pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut.
2.1.2 Kebijakan Deviden
Kebijakan Deviden adalah merupakan suatu kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan dividen kepada pemegang saham dan juga
berapa banyak yang harus ditanam kembali. Kebijakan deviden ini harus dianalisa data kaitannya dengan keputusan keputusan pembelanjaan atau
penentuan struktur modal secara keseluruhan. Pendapatan bagi pemegang saham yang akan dibayarkan pada setiap akhir periode sesuai dengan
persentasenya disebut dengan dividen dan persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham juga disebut dengan “
Dividen Payout Ratio” DPR. Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan
sebagai deviden atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
deviden merupakan kebijakan yang kontroversial, karena: · Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan
menguntungkaninvestor. · Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun,
pertumbuhan masa depan menurun, akan merugikan investor.
Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.
Kebijakan deviden suatu perusahaan dihadapkan pada 2 masalah utama,yaitu:
1. Pengaruh dari deviden, berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau tingkat deviden yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu
perusahaan atau hasil yang dinikmati oleh pemegang saham.
2. Informasi yang terkandung pada deviden, masalah ini mempertanyakan apakah kebijakan deviden terutama perubahan-perubahan pada kebijakan
tersebut misalnya membayar deviden berupa saham bonus memberikan indikasi kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang.
2.1.3 Teori Kebijakan Deviden
Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain :
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
Modigliani dan Miller MM berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan kelas risiko
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini didasarkan pada
beberapa asumsi seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional. b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan
saham baru. c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan
perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individ
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal
dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks Biaya modal sendiri dari laba ditahan. Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal
sendiri adalah Ke biaya modal sendiri dari saham biasa baru.
Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains kenaikan harga saham akan dikenai pajak. Seandainya tingkat
pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung
Universitas Sumatera Utara
lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.
2. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu
diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan Ks adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada
saham. Ks adalah keuntungan dari dividen dividend yield ditambah keuntungan dari capital gains capital gains yield.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital
gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend
yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
4. Teori Signaling Hypothesis
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari
pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan
dividen yang dibawah keanaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden
waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa
perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan
penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap deviden.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio
yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan maka pemegang saham yang dikenai pajak
tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang
kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih
menguntungkan mereka.
2.1.4 Macam-macam Kebijakan Deviden
1. Kebijakan dividen yang fleksibel , Merupakan besarnya setiap
tahun yang disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan tersebut.
2. Kebijakan dividen yang stabil, merupakan jumlah deviden per
lembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu
. Merupakan kebijakan yang
menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik
Universitas Sumatera Utara
akan membayar deviden ekstra.
4.Kebijakan dividen dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan,
merupakan kebijakan yang member deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Adapun beberapa faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan deviden :
1. Kebutuhan Dana Perusahaan
Merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil, yaitu aliran kas perusahaan yang
diharapkan, pengeluaran modal dimasa dating yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan.
2. Likuitidas
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana deviden bagi
perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan. 3.
Kebutuhan Pelunasan Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut
menghadapi 2 pilihan, yaitu membiayai hutang pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat Ekspansi Aktiva
Yaitu semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya.
5. Stabilitas Laba
Yaitu suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang, dalam hal
ini perusahaan cenderung membayarkan “deviden payout ratio”, dari pada perusahaan yang labanya berfluktuasi, deviden yang lebih rendah
akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang.
6. Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh
kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya akan digunakan untukmembayar dividen.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinanakan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan
perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang, resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar
pengendalian tetap bisa dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kebijakan Pemberian Dividen
Bentuk kebijakan dividen yaitu : 1. Kebijakan pemberian dividen stabil
Artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walau laba perusahaan berfluktuasi.
2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan
dividen dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan
yang stabil. Misalnyaperusahaan akan memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan
pertumbuhan 5, sehingga tahun depan pembayaran dividensebesar 5 adalah Rp. 630,- per lembar.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan
menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila perusahaan
mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti
Judul Hasil Penelitian
2001 Sutrisno
Analisis Pengaruh Rasio- rasio Keuangan
Terhadap Devidend Payout Ratio DPR
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta BEJ Hasil penelittian
menunjukkan bahwa posisi kas
dan DER merupakan faktor
yang paling dominan
mempengaruhi DPR
2002 Hatta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Deviden : Investigasi Pengaruh
Teori Stakeholder Menunjukkan
bahwa hanya pertumbuhan
asset yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR,
sedangkan ketiga variabel yang
lainnya yaitu insider
ownership, free cash flow, dan
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
2005 Agung Baruno
Analisis Pengaruh Rasio- rasio Keuangan
Terhadap Devidend Payout Ratio pada
Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta
BEJ Hasil penelitian
menunjukkan, untuk PT Telkom
hanya posisi kas, ROI, dan FS yang
berpengaruh terhadap DPR,
sedangkan untuk
Universitas Sumatera Utara