarkan  nilai  R
2
model  matematik  dalam  bentuk  persamaan  linier  yang dianggap  mendekati  kondisi  nyata  adalah  pada  perlakuan  lilin  6  pada  suhu  13
°C dan lilin 6  pada suhu 20-25 °C. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk  susut  bobot
terdapat  pada  Lampiran  4.  Untuk  uji  lanjut  Duncan  pada kekerasan
menunjukkan  bahwa  konsentrasi  lilin  yang  digunakan  berpengaruh nyata  p≤0.05  pada  hari  ke-7,  8,  10,  dan  12.  Sedangkan  suhu  yang  digunakan
berpengaruh nyata p≤0.05 pada hari ke-4, 6, 8, 10, dan 12. Di mana suhu 13 °C berbeda  nyata  dengan  suhu  ruang  ber-AC  dengan  rata-rata  kekerasan
tertinggi yaitu pada suhu 13 °C.
4. Total Padatan Terlarut
Total  padatan  terlarut  TPT  cenderung  menurun  seiring  dengan  penuaan buah.  TPT  pada  dasarnya  menggambarkan  gula  secara  keseluruhan  gula  total
Santosa,  2007.  TPT  yang  terkandung  dalam  buah  akan  lebih  cepat  meningkat ketika buah mengalami kematangan dan akan terus menurun seiring dengan lama
penyimpanan  buah.  Proses  pematangan  dan  pembusukan  akan  menyebabkan kandungan  kandungan  karbohidrat  dan  gula  berubah.  Berdasarkan  data  yang
didapat  pada  pengamatan,  kandungan  TPT  buah  pepaya  selama  penyimpanan pada  umumnya  mengalami  perubahan  yang  fluktuatif  karena  sampel  yang
digunakan untuk setiap pengamatan tidak berasal dari buah pepaya yang sama.
Pada  awal  penyimpanan,  nilai  TPT  buah  pepaya  berkisar  antara  7.7-10,3 °Brix.  Kandungan  TPT  tertinggi  pada  pengamatan  buah  pepaya  ini  adalah  11.5
°Brix.  Dapat  dilihat  pada  Gambar  20  bahwa  nilai  TPT  yang  didapat  fluktuatif. Berdasarkan  data  yang  diperoleh  pada  pengamatan  buah  pepaya  ini,  pemberian
konsentrasi  lilin  dan  suhu  penyimpanan  tidak  terlalu  berpengaruh  terhadap perubahan  nilai  TPT.  Santosa  2007  mengatakan  bahwa  selama  berlangsungnya
pematangan buah akan terjadi hidrolisis pati menjadi gula dengan demikian terjadi akumulasi  gula.  Kemudian  seiring  dengan  dengan  pematangan  buah  kadar  TPT
akan  menurun,  disebabkan  oleh  pemecahan  gula  selama  respirasi  berlangsung sehingga terjadi penurunan gula.
Gambar 20 Perubahan total padatan terlarut TPT buah pepaya selama penyimpanan
Persamaan  garis  yang  dibentuk  oleh  titik-titik  pengukuran  total  padatan terlarut  menunjukkan  pola  perubahan  total  padatan  terlarut  buah  pepaya
selama periode  simpan.  Berdasarkan  nilai  R
2
,  pola  perubahan  nilai  TPT  buah  pepaya selama  penyimpanan  tidak  termasuk  dalam  kondisi  nyata.  Hasil  analisis  ragam
dan  uji  lanjut  Duncan  untuk  TPT  terdapat  pada  Lampiran  5.  Untuk  uji  lanjut Duncan pada TPT
menunjukkan bahwa konsentrasi lilin dan suhu yang digunakan tidak  berpengaruh  nyata.  Hal  ini  berarti  pemberian  lapisan  lilin  dengan
konsentrasi dan suhu yang berbeda tidak mempengaruhi TPT buah pepaya.
5. Warna Kulit Buah
Nilai  L,  a,  dan  b  yang  semakin  meningkat  pada  buah  pepaya menunjukkan  adanya  proses  pemasakan  buah  pepaya  yang  ditandai  dengan
perubahan warna kulit buah pepaya dari hijau menjadi kuning. Menurut Winarno dan  Aman  1981  pada  tahap  pemasakan  pigmen  klorofil  terdegradasi  sehingga
warna  hijau  akan  pudar  dan  muncul  warna  kuning  sebagai  hasil  dari  pigmen karotenoid.
Kecerahan Warna L
Pada awal penyimpanan, rata-rata nilai L buah pepaya berkisar antara 54-57. Pada  awal  penyimpanan  nilai  L  pada  buah  pepaya  semakin  meningkat.
Meningkatnya nilai L pada buah pepaya menunjukkan adanya proses pematangan buah pepaya yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah pepaya dari hijau
menjadi  kuning.  Nilai  L  buah  pepaya  kontrol  di  suhu  ruang  ber-AC  mulai mengalami penurunan pada hari ke-4. Kemudian nilai L buah pepaya yang diberi
lapisan  lilin  6  mulai  mengalami  penurunan  pada  hari  ke-6  dan  buah  pepaya
25 yang  diberi  lapisan  lilin  10  mulai  mengalami  penurunan  pada  hari  ke-10.
Perubahan nilai L yang semakin turun disebabkan oleh warna kulit buah menjadi kusam, menghitam, dan banyak tumbuh cendawan.
Nilai L pada buah pepaya di suhu 13 °C menghasilkan nilai kecerahan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan buah pepaya  yang disimpan disuhu ruang
ber-AC.  Hal  ini  terjadi  karena  suhu  dingin  mampu  menghambat  perubahan kecerahan  warna  kulit  buah  pepaya.  Pada  suhu  dingin  13  °C  nilai  L  semakin
meningkat hingga hari terakhir penyimpanan. Dapat dilihat pada Gambar 21 nilai L  pada  buah  pepaya  kontrol  semakin  meningkat  hingga  hari  ke-16.  Kemudian
nilai L untuk buah pepaya yang diberi lapisan lilin 6 meningkat hingga hari ke- 22.  Nilai  L  pada  buah  pepaya  dengan  konsentrasi  lilin  6  tingkat  kecerahannya
terus meningkat  sedangkan  yang diberi lapisan lilin  kecerahannya menurun pada hari  ke-18.  Hal  ini  disebabkan  warna  kulit  berubah  menghitam  dan  semakin
kusam.
Gambar 21 Perubahan nilai kecerahan L buah pepaya selama penyimpanan Persamaan  garis  yang  dibentuk  oleh  titik-titik  pengukuran  notasi  L
menunjukkan  pola  perubahan  tingkat  kecerahan  buah  pepaya selama  periode
simpan.  Berdasarkan  nilai  R
2
model  matematik  dalam  bentuk  persamaan  linier yang dianggap mendekati kondisi nyata adalah pada perlakuan lilin 6 pada suhu
13  °C.  Hasil  analisis  ragam  dan  uji  lanjut  Duncan  untuk  kecerahan  kulit  buah terdapat  pada  Lampiran  6.  Untuk  uji  lanjut  Duncan  pada  nilai  L
menunjukkan bahwa konsentrasi lilin yang
digunakan berpengaruh nyata p≤0.05 pada hari ke- 2, 4, dan 10. Di mana konsentrasi pelilinan 0 berbeda nyata dengan konsentrasi
pelilinan  6  dan  10.  Sedangkan  suhu  yang  digunakan  berpengaruh  nyata p≤0.05 pada hari ke-2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Di mana suhu 13 °C berbeda nyata
dengan suhu ruang ber-AC dengan rata-rata tingkat kecerahan tertinggi yaitu pada
suhu ruang ber-AC.
Komponen Warna Merah-Hijau a
Nilai  a  selama  penyimpanan  untuk  semua  perlakuan  cenderung meningkat.  Peningkatan  nilai  a  pada  buah  pepaya  menunjukkan  bahwa  warna