Gambar Salacca edulis Reinw Mogea, 1982
2.3. Daerah Potensial Pengembangan
Daerah lndonesia pada umumnya cocok untuk dilakukan pengembangan usaha salak baik dari segi jenis tanah, suhu dan curah hujan. Beberapa contoh di
Tabel 1 ini adalah daerah potensial salak yang telah menjadi sentra produksi salak di lndonesia Santoso, 1990.
Tabel 1. Sentra-sentra Produksi Salak di Indonesia Propinsi Sentra
Produksi
Sumatera Utara Padangsidempuan
DKI Jakarta Condet
Jawa Barat Serang, Sumedang, Bogor, Tasikmalaya, Batujajar
Jawa Tengah Magelang, Ambarawa, Wonosobo, Banyumas, Purworejo,
Purbalingga, Banjarnegara DI Yogyakarta
Sleman Jawa Timur
Bangkalan, Pasuruan, Malang Bali Karangasem
Sulawesi Selatan Enrekang
2.4. Manfaat Salak
Salak merupakan buah yang banyak mengandung berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Buah salak memiliki kandungan protein 0.40 ,
karbohidrat 20.90 , kadar abu 0.67 , kalsium 0.0028 , fosfor 0.0018 dan zat besi 0.0042 dan salak tidak mengandung lemak Schuiling dan Mogea,
1989. Selain itu salak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran asinan, manisan basah, manisan kering. Buah salak dapat dimakan segar, maupun sebagai
produk olahan atau awetan. Buah salak produk awetan selain manisan bisa juga dibuat wajik dan dodol. Hal ini dilakukan untuk menghindari pembusukan buah
Kiswanto, 2003.
2.5. Kualitas Buah
Kualitas merupakan hal terpenting bagi produk hortikultura, baik dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun setelah diproses. Ada lima parameter
penentu kualitas yaitu rasa, bau, keragaman buah, tekstur dan nutrisi. Parameter nutrisi merupakan faktor yang sebenarnya paling bermanfaat karena perananya
sebagai penyedia sumber gizi bagi manusia Joyce, 2001. Kualitas produk hortikultura merupakan kombinasi dari karakteristik, sifat dan nilai untuk
makanan dan kesenangan. Konsumen cenderung menilai kualitas buah berdasarkan penampilan, tingkat kekerasan yang baik, nilai rasa dan gizi Kader,
1992.
2.6. Salak Lokal Sumedang dan Salak Pondoh 2.6.1. Salak Sumedang
Salak Sumedang memiliki berbagai macam nama, Penamaan salak Sumedang berdasarkan pada daerah asal salak ditanam. Contohnya adalah salak bongkok,
salak narimbang, salak jambu, salak ciaseum, salak legok, salak ungkal, dan salak cibubuan. Salak yang terkenal di Kabupaten Sumedang berasal dari daerah
Narimbang, Bongkok, dan Ciaseum. Ciri dari salak Sumedang adalah bentuk buahnya ada yang lonjong dan bulat, kulit buahnya bersisik besar dan berwarna
merah kecokelatan mengkilat, daging buahnya tebal dan rasanya ada yang manis, asam, sepat dan ada manis bercampur sepat, bijinya besar dan dalam tiap buah
terdapat 2-3 biji, ukuran buahnya besar dengan diameter dapat mencapai 6 cm dan setiap rumpun dapat menghasilkan 5-7 tandan. Ciri khas yang membedakan antara
salak jambu, salak ciaseum, salak legok, salak ungkal dan salak cibubuan yaitu dari segi rasa buahnya dan ukurannya. Salak narimbang, salak legok dan salak
ciaseum ukuran buahnya lebih besar dan rasanya lebih manis dibandingkan salak jambu, salak ungkal dan salak cibubuan Dinas Pertanian Sumedang, 2007.
2.6.2. Salak Pondoh
Salak pondoh Salacca zalacca Gaertner Voss termasuk famili palmae, berduri dan bertunas banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat. Tinggi tanaman
mencapai 1.5 – 5 m, batang pokoknya berbentuk stolon di dalam tanah, berbentuk slindris dengan diameter 10 – 15 cm Verheij dan Coronel, 1997. Akar tanaman
merupakan akar serabut, berbentuk slindris dengan diameter 6 – 8 mm. Daerah penyebarannya tidak luas, dangkal dan peka terhadap kekurangan air Purnomo,
2001. Bentuk daun menyirip, panjangnya mencapai 3 – 7 m. Pelepah, tangkai dan anak daun berduri banyak, bentuknya panjang, tipis, berwarna kelabu, sampai
kehitaman, anak daunnya berukuran 20-70 cm x 2-7.5 cm Verheij dan Coronel, 1997.
Bunga salak berbentuk majemuk, bertangkai dan tertutup oleh seludang. Panjang seludang bunga jantan hingga 50 – 100 cm sedangkan bunga betina 20 –
30 cm Ashari, 1995. Purnomo 2001 melaporkan bahwa bunga jantan pada tanaman salak pondoh berwarna coklat kemerahan, sekelompok bunga jantan
terdiri dari 4 – 12 malai, satu malai terdiri dari ribuan serbuk sari, panjang bunga jantan setiap malai sekitar kira-kira 4 – 15 cm dan bunga jantan mekar selama 1- 3
hari. Bunga betina berwarna hijau kekuningan, berbintik merah dan mempunyai 3 petal. Panjang satu malai 7 – 10 cm dan bunga mekar selama 1 – 3 hari. Tanda
bunga yang siap diserbuki adalah bunga berwarna merah dan mengeluarkan aroma harum. Waktu penyerbukan yang baik adalah pada hari ke -2 bunga mekar.
Varietas salak pondoh yang sudah dibudidayakan di Indonesia yaitu salak pondoh hitam, salak pondoh merah, salak pondoh kuning, dan salak pondoh
super. Salak pondoh hitam berbentuk bulat dan berukuran kecil, daging buah berwarna putih kapur dengan kulit buah berwarna hitam gelap dan rasanya sangat
manis seperti buah lengkeng. Salak pondoh merah bentuk buahnya agak lonjong, berkulit warna merah kecoklat-cokelatan dan pada bagian ujungnya berwarna
kehitam-hitaman, berukuran lebih besar dibanding salak pondoh hitam, setiap kilogram berisi 20 – 25, bila matang beraroma buah apel. Salak pondoh kuning
berbentuk bulat mirip buah salak pondoh hitam , namun ukurannya besar, tiap kilogram berisi 10 – 15 butir buah, kulit buah berwarna coklat kekuning-
kuningan, daging buahnya berwarna putih krem, rasa manis dan beraroma buah apel. Salak pondoh super berbentuk bulat memanjang, buahnya berukuran besar,
tiap kilogram berisi 9 – 11 butir buah, kulit buah berwarna kekuning-kuningan, daging buahnya tebal, rasanya manis, renyah dan masir.
2.6.3. Budidaya Salak Lokal Sumedang
Budidaya tanaman salak lokal Sumedang tidak pernah memperhatikan aspek- aspek budidaya yang digunakan oleh salak pondoh misalnya, pengolahan dan
pembongkaran tanah, penanaman, pengairan, pengaturan jarak tanam, pemupukan dan pengendalian hama penyakit, penyianganpemangkasan daun, penyerbukan
dan pencangkokan tanaman. Tanaman salak lokal Sumedang dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa dilakukan perawatan. Pada saat saya melakukan penelitian
dilapangan saya pernah bertanya kepada pemilik kebun tentang sejarah adanya salak lokal Sumedang dan menanyakan bagaimana penanaman dan perawatan
yang dilakukan, pemilik kebun hanya menjawab bahwa pada umumnya salak di daerah Sumedang kurang lebih sudah ada sebelum tahun 1960. Para petani salak
di Sumedang hanya meneruskan kebun yang ada tanpa dilakukan pergantian tanaman dan perawatan pemupukan, pengairan, pemangkasan, dan penyerbukan.
Faktor budidaya diatas sedikitnya dapat mempengaruhi terhadap produktivitas dan kualitas tanaman salak.
2.7. Peran Nitrogen dan Fosfor
Nitrogen N merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun utama komponen sel dalam tanaman yaitu asam
amino dan asam nukleat Emanuel, 1972. Kandungan Nitrogen dalam tanaman yang cukup untuk menunjang pertumbuhan antara 2 - 5 dari berat kering
tanaman Jones et al, 1991. Kekurangan unsur ini dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan tanaman. Gejala yang tampak apabila tanaman kekurangan N
yaitu daun tua menjadi kuning klorosis dan cepat rontok Emanuel, 1972. Gejala ini disebabkan oleh N yang mobil dari daun tua ke daun muda Marschner,
1986. Fosfor P merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman pada saat
pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan, dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Kadar Fosfor dalam tanah berkisar antara
0.15-1.00 Jones et al, 1991. Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk H
2
PO
4 -
. Serapan tanaman terhadap P sebagian besar diatur oleh tiga faktor utama yaitu,
jenis tanaman, tahap kematangan tanaman dan persaingan antara akar tanaman dan sifat kimia tanah Ulysses, 1979. Kekurangan unsur P menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil saat tumbuhan muda dan warna daun hijau gelap kadang-kadang hijau ungu gelap Emanuel, 1972.
2.8. Peran Kalium, Natrium, Besi, dan Mangan