Dukungan Penghargaan Strategi Koping, Dukungan Sosial, dan Kesejahteraan Keluarga di Daerah Rawan Bencana, Kabupaten Bandung
operasional, menurut Campbell, Convers dan Rogers dalam Sumarwan dan Hira 1993 diacu dalam Sunarti et al. 2009, variabel kepuasan merupakan indikator
yang lebih baik dibandingkan variabel kebahagiaan karena dapat lebih mudah melihat gap antara aspirasi dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam ilmu psikologi,
konsep kebahagiaan memiliki makna yang lebih sempit dibandingkan kesejahteraan secara subyektif. Bruni dan Porta 2007,p. xviii dalam conceição
dan Bandura 2008 diacu dalam Simanjuntak 2010 membagi indikator kesejahteraan subyektif menjadi empat komponen, yaitu:
1. Emosi yang menyenangkan 2. Emosi yang tidak menyenangkan
3. Penilaian hidup secara menyeluruh 4. Domain kepuasan perkawinan, kesehatan, kesenangan, dan lain-
lain Kesejahteraan secara subyektif menggambarkan evaluasi individu
terhadap kehidupannya yang mencakup kebahagiaan, kondisi emosi, dan kepuasan hidup. Kebahagiaan merupakan hasil dari keseimbangan antara
pengaruh positif dan negatif sedangkan kepuasan merupakan jarak yang dirasakan seorang individu dari aspirasinya. Dari berbagai konsep dan hasil
penelitian tentang kesejahteraan, keluarga memiliki pandangan tersendiri dalam mengartikan kesejahteraan. Syarif Hartoyo 1993 menyatakan bahwa suatu
keluarga walaupun tinggal di bawah garis kemiskinan mungkin akan merasa sejahtera karena merasa lebih bersyukur kepada Tuhannya atas apa yang telah
dia dapatkan selama ini.
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang keluarga korban bencana telah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia. Penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut dilakukan
oleh Khasanah pada tahun 2011. Penelitian tersebut dilakukan pada keluarga korban bencana longsor di Kabupaten Bogor dengan melihat aspek
permasalahan, kelentingan dan strategi koping. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil secara proportional random sampling. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh keluarga korban bencana yaitu masalah pangan, tempat tinggal, pendapatan dan
pekerjaan. Kelentingan keluarga akibat bencana tergolong tinggi karena adanya pemaknaan kondisi krisis dan membentuk pola organisasi keluarga yang tinggi
pula. Penelitian ini menggunakan dimensi fokus masalah dan emosi dalam
menganalisis strategi koping keluarga. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dalam koping fokus masalah keluarga banyak melakukan upaya mencari
dukungan dari pihak luar, merubah keadaan menjadi lebih baik dan merubah keadaan yang dapat menggambarkan tingkat resiko yang diambil. Strategi
koping fokus emosi yang paling banyak dilakukan yaitu menciptakan situasi dan makna positif dari kejadian yang dialami dan menyesuaikan diri dengan keadaan
yang dialami. Penelitian terkait strategi koping dan dukungan sosial pasca bencana
dilakukan oleh Yang et al. 2010 di Cina. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif menggunakan metode path analysis dengan intervensi dari
menggunakan aspek psikologi. Penelitian dilakukan pada remaja SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam situasi stres, seseorang membutuhkan
dukungan sosial dan perlu upaya strategi koping dalam menghadapi situasi tersebut. Strategi koping yang paling banyak dilakukan yaitu strategi fokus pada
emosi. Chao dan Chu 2011 meneliti manajemen stres dan memelihara
ketenangan diri ditinju dari aspek dukungan sosial dan koping strategi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 459 orang dengan obyek mahasiswa sebagai
responden penelitiannya. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dukungan sosial total berhubungan dengan stres dan tenang. Strategi koping fokus pada masalah
lebih bisa mengatasi stres dibandingkan seseorang yang memilih menghindari masalah. seseorang yang memilih jalan menghindari masalah dan mendapatkan
dukungan yang rendah lebih rentan merasa stres dan merasa tidak bahagia. Fitriani 2009 melakukan penelitian dengan obyek keluarga nelayan di
daerah rawan bencana. Penelitian tersebut menganalisis variabel dukungan sosial dan ketahanan keluarga nelayan yang tinggal di daerah rawan bencana.
Total contoh sebanyak 80 keluarga dipilih secara proportional random sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial yang diterima keluarga dari
keluarga, tetangga, dan pemerintah tergolong tinggi. Tinggiya dukungan yang diterima keluarga berhubungan dengan ketahanan keluarga yang semakin
membaik. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa wanita yang semakin cukup umur ketika menikah, maka akan memiliki tingkat
ketahanan keluarga yang semakin baik. Penelitian dengan obyek yang sama juga dilakukan Praptiwi 2009 yang