1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan pada subbab sebelumnya, rumusan pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah faktor posisi kas Cash position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI ? 2. Apakah faktor Debt to Equity Ratio DER berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI ?
3. Apakah faktor Return on Assets ROA berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor posisi kas cash position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI.
2. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor debt to equity ratio DER berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor Return on Assets ROA berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi penulis, dapat menambah dan memperluas wawasan
ilmu pengetahuan tentang pasar modal Indonesia. b. Bagi Investor, dapat dijadikan sebagai salah satu informasi
dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapan para pemegang untuk mendapat
dividen atas sejumlah dana yang diinvestasikan. c. Bagi emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran kinerja manajemen. d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti dividen payout ratio.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian
Devidend Payout Ratio
The dividend should be distributed to the shareholders in order to maximize their wealth as they have invested their money in the expectation of
being made better off financially Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah dan Sabari:181.
Menurut Hanafi 2004, deviden merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Deviden ini untuk dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Deviden ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham
dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Menurut Aharony dan Swary 1980 dalam Nurhidayati 2006
mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor,
dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding
harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito 2000:255-256 sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan
dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Beberapa
pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen antara lain: 1.
Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk
pembayaran dividen. 2.
Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan,
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi
adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah
yang besar. 3.
Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan
fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini
merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan
Universitas Sumatera Utara
melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini
digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat menyambut baik
pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan
laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui
penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan.
Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.2002 antara
lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Posisi likuiditas perusahaan.
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil
3. Rencana perluasan usaha.
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan.
Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan
penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland 1998, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah:
1. Undang-Undang UU
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba
ditahan” dalam neraca. 2.
Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha. Laba ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan
Universitas Sumatera Utara
pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut.
2.1.2 Kebijakan Deviden
Kebijakan Deviden adalah merupakan suatu kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan dividen kepada pemegang saham dan juga
berapa banyak yang harus ditanam kembali. Kebijakan deviden ini harus dianalisa data kaitannya dengan keputusan keputusan pembelanjaan atau
penentuan struktur modal secara keseluruhan. Pendapatan bagi pemegang saham yang akan dibayarkan pada setiap akhir periode sesuai dengan
persentasenya disebut dengan dividen dan persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham juga disebut dengan “
Dividen Payout Ratio” DPR. Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan
sebagai deviden atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
deviden merupakan kebijakan yang kontroversial, karena: · Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan
menguntungkaninvestor. · Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun,
pertumbuhan masa depan menurun, akan merugikan investor.
Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.
Kebijakan deviden suatu perusahaan dihadapkan pada 2 masalah utama,yaitu:
1. Pengaruh dari deviden, berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau tingkat deviden yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu
perusahaan atau hasil yang dinikmati oleh pemegang saham.
2. Informasi yang terkandung pada deviden, masalah ini mempertanyakan apakah kebijakan deviden terutama perubahan-perubahan pada kebijakan
tersebut misalnya membayar deviden berupa saham bonus memberikan indikasi kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang.
2.1.3 Teori Kebijakan Deviden
Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain :
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
Modigliani dan Miller MM berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan kelas risiko
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini didasarkan pada
beberapa asumsi seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional. b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan
saham baru. c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan
perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individ
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal
dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks Biaya modal sendiri dari laba ditahan. Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal
sendiri adalah Ke biaya modal sendiri dari saham biasa baru.
Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains kenaikan harga saham akan dikenai pajak. Seandainya tingkat
pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung
Universitas Sumatera Utara
lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.
2. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu
diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan Ks adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada
saham. Ks adalah keuntungan dari dividen dividend yield ditambah keuntungan dari capital gains capital gains yield.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital
gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend
yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
4. Teori Signaling Hypothesis
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari
pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan
dividen yang dibawah keanaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden
waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa
perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan
penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap deviden.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio
yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan maka pemegang saham yang dikenai pajak
tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang
kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih
menguntungkan mereka.
2.1.4 Macam-macam Kebijakan Deviden
1. Kebijakan dividen yang fleksibel , Merupakan besarnya setiap
tahun yang disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan tersebut.
2. Kebijakan dividen yang stabil, merupakan jumlah deviden per
lembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu
. Merupakan kebijakan yang
menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik
Universitas Sumatera Utara
akan membayar deviden ekstra.
4.Kebijakan dividen dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan,
merupakan kebijakan yang member deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Adapun beberapa faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan deviden :
1. Kebutuhan Dana Perusahaan
Merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil, yaitu aliran kas perusahaan yang
diharapkan, pengeluaran modal dimasa dating yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan.
2. Likuitidas
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana deviden bagi
perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan. 3.
Kebutuhan Pelunasan Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut
menghadapi 2 pilihan, yaitu membiayai hutang pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat Ekspansi Aktiva
Yaitu semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya.
5. Stabilitas Laba
Yaitu suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang, dalam hal
ini perusahaan cenderung membayarkan “deviden payout ratio”, dari pada perusahaan yang labanya berfluktuasi, deviden yang lebih rendah
akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang.
6. Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh
kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya akan digunakan untukmembayar dividen.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinanakan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan
perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang, resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar
pengendalian tetap bisa dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kebijakan Pemberian Dividen
Bentuk kebijakan dividen yaitu : 1. Kebijakan pemberian dividen stabil
Artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walau laba perusahaan berfluktuasi.
2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan
dividen dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan
yang stabil. Misalnyaperusahaan akan memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan
pertumbuhan 5, sehingga tahun depan pembayaran dividensebesar 5 adalah Rp. 630,- per lembar.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan
menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila perusahaan
mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti
Judul Hasil Penelitian
2001 Sutrisno
Analisis Pengaruh Rasio- rasio Keuangan
Terhadap Devidend Payout Ratio DPR
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta BEJ Hasil penelittian
menunjukkan bahwa posisi kas
dan DER merupakan faktor
yang paling dominan
mempengaruhi DPR
2002 Hatta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Deviden : Investigasi Pengaruh
Teori Stakeholder Menunjukkan
bahwa hanya pertumbuhan
asset yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR,
sedangkan ketiga variabel yang
lainnya yaitu insider
ownership, free cash flow, dan
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
2005 Agung Baruno
Analisis Pengaruh Rasio- rasio Keuangan
Terhadap Devidend Payout Ratio pada
Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta
BEJ Hasil penelitian
menunjukkan, untuk PT Telkom
hanya posisi kas, ROI, dan FS yang
berpengaruh terhadap DPR,
sedangkan untuk
Universitas Sumatera Utara
PT Indosat, hanya posisi kas, ROE,
DER, dan DPR satu tahun
sebelumnya
1. Sutrisno 2001
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno 2001 berjudul, “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio DPR
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah pengaruh posisi kas,
DER, potensi pertumbuhan growth potential, ukuran perusahaan firm size, kepemilikan dan profitabilitas ROA terhadap DPR menunjukkan
bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi DPR perusahaan publik yang terdaftar di BEJ, sedangkan
variabel lainnya tidak cukup signifikan.
2. Hatta 2002
Penelitian yang berjudul” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder” yang
dilakukan oleh Hatta. Dalam penelitian ini menguji pengaruh pertumbuhan asset, insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap
dividen payout ratio. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya
pertumbuhan asset yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
ketiga variabel yang lainnya yaitu insider ownership, free cash flow, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
3. Agung Baruno 2005
Penelitian yang dilakukan oleh Agung Baruno 2005 berjudul “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout
Ratio DPR pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta BEJ”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio CR, return
on assets ROA, return on equity ROE, debt to equity ratio DER dan deviden payout ratio satu tahun sebelumnya DPRt-
1
. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan t-
test. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan dan positif.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis