Latar Belakang Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta
mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh manis dan jus kepada bayi menyusui dalam
bulan-bulan pertama, umum dilakukan di banyak negara . Kebiasaan ini sering dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menujukan
bahwa 83 bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60
bayi baru lahir di beri air manis atau teh Linkages, 2002. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan
2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49 menjadi 39, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat. Informasi tersebut
disampaikan oleh Ketua Badan Kerja Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu BKPP- ASIPrasetyono,2009 .
Meskipun pemerintah telah menghimbau namun cakupan pemberian ASI ekslusif masih rendah berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010. Cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan 27,2 jika dilihat detail pemberian ASI pada bayi 5 bulan hanya 15,3. Data Survey Demografi dan kesehatan Indonesia
SDKI menunjukkan tahun 2002 memberi ASI 40 pada tahun 2007 turun menjadi 32 Riskesdas, 2010.
Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar ibukota 2005 diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 80, dari total ibu
menyusui. Didapat juga bahwa 38,9 dari ibu- ibu tersebut tak pernah mendapat 2
informasi khusus tentang ASI, sedangkan 71,4 ibu tak pernah mendengar tentang ASI eksklusif Kodrat, 2010 .
Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan formula.Menurut Adelia, iklan-iklan
tersebut bisa mengarahkan para ibu untuk berpikir bahwa ASI yang diberikanya kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi. Prasetyo,2009.
Pengetahuan akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku hidup sehat dan dalam menanggulangi masalah yang kurang mengerti tentang manfaat pemberian ASI eksklusif
tersebut. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, banyak ibu-ibu yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang dilakukan tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukannya
baik atau tidak dalam pemberian ASI Notoatmodjo, 2002. Dalam penelitian Marlina 2005 mengatakan 1.204 bayi yang meninggal pada
usia 24 hari sampai satu tahun akibat kelainan bawaan atau tumor berbahaya dan 7.740 bayi yang masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri angka kematian bayi
tersebut keterkaitan dengan ASI dan durasi pemberian ASI. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko meninggal 21 lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran
dari pada bayi yang mendapat ASI. Mempromosikan pemberian ASI berpotensi menyelamatkan 720 37,20 kematian sesudah kelahiran di Amerika Serikat setiap
tahunnya dari jumlah kelahiran 1935 bayi. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Sei
Sikambing Medan, diperoleh jumlah sasaran bayi pada tahun 2011 sebanyak 462 bayi, di mana yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 17 bayi yaitu pada bulan Januari 1 bayi,
Febuari 1 bayi, Maret 3 bayi, April 3 bayi, Mei 2 bayi, Juni 2 bayi, Juli 1 bayi, Agustus 1 bayi, September 2 bayi, dan Oktober 1 bayi.
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing
Medan.