Secara umum hasil dinamika gelombang selama tiga tahun yang ditunjukkan pada
Gambar 4. terlihat bahwa frekuensi gelombang pada tiap harinya berbanding
terbalik terhadap tinggi gelombang permukaan laut. Pada saat frekuensi rendah, tinggi gelombang permukaan mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya,
pada saat frekuensi gelombang meningkat, tinggi gelombang permukaan pun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi memberikan
pengaruh terhadap penjalaran gelombang permukaan untuk mengalami perubahan tinggi gelombang.
Menurut Komar 1976 mekanisme transfer energi yang terjadi terdiri dari dua bentuk, yaitu: Pertama, akibat adanya variasi tekanan angin pada permukaan
air yang diikuti oleh pergerakan gelombang dan Kedua, transfer momentum dan energi dari gelombang frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi rendah periode
tinggi dan panjang gelombang besar. Namun, pada kondisi tertentu tahun 2007 dan 2009 hubungan antara frekuensi dengan tinggi gelombang mengalami kondisi
yang sama. Pada saat frekuensi meningkat, kondisi tinggi gelombang mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh kecepatan angin
yang berlawanan arah dengan kecepatan gelombang yang lebih tinggi dibandingkan 2008 berdasarkan distribusi frekuensi kecepatan angin. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi fenomena terjadinya karakteristik hubungan yang berbanding lurus antara frekuensi dengan tinggi gelombang pada kondisi tertentu
di Teluk Jakarta adalah kondisi pasang-surut, kedalaman dan viskositas perairan.
4.2.2 Keterkaitan Antara Gelombang dengan Kecepatan Arus Permukaan
Secara keseluruhan kondisi arus permukaan air laut pada penelitian ini
diukur secara in situ. Pada Gambar 5. ditampilkan hubungan kecepatan arus
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan
Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 ms dan
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan
Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 ms dan
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan
Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 ms dan
rataan tinggi gelombang tahunan pada kisaran 0,1-0,28 m. Menurut Sachoemar 2008 kondisi kecepatan arus pada daerah Kepulauan Seribu sebesar 5-49
cmdetik ketika posisi pasang purnama dan mencapai 4-38 cmdetik ketika posisi pasang perbani dan pada saat terjadi musim timur, tinggi gelombang air laut
mencapai 0,5-1 meter dan tinggi gelombang pada musim barat mencapai 2-3 meter. Hal ini membuktikan bahwa kondisi kecepatan arus dan tinggi gelombang
selama tiga tahun di perairan Kepulauan Seribu tergolong stabil.
Hasil yang ditampilkan pada Gambar 5. menjelaskan bahwa pengaruh
angin yang berhembus pada permukaan air laut sangat kecil terhadap arah, kecepatan arus dan tinggi gelombang permukaan yang terjadi pada tiap titik
penelitian. Pada perbedaan arah angin yang ditampilkan pada Gambar 3.
menunjukkan angin bergerak menuju barat dan arah gerak arus serta gelombang menuju ke arah timur sampai tenggara. Pergerakan angin mengalami peredaman
oleh adanya gugusan pulau-pulau maupun daratan Pulau Jawa sehingga angin tidak memiliki kekuatan untuk mendominasi pergerakan gelombang dan pengaruh
densitas memberikan kontribusi yang nyata terhadap arah arus dan gelombang. Pola gelombang yang dilihat secara tahunan, memberikan gambaran kondisi
gelombang yang mempengaruhi perairan Karang Lebar secara horizontal. Namun apabila dilihat secara vertikal, kondisi umum ini akan mengalami peningkatan
tinggi gelombang seiring dengan berkurangnya kedalaman suatu perairan, terutama di tiap titik lokasi penelitian. Kecepatan arus yang melintasi beberapa
titik pengamatan mengalami peningkatan kecepatan berdasarkan pergerakan massa air ke arah perairan yang dangkal atau menuju tubir, seperti: APL 2007, St
2, St 6, St 3 dan St4. Sehingga hasil interaksi antara tinggi gelombang dan arus
permukaan air laut yang melewati daerah terumbu karang atau perairan dangkal memberikan pengaruh kontribusi yang besar dalam hal pola distribusi biotik yang
terkandung di dalam perairan Kepulauan Seribu, khususnya Karang Lebar.
4.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu