2.8. Peran Kalium, Natrium, Besi, dan Mangan
Kalium K adalah kation yang esensial bagi tanaman. Kadar K dalam tanaman yang dapat menunjang pertumbuhan yang optimal sebesar 2 - 5 dari
berat kering tanaman Marschner, 1986 Peran utama K dalam tanaman adalah sebagai aktivator enzim. Kalium
menjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar. Kalium diperlukan dalam pembentukan karbohidrat dan translokasi gula Soepardi, 1983.
Fungsi K lainnya adalah mengatur tekanan potensial air dalam sel penjaga stomata. Kalium bertanggung jawab pada perubahan turgor sel penjaga selama
proses pergerakan stomata Marschner, 1986. Kekurangan K pada tanaman mengakibatkan bagian tepi daun klorosis, daun menjadi keriting dan menggulung,
batang menjadi lemah dan ramping Emanuel, 1972. Tanaman memerlukan kalium dalam jumlah yang bervariasi pada bermacam
tahap pertumbuhan. Respon pengambilan K oleh tanaman tergantung pada level N Mengel dan Kirby, 1982. Kalium merupakan unsur terbanyak yang ditransfer ke
tandan kelapa sawit. Kekurangan kalium pada tanaman ini menyebabkan lemahnya jaringan tanaman, anak daun berwarna kuning di sekitar tulang daun
serta menurunkan jumlah bobot tandan secara drastis. Kelapa sawit, cocoa, dan kelapa mempunyai angka penyerapan kalium dan nitrogen paling besar dan fosfor
yang terkecil sedangkan angka penyerapan kalium sendiri jauh lebih tinggi dari nitrogen Ng dan Thong, 1985. Pada tanaman kelapa kalium menghasilkan
respon pemupukan yang paling bagus di banding N dan P Uexkull, 1960. Natrium Na adalah unsur yang esensial bagi beberapa tanaman, misalnya
pada tanaman bit gula. Peran Na dalam tanaman tingkat tinggi dibagi menjadi dua yaitu esensial dan dapat menggantikan fungsi K dalam tanaman. Tanggap
pertumbuhan tanaman pada Na diduga karena Na dapat menggantikan fungsi K khususnya aktivator enzim Marschner, 1986.
Keracunan Na ditandai dengan daun seperti terbakar, hangus dan jaringan mati disekitar tepi luar daun. Gejala ini terlihat pertama kali pada daun yang tua.
Keracunan Na dapat dikurangi dengan pemberian kalsium Ca dan Magnesium Mg. Pemberian Ca dan Mg dalam jumlah sedang dapat mengurangi gejala,
sedangkan pemberian dalam jumlah besar dapat melindungi tanaman dari gejala keracunan.
Fungsi Fe pada tanaman sebagai katalis atau bagian dari suatu sistem enzim yang berhubungan dengan pembentukan klorofil. Kadar Fe pada tanaman sebesar
50 – 250 ppm Jones et al, 1991. Besi diambil oleh tanaman dalam bentuk ion ataupun dalam bentuk garam-garam kompleks organik khelat dan dapat juga
diabsorpsi oleh daun apabila besi sulfat diberikan melalui daun. Gejala kekurang Fe pada tanaman adalah klorosis pada daun muda. Klorosis pada daun muda
disebabkan karena Fe dibutuhkan untuk sintesis kompleks klorofil-protein dalam kloroplas Emanuel, 1972.
Mangan merupakan unsur yang tidak mobil dalam tanaman sehingga gejala defisiensinya muncul mula-mula pada bagian yang muda. Fungsi mangan pada
tanaman sebagai aktivasi beberapa enzim dalam sel tumbuhan, terutama dekarboksilase dan dehidrogenase yang terlibat dalam siklus Krebs. Fungsi utama
Mn pada reaksi fotosintetik yang menghasilkan oksigen dan air. Ketersedian Mn pada tanaman berkisar 10 – 50 ppm Jones et al, 1991. Gejala defisiensi Mn
adalah klorosis pada daun muda yang ahirnya berkembang menjadi noda kecil nekrosis Emanuel, 1972.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Sampel daun salak dan tanah yang akan di analisis diambil dari lokasi 1 salak asam dan lokasi 2 salak sepat yang berada di Desa Narimbang, lokasi 3
dan lokasi 4 salak manis yang berada di Desa Karanglayung, dua desa ini terletak di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. Sebagai pembanding
diambil juga daun salak pondoh dari daerah Sleman, Yogyakarta. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan
dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Oktober-November 2009.
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 3 Lokasi 4