Profil Kejadian Kematian Mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2009–2011

(1)

Oleh :

RATIH FADHILLAH 090100180

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

RATIH FADHILLAH 090100180

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Kejadian Kematian Mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2009–2011

Nama : Ratih Fadhillah

NIM : 090100180

Pembimbing Penguji I

(dr. Surjit Singh, Sp.F DFM) (dr. Ariyati Yosi, Sp.KK)

NIP. 19510203 198903 1 001 NIP. 19740906 200801 2 015

Penguji II

(dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK) NIP. 19620203 200001 1 001

Medan, 15 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Kejadian kematian mendadak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kasus ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit khususnya penyakit jantung sering mendatangkan kecurigaan sehingga perlu dibuktikan dengan dilakukannya autopsi medikolegal, yang hasilnya dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009–2011. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh korban dugaan mati mendadak di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun

2009 sampai 2011. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,

dimana sebanyak 40 kasus digunakan sebagai sampel.

Jumlah kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 34 kasus (85.0%) dan perempuan 6 kasus (15.0%). Kematian mendadak lebih banyak terjadi pada kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40.0%). Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular

sebanyak 21 kasus (52.5%), terbanyak pada usia ≥60 tahun. Sistem non

kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5%), terbanyak pada usia 40-59 tahun. Kematian mendadak sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular terjadi paling banyak pada jenis kelamin laki-laki.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kematian mendadak terjadi lebih sering pada laki-laki, serta paling banyak dialami pada usia 40-59 tahun. Penyebab tersering kematian mendadak diakibatkan oleh sistem kardiovaskular yang paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki. Kata Kunci: Kejadian Kematian Mendadak, Profil, Visum et Repertum


(5)

ABSTRACT

The prevalence of sudden death increases as people get older. It affects to both men and women. Sudden death caused by diseases especially heart disease, often bring suspicion which needs to be proven by medicolegal autopsy and the results could indicate a problem in the cardiovascular system and non cardiovascular system.

This study has the aim to know the profile of sudden death cases in the Forensic Department of FK USU/ SMF Forensic Medicine of RSUD Dr. Pirngadi Medan 2009-2011. This is a descriptive study with a cross sectional study design. The population is all of the sudden death victims at RSUD Dr. Pirngadi Medan from 2009 until 2011. The study use total sampling where 40 cases is used as the samples.

The male sudden death cases are 34 cases (85.0%) and the female are 6 cases (15.0%). Sudden death happen more frequently in middle adulthood with the age of 40-59 as many as 16 cases (40.0%). Sudden death due to cardiovascular system were 21 cases (52.5%), most at age of ≥60. Non -cardiovascular system showed 19 cases (47.5%), mostly in the age of 40-59. Male gender was reported to be the highest in sudden death cases due to cardiovascular system and non-cardiovascular system.

In Conclusion, sudden death occurs mostly among men and in the age group of 40-59. The most common cause of sudden death is cardiovascular system that is reported most commonly at the age of ≥60 and among male gender.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokattuh,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Profil Kejadian Kematian Mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 –2011”.Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, saran, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEHselaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Surjit Singh, Sp.F DFM selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

3. dr. Ariyati Yosi, Sp.KK dan dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK selaku

dosen penguji.

4. Kedua orang tua saya, ayahandaIr. H. Nasrul dan ibunda Hj. Sri Ayu

Ningsih, terima kasih yang tiada henti atas semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayang kepada penulis selama ini.

5. Kedua Saudari saya, Astri Pratiwi, S.Psi dan Fitra Febrina.

6. Raditya Adhi Pradana, terima kasih atas doa, dukungan dan bantuannya. 7. Para sahabat, cado-cado, dan rekan seperjuangan FK USU.


(7)

Terima kasih juga untuk pihak-pihak lainnya yang membantu, namun penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokattuh.

Medan, Desember 2012


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ………... i

Abstrak ……… ii

Abstract ……… iii

Kata Pengantar………... iv

Daftar Isi ………. vi

Daftar Tabel……….... viii

Daftar Gambar………. ix

Daftar Lampiran ………... x

BAB 1. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang.…….……… 1

1.2. Rumusan Masalah ...……… 2

1.3. Tujuan Penelitian.………. 2

1.3.1. Tujuan Umum ………..……… 2

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 2

1.4. Manfaat Penelitian .……….………. 3

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA ……… 4

2.1. Kematian Mendadak….……….………... 4

2.1.1. Definisi Kematian Mendadak ……….. 4

2.1.2. Epidemiologi Kejadian Kematian Mendadak ……. 5

2.2. Penyakit Penyebab Kematian Mendadak ... 5

2.2.1. Sistem Kardiovaskular..………... 5

2.2.2. Sistem Non Kardiovaskular ... 8

2.2.2.1. Sistem Respirasi..…………..……….. 8

2.2.2.2. Sistem Saraf Pusat………….……….. 12

2.2.2.3. Sistem Gastrointestinal……..………….... 12

2.2.2.4. Sistem Urogenital……..………... 13

2.3. Autopsi ……….. 14

2.3.1. Jenis Autopsi ………. 14

2.3.2. Pemeriksaan Mayat ……….. 15

2.3.3. Kepentingan Autopsi ……… 15

BAB 3.KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…. 16 3.1. Kerangka KonsepPenelitian ……… 16


(9)

BAB 4.METODE PENELITIAN...……….. 18

4.1. Jenis Penelitian ………. 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………..……… 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data……….. 19

BAB 5.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 20

5.1. Hasil Penelitian………. 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20

5.1.2. Karakteristik Individu……….. 20

5.1.3. Penyebab Kematian Mendadak……… 21

5.2. Pembahasan……….. 24

5.3. Keterbatasan Penelitian ………... 27

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 28

6.1. Kesimpulan……….. 28

6.2. Saran………. 29

DAFTAR PUSTAKA.……….... 30


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Lokasi Penyempitan Arteri Koronaria 6

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia 21

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis

Kelamin 21

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan

Penyebab Kematian Mendadak 22

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian

Mendadak Sistem Non Kardiovaskular 22

Tabel 5.5. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak

Berdasarkan Usia 23

Tabel 5.6. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka konsep profil kejadian kematian

mendadak


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 4 Lembar Pengamatan

Lampiran 5 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Kejadian kematian mendadak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kasus ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit khususnya penyakit jantung sering mendatangkan kecurigaan sehingga perlu dibuktikan dengan dilakukannya autopsi medikolegal, yang hasilnya dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009–2011. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh korban dugaan mati mendadak di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun

2009 sampai 2011. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,

dimana sebanyak 40 kasus digunakan sebagai sampel.

Jumlah kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 34 kasus (85.0%) dan perempuan 6 kasus (15.0%). Kematian mendadak lebih banyak terjadi pada kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40.0%). Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular

sebanyak 21 kasus (52.5%), terbanyak pada usia ≥60 tahun. Sistem non

kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5%), terbanyak pada usia 40-59 tahun. Kematian mendadak sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular terjadi paling banyak pada jenis kelamin laki-laki.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kematian mendadak terjadi lebih sering pada laki-laki, serta paling banyak dialami pada usia 40-59 tahun. Penyebab tersering kematian mendadak diakibatkan oleh sistem kardiovaskular yang paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki. Kata Kunci: Kejadian Kematian Mendadak, Profil, Visum et Repertum


(14)

ABSTRACT

The prevalence of sudden death increases as people get older. It affects to both men and women. Sudden death caused by diseases especially heart disease, often bring suspicion which needs to be proven by medicolegal autopsy and the results could indicate a problem in the cardiovascular system and non cardiovascular system.

This study has the aim to know the profile of sudden death cases in the Forensic Department of FK USU/ SMF Forensic Medicine of RSUD Dr. Pirngadi Medan 2009-2011. This is a descriptive study with a cross sectional study design. The population is all of the sudden death victims at RSUD Dr. Pirngadi Medan from 2009 until 2011. The study use total sampling where 40 cases is used as the samples.

The male sudden death cases are 34 cases (85.0%) and the female are 6 cases (15.0%). Sudden death happen more frequently in middle adulthood with the age of 40-59 as many as 16 cases (40.0%). Sudden death due to cardiovascular system were 21 cases (52.5%), most at age of ≥60. Non -cardiovascular system showed 19 cases (47.5%), mostly in the age of 40-59. Male gender was reported to be the highest in sudden death cases due to cardiovascular system and non-cardiovascular system.

In Conclusion, sudden death occurs mostly among men and in the age group of 40-59. The most common cause of sudden death is cardiovascular system that is reported most commonly at the age of ≥60 and among male gender.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini, kasus kematian mendadak semakin sering terjadi. Penyakit pembuluh darah koroner merupakan penyebab kematian terbanyak.Hal ini dikarenakan peran berbagai faktor yang diduga ikut berpengaruh dalam meningkatnya kasus kematian mendadak.Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat, yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang berprotein tinggi dan berlemak, tanpa diiringi dengan konsumsi makanan berserat.Perubahan tersebut berdampak dengan terjadinya peningkatan penyakit pada pembuluh darah yaitu aterosklerosis (Wujoso, 2004 dalam Rahmawati, 2010).

Kematian mendadak dapat ditemukan dalam berbagai macam kondisi, seperti pada saat sedang olah raga, atau sedang beristirahat sehabis olah raga, saat sedang berpidato, rapat, diskusi, menonton televisi, dapat pula saat santai dan bergembira bersama keluarga (Rahmawati, 2010).

Pada kasus kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit, seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi para penyidik, masyakat atau keluarga yang disertai dengan kecurigaan mengenai adanya unsur kriminal pada kasus kematian mendadak.Kecurigaan tersebut terutama disebabkan masalah TKP (tempat kejadian perkara) yaitu bukan di rumah korban atau di rumah sakit melainkan di tempat umum. Karena alasan tersebut, kematian mendadak termasuk kedalam kasus forensik, walaupun hasil otopsinyamenunjukan kematian yang diakibatkan oleh misalnya penyakit jantung koroner, perdarahan otak atau pecahnya aneurisma serebri (Idries,1997).

Menurut Nandy (2001), dari semua kasus kematian mendadak, sekitar 45% disebabkan oleh patologi pada sistem kardiovaskular, 20% sistem respiratori, 15% sistem saraf pusat, 6% sistem pencernaan, 4% sistem saluran kemih dan genital, dan 10% penyebab lain.


(16)

Angka kejadian kematian mendadak sekitar 10% dari seluruh kematian (Chadha,1995). Di Indonesia sendiri sulit di dapatkan insiden kejadian kematian mendadak yang sebenarnya. Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2010) terhadap 135 korban kasus kematian mendadak berdasarkan autopsi di Laboratorium Forensik dan Medikolegal Universitas Sebelas Maret, didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 100 korban (74%) sedangkan jenis kelamin perempuan lebih sedikit yaitu sebanyak 35 korban (26%), dengan usia terbanyak adalah usia senium atau lansia yaitu usia ≥ 60 tahun sebanyak 61 orang (45%).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui profil kejadian kematian mendadakdi Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode2009 –2011?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi kematian mendadak berdasarkan usiadi

Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.


(17)

2. Mengetahui distribusi kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

3. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak akibat sistem

kardiovaskular dan non kardiovaskular di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

4. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak berdasarkan usia

di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

5. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak berdasarkan jenis

kelamin di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu forensik, khususnya tentang kematian mendadak.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah kepustakaan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4.3. Bagi Rumah Sakit

Memberi informasi mengenai profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kematian Mendadak

2.1.1. Definisi Kematian Mendadak

Kematian mendadak dapat didefinisikan sebagai kematian alamiah yang tidak terduga dalam jangka waktu yang pendek, kurang lebih 1 jam dari timbulnya gejala atau pada 24 jam tanpa ada gejala terlebih dahulu, yang berakibat fatal (Kwok, 2003; Zipes, 1998).

Definisi kematian mendadak menurut World Health Organization (WHO)

adalah seseorang yang mati pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul,namun pada kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tidakterduga, tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus (Knight, 1991).

Menurut Nandy (2001), kematian mendadak adalah kematian yang tidak diketahui apakah disebabkan oleh berbagai jenis trauma, keracunan, kekerasan atau asfiksia, dan kematian terjadi secara tiba-tiba atau dalam waktu 24 jam dari timbulnya gejala terminal.

Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari suddenunexpected

natural death yang didalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu natural (alamiah, wajar). Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan

kematian mendadak dengan terminologi “sudden natural unexpected

death”(Hakim, 2010).

Kematian natural sendiri adalah kematian yang terjadi oleh karena penyakit alamiah atau kondisi patologis, usia tua, kelemahan, dimana bukan merupakan suatu percobaan kematian dan tidak terjadi secara sengaja (Nandy, 2001).

Dari uraian diatas, maka mati mendadak mengandung pengertian sebagai suatu kematian yang tidak terduga, tidak ada unsur trauma dan keracunan, tidak ada tindakan yang dilakukan sendiri yang dapat menyebabkan kematian dan


(19)

kematian tersebut disebabkan oleh penyakit dengan gejala yang tidak jelas atau gejalanya muncul dalam waktu yang mendadak kemudian korban mati (Rahmawati, 2010).

2.1.2. Epidemiologi Kejadian Kematian Mendadak

Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, hal ini seiring dengan kecenderungan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause, yang mencapai puncaknya pada usia 45-75 tahun.Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995)(Hakim, 2010).

2.2.Penyakit Penyebab Kematian Mendadak

Berdasarkan penyebab yang mendasarinya, kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem kardiovaskular, dan sistemnon kardiovaskular termasuk didalamnya adalah sistem respirasi, sistem saraf pusat, sistem gastro-intestinal dan sistem urogenital (Idries, 1997).

2.2.1. Sistem Kardiovaskular a) Penyakit jantung koroner

Penyakit pembuluh darah koroner merupakan penyebab kematian terbanyak.Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal pertahunnya karena penyakit jantung koroner, yang merepresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskular (Gray, 2005). Kematian akibat penyakit jantung koroner lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita (Reynolds, 2008).

Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen bagi jantung yang dapat disebabkan salah


(20)

satunya oleh aterosklerosis (Burke, 2008).Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia, jenis kelamin, ras, diabetes melitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain (Gray, 2005).

Akibat terjadinya penyempitan atau penebalan, khususnya pada ramus descendens arteri koronaria sinistra, yang merupakan arteri pensuplai darah bagi sistem konduksi jantung (pace maker), menyebabkan berkurangnya suplai darah ketempat tersebut sehingga terjadi hipoksia yang diikuti fibrilasi atrium dan berakhir dengan kematian (Idries,1997).

Tabel 2.1. Lokasi Penyempitan Arteri Koronaria

Ramus descendens arteri koronaria sinistra 45-64 %

Arteri koronaria dekstra 24-46 %

Arteri circumflexa koronaria sinistra 3-10 %

Pangkal arteri koronaria sinistra 0-10 %

Sumber: Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1.

Sumbatan pada pembuluh darah koroner merupakan awal dari munculnya berbagai penyakit kardiovaskular lain yang dapat menyebabkan kematian, seperti iskemia miokard, infark miokard, fibrilasi ventrikel yang disebabkan oleh kerusakan jaringan nodus atau kerusakan sistem konduksi, dan penyakit lainnya(Idries,1997).

b) Infark miokard

Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan, dapat menyebabkan terjadinya iskemia miokard. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan infark miokard, yaitu terjadi kerusakan sel yang irreversible serta nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran darah. Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70% (Brown C.T, 2005).

Efek dari adanya infark yang luas adalah menurunnya fungsi jantung dikarenakan jantung gagal memompa dan jaringan otot yang telah nekrosis tidak


(21)

dapat berkontraksi. Kematian mendadak dapat disebabkan oleh rupturnya infark miokardium (Knight, 1991).

c) Penyakit katup jantung

Penyakit katup jantung sering ditemukan pada kasus kematian mendadak.Penyebab tersering biasanya adalah kalsifikasi stenosis dari katup aorta yang dapat berhubungan dengan kejadian aterosklerosis. Lesi ini sering terjadi pada pria usia lebih dari 60 tahun. Kematian mendadak terjadi oleh karena penyempitan katup yang berakibat menurunnya aliran perfusi koroner (Knight, 1991).

d) Miokarditis

Miokarditis adalah radang pada miokardium akibat dari suatu proses infeksi yang ditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan sel radang. Miokarditis juga dapat timbul akibat demam rematik akut, radiasi, zat-zat kimia, difteri dan obat-obatan.Diagnosis miokarditis pada kasus kematian mendadak ditegakkan melalui pemeriksaan histologi dari jaringan yang diautopsi (Rilantono, 2003).

e) Penyakit arteri

Lesi pada arteri yang menjadi penyebab tersering kematian mendadak

adalah aneurisma.Aneurisma paling seringterjadi di aorta thoracalis dan

aneurisma ateromatous padaaorta abdominalis, yang biasanya terjadi pada laki-laki berusia di atas lima puluh tahun (Knight, 1991).

Kematian mendadak dapat terjadi bila aneurisma tersebut ruptur, sehingga

dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid. Berdasarkan studi populasi yang

dilakukan oleh Universitas Kedokteran Tehran, Iran, dari tahun 2001 sampai

2005, penyebab kematian mendadak dari perdarahan subarachnoid adalah

rupturnya aneurisma intrakranial yaitu sebesar 54 % dan terjadi paling banyak pada wanita usia 50 tahun (Sheikhazadi, 2007).


(22)

f) Tamponade jantung

Tamponade jantung merupakan keadaan gawat darurat yang dapat menyebabkan kematian mendadak, dimana terdapat pengumpulan cairan intraperikardium. Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila berlangsung cepat dan 1000 cc bila berlangsung lambat dikarenakan pericardium memiliki waktu untuk meregang dan menyesuaikan dengan bertambahnya volum cairan (Rilantono, 2003).

2.2.2. Sistem Non Kardiovaskular 2.2.2.1. Sistem Respirasi

Kematian akibat sistem respirasi dapat terjadi akibat dari perdarahan saluran nafas, asfiksia, dan atau pneumotoraks.Perdarahan dapat terjadi akibat tuberkulosa, yang merupakan penyebab kematian tersering di negara yang belum berkembang.Sedangkan asfiksia dapat terjadi pada asma bronkial, bronkiektasis, dan difteri yang dapat juga menyebabkan kematian mendadak dari sistem respirasi (Idries, 1997).

a) Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal dan pelebaran permanen lumen bronkus.Bronkiektasis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan.Bronkiektasis biasanya dimulai saat anak-anak setelah infeksi saluran pernafasan bawah berulang sebagai komplikasi campak, bronkitis, pertusis, influenza, atau pneumonia (Wilson, 2005).

Pelebaran bronkus tersebut dikaitkan dengan adanya perubahan yang terjadi akibat kerusakan dan proses radang dalam dinding bronkus berupa kerusakan elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah (Rahmatullah, 2009; Wilson, 2005).

Saluran nafas yang melebar tersebut mengandung sekret yang kental, dan purulen, sehingga tidak jarang menyumbat saluran nafas perifer.Gambaran klinis yang timbul berupa batuk kronik disertai produksi sputum serta adanya hemoptisis.Pelebaran dinding bronkus diikuti dengan peningkatan dan pelebaran


(23)

pembuluh darah. Ulserasi dari dinding ektasis akan menimbulkan perdarahan ke dalam lumen bronkus yang dapat berakibat kematian (Wilson, 2005).

b)Abses paru

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan umumnya terjadi pada usia tua dikarenakan terdapat peningkatan insidensi penyakit periodontal dan prevalensi aspirasi (Rasyid, 2009).

c) Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara didalam rongga pleura.Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik.Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, dimana dikatakan primer jika penyebabnya tidak diketahui dan sekunder jika terdapat penyakit paru yang melatarbelakangi seperti TB paru, emfisema, dan bronkitis kronis.Pneumotoraks traumatik dibagi atas pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik (Hisyam, 2009).

Pneumotoraks lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan perbandingan 5:1. Pneumotoraks spontan primer banyak dijumpai pada pria usia 20 sampai 40 tahun yang sebelumnya terlihat sehat.Pneumotoraks spontan dapat terjadi sebagai penyebab kematian.Umumnya terjadi karena ruptur dari bulla emfisema.Pneumotoraks juga dapat terjadi akibat adanya mekanisme ventil, dimana udara yang masuk tidak dapat keluar lagi dari dalam rongga pleura. Penderita menderita sesak napas yang berat, tekanan intrapleural meningkat sangat tinggi, terjadi kolaps paru dan penekanan pada mediastinum, termasuk

jantung, venous return juga terganggu. Akibatnya selain terjadi gangguan

pernapasan juga terjadi gangguan pada sirkulasi jantung yang berakibat pada kematian (Rahmawati, 2010).


(24)

d)Tuberkulosa Paru (TB paru)

Merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis.Berdasarkan data WHO, terdapat 10-12 juta penderita TB paru yang dapat menularkan penyakitnya.Angka kematian TB paru mencapai tiga juta kematian per tahun.Sebagian besar kasus TB paru dan kematiannya terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Diantaranya 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Di Indonesia sendiri prevalensi TB menempati urutan ke-3 tertinggi setelah China dan India (Amin, 2009).

Gambaran klinis yang berkaitan dengan TB paru dan sering adalah batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada dan hemoptisis.Penyebab kematian pada infeksi TB paru adalah hemoptisis masif dari ceverna tuberculosis (Price, 2005).

e) Asma bronkial

Kematian mendadak dapat terjadi pada saat serangan asma bronkial.Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gangguan pernafasan.Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi antar individu.Beberapa diantaranya adalah alergen, polusi udara, infeksi saluran nafas, keletihan, perubahan cuaca, makanan, atau obat (Hisyam, 2009).

Aritmia berperan terhadap penyebab kematian terutama pada dewasa.Aritmia dapat terjadi oleh karena peningkatan hipokalemia dan terjadinya pemanjangan segmen QT akibat penggunaan ß2 agonis dosis tinggi.Kematian juga terjadi oleh karena asfiksia yang disebabkan keterbatasan aliran udara dan menurunnya tekanan parsial oksigen dialveoli, sehingga oksigen dalam peredaran darah juga menurun (hipoksemia). Sebaliknya terjadi resistensi karbondioksida, sehingga kadar karbondioksida dalam peredaran darah meningkat. Hal ini menyebabkan rangsangan pada pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi (Hisyam, 2009).


(25)

Pada otopsi, penderita asma bronkial yang meninggal, didapatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

(1) Perubahan patologis

(a) Overdistensi dari kedua paru,

(b) Paru tidak kolaps waktu kavum pleura dibuka, (c)Dalam bronkus sampai bronkus terminalis didapatkan gumpalan eksudat yang menyerupai gelatin.

(2) Perubahan histopatologis (a) Hipertrofi otot bronkus, (b) Edema mukosa bronki,

(c) Kerusakan epitel permukaan mukosa, (d) Penebalan nyata dari membran basalis,

(e) Infiltrasi eosinofil dalam dinding bronki (McFadden, 2005). Dengan begitu, kepastian mati mendadak akibat serangan asma memerlukan pemeriksaan histologi dan biokimia (toksikologi) dengan baik (McFadden, 2005).

f) Karsinoma bronkogenik

Karsinoma bronkogenik atau karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas primer saluran nafas yang berciri khas adanya proses keratinisasi dan pembentukanbridge intraseluler. Karsinogen dalam kasus karsinoma bronkogenik sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Bahan aktif yang dianggap karsinogen dalam asap rokok adalah polonium 210 dan 3,4 – benzypyrene.Karsinoma bronkogenik mempunyai prognosis buruk sehingga mortalitasnya pun sangat tinggi (Amin, 2009).


(26)

2.2.2.2. Sistem Saraf Pusat

Pada dewasa muda kematian mendadak terjadi oleh karena ada kelainan pada susunan saraf pusat, adalah pecahnya aneurisma serebri, yang dapat diketahui lokasinya bila pemeriksaan atas pembuluh darah otak (circulus willisi) dikerjakan dengan teliti; di mana pemeriksaan akan ditandai dengan adanya perdarahan subarachnoid (Idries, 1997).

Pada penderita hipertensi, pecahnya arteri lenticulostriata merupakan penyebab kematian yang tersering, biasanya didahului oleh sakit kepala, pusing, mual, dan kemudian penderita dapat jatuh (Idries, 1997).

2.2.2.3. Sistem Gastrointestinal a) Penyakit pada esofagus dan lambung

Kematian akibat penyakit pada esofagus dan lambung sering ditimbulkan dengan adanya perdarahan yang terjadi pada organ tersebut.Kematian dapat disebabkan oleh varises esofagus yang ditemukan pada penderita sirosis hati dengan hipertensi portal.Pada penderita sirosis hati dekompensata terjadi hipertensi portal dan timbul varises esofagus yang suatu waktu mudah pecah, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang masif.Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis.Kematian dapat terjadi akibat pecahnya varises esofagus sehingga terjadi perdarahan kedalam sistem pencernaan (Hadi, 2002).

Perforasi tukak lambung juga dapat menyebabkan kematian mendadak, khususnya yang terjadi setelah seseorang meminum alkohol atau menelan obat yang dapat mengiritasi lambung, misalnya aspirin.Obat tersebut termasuk golongan salisilat yang menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga mudah terjadinya erosi atau tukak yang akut.Luka pada daerahlambung lebih sering menyebabkan hematemesis. Sedangkanluka pada duodenum akan menyebabkan melena. Hematemesisdan melena sendiri akan memicu timbulnya syok hipovolemikdan dapat berujung pada kematian (Hadi, 2002).


(27)

b) Penyakit pada usus halus, usus besar, dan pankreas

Terjadinya gangren usus yang disebabkan oleh strangulasi hernia dan torsi (puntiran) yang disebabkan oleh perlengketan peritoneum dapat menjadi kondisi yang fatal dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kematian mendadak terjadi pada perforasi megakolon toksik (Idries, 1997).

Megakolon toksik adalah dilatasi dari semua bagian kolon sampai mencapai diameter transversal lebih dari 6 cm yang diukur pada pertengahan kolon transversum disertai dengan timbulnya toksisitas sistemik.Megakolon toksik ini terjadi sebagai komplikasi dari setiap reaksi inflamasi dari kolon seperti kolitis ulserativa, kolitis granulomatosa, kolitis pseudomembranosa, tifus abdominalis, disentri basiler, kolera, dan infiltrasi limfoma pada kolon. Terjadinya dilatasi sebagai hasil dari kerusakan lapisan otot oleh karena inflamasi yang menyebabkan tidak adanya tonus dan peristaltik, kemudian segmen kolon ini akan berdilatasi secara pasif oleh isi kolon seperti gas, eksudat, dan tinja. Kematian akibat megakolon toksik cukup tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Binder, dkk.(1974) bahwa mortalitas apabila terjadi perforasi pada megakolon toksik adalah sebesar 82 % (Hadi, 2002).

2.2.2.4.Sistem Urogenital

Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menimbulkan kematian mendadak.Kondisi dimana pasien menderita gagal ginjal akut dapat menjadi penyebab kematian mendadak pada sistem ini.Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis yang memiliki ciri penurunan laju filtrasi glomerulus yang cepat, azotemia, dan gangguan homeostasis elektrolit, cairan, dan asam basa.Angka kematian pada gagal ginjal akut cukup tinggi yaitu sekitar 25 % hingga 60 % (Knight, 1991).

Adanya kematian mendadak pada wanita usia subur harus diperhatikan sebagai komplikasi dari kehamilan. Rupturnya kehamilan ektopik dapat menyebabkan kematian mendadak oleh karena terjadinya perdarahan intraperitoneal (Knight, 1991).


(28)

2.3. Autopsi

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan luar dan dalam untuk kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu kesehatandengan tujuan merumuskan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian(Amir, 2004).

2.3.1. Jenis Autopsi

Berdasarkan tujuannya, autopsi dibagi atas: 1)Autopsi Anatomi

Autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran untuk mengetahui susunan jaringan dan organ tubuh.Dalam autopsi ini digunakan mayat yang tidak dikenal siapa keluarganya atau kerelaan tertulis dari seseorang yang merelakan tubuhnya dipakai untuk pendidikan (Amir, 2004).

2)Autopsi Klinik

Autopsi yang dilakukan pada penderita yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk menentukan proses patologis yang terdapat dalam tubuh korban, menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dengan diagnosis postmortem, perjalanan penyakit dan sebagainya. Autopsi klinik ini dilakukan dengan persetujuan keluarga mayat tersebut atau apabila tidak ada keluarga terdekat yang datang ke rumah sakit dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam (Amir, 2004). 3) Autopsi Forensik

Autopsi forensik dilakukan atas permintaan yang berwenang untuk membantu penegak hukum melakukan penyidikan terhadap mayat yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan, kematian mendadak dan kematian yang tidak diketahui sebabnya. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk membantu identifikasi korban, mengetahui sebab pasti, mekanisme dan lama kematian, mengumpulkan dan memeriksa barang bukti untuk penentuan identitas pelaku kejahatan, serta


(29)

membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum

.

Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri dan seteliti mungkin (Amir, 2004).

2.3.2. Pemeriksaan Mayat 1)Pemeriksaan Luar

Pemeriksaan bagian luar tubuh korban seperti pakaian dan benda-benda yang dipakai, identitas korban, tanda-tanda khusus, warna kulit, rambut, perkiraan usia, mata, bagian wajah, leher, dada, perut, ekstremitas, alat kelamin dan tanda-tanda kekerasan/luka (Amir, 2004).

2) Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dengan membuka semua rongga tubuh korban, yaitu rongga kepala, dada, perut dan panggul.Organ tubuh yang diperiksa dimulai dari lidah, tonsil, kelenjar gondok, kerongkongan (esofagus), batang tenggorok (trakea), tulang lidah, rawan gondok (kartilago tiroidea), rawan cincin (kartilago krikoidea), arteri karotis interna, kelenjar timus, paru-paru, jantung, aorta torakalis, aorta abdominalis, anak ginjal (kelenjar suprarenalis), ginjal, ureter, kandung kencing, hati, kandung empedu, limpa, kelenjar getah bening, lambung, usus halus, usus besar, otak besar, otak kecil, batang otak, dan alat kelamin dalam (Amir, 2004).

2.3.3. Kepentingan Autopsi

Pada kasus kematian mendadak, sangat perlu mendapat perhatian terhadapkeadaan korban sebelum kematian, mengingat kemungkinan dalam kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminal, atau kematian tersebut berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain.Apakah korban baru menjalankan aktivitas, atau sewaktu istirahat sehabis melakukan aktivitas.Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus dijadikan perhatian, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian (Amir, 2004; Rahmawati, 2010).


(30)

Penyebab:

- Sistem

Kardiovaskular

- Sistem Non

Kardiovaskular

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISIOPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka konsep profil kejadian kematian mendadak 3.2. Definisi Operasional

Kematian Mendadak adalah kematian pada 24 jam sejak gejala timbul, yang telah disimpulkan oleh dokter spesialis forensik dan telah dilakukan pemeriksaan luar dan atau dalam.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : hasil visum et repertum

Hasil ukur : jumlah orang atau kasus

Skala pengukuran : nominal

Usia adalah usia korban berdasarkan ulang tahun terakhir yang dapat dinilai dengan tanda pengenal korban atau melihat data pada visum et repertum.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : hasil visum et repertum

Hasil ukur

- Neonatus : 0-14 hari

- Bayi : 2 minggu-2 tahun

Kematian Mendadak Karakteristik:

- Usia


(31)

- Anak awal : 2-6 tahun - Anak akhir : 6-11 tahun

- Remaja : 11-21 tahun

- Dewasa awal : 21-40 tahun - Dewasa Madya : 40-59 tahun

- Dewasa lanjut (lansia) : ≥60 tahun (Hurlock, 1980; Rahmawati, 2010)

Skala pengukuran : ordinal

Jenis Kelamin yaitu laki-laki dan perempuan

Cara ukur : observasi

Alat ukur : hasil visum et repertum

Hasil ukur : kategori yaitu laki-laki dan perempuan

Skala pengukuran : nominal

Kematian mendadak sistem kardiovaskular adalah kematian mendadak yang yang disebabkan oleh gangguan pada sistem kardiovaskular yang didapat pada data visum et repertum.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : hasil visum et repertum

Hasil ukur : jumlah orang atau kasus

Skala pengukuran : nominal

Kematian mendadak sistem non kardiovaskular adalah kematian mendadak yang disebabkan oleh sistem selain kardiovaskular, dapat berupa sistem respirasi, sistem saraf pusat, gastrointestinal, urogenital, dan lain-lain.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : hasil visum et repertum

Hasil ukur : jumlah orang atau kasus


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain

studi cross sectional (potong lintang), dimana dilakukan pengumpulan data

dengan menggunakan data sekunder yaitu melihat hasil visum korban kasus kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 –2011.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik FK USU, SMF Kedokteran ForensikRSUD Dr. Pirngadi Medan. Alasan pemilihan tempat tersebut adalah karena merupakan rumah sakit rujukan dari pihak Forensik Kepolisian untuk mengautopsi korban kasus kematian mendadak.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan juli 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh korban mati mendadak di SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi dari tahun 2009 sampai 2011.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakanmetode total

sampling.Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang telah sesuai dengan kriteria-kriteria penelitian yaitu sebanyak 40 kasus.


(33)

1. Kriteria Inklusi:

a. Korban yang mati akibat dugaan kematian mendadak, bukan akibat trauma,

kecelakaan, tindakan bunuh diri, keracunan, maupun pembunuhan. b. Usia dan jenis kelamin korban diketahui.

c. Penyebab kematian mendadak diketahui melalui pemeriksaan luar dan

dalam. 2. Kriteria Ekslusi:

a. Data visum yang hilang, rusak,dan tidak terbaca.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil visum et repertum korban kasus dugaan kematian mendadak dari tahun 2009 sampai 2011 di SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.5.Pengolahan dan Analisa Data

Semua data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program komputerisasi dan kemudian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dimana rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan yang terdapat di Sumatera Utara. RSUD Dr. Pirngadi

RSUD Pirngadi berada di pusat kota Medan dimana bangunan lama dari rumah sakit menghadap Jalan Prof. HM. Yamin SH no. 47 dan bangunan barunya menghadap Jalan Perintis Kemerdekaan. Rumah sakit ini didirikan oleh

Pemerintah Kolonial Belanda dengan namaGemente Zieken Huis.RSUD Dr.

Pirngadi Medan menyandang predikat Rumah Sakit Kelas B Pendidikan, berdasarkan akreditasi Depkes RI No.YM.00.03.3.5.1309.Sejak berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) pada tanggal 20 Agustus 1952, maka rumah sakit ini secara otomatis difungsikan sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa FK USU meskipun penandatanganan perjanjian kerjasama antara FK USU dengan pihak RSUD Pirngadi sebagai Teaching Hospital (rumah sakit pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.

5.1.2. Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini terdapat 40 kasus kematian mendadak dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang ditemukan di SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada periode 2009 - 2011.

Dari keseluruhan korban kasus kematian mendadak, karakteristik yang diamati meliputi usia, dan jenis kelamin.


(35)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)

Dewasa awal 21-40 9 22.5

Dewasa madya 40-59 16 40.0

Dewasa lanjut (Lansia)

≥60

15 37.5

Total 40 100

Pada tabel 5.1.dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak yang mengalami kematian mendadak adalah kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun, sebanyak 16kasus atau sekitar40.0% dari keseluruhan sampel.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 34 85.0

Perempuan 6 15.0

Total 40 100

Pada tabel 5.2.di atas terlihat bahwa jenis kelamin terbanyak yang mengalami kematian mendadak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 34kasus (85.0 %), diikuti dengan jenis kelamin perempuan, sebanyak 6 kasus (15%).

5.1.3. Penyebab Kematian Mendadak

Berdasarkan datavisum et repertum korban kasus kematian mendadak dari SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009-2011, di ketahui jumlah kasus kematian mendadak berdasarkan penyebab adalah sebagai berikut.


(36)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penyebab Kematian Mendadak

Penyebab Kematian

Mendadak Frekuensi Persentase (%)

Sistem Kardiovaskular 21 52.5

Sistem Non Kardiovaskular 19 47.5

Total 40 100

Dari data pada tabel 5.3. di atas diketahui dari 40 kasus yang mengalami kematian mendadak, sebagian besar disebabkan oleh penyakit pada sistem kardiovaskular, yaitu sebanyak 21kasus (52.5 %), sedangkan penyebab non kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5 %).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian Mendadak Sistem Non Kardiovaskular

Penyebab Non Kardiovaskular Frekuensi Persentase (%)

Sistem Respirasi 18 45.0

Sistem Urogenital 1 2.5

Pada tabel 5.4.terlihat bahwa penyebab kematian mendadak di luar sistem kardiovaskular (non kardiovaskular) adalah sistem respirasi yaitu sebanyak 18 kasus (45.0 %) dan sistem urogenital sebanyak 1 kasus (2.5 %).


(37)

Tabel 5.5. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak Berdasarkan Usia Usia

Total Dewasa

awal (21-40)

Dewasa madya (40-59)

Dewasa lanjut (lansia)

(≥60)

Penyebab

Kardiovaskular N 2 8 11 21

% 5.0 % 20.0 % 27.5 % 52.5 %

Non Kardiovaskular N 7 8 4 19

% 17.5 % 20.0 % 10.0 % 47.5

%

Total N 9 16 15 40

% 22.5 % 40.0 % 37.5 % 100 %

Tabel 5.5. di atas memperlihatkan bahwa pada kelompok usia dewasa awal (21-40) terdapat frekuensi kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular sebanyak 2 kasus (5.0 %), dewasa madya (40-59) sebanyak 8 kasus (20.0 %) dan terbanyak pada kelompok usia lansia(≥60) sebanyak 11 kasus (27.5 %). Untuk

kematian mendadak akibat penyebab non kardiovaskular, terdapat 7 kasus (17.5 %) pada kelompok usia dewasa awal, 8 kasus (20.0 %) pada kelompok dewasa madyadan 4 kasus (10.0%) pada kelompok lansia.


(38)

Tabel 5.6. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Penyebab

Kardiovaskular N 20 1 21

% 50.0 2.5 52.5

Non Kardiovaskular N 14 5 19

% 35.0 12.5 47.5

Total

N 34 6 40

% 85.0 15.0 100

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular terjadi paling banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 20 kasus (50.0 %) sementara perempuan 1 kasus (2.5 %). Kematian mendadak yang tidak di akibatkan oleh sistem kardiovaskular (non kardiovaskular)pada laki-laki sebanyak 14 kasus (35.0 %) dan perempuan sebanyak 5 kasus (12.5 %).

5.2. Pembahasan

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah berupa usia, jenis kelamin serta penyebab dari kematian mendadak. Dimana penyebab kematian mendadak diketahui dengan adanya pemeriksaan luar dan dalam. Pemeriksaan luar meliputi pemeriksaan label, benda di samping mayat, pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis dan pelukaan sedangkan pemeriksaan dalam dilakukandengan membuka dan memeriksa isi rongga kepala, leher, dada, perut, panggul dan pemeriksaan dengan membuka bagian lain dilakukan apabila diperlukan.


(39)

Berdasarkan data-data tersebut, maka di dapatkan pembahasan sebagai berikut.

5.2.1. Usia

Kelompok usia yang digunakan pada penelitian ini terbagi atas delapan kelompok, yaitu neonatus (0-14 hari), infant/bayi (2 minggu-2 tahun), anak awal (2-6 tahun), anak akhir (6-11 tahun), remaja (11-21 tahun), dewasa awal (21-40

tahun), dewasa madya (40-59 tahun), dan lansia (≥ 60 tahun). Dimana

pembatasan interval usia ini berdasarkan teori perkembangan Elizabeth B Hurlock dan penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2010). Dari 40 kasus, kematian mendadak lebih banyak terjadi pada usia 40-59 tahun yaitu sebanyak 16 kasus (40.0 %). Hasil ini sesuai dengan hasil studi Framingham tahun 1968, sebanyak 65.4 % kematian terjadi pada usia 45-59 tahun.

Laju kematian akibat penyakit meningkat seiring dengan menuanya seseorang.Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya kemampuan untuk berespons terhadap stress fisik maupun psikologik. Sejalan dengan proses menua, terjadi penurunan kapasitas fungsional baik pada tingkat selular maupun pada tingkat organ yang mengakibatkan sulitnya memelihara homeostasis tubuh, sehingga menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ (Setiati, 2009). Namun,seiring dengan perkembangan jaman, kejadian kematian mendadak dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut tidak hanya terjadi akibat perubahan fisiologis ataupun akibat penyakit yang meningkat seiring dengan penuaan, tetapi di dukung pula dengan adanya perubahan pola hidup di masyarakat, seperti kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi kalori dan kolesterol, serta berkurangnya aktifitas fisik.

5.2.2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2010), dari 135 sampel didapatkan kejadian kematian mendadak lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 100 korban (74 %) dan perempuansebanyak 35 korban (26 %). Penelitian oleh Putri (2011) menemukan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, sebesar 77.46 % sementara perempuan


(40)

adalah sisanya yaitu sebesar 22.54 %.Dalam penelitian ini juga didapatkan kematian mendadak lebih sering terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 34 kasus (85.0 %) sementara pada perempuan jauh lebih sedikit yaitu sebanyak 6 kasus (15.0 %).

Rendahnya angka kematian mendadak pada perempuan sebelum menopausedisebabkan adanya hormon estrogen yang akan menurunkan kadar

kolesterol plasma dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL (Low Density

Lipoprotein) dihati, dan meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) plasma yang akan menyerap kolesterol dari jaringan perifer tubuh dan mengangkutnya ke hati (Ganong, 2005), dengan konsentrasi HDL yang lebih tinggi ini akan menurunkan insiden terjadinya kematian mendadak pada perempuankhususnya akibat penyakit jantung dibandingkan pada laki-laki.

5.2.3. Penyebab Kematian Mendadak

Penyebab kematian mendadak pada penelitian ini terbagi atas dua penyebab, yaitu kematian mendadak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem kardiovaskular, dan yang tidak disebabkan oleh sistem kardiovaskular (non kardiovaskular) seperti adanya gangguan padasistem respirasi, sistem saraf pusat, sistem gastrointestinal, sistem urogenital, dan lain-lain.

Pada penelitian ini didapatkan kejadian kematian mendadak paling banyak terjadi akibat sistem kardiovaskular dibandingkan non kardiovaskular, yaitu sebanyak 21 kasus (52.5 %) dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 40 kasus, dimana paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian dari divisi kardiologi, Queen Mary Hospital, Universitas Hong Kong yang menunjukkan bahwa prevalensi kematian mendadak terbanyak disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dalam hal ini adalah penyakit jantung koroner sebesar 57 % (kwok, 2003). Penelitian oleh Putri (2011) juga mendapatkan penyebab kematian mendadak terbanyak diakibatkan oleh penyakit jantung yaitu sebesar 71.83 % dari 71 sampel penelitian. Pada tabel 5.6.dapatdiketahui penyakit sistem kardiovaskular paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.


(41)

Kematian mendadak akibat sistem non kardiovaskular didapatkan sebanyak 19 kasus (47.5 %), dimana 18 kasus (45.0 %) disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem respirasi dan 1 kasus (2.5 %) akibat sistem urogenital. Dari tabel 5.5.dan 5.6. dapat dilihat bahwa kematian mendadak yang bukan disebabkan oleh sistem kardiovaskular (non kardiovaskular) terjadi paling banyak pada usia 40-59 tahun yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 kasus (35.0 %).

Kematian mendadak pada sistem kardiovaskular sering terjadi akibat penyakit jantung koroner yang di awali dengan adanya aterosklerosis pada pembuluh darah koroner serta terjadinya infark miokardium (Zipes, 1998) yang akan menyebabkan kerusakan sel secara irreversible dan kematian otot sehingga terjadi perubahan-perubahan fungsional pada jantung yang dapat menyebabkan kematian akibat menurunnya daya kontraksi, perubahan irama jantung, pengurangan volume sekuncup dan peningkatan tekanan akhir diastol ventrikel. 5.3. Keterbatasan Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data sekunder yaitu dengan menggunakan visum et repertum korban kematian mendadak dan melakukan analisis, terdapat beberapa keterbatasan yang muncul, yaitu terbatasnya jumlah korban kematian mendadak yang dilakukan pemeriksaan dalam, sehingga menimbulkan kendala bagi peneliti untuk melihat sebab kematian korban. Beberapa simpulan pemeriksaan juga tidak menuliskan dengan spesifik penyebab dari kematian mendadak yang diakibatkan oleh penyakit pada kasus-kasus kematian mendadak yang mempersulit peneliti dalam mengumpulkan data.


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kematian mendadak paling banyak terjadi pada kelompok dewasa

madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40,0%). Sedangkan kelompok dewasa awal, usia 21-40 tahun sebanyak 9 kasus (22,5%),

dan kelompok dewasa lanjut (lansia), usia ≥60tahun sebanyak 15

kasus (37,5%).

2. Jenis kelaminlaki-laki lebih banyak mengalami kematian mendadak

yaitu sebanyak 34 kasus (85,0%) dibandingkan dengan perempuan yang hanya sebanyak 6 kasus (15,0 %).

3. Penyebab kematian mendadak terbanyak diakibatkan oleh penyakit

pada sistem kardiovaskular sebanyak 21 kasus (52,5%) sedangkan akibat penyebab non kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5 %).

4. Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular terjadi paling

banyak pada kelompok lansia yaitu usia≥60tahun sebanyak 11 kasus (27.5 %), dan sistemnon kardiovaskular paling banyak terjadi pada kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 8 kasus (20.0 %).

5. Baik kematian mendadak yang disebabkan oleh sistem

kardiovaskular maupun yang bukan disebabkan oleh sistem non kardiovaskular lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan yaitu sebesar 50 % untuk sistem kardiovaskular dan 35 % untuk sistem non kardiovaskular.


(43)

6.2. Saran

1. Diharapkan data-data pada penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya, untuk dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas serta dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi studi analitik.

2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar melengkapi dan merangkum dengan benar data pada hasil visum sehingga penelitian dalam bentuk data sekunder dapat menghasilkan data yang baik.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., 2009. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2254.

Amir, A., 2004.Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan, 1-35.

Brown, C.T., 2005. Penyakit Aterosklerosis Kronik. Dalam: Price S.A., Wilson,

L.M., Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume

1.Edisi 6.Jakarta: EGC, 589.

Burke, A.P., Virmani, P., 2008. Pathology of Myocardial Ischemia, Infaction, Reperfusion, and Sudden Death (Pathology of Sudden Coronary Death).In: Fuster, V., O’Rourke, R.A., Walsh, R.A., Wilson-Poole, P., Hurst’s: The Heart, 12th ed. Volume 1. USA: Mc Graw Hill, 1321-1336.

Chadha, V.P., 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, 5th ed.

Jakarta: Widya Medika, 50.

Ganong, W. F., 2005. Keseimbangan Energi, Metabolisme, & Nutrisi.Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC, 320.

Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., Simpson, I.A., 2005. Lecture Notes:

Kardiologi, 4thed. Jakarta: EMS, 107-111.

Hadi, S., 2002.Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni, 84-375.

Hakim, F.A., 2010.Aspek Medikolegal Kematian Mendadak Akibat Penyakit

(Natural Sudden Death), Fakultas Kedokteran UNJANI: Research and

learning Unit. Available fro

2012

]

.


(45)

Hisyam, B., Budiono, E., 2009. Pneumotoraks Spontan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2339.

Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 52, 76, 108, 206, 246, 320, 380.

Idries, A.M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 210-213.

Knight, B., 1991.Simpson’s Forensic Medicine. Tenth Edition. New York :

Arnold, 166 – 177.

Kwok, K.M., Lee, K.L.F., Lau, C.P., Tse, H.F., 2003. Sudden Cardiac Death:

Prevention and Treatment. Hong kong: Cardiology Division, Department of Medicine, The University of Hong kong. Available from: 2012].

McFadden, E.R., 2005. Asthma. In: Harrison, (et al). Harrison Principle of Internal Medicine, 16th ed. USA: McGraw-Hill, 1511.

Nandy, A., 2001. Principles of forensic medicine. Calcutta: New Central Book Agency, 136.

Price, S.A., Standridge, M.P., 2005.Tuberkulosis paru. . Dalam: Price S.A., Wilson, L.M., Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, 6th ed. Volume 1.Jakarta: EGC, 852-861.

Putri, I.A., 2011. Hubungan antara usia dengan penyebab kematian pada

kejadian kematian mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara tingkat I RS. Sukanto Jakarta periode Januari 2006 – Desember 2010.Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jaya. Available from: ed 9 April 2012].


(46)

Rahmatullah, P., 2009. Bronkiektasis.Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2297-2299.

Rahmawati, M.L.A., 2010. Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan

Mati Mendadak. Surakarta : Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. Available from: 2012].

Rasyid, A., 2009. Abses Paru. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2323.

Reynolds, M.R., Pinto, D.S., Josephson, M.E., 2008.Sudden Cardiac Death.In: Fuster, V., O’Rourke, R.A., Walsh, R.A., Wilson-Poole, P., ed. Hurst’s: The Heart, 12th ed. Volume 1. USA: Mc Graw Hill, 1161-1182.

Rilantono, L.I., 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 258-260.

Setiati, S., Harimurti, K., Govinda, A., 2009.Proses Menua dan Implikasi

Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 757.

Sheikhazadi, A., Gharehdaghi, J., 2007. Survey of Sudden Death From

Aneurysmal. Iran : Center of Academic & Educational Researches Tehran University of Medical Science. Available from:

WHO.,2011. Global Adult Tobacco Survey.Available from:

[Accessed 19 Oktober 2012].


(47)

Wilson, L.M., 2005. Pola Obstruktif Pada Penyakit Pernafasan. Dalam: Price S.A., Wilson, L.M.,Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 2.Edisi 6. Jakarta: EGC, 291.

Zipes, D.P., Wellens, H.J.J., 1998. Sudden Death.Krannert Institute of

Cardiology.,Department of Cardiology, Academic Hospital

Maastricht.Available from:

2012].


(48)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ratih Fadhillah

Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 24September 1992

Agama : Islam

Alamat : Komplek Ambasador No.53, Pasar 2 – Tanjung Sari

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Taman Asuhan Pematang Siantar 1997-2003

2. Sekolah Menengah Pertama Yayasan Perguruan Sultan

Agung Pematang Siantar 2003-2006

3. Sekolah Menengah Atas Yayasan Perguruan Al-Azhar

Medan 2006-2009

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK USU PEMA FK USU Periode 2012


(49)

(50)

(51)

Lampiran 4

Lembar Pengamatan

No. VER Tahun

Kejadian Usia

Jenis Kelamin

Penyebab Kematian Mendadak Sistem

Kardiovaskular

Non Kardiovaskular


(52)

Lampiran 5

Data Induk

No No VER Tahun Jenis

Kelamin

Kel. Usia Usia Penyebab Kematian Mendadak

1 B/01/1/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

50 Respirasi

2 R/36/III/2009 2009 Laki-laki lansia 64 Respirasi

3 V/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

57 Respirasi

4 117/V/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki lansia 61 Kardiovaskular

5 B/52/VII/2009 2009 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular

6 B/239/VIII/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

45 Kardiovaskular

7 R/VER/460/VII/2009 2009 Perempuan Senium 70 Respirasi

8 R/105/IX/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 25 Respirasi

9 R/629/10/2009/VER 2009 Laki-laki Dewasa awal 28 Respirasi

10 VER/22/X/2009 2009 Perempuan Dewasa awal 40 Respirasi

11 269/XI/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

53 Kardiovaskular

12 B/543/XI/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 30 Respirasi

13 29/I/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki lansia 73 Kardiovaskular

14 R/68/II/2010/VER 2010 Laki-laki Dewasa

madya

42 Urogenital

15 VER/92/II/2010 2010 Perempuan lansia 60 Respirasi

16 R/165/III/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

58 Kardiovaskular

17 76/III/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Senium 76 Kardiovaskular

18 B/62/V/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 40 Respirasi

19 VER/320/VII/2010 2010 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular

20 VER/374/VI/2010 2010 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular

21 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Dewasa

madya

55 Respirasi

22 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular

23 212/IX/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular

24 B/05/IX/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

56 Kardiovaskular

25 R/3274/XI/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

58 Kardiovaskular

26 116/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 39 Respirasi

27 249/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

43 Kardiovaskular

28 I/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya


(53)

29 VER/183/III/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular

30 66/IV/IKK/2011 2011 Laki-laki lansia 71 Kardiovaskular

31 VER/303/VII/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

42 Respirasi

32 - 2011 Laki-laki Dewasa

madya

45 Respirasi

33 192/IX/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular

34 VER/II/IX/2011 2011 Laki-laki lansia 65 Respirasi

35 VER/346/10/2011 2011 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular

36 B/378/IX/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

45 Respirasi

37 210/X/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

56 Kardiovaskular

38 VER/2276/X/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular

39 VER/401/XI/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

54 Kardiovaskular


(54)

Lampiran 6

A. Karakteristik Sampel

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 1 2.5 2.5 2.5

28 1 2.5 2.5 5.0

30 1 2.5 2.5 7.5

38 2 5.0 5.0 12.5

39 1 2.5 2.5 15.0

40 3 7.5 7.5 22.5

42 2 5.0 5.0 27.5

43 1 2.5 2.5 30.0

45 4 10.0 10.0 40.0

50 1 2.5 2.5 42.5

53 1 2.5 2.5 45.0

54 1 2.5 2.5 47.5

55 1 2.5 2.5 50.0

56 2 5.0 5.0 55.0

57 1 2.5 2.5 57.5

58 2 5.0 5.0 62.5

60 3 7.5 7.5 70.0

61 1 2.5 2.5 72.5

64 1 2.5 2.5 75.0

65 1 2.5 2.5 77.5

70 6 15.0 15.0 92.5

71 1 2.5 2.5 95.0


(55)

76 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa awal 9 22.5 22.5 22.5

Dewasa madya 16 40.0 40.0 62.5

Dewasa lanjut (lansia)

15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 34 85.0 85.0 85.0

Perempuan 6 15.0 15.0 100.0


(56)

B. Penyebab Kematian Mendadak Penyebab

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kardiovaskular 21 52.5 52.5 52.5

Non Kardiovaskular 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Penyebab * Usia Crosstabulation

UsiaGol

Total Dewasa

awal

Dewasa madya

Dewasa lanjut (lansia)

Penyebab Kardiovaskular Count 2 8 11 21

% of Total 5.0% 20.0% 27.5% 52.5%

Non Kardiovaskular Count 7 8 4 19

% of Total 17.5% 20.0% 10.0% 47.5%

Total Count 9 16 15 40


(57)

Penyebab * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis kelamin

Total

Laki-laki perempuan

Penyebab Kardiovaskular Count 20 1 21

% of Total 50.0% 2.5% 52.5%

Non Kardiovaskular Count 14 5 19

% of Total 35.0% 12.5% 47.5%

Total Count 34 6 40


(1)

Lampiran 5

Data Induk

No No VER Tahun Jenis

Kelamin

Kel. Usia Usia Penyebab Kematian Mendadak

1 B/01/1/2009 2009 Laki-laki Dewasa madya

50 Respirasi

2 R/36/III/2009 2009 Laki-laki lansia 64 Respirasi 3 V/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

57 Respirasi

4 117/V/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki lansia 61 Kardiovaskular 5 B/52/VII/2009 2009 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular 6 B/239/VIII/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

45 Kardiovaskular

7 R/VER/460/VII/2009 2009 Perempuan Senium 70 Respirasi 8 R/105/IX/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 25 Respirasi 9 R/629/10/2009/VER 2009 Laki-laki Dewasa awal 28 Respirasi 10 VER/22/X/2009 2009 Perempuan Dewasa awal 40 Respirasi 11 269/XI/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki Dewasa

madya

53 Kardiovaskular

12 B/543/XI/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 30 Respirasi 13 29/I/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki lansia 73 Kardiovaskular 14 R/68/II/2010/VER 2010 Laki-laki Dewasa

madya

42 Urogenital

15 VER/92/II/2010 2010 Perempuan lansia 60 Respirasi 16 R/165/III/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

58 Kardiovaskular

17 76/III/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Senium 76 Kardiovaskular 18 B/62/V/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 40 Respirasi 19 VER/320/VII/2010 2010 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular 20 VER/374/VI/2010 2010 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular 21 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Dewasa

madya

55 Respirasi

22 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular 23 212/IX/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular 24 B/05/IX/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

56 Kardiovaskular

25 R/3274/XI/2010 2010 Laki-laki Dewasa madya

58 Kardiovaskular

26 116/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 39 Respirasi 27 249/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa

madya

43 Kardiovaskular

28 I/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa madya


(2)

29 VER/183/III/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular 30 66/IV/IKK/2011 2011 Laki-laki lansia 71 Kardiovaskular 31 VER/303/VII/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

42 Respirasi

32 - 2011 Laki-laki Dewasa

madya

45 Respirasi

33 192/IX/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular 34 VER/II/IX/2011 2011 Laki-laki lansia 65 Respirasi 35 VER/346/10/2011 2011 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular 36 B/378/IX/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

45 Respirasi

37 210/X/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa madya

56 Kardiovaskular

38 VER/2276/X/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular 39 VER/401/XI/2011 2011 Laki-laki Dewasa

madya

54 Kardiovaskular


(3)

Lampiran 6

A. Karakteristik Sampel

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 1 2.5 2.5 2.5

28 1 2.5 2.5 5.0

30 1 2.5 2.5 7.5

38 2 5.0 5.0 12.5

39 1 2.5 2.5 15.0

40 3 7.5 7.5 22.5

42 2 5.0 5.0 27.5

43 1 2.5 2.5 30.0

45 4 10.0 10.0 40.0

50 1 2.5 2.5 42.5

53 1 2.5 2.5 45.0

54 1 2.5 2.5 47.5

55 1 2.5 2.5 50.0

56 2 5.0 5.0 55.0

57 1 2.5 2.5 57.5

58 2 5.0 5.0 62.5

60 3 7.5 7.5 70.0

61 1 2.5 2.5 72.5

64 1 2.5 2.5 75.0

65 1 2.5 2.5 77.5

70 6 15.0 15.0 92.5

71 1 2.5 2.5 95.0


(4)

76 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa awal 9 22.5 22.5 22.5

Dewasa madya 16 40.0 40.0 62.5

Dewasa lanjut (lansia)

15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 34 85.0 85.0 85.0

Perempuan 6 15.0 15.0 100.0


(5)

B. Penyebab Kematian Mendadak

Penyebab

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kardiovaskular 21 52.5 52.5 52.5

Non Kardiovaskular 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Penyebab * Usia Crosstabulation

UsiaGol

Total Dewasa

awal

Dewasa madya

Dewasa lanjut (lansia)

Penyebab Kardiovaskular Count 2 8 11 21

% of Total 5.0% 20.0% 27.5% 52.5%

Non Kardiovaskular Count 7 8 4 19

% of Total 17.5% 20.0% 10.0% 47.5%

Total Count 9 16 15 40


(6)

Penyebab * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis kelamin

Total Laki-laki perempuan

Penyebab Kardiovaskular Count 20 1 21

% of Total 50.0% 2.5% 52.5%

Non Kardiovaskular Count 14 5 19

% of Total 35.0% 12.5% 47.5%

Total Count 34 6 40