Kadar Low Density Lipoprotein-cholesterol

kolesterol-HDL cenderung menurun setelah dua bulan percobaan. Menurunnya kadar kolesterol-HDL ini disebabkan oleh pemberian klorofil maupun Cu-turunan klorofil yang dapat menekan kenaikan kadar kolesterol total serum Tabel 14. Kadar kolesterol yang terdapat pada jaringan tepi menjadi rendah, sehingga tidak diperlukan kolesterol-HDL dalam jumlah banyak untuk mengangkut kelosterol ke hati. Di samping itu, kolesterol-HDL berfungsi pula untuk menstimulasi perpindahan kolesterol membran plasma menuju pool inselluler Marinetti 1990. Kadar kolesterol-HDL perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, setelah percobaan berlangsung nol, satu, dan dua bulan. Hasil penelitian ini relatif sama dengan laporan Alsuhendra 2004, dimana tidak ada perbedaan nyata antara perlakuan pemberian 16,7 mgkg BB dan 50,1 mgkg BB bubuk Zn- turunan klorofil, maupun terhadap kontrol positif P1. Kadar kolesterol-HDL yang tinggi diduga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam jaringan dengan cara mengambil kelebihan kolesterol dari jaringan hati lalu dibuang bersama asamgaram empedu. Mekanisme pengambilan kolesterol dari dalam sel yang diperantarai oleh kolesterol-HDL, dapat terjadi melalui interaksi kolesterol-HDL dengan permukaan membran sel atau melalui reseptor HDL pada sel.

4. Kadar Low Density Lipoprotein-cholesterol

Penentuan kolesterol-LDL dalam percobaan ini tidak dilakukan secara langsung, tapi menggunakan formula Friedewald. Formula ini dapat digunakan bila spesimen dari hewan percobaan diambil dalam keadaan puasa, atau kadar trigliserida dalam darah tidak tinggi Johnson et al. 1997. Berdasarkan formula tersebut, ditunjukkan bahwa kadar kolesterol-LDL dipengaruhi oleh kadar kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol-HDL. Kadar trigliserida normal kelinci adalah 124-156 mgdl Malole dan Pramono 1989. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini dimana spesimen darah kelinci diambil setelah dipuasakan selama 12 jam, dan kadar trigliserida tidak melampaui batas normal minimal dari trigliserida kelinci. Hasil analisis kovariat ANCOVA juga menunjukkan bahwa kadar kolesterol-HDL pada nol bulan tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap kadar kolesterol-HDL pada dua bulan percobaan Lampiran 29 dan 30. Rata-rata kadar kolesterol-LDL perlakuan kelinci sebelum perlakuan relatif kecil yaitu berkisar antara -3,84 mgdl P4 hingga 9,25 mgdl P5. Sedangkan setelah satu percobaan rata-rata kadar kolesterol-LDL berkisar antara -1,29 mgdl hingga 85,03 mgdl Tabel 17. Pemberian perlakuan selama dua bulan telah menaikkan kadar kolesterol-LDL perlakuan kelinci P1 K+ sebesar 163,08 mgdl dan berbeda nyata p 0,05 dengan perlakuan P0, P2, P4, dan P5. Pada Tabel 17 tampak kadar kolesterol-LDL setelah dua bulan percobaan umumnya menurun. Perlakuan P3 bubuk Cu-turunan klorofil mempunyai kadar kolesterol-LDL yang lebih rendah dibanding P2 bubuk klorofil alami, namun tidak berbeda nyata. Setelah percobaan berlangsung dua bulan, tampak bahwa kelinci perlakuan P4, dan P5 mempunyai kadar kolesterol-LDL relatif paling rendah, dan berbeda nyata dengan kontrol positif P1, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3. Hal ini berarti, perlakuan P4 dan P5 cenderung lebih dapat menekan peningkatan kadar kolesterol-LDL dibanding perlakuan lainnya. Terjadinya penghambatan peningkatan kolesterol-LDL oleh perlakuan P4 dan P5 dapat dipahami karena kedua perlakuan ini, kadar klorofil bubuknya relatif tinggi dibanding perlakuan P3 dan P2, seperti tampak pada Tabel 12. Kalau dibandingkan kadar kolesterol total Tabel 14 dan LDL Tabel 17 tampak bersinergi, dimana bila kadar kolesterol total tinggi, maka kadar LDL juga demikian, begitu pula sebaliknya. Tabel 17 Rata-rata kadar kolesterol-LDL pada awal, satu, dan dua bulan percobaan Rata-rata kolesterol-LDL mgdl selama percobaan Perlakuan Awal Satu bulan Dua bulan P0 3,45 ± 7,77 a 20,34 ± 19,39 a 5,51 ± 4,10 a P1 5,87 ± 4,70 a 31,12 ± 32,62 a 168,95 ± 123,63 b P2 6,81 ± 9,07 a 85,03 ± 117,52 a 57,18 ± 75,48 a P3 2,29 ± 7,069 a 78,00 ± 42,92 a 47,68 ± 38,93 ab P4 -3,84 ± 6,15 a -1,29 ± 11,09 a 24,12 ± 16,82 a P5 9,25 ± 18,00 a 54,04 ± 30,56 a 21,98 ± 10,14 a Angka dengan huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=0,05 Kadar Klorofil dalam Serum Kelinci Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya klorofil terserap dalam darah setelah kelinci diberikan pakan yang mengandung Cu-turunan klorofil. Pada Tabel 18 tampak bahwa klorofil ditemukan pada serum kelinci, namun dengan konsentrasi yang relatif kecil. Hal ini berarti bahwa masih ada Cu-turunan klorofil yang bisa eksis walaupun telah melewati pH yang sangat asam pada lambung dengan pH sekitar 2. Sisa Cu-turunan klorofil lainnya diduga telah berubah menjadi metabolit lain yang karakternya berbeda dengan Cu-turunan klorofil. Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan Egner et al. 2000 yang pertama kali membuktikan adanya turunan klorofil dalam serum manusia yang diberi SCC Sodium Copper Chlorophyllin secara oral 3 x 100 mghari selama 16 minggu. Mereka memperkirakan bahwa dengan mengonsumsi 3 tablet x 100 mg klorofilin dapat memberikan asupan CuCl e4 hari sebesar 12 mg dan konsentrasi steady-state dalam plasma sekitar 2 μgml. Artinya perlu konsentrasi asupan yang tinggi agar dapat terdeteksi. Selain itu asupan diberikan dalam 3 kali sehari. Tingkat penyerapan klorofil memang rendah, bahkan sebelum publikasi Egner et al. 2001, klorofil dianggap tidak diserap oleh tubuh. Tabel 18 Rata-rata kadar klorofil dalam serum kelinci Perlakuan Kadar klorofil mgL P0 - P1 - P2 1,516 P3 3,530 P4 1,211 P5 4,235 = Pakannya tidak ditambahkan bubuk Cu-turunan klorofil Sejalan dengan hasil tersebut, Fernandes et al. 2007 melaporkan bahwa absorpsi turunan klorofil berkisar antara 2,5 hingga 4,0 dengan rata-rata 3,4. Namun berbeda pada eksperimen keduanya, dimana anjing yang mengonsumsi diet yang mengandung 10 bayam kering dried spinach, tidak ada turunan klorofil yang ditemukan dalam darah peripheral sampai 150 menit sesudah konsumsi. Hal ini menandakan bahwa absorpsi turunan klorofilnya relatif rendah. Hasil ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prangdimurti 2007, dimana turunan klorofil daun suji Pleomele angustifolia N.E.Brown tidak terdeteksi dalam serum dan hati tikus. Ekstrak klorofil dari penelitian ini tidak ditambahkan mineral logam tertentu, sebagai pengstabil warna klorofil. Potensi Antiaterosklerosis dari Bubuk Cu-turunan Klorofil 1. Rasio Kolesterol Total dengan HDL Tujuan perhitungan rasio kolesterol total dan kolesterol-HDL adalah untuk mengetahui besarnya peluang hewan percobaan mengalami risiko aterosklerosis. Dari Tabel 19 tampak bahwa pada 0 bulan penelitian, rasio kolesterol total: kolesterol-HDL semua perlakuan kelinci berkisar antara 1,37:1 – 2,04 : 1. Rasio terendah terjadi pada perlakuan kelinci P1, dan tertinggi pada P3. Pengamatan 1 bulan berikutnya, umumnya terjadi peningkatan rasio kolesterol total: kolesterol- HDL, dan yang tertinggi adalah perlakuan P2 yaitu 3,34 : 1. Sedangkan perlakuan kelinci yang mengalami penurunan rasio kolesterol total: kolesterol-HDL adalah perlakuan P4 yaitu 1,08 : 1. Tabel 19 Rata-rata rasio kadar kolesteol total dan kolesterol-HDL pada awal, satu, dan dua bulan percobaan Rasio kolesterol total : kolesterol-HDL Perlakuan 0 bulan 1 bulan 2 bulan P0 2,02 ±0.74 2,03 ±0,65 1,70 ±0.12 P1 1,37±0.04 2,14 ±1,30 7,82 ±4.00 P2 1,49 ±0.15 3,34 ±3,01 3,01 ±2.48 P3 2,04 ±0.49 2,89 ±0,99 2,73 ±1.30 P4 1,46 ±0.21 1,08 ±0,18 2,03 ±0.63 P5 1,93 ±0.85 2,12 ±0,92 2,04 ±0.53 Pada Tabel 19 ditunjukkan bahwa setelah percobaan berlangsung dua bulan, perlakuan P3 memiliki rasio kolesterol total: kolesterol- HDL yang lebih rendah, dibanding perlakuan P2 klorofil alami. Hal ini berarti bahwa perlakuan P3 lebih kurang berisiko untuk mengalami aterosklerosis di banding P2. Pada Tabel tersebut juga tampak bahwa perlakuan kelinci P1 mempunyai nilai rasio kolesterol total: kolesterol-HDL paling tinggi yaitu 7,82 : 1, sehingga dengan demikian perlakuan P1 mempunyai risiko sangat tinggi untuk mengalami aterosklerosis dibanding perlakuan kelinci lainnya. Rasio kolesterol total: kolesterol-HDL yang dianjurkan adalah kurang dari 5 : 1, dengan rasio optimum sekitar 3 : 1 AHA 2001. Lemieux et al. 2001 menekankan bahwa rasio kolesterol total:kolesterol- HDL lebih banyak digunakan untuk memprediksi risiko penyakit jantung iskemik IHD dari pada variasi rasio kolesterol-LDL:kolestrol-HDL. Perhitungan rasio kolesterol-LDL:koleterol-HDL mempunyai perkiraan yang lebih rendah underestimate terhadap risiko IHD beberapa pasien dibandingkan dengan kualitas estimasi dari rasio kolesterol total :kolesterol-HDL.

2. Kadar MDA Hati Kelinci